Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari data Riskesdas (2013) terjadi peningkatan prevalensi


pneumonia pada semua umur dari 2,1% (2007) menjadi 2,7% (2013).
Berdasarkan kelompok umur penduduk, prevalensi pneumonia yang tinggi
terjadi pada 2 kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada
umur 45-54 tahun dan terus meningkat pada kelompok umur berikutnya.
Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada anak di seluruh
dunia. Pada tahun 2015, terjadi 920.136 kematian akibat pneumonia, 16%
dari seluruh kematian anak usia kurang dari 5 tahun (WHO, 2016).
Pneumonia adalah peradangan paru yang menyebabkan nyeri saat
bernafas dan keterbatasan intake oksigen. Pneumonia dapat disebarkan
dengan berbagai cara antara lain pada saat batuk dan bersin (WHO, 2014).
Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Sebagian
besar disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebab pneumonia dibagi
menjadi organisme gram positif atau gram negatif seperti : Streptococcus
pneumoniae (pneumococus), Staphylococcus aureus, Enterococcus,
Streptococus piogenes, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae,
dan Haemophillus influenzae. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur
jarang terjadi, tetapi hal ini mungin terjadi pada individu dengan masalah
sistem imun yang disebabkan AIDS, obat – obatan imunosupresif atau
masalah kesehatan lain. Patofisiologi dari pneumonia oleh jamur mirip
dengan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Pneumonia yang
disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,
Cryptococcus neoformas, Candida sp., Aspergillus sp., Pneumocystis
jiroveci dan Coccidioides immitis (Khairudin, 2009). Virus yang tersering
menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).
Meskipun virusvirus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan
bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia
(Misnadiarly, 2008).
Antibiotik merupakan terapi utama pneumonia yang disebabkan
bakteri. Antibiotik yang disarankan sebagai terapi empirik pneumonia
rawat inap antara lain sefalosporin generasi ketiga dikombinasikan dengan
makrolida, florokuinolon monoterapi dan tigesiklin untuk pasien yang
intoleran sefalosopin dan florokuinolon (File et.al, 2016). Pemilihan
penggunaan antibiotik pada pasien bersifat individual baik dengan
pengobatan tunggal maupun dengan pengobatan kombinasi.
Pada tanggal 19 Nopember 2018 di poli RSUD dr. Soebandi
Jember terdapat pasien dengan sesak nafas, kemudian dianjurkan.untuk
rawat inap. Berdasarkan kasus yang ada, maka dilakukan asuhan
keperawatan pada Ny M dengan Pneumonia.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan asuhan keperawatan pada Ny.M dengan Pneumonia
2. Tujuan khusus
a. Mengkaji Ny.M dengan Pneumonia
b. Menentukan diagnosis keperawatan pada Ny. M dengan
Pneumonia
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada Ny. M dengan
Pneumonia
d. Megimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada Ny. M
dengan Pneumonia
e. Mengevaluasi hasil implementasi ysng sudah dilakukan pada
Ny. M dengan Pneumonia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem
pernapasan dimana alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru
yang bertanggung jawab untu menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi
radang dan dengan penimbunan cairan (K. Fransisca, 2000). Menurut
Erlien (2008) dalam Adawiyah & Duarsa (2016) pneumonia dapat
diartikan sebagai infeksi akut pada jaringan paru. Namun secara umum,
pneumonia lebih dikenal sebagai radang paru. Sedangkan faktor risiko
yang diketahui dapat meningkatkan insiden pneumonia antara lain;
berumur < 2 bulan, berjenis kelamin lakilaki, berstatus gizi kurang, berat
badan lahir rendah, tidak memperoleh ASI yang cukup, polusi udara,
kepadatan hunian tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai,
menyelimuti anak secara berlebihan, kekurangan vitamin A, dan
penyapihan dini. Selain faktor risiko yang meningkatkan angka kesakitan,
juga terdapat faktor risiko yang meningkatkan angka kematian karena
pneumonia.
B. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi Pneumonia menurut Fransisca. K. tahun 2000 sebagai berikut:
1. Severe acute respiratory syndrome (SARS) SARS adalah pneumonia
yang sangat menular dan mematikan yang pertama kali muncul pada
tahun 2002 setelah kejadian luar biasa di Cina.SARS disebabkan oleh
SARS coronavirus,sebelumnya patogen yang tidak diketahui.Kasus
baru dari SARS tidak terlihat lagi sejak bulan juni 2003.
2. Bronchiolitis obliterans organizing pneumonia (BOOP)
BOOP disebabkan oleh inflamasi dari jalan napas kecil dari paru-paru.
Juga dikenal sebagai cryptogenic organizing pneumonitis (COP).
3. Pneumonia eosinofilik
Pneumonia eosinofilik adalah invasi kedalam paru oleh eosinofil,
sejenis partikel sel darah putih. Pneumonia eosinofilik sering muncul
sebagai respon terhadap infeksi parasit atau setelah terekspos oleh tipe
faktor lingkungan tertentu.
4. Chemical pneumonia
Chemical pneumonia (biasanya disebut chemical pneumonitis)
biasanya disebabkan toxin kimia seperti pestisida,yang mungkin
memasuki tubuh melalui inhalasi atau melalui konta dengan
kulit.Manakala bahan toxinnya adalah minyak,pneumonia disebut
lipoid pneumonia.
5. Aspiration pneumonia
Aspiration pneumonia (atau aspiration pneumonitis) disebabkan oleh
aspirasi oral atau bahan dari lambung,entah ketika makan atau setelah
muntah.Hasilnya inflamasi pada paru bukan merupakan infeksi tetapi
dapat menjadi infeksi karena bahan yang teraspirasi mungkin
mengandung bakteri anaerobic atau penyebab lain dari
pneumonia.Aspirasi adalah penyebab kematian di rumah sakit dan
pada pasien rawat jalan,karena mereka sering tidak dapat melindungi
jalan napas mereka dan mungkin mempunyai pertahanan lain yang
menghalangi.
C. Etiologi Pneumonia

Streptococcus pneumonia sebenarnya merupakan flora normal


pada kerongkongan manusia yang sehat, namun ketika daya tahan tubuh
mengalami penurunan yang dapat disebabkan karena usia tua, masalah
gizi, maupun gangguan kesehatan, bakteri tersebut akan segera
memperbanyak diri setelah menginfeksi. Infeksi dapat dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah (Adawiyah & Duarsa,
2016). Bakteri penyebab pneumonia dibagi menjadi organisme gram
positif atau gram negatif seperti: Streptococcus pneumoniae
(pneumococus), Staphylococcus aureus, Enterococcus, Streptococus
piogenes, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, dan
Haemophillus influenzae. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur jarang
terjadi, tetapi hal ini mungin terjadi pada individu dengan masalah sistem
imun yang disebabkan AIDS, obat – obatan imunosupresif atau masalah
kesehatan lain. Patofisiologi dari pneumonia oleh jamur mirip dengan
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Pneumonia yang disebabkan
jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,
Cryptococcus neoformas, Candida sp., Aspergillus sp., Pneumocystis
jiroveci dan Coccidioides immitis (Khairudin, 2009). Virus yang tersering
menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV) (Farida,
Trisna, & W, 2017).

D. Manifestasi klinis Pneumonia


Menurut Nurarif & Kusuma tahun 2015 tanda dan gejala
pneumonia sebagai berikut:

1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling


sering terjadi pada usia 6bulan-3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-
40,5 bahkan dengan infeksi ringan.
2. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang seringkali merupakan
bukti awal infeksi.
3. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyertai infeksi pernafasan khususnya karena virus.
4. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan.
Mungkin encer dan sedikit atau kental dan purulen, bergantung pada
tipe atau tahap infeksi.
5. Bunyi pernafasan seperti batuk, mengi, mengorok.
6. Sakit tenggorokan merupakan keluhan yang sering terjadi.
E. Patofisiologi pneumonia
Menurut Fransisca K tahun 2000 patofisiologi pneumonia sebagai
berikut:.
1. Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak.
Biasanya virus masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara
yang terhirup melalui mulut dan hidung.setelah masuk virus
menyerang jalan nafas dan alveoli. Invasi ini sering menunjukan
kematian sel, sebagian virus langsung mematikan sel atau melalui
suatu tipe penghancur sel yang disebut apoptosis. Ketika sistem imun
merespon terhadap infeksi virus,dapat terjadi kerusakan paru. Sel
darah putih,sebagian besar limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin
yang membuat cairan masuk ke dalam alveoli. Kumpulan dari sel
yang rusak dan cairan dalam alveoli mempengaruhi pengangkutan
oksigen ke dalam aliran darah. Sebagai tambahan dari proses
kerusakan paru,banyak virus merusak organ lain dan kemudian
menyebabkan fungsi organ lain terganggu.
Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi
bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan
komplikasi dari pneumonia yang disebabkan oleh virus. Pneumonia
virus biasanya disebabkan oleh virus seperti vitus influensa,virus
syccytial respiratory(RSV), adenovirus dan metapneumovirus. Virus
herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi
baru lahir. Orang dengan masalah pada sistem imun juga berresiko
terhadap pneumonia yang disebabkan oleh cytomegalovirus(CMV).
2. Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang
berada di udara dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru
melalui aliran darah ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.
Banyak bakteri hidup pada bagian atas dari saluran pernapasan atas
seperti hidung, mulut,dan sinus dan dapat dengan mudah dihirup
menuju alveoli. Setelah memasuki alveoli,bakteri mungkin
menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga
penghubung. Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim
neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih,menuju
paru. Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan
dan mereka juga melepaskan cytokin, menyebabkan aktivasi umum
dari sistem imun. Hal ini menyebabkan demam, menggigil, dan mual
umumnya pada pneumoni yang disebabkan bakteri dan jamur.
Neutrophil, bakteri, dan cairan dari sekeliling pembuluh darah
mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen. Bakteri sering
berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah menyebabkan
penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok dengan
tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti
otak,ginjal,dan jantung. Bakteri juga dapat berjalan menuju area
antara paru-paru dan dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan
komplikasi yang dinamakan empyema.
Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan
bakteri adalah Streptococcus pneumoniae, bakteri gram negatif dan
bakteri atipikal. Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram
negatif” merujuk pada warna bakteri(ungu atau merah) ketika
diwarnai menggunakan proses yang dinamakan pewarnaan Gram.
Istilah “atipikal” digunakan karena bakteri atipikal umumnya
mempengaruhi orang yang lebih sehat, menyebabkan pneumoni yang
kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri
yang lain. Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan
pneumonia pada hidung atau mulut dari banyak orang sehat.
Streptococcus pneumoniae, sering disebut”pneumococcus” adalah
bakteri penyebab paling umum dari pneumoni pada segala usia
kecuali pada neonatus. Gram positif penting lain penyebab dari
pneumonia adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Gram negatif
penyebab pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.
Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumoni
termasuk Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae,
Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Moraxella
catarrhalis. Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan
mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup. Bakteri atipikal
yang menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila pneumoniae,
Mycoplasma pneumoniae, dan Legionella pneumophila.
Pathway pneumonia

Sistem pertahanan
terganggu

Organisme (virus,
bakteri, dll)

Kuman patogen mencapai


bronkioli terminalis merusak
sel epitel bersilia, sel goblet

Konsolidasi paru

Kapasitas vital Abses pneumotocele


complianle menurun kerusakan jaringan
hemoragik

Intoleransi Ketidakefektifan Kelemahan


aktivitas pola nafaas aktivitas

Distress
Personal hygiene

Defisit spritual

F. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Nurarif & Kusuma tahun 2015 pemeriksaan penunjang
sebagai berikut:
1. Sinar X mengidentifikasi distribusi struktural (l: bronchial dapat juga
menyatakan abses.
2. Biopsi paru untuk menetapkan diagnosa
3. Pemeriksaan kultur, sputum, darah, untuk mengidentifikasi
misasemua organisme yang ada
4. Pemeriksaan serologi, membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan
luas berat penyakit
6. Spirometrik statik, untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing
G. Penatalaksanaan Pneumonia
Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan menurut Nurarif dan
Kusuma tahun 2015 yaitu:
1. Oksigen 1-2 L/menit
2. IVFD 10%: NaCl 0,9 %=3;1 + KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status dehidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan freeding drip.
Untuk kasus pneumonia community based:
1. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital based:
1. Sefatoksim 100 mg/kg BB/ hari dalam 2 kali pemberian
2. Amikasin 10-15 mg/kg BB/ hari dalam 2 kali pemberian
Sebagian besar kasus pneumonia dapat diobati tanpa harus
menjalani rawat inap. Umumnya antibiotik oral,istirahat,cairan dan
perawatan rumah sudah mencukupi untuk kesembuhan sepenuhnya.
Bagaimanapun, seseorang dengan pneumonia yang memiliki kesulitan
bernapas, orang dengan masalah kesehatan lain dan para orang tua
mungkin memerlukan perawatan yang lebih ahli. Jika gejala-gejalanya
bertambah buruk,pneumonia tidak bertambah baik dengan perawatan di
rumah atau muncul komplikasi, orang tersebut harus menjalani rawat inap
di rumah sakit.
Antibiotik digunakan untuk mengobati pneumonia yang
disebabkan bakteri. Sebaliknya, antibiotik tidak berguna untuk pneumonia
yang disebabkan virus,meskipun kadang juga digunakan untuk mengobati
atau mencegah infeksi bakteri yang dapat muncul pada kerusakan paru
oleh pneumonia yang disebabkan virus.Pilihan antibiotik tergantung dari
sifat pneumonia,mikroorganisme yang paling umum menyebabkan
pneumonia berada pada daerah sekitar dan status imun dan kesehatan dari
masing-masing individu. Pengobatan untuk pneumonia seharusnya
didasarkan pada mikroorganisme penyebab dan sensitivitas antibiotik.
Bagaimanapun, penyebab spesifik pneumonia diidentifikasikan pada
hanya 50% orang bahkan setelah evaluasi ekstensif.Karena pengobatan
secara umum seharusnya tidak ditunda pada seseorang dengan pneumonia
yang serius,pengobatan empiris biasanya dimulai sebelum laporan
laboratorium tersedia. Di United Kingdom amoxicillin adalah antibiotik
yang dipilih untuk sebagian besar pasien dengan Community acquired
pneumonia, kadangkala ditambah dengan chlarithromycin: pasien yang
alergi terhadap penisilin diberi erithromycin, bukannya amoxicillin. Di
Amerika Utara dimana bentuk khas dari community acquired pneumonia
cocok dengan azithromycin, claritromycin dan flouroquinolon
menggantikan amoxicillin sebagai pengobatan tahap awal. Pengobatan
konservatif selama 7 sampai 10 hari, tetapi ada fakta yang menunjukan
dalam waktu yang singkat(diperpendek menjadi 3 hari) cukup. Antibiotik
yang digunakan untuk hospital aquired- pneumonia meliputi vancomycin,
sefalosporin generasi III dan IV, c arbapenem, flouroquinolon dan
aminoglikosida. Antibiotik-antibiotik ini diberikan secara intravena.
Bermacam antibiotik dapat diatur dengan kombinasi pada
percobaan pengobatan yang mungkin bisa untuk semua mikroorganisme
penyebab. Antibiotik pilihan berubah dari satu rumah sakit dengan rumah
sakit yang lain, mungkin disebabkan perbedaan daerah dari
mikroorganisme dan perbedaan kemampuan mikroorganisme melawan
bermacam antibiotik. Seseorang yang kesulitan bernapas karena
pneumonia, harus segera mendapatkan tambahan oksigen. Individu yang
sakit parah membutuhkan perawatan intensif, termasuk intubasi dan
ventilasi buatan. Pneumonia viral yang disebabkan oleh virus influenza A
dapat diobati dengan rimanta dini atau amantadine, walaupun pneumonia
viral karena influenza A atau B dapat diobati dengan oseltamivir atau
zanamivir. Pengobatan ini hanya bermanfat bila mereka dengan permulaan
gejala awal kurang dari 48 jam.
H. Terapi keperawatan
Terapi keperawatan menurut Nurarif dan Kusuma tahun 2015 yaitu:
1. Ajarkan pada pasien tentang pemberian obat
a. Dosis, rute dan waktu yang cocok dan menyelesaikan dosis
seluruhnya
b. Efek samping
c. Respon pasien
2. Berikan informasi tentang cara pengendalian infeksi serta cara
pencegahannya misal hindari pemajanan kontak individu.
3. Gizi seimbang
4. Tutup mulut saat batuk karena penularan pneumonia banyak berasal
dari percikan batuk dan bersin
5. Hindari asap rokok
I. Komplikasi
1. Gagal nafas dan sirkulasi
Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang
menderita pneumonia sering kesulitan bernafas, dan itu tidak mungkin
bagi mereka untuk tetap cukup bernafas tanpa bantuan agar tetap
hidup. Bantuan pernapasan non-invasiv yang dapat membantu seperti
mesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan positif,dalam kasus
lain pemasangan endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat
digunakan untuk membantu pernafasan. Pneumonia dapat
menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut respiratory distress
syndrome (ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi
dalam paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat kental,
kekentalan ini menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan
penyaringan udara untuk cairan alveoli, harus membuat ventilasi
mekanik yang dibutuhkan.
2. Syok sepsis dan septik merupakan komplikasi potensial dari
pneumoni. Sepsis terjadi karena mikroorganisme masuk ke aliran
darah dan respon sistem imun melalui sekresi sitokin.Sepsis seringkali
terjadi pada pneumonia karena bakteri; streptoccocus pneumonia
merupakan salah satu penyebabnya. Individu dengan sepsis atau
septik membutuhkan unit perawatan intensif di rumah sakit.Mereka
membutuhkan cairan infus dan obat-obatan untuk membantu
mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai rendah.Sepsis
dapat menyebabkan kerusakan hati,ginjal,dan jantung diantara
masalah lain dan sering menyebabkan kematian.
3. Effusi pleura,empyema dan abces
Ada kalanya,infeksi mikroorganisme pada paru-paru akan
menyebabkan bertambahnya(effusi pleura) cairan dalam ruang yang
mengelilingi paru (rongga pleura). Jika mikroorganisme itu sendiri
ada di rongga pleura,kumpulan cairan ini disebut empyema. Bila
cairan pleura ada pada orang dengan pneumonia,cairan ini sering
diambil dengan jarum (toracentesis) dan diperiksa, tergantung dari
hasil pemeriksaan ini. Perlu pengaliran lengkap dari cairan ini,sering
memerlukan selang pada dada. Pada kasus empyema berat perlu
tindakan pembedahan. Jika cairan tidak dapat dikeluarkan,mungkin
infeksi berlangsung lama,karena antibiotik tiak menembus dengan
baik ke dalam rongga pleura. Jarang,bakteri akan menginfeksi bentuk
kantong yang berisi cairan yang disebut abses. Abses pada paru
biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau CT scan.
Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering
mengandung beberapa tipe bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk
pengobatan abses pada paru, tetapi kadang abses harus dikeluarkan
oleh ahli bedah atau ahli radiologi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

FORM KEP MEDIKAL BEDAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
Jl. Karimata No. 49 Telp.(0331) 336728 Fax. 337957 Kotak Pos 104 Jember 68121

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tgl / jam MRS : 19-11-2018 Ruang : Adenium


Tgl. Pengkajian :19-11-2018 No. Register : 236098
Diagnosa Medis : Pneumonia+B29

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. M Suami / Istri / Orang tua :
Umur :14-4-1975 Nama :.…………………..
Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan :…………………..
Agama :Islam Alamat:…………………...
Suku / Bangsa : Jawa
Bahasa :Jawa Penanggung jawab :
Pendidikan : SD Nama :Ny. S
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga Alamat : Jatimulyo Jenggawah
Status : Kawin
Alamat : Jatimulyo Jenggawah

B. KELUHAN UTAMA
Sesak nafas

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien mengatakan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu, kemudian dibawa ke poli dan dianjurkan rawat inap di rumah sakit

Upaya yang telah dilakukan :membawa pasien ke poli


Terapi yang telah diberikan :…………………………………………………………… ...............
………………………………………………………………………………………… ..................
D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit pneumonia
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Anak keluarga pasien memiliki penyakit TBC

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

Genogram :
Keterangan:
= perempuan
= laki-laki
= serumah
= pasien

F. Perilaku dan Lingkungan Yang Mempengaruhi Kesehatan


Disekitar lingkungan pasien, banyak yang merokok dan membakar sampah
G. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Klien apabila sakit dibawa ke petugas kesehatan
2. Pola nutrisi dan metabolisme

Frekuensi: sebelum MRS klien selalu menghabiskan makanannya


Alat Bantu..……………………………………………………………………………
Diet: pada saat sakit pasien menghabiskan makanannya hanya setengah porsi
3. Pola eliminasi
BAK sebelum sakit BAK saat sakit
Frekuensi: 3-4 kali sehari frekuensi: 3 kali sehari
Jumlah: 200 cc Jumlah; 200 cc
Karakteristik: kuning agak pekat Karakteristik: kuning agak pekat
Alat Bantu...……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
BAB sebelum sakit BAB saat sakit

Frekuensi 3 kali sehari Frekuensi 1 kali sehari


Konsistensi padat Konsistensi padat
Karakteristik kuning berbau khas Karakteristik kuning kecoklatan
…………………………………………………………………………………………
4. Pola aktifitas
Sebelum MRS klien bekerja sebagai IRT, sejak 1 bulan yang lalu pasien terkena penyakit kulit dan hanya berbaring saja.

Aktivity Daily Living saat sakit (Mandiri, dibantu sebagian, dibantu total)
Makan/minum: mandiri Aktivity Daily Living sebelum sakit:
Berpakaian: dibantu sebagian
Makan/minum: mandiri
Toileting: dibantu sebagian Berpakaian: dibantu
Mobilisasi di tempat tidur: mandiri sebagian
Toileting: dibantu sebagian
Berpindah: mandiri Mobilisasi di tempat tidur:
Ambulasi: mandiri mandiri
Berpindah: mandiri
Respon tubuh terhadap aktifitas Ambulasi: mandiri
- Mudah lelah saat aktifitas
- Sesak saat aktifitas

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

5. Pola istirahat - tidur


Durasi: saat sakit, tidur siang 1-2 jam, malam 4-6 jam, sebelum sakit siang 30 menit, malam 3-4 jam.
Gangguan sesak
Lain-lain.………………………………………………………………………………

6. Pola kognitif dan persepsi sensori


Klien hanya diam dan merenung
7. Pola konsep diri
Citra Tubuh: melamun
Identitas Diri: pasien menyadari bahwa semua sudah direncanakan Tuhan
Harga diri: pasien mengatakan tidak berdaya dalam melakukan hal-hal yang berat
Ideal Diri: pasien ingin menjadi ibu yang baik, tapi karena sakit kerjaan terhambat
Peran Diri: pasien mengatakan jika dirawat lama dirumah sakit pasien tidak bisa bekerja
8. Pola hubungan - peran
Klien berhubungan baik dengan keluarganya dan keluarga slalu mendampingi pasien
9. Pola fungsi seksual - seksualitas
Klien memiliki keluarga dan memiliki anak 4
10. Pola mekanisme koping
Klien merenung dan sering melamun
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tidak menjalankan sholat saat sakit
H. STATUS MENTAL ( PSIKOLOGIS)
Klien sering melamun
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan / penampilan umum :
Kesadaran :CM G C S :4,5,6
BB sebelum sakit :55 kg T B : 150 cm
BB saat ini : 50 kg BB ideal: 50 kg
Status gizi :…………………………..
Tanda- tanda Vital :
TD : 100/70 mmHg Suhu :36 C
N : 120 x/mnt RR : 32 x/mnt
2. Pengkajian Nyeri
Skala Nyeri ...................... Lokasi ................................... Frekuensi..........................................
Gambaran Nyeri
Tanda Objektif
Respon emosional

Cara mengatasi nyeri ..................................................................................................................


3. Kepala & Leher
Rambut kotor, memiliki uban dan kadang terlihat menggaruk rambut
Dok Prodi Ners Kep
FIKes UNMUH Jember
4. Thorax (dada)
Pemeriksaan Paru
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi: gerakan dada simetris
Auskultasi: suara jantung S1 dan S2 tunggal
Palpasi: tidak ada benjolan, ada banyak luka
Inspeksi: iktus kordis
merintis
Palpasi tidak ada benjolan
Perkusi: sonor
Auskultasi: tidak ada nafas tambahan,
terdengar ronchi

5. Abdomen
Inspeksi: cembung terdapat lesi
Auskultasi: bising usus12x/menit
Palpasi; tidak ada nyeri tekan
Perkusi; timpani
6. Tulang belakang
Tidak ada gangguan tulang belakang
6. Ekstrimitas

555 555
555 555

7. Integumen
Kulit tampak kotor dan banyak lesi
8. Genetalia dan anus
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
9. Pemeriksaan neurologis

GCS 4 5 6

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH Jember
FORM KEP MEDIKAL BEDAH

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tgl Jenis Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan

K. TERAPI
Nama Obat Rute Dosis Efek Samping Nama Obat Rute Dosis Efek Samping
1 anbacime iv 2x1 6
2 bisolvon iv 2x1 7
3 RL iv 20 tpm 8
4 9
5 10

…………….,
………………… Mahasiswa,

____________________
__
NIM :
…………………….

Dok Prodi Ners Kep


FIKes UNMUH Jember
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: klien mengatakan sesak Hiperventilasi Ketidakefektifan
DO: pola nafas
a. N= 100 x/menit
b. RR= 32 x/menit
c. O2= 5 lpm

2 DS: - Keletihan Defisit spiritual


DO:
a. Klien sering melamun
b. Klien tidak menjalankan
shalat saat sakit
c. Toileting dan
berpakaian dibantu
sebagian
3 DS: klien mengatakan lelah dan Dispnea saat Intoleransi aktifitas
sesak saat aktifitas aktifitas
DO:
a. Toileting dan
berpakaian dibantu
sebagian
b. Klien tampak sesak

Prodi Ners
Unmuh Jember
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
SESUAI PRIORITAS

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan hiperventilasi
ditandai dengan, RR= 32x/menit terpasang oksigen 3 lpm.
2 Defisit spiritual yang berhubungan dengan keletihan ditandai dengan klien
sering melamun, klien tidak menjalankan shalat saat sakit,
toileting dan berpakaian dibantu sebagian
3 Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan dispnea saat aktifitas
ditandai dengan toileting dan berpakaian dibantu sebagian, klien tampak
sesak

Prodi Ners
Unmuh Jember
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL/JAM DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA TIDAKAN RASIONAL PARAF


KEPERAWA HASIL
TAN
19/11/18 1 Tujuan: 1. Observasi TTV 1. Mengetahui kondisi
1. Ketidakefektifan pola klien
nafas klien teratasi setelah 2. Posisikan semi fowler 2. Memberikan rasa
perawatan 3x24 jam nyaman
Kriteria Hasil: 3. Berikan O2 nasal 3. Membantu kebutuhan
1. RR 16-24x/menit O2
2. Nadi 60-100/menit 4. HE tentang pemberian O2 4. Memberikan
3. Tidak terpasang oksigen nasal pengetahuan tentang
pemberian O2
5. Kolaborasi dengan dokter 5. Mampu memberikan
pemberian O2 5 lpm keputusan terapi O2
20/11/2018 2 Tujuan: 1. Ajarkan sholat di tempat 1. Kewajiban dalam
1. Defisit spiritual klien tidur beribadah
teratasi setelah perawatan 2. Ajarkan klien berhati-hati 2. Membantu aktifitas klien
3x24 jam dalam toileting dan secara pelan-pelan
berpakaian secara mandiri
Kriteria Hasil: 3. HE tentang pentingnya 3. Memberikan
1. Klien dapat menjalankan beribadah pengetahuan
perintah agamanya 4. Kolaborasi dengan bagian 4. Mampu memberikan
2. Toileting dan berpakaian spiritual motivasi agar tetap
mandiri melaksanakan shalat
3. Klien tidak melamun meskipun sakit
21/11/2018 3 Tujuan: 1. Observasi 1. Memantau kondisi klien
1. Intoleransi aktifitas klien 2. ajarkan aktifitas ROM 2. Memberikan relaksasi
teratasi setelah perawatan dan melancarkan darah
3x24 jam 3. HE pentingnya aktifitas 3. Memberikan
Kriteria Hasil: pengetahuan yang dapat
1. Klien tidak tampak sesak dilakukan di tempat tidur
2. Toileting dan berpakaian 4. Kolaborasi dengan dokter 4. Membantu kebutuhan
mandiri pemberian O2 O2

Prodi Ners
Unmuh Jember
IMPLEMENTASI

TGL/JAM DX NO TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


19/11/2018
08.30 1 1 - Mengobservasi TTV: RR 32x/menit, S
36OC, TD 100/70 mmHg, N 120 x/menit
09.00 1,3 2 - Membantu posisi semifowler
10.30 1 3 - Memasang O2 nasal 5 lpm
11.00 1,2,3 4 - Memberikan HE tentang pemberian O2
20/11/2018
08.20 1 1 - Mengobservasi TTV: RR 30x/menit, S
36OC, TD 100/80 mmHg, N 100 x/menit
08.30 1 2 - Membantu posisi semifowler
3 - Memasang O2 nasal 5 lpm
08.10 2 4 - Mengajarkan shalat di tempat tidur
5 - Memberikan motivasi
21/11/2018
14.30 1 1 - Mengobservasi TTV: RR 29x/menit, S
36,5OC, TD 100/80 mmHg, N 98
x/menit
14.50 3 - Mengajarkan aktivitas ROM
15.30 2,3 - Mengajarkan berpakaian mandiri saat
sakit
15.35 1 - Membantu posisi semifowler
15.45 3 - Memberikan HE tentang pentingnya
aktifitas

Prodi Ners
Unmuh Jember
EVALUASI

TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PARAF


KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
19/11/18 1 S: klien mengatakan masih sesak
O:
- RR 32x/menit
- N 100 x/menit
- O2 5 lpm
A: masalah keperawatan belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan

2 S: -
O:
- Klien tidak menjalankan
shalat saat sakit
- Klien sering melamun
- Toileting dan berpakaian
dibantu sebagian
A: masalah keperawatan belum
teratasi
P. intervensi dilanjutkan

3 S: klien mengatakan lelah dan


sesak saat beraktifitas
O:
- Toileting dan berpakaian
dibantu sebagian
- Klien tampak sesak
A: masalah keperawatan belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan
20/11/18 1 S: klien mengatakan masih sesak
O:
- RR 30x/menit
- N 100 x/menit
- O2 5 lpm
A: masalah keperawatan belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan

2 S: -
O:
- Klien menjalankan shalat
saat sakit
- Klien tidak melamun
- Toileting dan berpakaian
dibantu sebagian
A: masalah keperawatan teratasi
sebagian
P. intervensi dilanjutkan

3 S: klien mengatakan sedikit


sesak saat beraktifitas
O:
- Toileting dan berpakaian
dibantu sebagian
- Klien tampak sesak
A: masalah keperawatan teratasi
sebagian
P: intervensi dilanjutkan
21/10/18 1 S: klien mengatakan masih sesak
O:
- RR 29x/menit
- N 98 x/menit
- O2 5 lpm
A: masalah keperawatan belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan

2 S: -
O:
-Klien menjalankan shalat
saat sakit
- Klien tidak melamun
- Toileting dibantu dan
berpakaian mandiri
A: masalah keperawatan teratasi
sebagian
P. intervensi dilanjutkan

3 S: klien mengatakan sedikit


sesak saat beraktifitas
O:
- Toileting dan berpakaian
mandiri
- Klien tampak sedikit
sesak
A: masalah keperawatan teratasi
sebagian
P: intervensi dilanjutkan

Prodi Ners
Unmuh Jember
BAB IV

PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R., & Duarsa, A. B. (2016). Faktor-faktor Yang Berpengaruh


Terhadap Kejadian Pneumonia Pada Balita di Puskesmas Susunan Kota
Bandar Lampung Tahun 2012. Jurnal Kedokteran Yarsi 24 , 52.
Farida, Y., Trisna, A., & W, D. N. (2017). Studi Penggunaan Antibiotik Pada
Pasien Pneumonia di Rumah Sakit Rujukan Daerah Surakarta. Journal of
Pharmaceutical Science and Clinical Research , 45.
K, F. S. (2000). Pneumonia. Diakses pada tanggal 19 Nopember 2018.
https://last3arhtree.files.wordpress.com.
Kemenkes , 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Khairudin, 2009, Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Pneumonia Yang Dirawat Pada Bangsal Penyakit Dalam Di RSUP Dr.
Kariadi Semarang Tahun 2008, Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro, Semarang.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta:
Mediaction.

Misnadiarly, 2008, Penyakit Infeksi Napas Pneumonia pada Anak, Orang


Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik
Mycobacterium, Pustaka Obor Populer, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai