Anda di halaman 1dari 36

PENERAPAN TEKNIK MENGHARDIK PADA PASIEN HALUSINASI

PENDENGARAN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI

JAWA TENGAH

MARDA VITA APRESA

NIM 2.17.055

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN TELOGOREJO

SEMARANG

2019/2020
PENERAPAN TEKNIK MENGHARDIK PADA PASIEN HALUSINASI

PENDENGARAN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI

JAWA TENGAH

MARDA VITA APRESA

NIM 2.17.055

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN TELOGOREJO

SEMARANG

2019/2020

i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Marda Vita Apresa

Nim : 217055

Institusi : STIKES Telogorejo Semarang

Program Studi : DIII Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul

“Penerapan Teknik Menghardik Pada Pasien Halusinasi Pedengaran Di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah” bebas dari plagiat.

Adapun bagian-bagian tertentu dari proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang dikutip

dari hasil Karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan

norma, kaidah, dan etika penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah. Apabila pernyataan ini

terbukti tidak benar maka saya akan bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.

Demikian surat pernyatan ini saya buat untuk dipergunakan sebagai mana mestinya.

Semarang, ... Januari 2020

Penulis

Marda Vita Apresa

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang

dikutip maupun yang saya rujuk telah saya nyatakan benar.

Nama : Marda Vita Apresa

Nim : 217055

Tanda Tangan :

Tanggal : ... Januari 2020

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademi Sekolah Tinggi Kesehatan Telogorejo Semarang, saya yang bertanda

tangan dibawah ini:

Nama : Marda Vita Apresa

Nim : 217055

Program studi : DIII Keperawatan

Jenis karya : Proposal Karya Tulis Ilmiah

Demi pembangunan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

STIKES Telogorejo Semarangatas Proposal Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul

“Penerapan Teknik Menghardik Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah” Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) Dengan

Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini Sekolah Tinggi Kesehatan Telogorejo Semarang berhak

menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data

(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta. Demikian

pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang

Pada tanggal : ... Januari 2020

Yang menyatakan

(Marda Vita Apresa)

iv
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan..................................................................................................

Halaman Sampul Dalam.................................................................................................i

Halaman Bebas Plagiasi................................................................................................ii

Halaman Orisinalitas.....................................................................................................iii

Halaman Persetujuan.....................................................................................................iv

Halaman Daftar Isi...........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................3

C. Tujuan Studi Kasus........................................................................................................4

D. Manfaat Studi Kasus......................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi...........................................................................................................................6

B. Fase Halusinasi...............................................................................................................7

C. Etiologi...........................................................................................................................8

D. Tanda dan Gejala..........................................................................................................11

E. Mekanisme Koping......................................................................................................13

F. Penatalaksanaan............................................................................................................13

G. Pohon Masalah.............................................................................................................15

H. Diagnosa Keperawatan.................................................................................................15

v
I. Intervensi......................................................................................................................15

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus.......................................................................................................19

B. Subyek Studi Kasus......................................................................................................19

C. Fokus Studi...................................................................................................................19

D. Definisi Operasional Fokus Studi.................................................................................20

E. Instrumen Studi Kasus..................................................................................................20

F. Metode Pengumpulan data...........................................................................................20

G. Lokasi dan Waktu Studi Kampus.................................................................................21

H. Perencanaan penelitian.................................................................................................21

I. Etika Studi Kasus.........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa di dunia ini sudah

menjadi masalah yang semakin serius. Paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia ini

mengalami gangguan jiwa. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia ini

ditemukan mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data statistik, angka pasien gangguan

jiwa memang sangat mengkhawatirkan (Yosep, 2011).

Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa adalah suatu keadaan yang

memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang

dan perkembangan ini selaras dengan dengan orang lain. Sedangkan menurut American

Nurses Associations (ANA) keperawatan jiwa merupakan suatu bidang khusus dalam

praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia sebagai ilmu dan

penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai caranya untuk meningkatkan,

mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa adalah kondisi perasaan

sejahtera secara subyektif, suatu penilaian diri tentang perasaan mencakup aspek konsep

diri, kebugaran, dan kemampuan pengendalian diri. Indikator sehat jiwa yang minimal

adalah individu tidak merasa tertekan atau depresi (Riyadi, 2009).

Riskesdas (2007) menyatakan prevalensi nasional gangguan jiwa berat mencapai 4,6%

dari jumlah penduduk, sebanyak 7 provinsi mempunyai prevalensi gangguan jiwa berat

diatas prevalensi nasional, yaitu prevalensi gangguan jiwa berat tertinggi di Indonesia

terdapat di Provinsi Daerah Khusus Ibu kota (DKI) Jakarta (20,3%), diikuti Nanggroe

Aceh Darussalam (18,5%), Sumatera Barat (16,7%), Nusa Tenggara Barat (9,9%),

1
Sumatera Selatan (9,2%), Bangka Belitung (8,7%), dan Kepulauan Riau (7,4%).Dari

hasil penelitian WHO di Jawa Tengah menyebutkanbahwadari 1000 warga Jawa Tengah

terdapat 3 orang yang mengalami gangguan jiwa. Sementara 19 orang dari 1000

warga Jawa Tengah mengalami stress. Pada penderita gangguan jiwa, hanya 30% sampai

40% pasien gangguan jiwa bisa sembuh total, 30% harus berobat jalan dan 30% lainnya

harus menjalani perawatan. Di Indonesia prevelensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia

adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang (Riskesdas, 2013).

Gangguan jiwa salah satunya skizofrenia, skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat

yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan komunikasi, gangguan realitas

halusinasi, afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif serta mengalami kesukaran

melakukan aktivitas sehari-hari. Gejala yang timbul pada skizofrenia salah satunya

halusinasi. Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan

rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dari dunia luar). Klien memberi

persepsi atau pendapat tentang lingkungan tentang lingkungan tanpa ada objek atau

rangsangan yang nyata ( Direja, 2011). Halusinasi merupakan gangguan penerimaan

pancaindra tanpa ada stimulus eksternal (halusinasi pendengaran, penglihatan, pengecapan,

penciuman) (keliat. 2011).

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.

Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas, bahkan sampai

pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang

terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu

kadang dapat membahayakan (Farida, 2010).

Dalam pengontrolan intentitas halusinasi pendengaran dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu:

dengan cara menghardaik, dengan cara mengonsumsi obat dengan teratur (6 benar obat),

2
bercakap cakap / berbincang bincang, melakukan aktifitas yang terjadwal (Muhith, 2015).

Menghardik merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan halusinasi dengan

menolak halusinasi yang muncul (Nursalam & Efendi, 2008). Hal ini diakibatkan karena

banyaknya isi dari halusinasi tersebut bersifat memerintah penderita untuk melakukan

tindakan yang membahayakan orang lain. Oleh karena itu intervensi keperawatan pada

pasien halusinasi sangat perlu dilakukan dengan mengidentifikasi masalah halusinasi (isi,

jenis, waktu, frekuensi, respon).

Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik menghardik dalam asuhan

keperawatan diri untuk mengatasi halusinasi meliputi mengenal halusinasi, melatih pasien

mengontrol halusinasi (Murni P, Heri S, 2018)

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penulisan karya tulis ilmiah dengan judul Penerapan Teknik Menghardik Pada Pasien

Halusinasi Pendengaran di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

B. Rumusan Masalah

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.

Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas, bahkan sampai

pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang

terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu

kadang dapat membahayakan (Farida, 2010).

Penatalaksanaan pasien halusinasi pendengaran dapat dilakukan teknik menghardik diri

untuk mengatasi halusinasi meliputi mengenal halusinasi, melatih pasien mengontrol

halusinasi.

3
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana penerapan Teknik Menghardik Pada Pasien Halusinasi Pendengaran di RSJD

Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah?”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis dapat memperoleh gambaran secara nyata serta dapat mengelola pasien dan

menerapkan teknik menghardik pada p asien halusinasi pendengaran di RSJD Amino

Gondohutomo Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien halusinasi pendengaran dengan

penerapan teknik menghardik.

b. Penulis mampu merumuskan masalah keperawatan pada pasien halusinasi

pendengaran dengan penerapan teknik menghardik.

c. Penulis mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien halusinasi

pendengaran dengan penerapan teknik menghardik.

d. Penulis mampu menggambarkan implementasi keperawatan padapasien halusinasi

pendengaran dengan penerapan teknik menghardik.

D. Manfaat

1. Bagi Penulis

a. Dapat mengerti dan menerapkan cara menghardik untuk menurunkan tingkat

halusinasi pendengaran.

b. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan

keperawatan jiwa.

c. Meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa.

4
2. Bagi Institusi

a. Rumah Sakit

sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah sakit

dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa, khususnya pada

kasus halusinasi pendengaran

b. Pendidikan

Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan

keperawatan, khususnya pada klien dengan gangguan halusinasi pendengaran dan

menambah pengetahuan bagi para pembaca.

3. Bagi Pasien dan Keluarga

a. Pasien

Diharapkan pasien setelah diajarkan terapi, pasien dapat mengontrol gangguan

halusinasi pendengaran

b. Keluarga

Diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan keluarga tentang perawatan

pada anggota keluarga yang mengalami halusinasi pendengaran

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalamai perubahan

sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,

perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.

(Damaiyanti, 2012). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan halusinasi adalah suatu

keadaan dimana seseorang mengalami gangguan persepsi sensori terhadap lingkungan

sekitar tanpa ada stimulus luar baik secara pendengaran, penglihatan, pengecapaan,

perabaan dan penciuman.

Menurut Yosep: 2010 halusinasi terdiri dari delapan jenis. Penjelasan secara detil

mengenai karakteristik dari setiap jenis halusinasi adalah sebagai berikut:

1. Pendengaran (Auditory hearing voices or sounds)

Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk

kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,

bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi.

Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk

melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.

2. Penglihatan (Visual – seeing person or things)

Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,

bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau

menakutkan seperti melihat monster.

3. Penciuman (Olfactory – smelling odors)

6
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan

yang tidak menyenangkan.Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang,

atau dimensia.

4. Pengecapan(Gustar - experiencing tastes)

Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

5. Perabaan (taktil)

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum

listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

B. Fase Halusinasi

Terjadinya halusinasi dimulai dari beberapa fase, hal ini diperngaruhi oleh intensitas

keparahan dan respon individ dalam menanggapi adanya rangsangan dari luar. Menurut

Direja (2011) Halusinasi berkembang melalui empat fase yaitu fase comforting, fase

condemming, fase controlling, dan fase conquering. Adapun penjelasan yang lebih detail

dari keempat fase tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fase comforting

Fase dimana memberikan rasa nyaman atau menyenangkan, tingkat ansietas sedang

secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan

Karakteristik atau sifat :

Klien mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang

memuncak dan tidak dapat diseelesaikan. Klien mulai melaun dan memikirkan hal-hal

yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.

2. Fase condemming

Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi

menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan. Tingkat kecemasan berat secara umum

halusinasi menyebabkan rasa antipati.

7
Karakteristik atau sifat:

Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun , dan

berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak

ingiin orang lain tahu dan dia tetap mengontrolnya.

3. Fase controlling

Fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa.

Tingkat kecemasan klien menjadi berat, halusinasi tidak dapat ditolak.

Karakteristik atau sifat:

Bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien

menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.

4. Fase conquering

Fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Klien yang

sepenuhnya sudah dikuasai dengan menimbulkan kepanikan dan ketakutan.

Karakteristik atau sifat:

Halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien

menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata

dengan orang lain di lingkungan.

C. Etiologi

Menurut Yosep (2011), faktor penyebab halusinasi terdiri dari

1. Faktor Predisposisi:

a. Faktor Perkembangan Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya

rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu

mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap

stress (Yosep, 2011).

8
b. Faktor Sosiokultural Seseorang yang merasa tidak diterima di lingkungannya sejak

bayi (unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada

lingkungannya (Yosep, 2011).

c. Faktor Biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya

stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan

suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan

dimetytranferase. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya

neurotransmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylcholine dan

dopamin (Yosep, 2011).

d. Faktor Psikologis Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada

ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa

depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju

alam hayal (Yosep, 2011).

e. Faktor genetik Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi

hasil study menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang

sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi:

Menurut Rawlins dan Heacock (dalam Yosep, 2011) penyebab halusinasi dapat dilihat

dari lima dimensi berikut:

a. Dimensi Fisik Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik, seperti

kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,

intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama (Yosep, 2011).

9
b. Dimensi Emosional Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar masalah yang tidak

dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat

berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang

perintah tersebut, sehingga klien berbuat sesuai terhadap ketakutan tersebut (Yosep,

2011).

c. Dimensi Intelektual Bahwa individu dengan halusinasi akan memeperlihatkan

adanya penururnan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego

sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang

menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan

tidak jarang akan mengontrol semua perilaku klien (Yosep, 2011).

d. Dimensi Sosial Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,

klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat

membahagiakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan

tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri

yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem control

oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya

atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam

melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses

interakasi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta

mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan

lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung (Yosep, 2011).

e. Dimensi Spiritual Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,

rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara

10
spiritual untuk menyucikan diri. Saat terbangun dari tidur merasa hampa dan tidak

jelas tujuan hidupnya. Individu sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya

menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan

takdirnya memburuk (Yosep, 2011).

D. Tanda dan Gejala

Menurut (Yosep, 2011) yaitu:

1. Halusinasi pendengaran

Data subyektif :

a. Mendengar sesuatu menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya

b. Mendengar suara atau bunyi

c. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap

d. Mendengar seseorang yang sudah meninggal

e. Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau yang

membahayakan

Data obyektif

a. Mengarahkan telinga pada sumber suara

b. Bicara atau tertawa sendiri

c. Marah marah tanpa sebab

d. Menutup telinga mulut komat kamit

2. Halusinasi penglihatan

Data subyektif :

a. Melihat orang yang sudah meninggal

b. Melihat makhluk tertentu

c. Melihat bayangan

d. Melihat sesuatu yang menakutkan

11
e. Melihat cahaya yang sanat terang

Data obyektif :

a. Tatapan mata pada tempat tertentu

b. Menunjuk kearah tertentu

c. Ketakutan pada objek yang dilihat

3. Halusinasi penghirup

Data subyektif :

a. Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, fase, bau masakan, dan parfum

yan menyengat

b. Klien mengatakan sering mencium bau sesuatu

Data obyektif :

a. Ekspresi wajah seperti sedang mencium

b. Adanya gerakan cuping hidung

c. Mengarahkan hidung pada tempat tertentu

4. Halusinasi peraba

Data subyektif :

a. Klien mengatakan seperti ada sesuatu di tubuhnya

b. Merasakan ada sesuatu di tubuhnya

c. Merasakan ada sesuatu di bawah kulit

d. Merasakan sangat panas, atau dingin

e. Merasakan tersengat aliran litrik

Data obyektif :

a. Mengusap dan menggaruk kulit

b. Meraba permukaan kulit

c. Menggerak gerakan badanya

12
d. Memegangi terus area tertentu

5. Halusinasi pengecap

Data subyektif :

a. Merasakan seperti sedang makan sesuatu

b. Merasakan ada yang dikunyah di mulutnya

Data obyektif :

a. Seperti mengecap sesuatu

b. Mulutnya seperti mengunyah

c. Meludah atau muntah

E. Mekanisme Koping

1. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari.

2. Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi degan berusaha untuk mengendalikan

tanggung jawab kepada orang lain.

3. Menarik diri : Sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus internal.

(Stuart, 2007).

F. Penatalaksanaan

Menurut Keliat (2011) dalam pembayun (2015), ada beberapa cara yang bisa dilatihkan

kepada pasien untuk mengontrol halusinasi, meliputi:

a. Menghardik halusinasi

Untuk mengatasinya, pasien harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya

secara internal juga. Pasien dilatih untuk mengatakan, “tidak mau dengar..., tidak mau

lihat.” Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu pasien

mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan pasien mengontrol

halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik halusinasi.

13
b. Menggunakan obat

Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat ketidakseimbangan

neurotransmitter di syaraf (dopamine, serotonim). Untuk itu, pasien perlu diperlukan

penjelasan bagaimana kerja obat dapat mengontrol halusinasi, serta bagaimana

mengkonsumsi obat secara tepat sehingga tujuan pengobatan secara tuntas dan teratur.

Jenis-jenis obat yang digunakan pada pasien halusinas adalah:

1. Chlorpromazine (CPZ, Largactile), warna: orange

2. Haloperidol (Haldol, Serenace), Warna: putih besar

3. Trihexiphenidyl(THP, Artane, Tremin), Warna: Putih kecil

c. Berinteraksi dengan orang lain

Pasien dianjurkan meningkatkan keteramilan hubungan sosialnya. Dengan

meningkatkan intensitas sosialnya, pasien akan dapat memvalidasi persepsinya pada

orang lain. Pasien juga mengalami peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan

dengan orang lain.latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap-

cakap dengan orang lain.

d. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun jadwal kegiatan harian

Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak dimanfaatkan

dengan baik oleh pasien. Pasien akhirnya asik dengan halusinasinya. Untuk itu, pasien

perlu dilatih menyusun rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam

menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat. Latih pasien mengontrol halusinasi

dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal.

14
G. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan (Akibat)

Gangguan persepsi sensori:


Halusinasi pendengaran (Masalah)

Isolasi sosial : Menarik Diri (Penyebab)

( Sumber Yosep, 2011 )

H. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

2. Isolasi sosial: menarik diri

3. Resiko perilaku kekerasan

I. Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi

Halusinasi 1.Klien dapat mebina hubungan saling Tindakan Keperawatan Pada

percaya Klien :

2. Membantu klien mengenali SP1 P

halusinasinya a. Identifikasi jenis halusinasi

pasien.

15
3. Mengjarkan klien mengontrol b. Identifikasi isi halusinasi pasien.

halusinasinya dengan menghardik c. Identifikasi waktu halusinasi

halusinasinya pasien.

d. Identifikasi frekuensi halusinasi

pendengaran.

e. Identifikasi situasi yang

menimbulkan halusinasi.

f. Identifikasi respon pasien terhadap

halusinasi.

g. Ajarkan pasien menghardik

halusinasi

h. Anjurkan pasien memasukkan

cara menghardik halusinasi dalam

jadwal kegiatan harian.

SP2 P

a. a.Evaluasi jadwal kegiatan harian

pasien.

b.Latih pasien mengendalikan

halusinasi dengan cara bercakap-

cakap dengan orang lain.

c.Anjurkan pasien memasukan

dalam jadwal kegiatan harian.

SP3 P

a. Evaluasi jadwal kegiatan harian

pasien.

16
b. Latih pasien mengendalikan

halusinasi dengan melakukan

kegiatan (kegiatan yang biasa

dilakukan pasien).

c. Anjurkan pasien memasukkan

dalam kegiatan harian

SP4 P

a. Evaluasi jadwal kegiatan harian

pasien.

b. Berikan pendidikan kesehatan

tentang penggunaan obat secara

teratur

c. Anjurkan pasien memasukkan

dalam kegiatan harian

Tindakan Keperawatan Pada

Keluarga :

SP1 K

a. Evaluasi jadwal kegiatan harian

pasien.

b. Latih pasien mengendalikan

halusinasi dengan melakukan

kegiatan (kegiatan yang biasa

dilakukan pasien).

c. Anjurkan pasien memasukkan

dalam kegiatan harian.

17
Rencana tindakan pada keluarga:

SPI K

a. Identifikasi masalah yang

dirasakan keluarga dalam merawat

pasien

b. Jelaskan pengertian tanda dan

gejala halusinasi, dan jenis

halusinasi yang dialami pasien

beserta proses terjadinya

c. Jelaskan cara-cara merawat pasien

halusinasi

SP2 K

a.Latih keluarga mempraktekkan

cara merawat pasien dengan

halusinasi

b. Latih keluarga melakukan cara

merawat langsung pada pasien

SP3 K

a.Bantu keluarga membuat jadwal

aktivitas dirumah termasuk minum

obat (discharge planning)

b.Menjelaskan follow up pasien

setelah pulang

18
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

Metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati

sebagaimana adanya. Studi kasus adalah memahami suatu kasus, orang-orang tertentu atau

situasi secara mendalam (Creswell,2014)

Penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan data subjektif

dan informasi tentang permasalahan yang dihadapi pasien halusinasi pendengaran serta

perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan menghardik

halusinasi.

B. Subjek Studi Kasus

Subjek dalam studi kasus ini berjumlah 2, dengan kriteria:

1. Pasien dengan diagnosis halusinasi pendengaran dan sedang di rawat di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Jateng.

2. Pasien yang belum mempunyai kemampuan teknik menghardik atau pasien yang sudah

diajarkan teknik menghardik sebanyak 1-2 kali tetapi masih tidak mampu melakukan

teknik menghardik.

3. Pasien bersedia menjadi responden dengan menggunakan informed consent.

4. Pasien kooperatif.

C. Fokus Studi

Fokus studi dalam studi kasus ini adalah penerapan teknik menghardik pada pasien

halusinasi pendengaran di RSJD Dr. Amino Gondohutoomo Provinsi Jawa Tengah.

19
D. Definisi Operasional Fokus Studi

a. Halusinasi pendengaran

Halusinasi pendengaran adalah jenis halusinasi yang paling umum terjadi, yang

menyebabkan seseorang mendengar suara seperti alunan music, langkah kaki,

percakapan, tawa, jeritan dan suara lainnya tertapi orang lain tidak mendengarnya.

Dengan pasien halusinasi pendengaran yang dialami oleh pasien di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

b. Teknik menghardik

Salah satu upaya untuk mengendalikan halusinasi dengan menolak halusinasi yang

muncul (Nursalam & Efendi, 2008). Berdasarkan penelitian mengenai pelaksanaan

menghardik dengan cara menutup telinga, dan memejamkan mata lalu mengatakan itu

tidak nyata. Dilakukan pada satu hari 2 kali (Rahmi I, Kharisna W, Febrynia, 2018)

E. Instrument Studi Kasus

Instrument yang digunakan adalah:

a. Instrument dalam studi kasus ini menegakan diagnosis dengan lembar observasi tanda

dan gejala (terlampir)

b. Instrument dalam studi kasusini menggunakanteknik pengumpulan data wawancara dan

observasi langsung

c. Menyusun strategi penatalaksanaan penerapan teknik menghardik

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam studi kasus ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Wawancara

Penulis menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan data subjektif dan

informasi tentang permasalahan yang dihadapi pasien halusinasi pendengaran serta

20
perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan menghardik

halusinasi.

b. Observasi Langsung

Melakukan pengamatan langsung pada keadaan klinis pasien dan mencatat hasil tindakan

keperawatan menghardik halusinasi yang diberikan kepada pasien halusinasi pendengran

di RSJD Amino Gondohutomo Semarang.

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Pada studi kasus ini dilakukan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.

Dengan waktu studi kasus dilakukan pada bulan Januari 2020.

H. Perencanaan Penelitian

a) Pembuatan proposal

b) Melakukan uji etik

c) Membawa surat izin penelitian di STIKES telogorejo

d) Membawa surat izin penelitian untuk masuk ke ruangan lokasi yang dituju

e) Menyampaikan informasi penelitian ke Kepala Ruangan

f) Memilih pasien dan kriteria pasien

g) Menyediakan Informed Consent

h) Melakukan teknik menghardik

i) Mengolah data melihat dari lembar observasi perbandingan pasien satu dengan

pasien dua

I. Etika Studi Kasus

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian

yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat

yang akan akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010: 202).

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari institusi

21
untuk mengajukan permohon ijin kepada institusi/lembaga tempat penelitian. Menurut

Hidayat (2008), dalam melaksanakan penelitian ini penulis menekankan masalah etika yang

meliputi:

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Inforemed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan.Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent

tersebut antara lain: partisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang

dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain (Hidayat, 2008).

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2008). Untuk menjaga

kerahasiaan pada lembar yang telah diisi oleh responden, penulis tidak mencantumkan

nama secara lengkap, responden cukup mencantumkan nama inisial saja.

22
3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikampulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2008). Peneliti menjelaskan bahwa data yang

diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaanya oleh peneliti.

23
DAFTAR PUSTAKA

Creswell, John W. (2014). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif dan mixed.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Direja, A. H. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

http://eprints.ums.ac.id/34110/13/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

Farida, (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

http://www..depkes.go.id/resource/download/general/Hasil%20Riskesdes%202013.pdf

Keliat BA. (2011). Proses Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-5091-

DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

Kemenkes Ri. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-675-

DAFTAR_PUSTAKA.pdf

Riyadi, Wahyu. (2004). Validasi Metode Analisis. Chem-Is-Try

Stuart, G.W. (2007). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis: Mosby.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-eliniasury-8333-4-daftarp-

a.pdf

Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: Refita Aditama

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung : Revika Aditama

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-akhromkhas-6735-4-daftarp-

a.pdf

24
Berdasarkan jurnal :

TINDAKAN MENGHARDIK UNTUK MENGATASI HALUSINASI PENDENGARAN

PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA, Murni Pratiwi & Heri Setiawan.

(Jurnal Kesehatan Akademi Keperawatan Ngesti Waluyo, vol. 7, 2018),ISSN: 2301-783X

PANDANGAN PASIEN MENGENAI TEKNIK MENGHARDIK PADA SAAT

BERHALUSINASI DI RSJ PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2016, Rahmi Imelisa,

Kharisna Wisnusakti, Febrynia. (Dunia Keperawatan), Volume 6, Nomer 2, September 2018:

88-96

25
LAMPIRAN

Lampiran I

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONCENT)

26
Judul : PENERAPAN TEKNIK MENGHARDIK PADA PASIEN

HALUSINASI DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JATENG

Nama Peneliti : Marda Vita Apresa

NIM : 217055

Saya adalah mahasiswa program studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Telogorejo Semarang yang melakukan penelitian. Penelitian bertujuan

menganalisis pelaksanaan asuhan keperawatan preoperatif dan pascaoperatif teknik

menghardik. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan akhir di

program DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Telogorejo.

Saya mengharap partisipasi bapak/ibu dalam memberikan jawaban atas kuesioner ini sesuai

dengan fakta bapak/ibu tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan

identitas dan jawaban bapak/ibu, informasi yang bapak/ibu berikan hanya akan digunakan

untuk proses penelitian.

Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, bapak/ibu bebas menerima menjadi

responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Apabila bapak/ibu bersedia

menjadi responden, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah

disediakan di bawah ini sebagai bukti bahwa bapak/ibu bersedia menjadi responden pada

penelitian ini. Terimakasih atas perhatian bapak/ibu untuk penelitian ini.

Peneliti

Semarang, … Januari 2020 Responden

(Marda Vita Apresa)

(…………….……........)

27
Lampiran II

TANDA DAN GEJALA

HALUSINASI PENDENGARAN

No Tanda dan Gejala Ya Tidak

1. Mendengar sesuatu menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya

2. Mendengar suara atau bunyi

3. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap

4. Mendengar seseorang yang sudah meninggal

5. Mendengar suara yang mengancam diri pasien atau orang lain

6. Mengarahkan telinga pada sumber suara

7. Bicara atau tertawa sendiri

8. Marah-marah tanpa sebab

9. Menutup telinga

10. Gelisah

11. Berbicara adanya halusinasi

12. Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata

Suber: yosep (2011), Towsend (2005)

28
Lampiran III

PROSEDUR PELAKSANAAN

TEKNIK MENGHARDIK PADA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN

INTERVENSI RESPON PASIEN

a. Identifikasi jenis halusinasi pasien.

b. Identifikasi isi halusinasi pasien.

c. Identifikasi waktu halusinasi pasien.

d. Identifikasi frekuensi halusinasi

pendengaran.

e. Identifikasi situasi yang menimbulkan

halusinasi.

f. Identifikasi respon pasien terhadap

halusinasi.

g. Ajarkan pasien menghardik halusinasi

h. Anjurkan pasien memasukkan cara

menghardik halusinasi dalam

jadwal kegiatan harian.

29

Anda mungkin juga menyukai