JAWA TENGAH
NIM 2.17.055
SEMARANG
2019/2020
PENERAPAN TEKNIK MENGHARDIK PADA PASIEN HALUSINASI
JAWA TENGAH
NIM 2.17.055
SEMARANG
2019/2020
i
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Nim : 217055
Dengan ini menyatakan bahwa proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul
“Penerapan Teknik Menghardik Pada Pasien Halusinasi Pedengaran Di RSJD Dr. Amino
Adapun bagian-bagian tertentu dari proposal Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang dikutip
dari hasil Karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah, dan etika penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah. Apabila pernyataan ini
terbukti tidak benar maka saya akan bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
Demikian surat pernyatan ini saya buat untuk dipergunakan sebagai mana mestinya.
Penulis
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang
Nim : 217055
Tanda Tangan :
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai civitas akademi Sekolah Tinggi Kesehatan Telogorejo Semarang, saya yang bertanda
Nim : 217055
STIKES Telogorejo Semarangatas Proposal Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul
“Penerapan Teknik Menghardik Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah” Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) Dengan
Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ini Sekolah Tinggi Kesehatan Telogorejo Semarang berhak
(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta. Demikian
Dibuat di : Semarang
Yang menyatakan
iv
DAFTAR ISI
Halaman Orisinalitas.....................................................................................................iii
Halaman Persetujuan.....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................3
A. Definisi...........................................................................................................................6
B. Fase Halusinasi...............................................................................................................7
C. Etiologi...........................................................................................................................8
E. Mekanisme Koping......................................................................................................13
F. Penatalaksanaan............................................................................................................13
G. Pohon Masalah.............................................................................................................15
H. Diagnosa Keperawatan.................................................................................................15
v
I. Intervensi......................................................................................................................15
C. Fokus Studi...................................................................................................................19
H. Perencanaan penelitian.................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa di dunia ini sudah
menjadi masalah yang semakin serius. Paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia ini
mengalami gangguan jiwa. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia ini
ditemukan mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data statistik, angka pasien gangguan
Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa adalah suatu keadaan yang
dan perkembangan ini selaras dengan dengan orang lain. Sedangkan menurut American
Nurses Associations (ANA) keperawatan jiwa merupakan suatu bidang khusus dalam
praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia sebagai ilmu dan
sejahtera secara subyektif, suatu penilaian diri tentang perasaan mencakup aspek konsep
diri, kebugaran, dan kemampuan pengendalian diri. Indikator sehat jiwa yang minimal
Riskesdas (2007) menyatakan prevalensi nasional gangguan jiwa berat mencapai 4,6%
dari jumlah penduduk, sebanyak 7 provinsi mempunyai prevalensi gangguan jiwa berat
diatas prevalensi nasional, yaitu prevalensi gangguan jiwa berat tertinggi di Indonesia
terdapat di Provinsi Daerah Khusus Ibu kota (DKI) Jakarta (20,3%), diikuti Nanggroe
Aceh Darussalam (18,5%), Sumatera Barat (16,7%), Nusa Tenggara Barat (9,9%),
1
Sumatera Selatan (9,2%), Bangka Belitung (8,7%), dan Kepulauan Riau (7,4%).Dari
hasil penelitian WHO di Jawa Tengah menyebutkanbahwadari 1000 warga Jawa Tengah
terdapat 3 orang yang mengalami gangguan jiwa. Sementara 19 orang dari 1000
warga Jawa Tengah mengalami stress. Pada penderita gangguan jiwa, hanya 30% sampai
40% pasien gangguan jiwa bisa sembuh total, 30% harus berobat jalan dan 30% lainnya
harus menjalani perawatan. Di Indonesia prevelensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia
adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang (Riskesdas, 2013).
Gangguan jiwa salah satunya skizofrenia, skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat
halusinasi, afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif serta mengalami kesukaran
melakukan aktivitas sehari-hari. Gejala yang timbul pada skizofrenia salah satunya
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dari dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tentang lingkungan tanpa ada objek atau
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas, bahkan sampai
pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu
Dalam pengontrolan intentitas halusinasi pendengaran dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu:
dengan cara menghardaik, dengan cara mengonsumsi obat dengan teratur (6 benar obat),
2
bercakap cakap / berbincang bincang, melakukan aktifitas yang terjadwal (Muhith, 2015).
menolak halusinasi yang muncul (Nursalam & Efendi, 2008). Hal ini diakibatkan karena
banyaknya isi dari halusinasi tersebut bersifat memerintah penderita untuk melakukan
tindakan yang membahayakan orang lain. Oleh karena itu intervensi keperawatan pada
pasien halusinasi sangat perlu dilakukan dengan mengidentifikasi masalah halusinasi (isi,
keperawatan diri untuk mengatasi halusinasi meliputi mengenal halusinasi, melatih pasien
penulisan karya tulis ilmiah dengan judul Penerapan Teknik Menghardik Pada Pasien
B. Rumusan Masalah
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas, bahkan sampai
pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu
halusinasi.
3
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat memperoleh gambaran secara nyata serta dapat mengelola pasien dan
Gondohutomo Semarang.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
halusinasi pendengaran.
keperawatan jiwa.
4
2. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah sakit
b. Pendidikan
a. Pasien
halusinasi pendengaran
b. Keluarga
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalamai perubahan
perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
(Damaiyanti, 2012). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan halusinasi adalah suatu
sekitar tanpa ada stimulus luar baik secara pendengaran, penglihatan, pengecapaan,
Menurut Yosep: 2010 halusinasi terdiri dari delapan jenis. Penjelasan secara detil
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi.
Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau
6
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan
atau dimensia.
5. Perabaan (taktil)
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
B. Fase Halusinasi
Terjadinya halusinasi dimulai dari beberapa fase, hal ini diperngaruhi oleh intensitas
keparahan dan respon individ dalam menanggapi adanya rangsangan dari luar. Menurut
Direja (2011) Halusinasi berkembang melalui empat fase yaitu fase comforting, fase
condemming, fase controlling, dan fase conquering. Adapun penjelasan yang lebih detail
1. Fase comforting
Fase dimana memberikan rasa nyaman atau menyenangkan, tingkat ansietas sedang
Klien mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang
memuncak dan tidak dapat diseelesaikan. Klien mulai melaun dan memikirkan hal-hal
2. Fase condemming
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan. Tingkat kecemasan berat secara umum
7
Karakteristik atau sifat:
berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak
3. Fase controlling
Fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa.
Bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien
4. Fase conquering
Fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Klien yang
menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata
C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi:
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap
8
b. Faktor Sosiokultural Seseorang yang merasa tidak diterima di lingkungannya sejak
bayi (unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
d. Faktor Psikologis Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju
e. Faktor genetik Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi
2. Faktor Presipitasi:
Menurut Rawlins dan Heacock (dalam Yosep, 2011) penyebab halusinasi dapat dilihat
a. Dimensi Fisik Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik, seperti
intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama (Yosep, 2011).
9
b. Dimensi Emosional Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar masalah yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat
berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut, sehingga klien berbuat sesuai terhadap ketakutan tersebut (Yosep,
2011).
adanya penururnan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego
sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
d. Dimensi Sosial Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri
yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem control
oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya
atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam
e. Dimensi Spiritual Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara
10
spiritual untuk menyucikan diri. Saat terbangun dari tidur merasa hampa dan tidak
jelas tujuan hidupnya. Individu sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
1. Halusinasi pendengaran
Data subyektif :
e. Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau yang
membahayakan
Data obyektif
2. Halusinasi penglihatan
Data subyektif :
c. Melihat bayangan
11
e. Melihat cahaya yang sanat terang
Data obyektif :
3. Halusinasi penghirup
Data subyektif :
a. Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, fase, bau masakan, dan parfum
yan menyengat
Data obyektif :
4. Halusinasi peraba
Data subyektif :
Data obyektif :
12
d. Memegangi terus area tertentu
5. Halusinasi pengecap
Data subyektif :
Data obyektif :
E. Mekanisme Koping
3. Menarik diri : Sulit mempercayai orang lain dan asik dengan stimulus internal.
(Stuart, 2007).
F. Penatalaksanaan
Menurut Keliat (2011) dalam pembayun (2015), ada beberapa cara yang bisa dilatihkan
a. Menghardik halusinasi
secara internal juga. Pasien dilatih untuk mengatakan, “tidak mau dengar..., tidak mau
lihat.” Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu pasien
13
b. Menggunakan obat
mengkonsumsi obat secara tepat sehingga tujuan pengobatan secara tuntas dan teratur.
orang lain. Pasien juga mengalami peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan
dengan orang lain.latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap-
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak dimanfaatkan
dengan baik oleh pasien. Pasien akhirnya asik dengan halusinasinya. Untuk itu, pasien
perlu dilatih menyusun rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam
menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat. Latih pasien mengontrol halusinasi
14
G. Pohon Masalah
H. Diagnosa Keperawatan
I. Intervensi
percaya Klien :
pasien.
15
3. Mengjarkan klien mengontrol b. Identifikasi isi halusinasi pasien.
halusinasinya pasien.
pendengaran.
menimbulkan halusinasi.
halusinasi.
halusinasi
SP2 P
pasien.
SP3 P
pasien.
16
b. Latih pasien mengendalikan
dilakukan pasien).
SP4 P
pasien.
teratur
Keluarga :
SP1 K
pasien.
dilakukan pasien).
17
Rencana tindakan pada keluarga:
SPI K
pasien
halusinasi
SP2 K
halusinasi
SP3 K
setelah pulang
18
BAB III
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati
sebagaimana adanya. Studi kasus adalah memahami suatu kasus, orang-orang tertentu atau
dan informasi tentang permasalahan yang dihadapi pasien halusinasi pendengaran serta
halusinasi.
1. Pasien dengan diagnosis halusinasi pendengaran dan sedang di rawat di RSJD Dr. Amino
2. Pasien yang belum mempunyai kemampuan teknik menghardik atau pasien yang sudah
diajarkan teknik menghardik sebanyak 1-2 kali tetapi masih tidak mampu melakukan
teknik menghardik.
4. Pasien kooperatif.
C. Fokus Studi
Fokus studi dalam studi kasus ini adalah penerapan teknik menghardik pada pasien
19
D. Definisi Operasional Fokus Studi
a. Halusinasi pendengaran
Halusinasi pendengaran adalah jenis halusinasi yang paling umum terjadi, yang
percakapan, tawa, jeritan dan suara lainnya tertapi orang lain tidak mendengarnya.
Dengan pasien halusinasi pendengaran yang dialami oleh pasien di RSJD Dr. Amino
b. Teknik menghardik
Salah satu upaya untuk mengendalikan halusinasi dengan menolak halusinasi yang
menghardik dengan cara menutup telinga, dan memejamkan mata lalu mengatakan itu
tidak nyata. Dilakukan pada satu hari 2 kali (Rahmi I, Kharisna W, Febrynia, 2018)
a. Instrument dalam studi kasus ini menegakan diagnosis dengan lembar observasi tanda
observasi langsung
Dalam studi kasus ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
20
perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan menghardik
halusinasi.
b. Observasi Langsung
Melakukan pengamatan langsung pada keadaan klinis pasien dan mencatat hasil tindakan
Pada studi kasus ini dilakukan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
H. Perencanaan Penelitian
a) Pembuatan proposal
d) Membawa surat izin penelitian untuk masuk ke ruangan lokasi yang dituju
i) Mengolah data melihat dari lembar observasi perbandingan pasien satu dengan
pasien dua
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian
yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat
yang akan akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010: 202).
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari institusi
21
untuk mengajukan permohon ijin kepada institusi/lembaga tempat penelitian. Menurut
Hidayat (2008), dalam melaksanakan penelitian ini penulis menekankan masalah etika yang
meliputi:
responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent
tersebut antara lain: partisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2008). Untuk menjaga
kerahasiaan pada lembar yang telah diisi oleh responden, penulis tidak mencantumkan
22
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2008). Peneliti menjelaskan bahwa data yang
23
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, John W. (2014). Research design pendekatan kualitatif, kuantitatif dan mixed.
http://eprints.ums.ac.id/34110/13/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
http://www..depkes.go.id/resource/download/general/Hasil%20Riskesdes%202013.pdf
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-5091-
DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
Kemenkes Ri. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-675-
DAFTAR_PUSTAKA.pdf
Stuart, G.W. (2007). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis: Mosby.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-eliniasury-8333-4-daftarp-
a.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-akhromkhas-6735-4-daftarp-
a.pdf
24
Berdasarkan jurnal :
PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA, Murni Pratiwi & Heri Setiawan.
88-96
25
LAMPIRAN
Lampiran I
26
Judul : PENERAPAN TEKNIK MENGHARDIK PADA PASIEN
NIM : 217055
Saya adalah mahasiswa program studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
menghardik. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan akhir di
Saya mengharap partisipasi bapak/ibu dalam memberikan jawaban atas kuesioner ini sesuai
dengan fakta bapak/ibu tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan
identitas dan jawaban bapak/ibu, informasi yang bapak/ibu berikan hanya akan digunakan
Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, bapak/ibu bebas menerima menjadi
responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Apabila bapak/ibu bersedia
menjadi responden, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah
disediakan di bawah ini sebagai bukti bahwa bapak/ibu bersedia menjadi responden pada
Peneliti
(…………….……........)
27
Lampiran II
HALUSINASI PENDENGARAN
9. Menutup telinga
10. Gelisah
28
Lampiran III
PROSEDUR PELAKSANAAN
pendengaran.
halusinasi.
halusinasi.
29