Anda di halaman 1dari 70

MAKALAH

ASUHANAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 3
1.FITRIANI LAKUI 7. INDA F LENLEEW
2. KRISNAWATI TATROMAN 8. RISKI B RENNGUR
3.MAWARDA I RAHARUSUN 9 .NURBANI BUGIS
4. ELIA M RAUBUN 10.MUTMAIRA DIFINUBUN
5. ASROTINI FAKAUBUN 11.SITI H RUMAF
6.NURMALA RUMAF 12. ERNA DIFINUBUN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja danpuji syukur atas kehadirat Ida Sang Hyang
Widhi Wasa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang asuhan keperawatan klien
dengan kehilangan dan berduka.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang asuhan
keperawatan klien dengan kehilangan dan berduka ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Langgur, 23 November
2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1. Latar Belakang.....................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................3

1.3. Tujuan..................................................................................................3

1.4. Manfaat................................................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN..................................................................................4

2.1 Definisi Kehilangan dan Berduka........................................................4

2.2 Rentang Respon Kehilangan dan Berduka.........................................5

2.3 Sifat- sifat Kehilangan..........................................................................6

2.4 Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka..8

2.4.1 Pengkajian....................................................................................8

2.4.2 Diagnosa.....................................................................................12

2.4.3 Perencanaan...............................................................................12

2.4.4 Prinsip Tindakan Keperawatan pada klien dengan respon


kehilangan.12 2.4.5
Rencana Tindakan Keperawatan
14
2.4.6 Implementasi Keperawatan........................................................14

2.4.7 Evaluasi Keperawatan................................................................14


ii
i
BAB III : PENUTUP........................................................................................35

3.1. Kesimpulan........................................................................................35

3.2. Saran.................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................37

i
v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar
Belakang

Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan


kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman
hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam
pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk
dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak
melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan
berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami
proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang
perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan
persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan
persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi
perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien
untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka
sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika
klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan
yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan
sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi

1
dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita.
Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika
merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi
ketika hubungan klien-kelurga-perawat

2
berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.
Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa
jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan
dan kematian (Potter & Perry, 2005).

3
1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari kehilangan dan berduka ?

2. Jelaskan rentang respon kehilangan dan berduka !

3. Jelaskan sifat-sifat kehilangan !

4. Jelaskan setiap bagian asuhan keperawatan klien dengan kehilangan


dan berduka !

1.3. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi kehilangan dan


berduka.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan rentang respon kehilangan dan


berduka.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat kehilangan.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian, analisa data, diagnose


keperawatan, intervensi dan evaluasi dari asuhan keperawatan klien
dengan kehilangan dan berduka.

1.4. Manfaat

Makalah ini hendaknya dapat bermanfaat guna menambah


pengetahuan mengenai konsep dasar asuhan keperawatan kehilangan
dan berduka.sehingga dapat hendaknya diaplikasikan dalam pemberian
asuhan keperawatan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kehilangan dan Berduka

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah


dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada ,
baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan
Lambert,1985,h.35).Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir
individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda
(Direja,2011).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kehilangan adalah suatu keadaan yang dialami oleh individu yang
berpisah akan suatu hal yang mencakup kejadian nyata atau hanya
khayalan (yang diakibatkan persepsi seorang terhadap kejadian)
dalam rentang kehidupannya.
Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan yang merupakan
respons emosional yang normal. Berduka merupakan suatu proses
untuk memecahkan masalah, dan secara normal berhubungan erat
dengan kematian. Hal ini sangat penting dan menentukan kesehatan
jiwa yang baik bagi individu karena member kesempatan individu
untuk melakukan koping dengan kehilangan secara bertahap sehingga
dapat menerima kehilangan sebagai bagian dari kehidupan nyata.
Individu sebagai proses sosial dapat diselesaikan dengan bantuan
orang lain.
Penyebab dari berduka antara lain:

a. Kematian keluarga atau orang yang berarti

b. Antisipasi kematian keluarga atau orang yang berarti

5
c. Kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian
tubuh, hubungan sosial)
Gejala dan tanda mayor subjektif berupa merasa sedih,
merasa bersalah atau menyalahkan orang lain, tidak menerima
kehilangan, merasa

6
tidak ada harapan. Kemudian tanda objektifnya berupa menangis, pola
tidur berubah, dan tidak mampu berkonsentrasi.

2.2 Rentang Respon Kehilangan dan Berduka

Gambaran rentang respon individu terhadap kehilangan dan berduka


menurut Kublier-rose, 1969 :
1. Fase Pengingkaran (denial)

Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah


syok, tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu
terjadi, dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu
terjadi”, “ Itu tidak mungkin”. Bagi individu atau keluarga yang
mengalami penyakit terminal, akan terus menerus mencari informasi
tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase peenginkaran adalah
letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernapasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah, tidak tahu berbuat apa. Reaksi
tersebut cepat berakhir dalam waktu beberapa menit sampai
beberapa tahun.
2. Fase Marah (anger)

Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan


terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang
meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang yang ada di
lingkungannya, orang orang tertentu atau ditujukan kepada dririnya
sendiri. Tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar,
menolak pengobatan, dan menuduh dokter dan perawat yang tidak
becus. Respon fisik yang terjadi pada fase ini antara lain, muka
merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Fase Tawar Menawar (bargaining)

Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya


secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar menawar
7
dengan memohon kemurahan Tuhan. Respon ini sering dinyatakan
dengan kata-kata “ Kalau saja kejadian ini bisa ditunda maka saya
yang akan sering berdoa” Apabila

8
proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataan sebagai
berikut sering dijumpai “Kalau saja yang sakit bukan anak saya”.
4. Fase Depresi (depression)

Individu pada fase ini sering menunujukkan sikap antara lain


menarik diri, tidak mau bicara, kadang-kadang bersikap sebagai
pasien yang sangat baik dan menurut, atau dengan ungkapan-
ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan tidak
berharga. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak
makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase Penerimaan

Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.


Pikiran selalu terpusat kepada objek atau orang hilang akan mulai
berkurang atau hilang, individu telah menerima kenyataan
kehilangan yang dialaminya, gambaran tentang objek atau irang
yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatian
beralih pada objek yang baru. Fase menerima biasanya dinyatakan
dengan kata-kata “Saya betul-betul menyayangi baju saya yang
hilang tapi baju saya yang baru manis juga,” atau “Apa yang dapat
saya lakukan agar saya dapat cepat sembuh?”.

2.3 Sifat- sifat Kehilangan

Sifat-sifat kehilangan pada umumnya ada 2 yakni:

a. Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan)

Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat


mengarah pada pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena
tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan
sulit diterima.
b. Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan)

9
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan
menyebabkan yang ditinggalkan mengalami keletihan emosional
(Rando:1984)
Menurut Burgers dan Lazare tahun 1976, karakteristik berduka
antara lain:

1
0
 Berduka yang menunjukkan reaksi syok dan ketidakyakinan.

 Berduka yang menunjukkan perasaan sedih dan hampa bila


teringat tentang kehilangan orang yang disayangi.
 Berduka yang menunjukkan perasaan tidak nyaman dan
sering disertai dengan menangis, serta keluhan-keluhan
sesak pada dada, rasa tercekik, napas pendek.
 Mengenang almarhum terus menerus.

 Memperoleh pengalaman perasaan berduka.

 Cenderung menjadi mudah tersinggung dan


marah. Sedangkan karakteristik dari jenis
kehilangan antara lain:
 Kehilangan orang bermakna, misalnya akibat kematian atau
dipenjara.
 Kehilangan kesehatan bio-psiko-sosial, misalnya menderita
penyakit, amputasi, kehilangan pendapatan, kehilangan
perasaan tentang diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan
kedudukan dan kehilangan kemampuan seksual.
 Kehilangan milik pribadi (misalnya uang, perhiasan).

1
1
2.4 Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka.

2.4.1 Pengkajian

Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi


duka cita klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan
diperhatikan melalui perilaku. Beberapa percakapan yang
merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang mereka
8iagn dan rasakan adalah :
 Persepsi yang adekuat tentang kehilangan

 Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan

 Perilaku koping yang adekuat selama proses

Terdapat 7 faktor yang mempengaruhi rentang respon kehilangan, yakni:

a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon


kehilangan adalah:
1) Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan
dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai
riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap
optimis dalam menghadapi suatu permasalahan
termasuk dalam menghadapi perasaan
kehilangan.
2) Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan
fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung
mempunyai kemampuan mengatasi stress yang
lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang
mengalami gangguan fisik
3) Kesehatan Mental : Individu yang mengalami
gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat
depresi yang ditandai dengan perasaan tidak
berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa

12
depan yang suram, biasanya sangat peka dalam
menghadapi situasi kehilangan.
4) Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu :
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang
berarti pada masa

13
kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam
mengatasi perasaan kehilangan pada masa
dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).
5) Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep
yang negatif, perasaan rendah diri akan
menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang
tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.
b. Faktor presipitasi

Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan


perasaan kehilangan. Kehilangan kasih 9 iagno secara
nyata ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat
bio-psiko-sosial antara lain meliputi:
1) Kehilangan kesehatan

2) Kehilangan fungsi seksualitas

3) Kehilangan peran dalam keluarga

4) Kehilangan posisi di masyarakat

5) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai

6) Kehilangan kewarganegaraan

c. Mekanisme koping

Koping yang sering dipakai individu dengan


kehilangan respon antara lain: Denial, Represi,
Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi
yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang
dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering
ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan
patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara
berlebihan dan tidak tepat.
d. Respon Spiritual

1) Kecewa dan marah terhadap Tuhan

2) Penderitaan karena ditinggalkan atau

14
merasa ditinggalkan
3) Tidak memilki harapan; kehilangan makna

e. Respon Fisiologis

15
1) Sakit kepala, insomnia

2) Gangguan nafsu makan

3) Berat badan turun

4) Tidak bertenaga

5) Palpitasi, gangguan pencernaan

6) Perubahan sistem 10iagno dan endokrin

f. Respon Emosional

1) Merasa sedih, cemas

2) Kebencian

3) Merasa bersalah

4) Perasaan mati rasa

5) Emosi yang berubah-ubah

6) Penderitaan dan kesepian yang berat

7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan


ikatan dengan individu atau benda yang hilang
8) Depresi, apati, putus asa selama fase
disorganisasi dan keputusasaan
9) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan
percaya diri
g. Respon Kognitif

1) Gangguan asumsi dan keyakinan

2) Mempertanyakan dan berupaya menemukan


makna kehilangan
3) Berupaya mempertahankan keberadaan orang
yang meninggal
4) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah
orang yang meninggal adalah pembimbing.

16
h. Perilaku

Individu dalam proses berduka sering menunjukkan


perilaku seperti :
1) Menangis tidak terkontrol

2) Sangat gelisah; perilaku mencari

17
3) Iritabilitas dan sikap bermusuhan

4) Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas


yang dilakukan bersama orang yang telah
meninggal.
5) Menyimpan benda berharga orang yang
telah meninggal padahal ingin membuangnya
6) Kemungkinan menyalahgunakan obat atau 11iagnos

7) Kemungkinan melakukan 11iagnos, upaya


bunuh diri atau pembunuhan
8) Mencari aktivitas dan refleksi personal selama
fase reorganisasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian:

a) Perawat mengkaji pasien berduka dan anggota keluarga


yang mengalami kehilangan untuk menentukan tingkatan
berduka.
b) Pengkajian terhadap gejala klinis berduka (Schulz, 1978)
yang mencangkup: sesak di dada, napas pendek,
berkeluh kesah, perasaan penuh di perut, kehilangan
kekuatan otot, distress perasaan yang hebat.
c) Enam karakteristik berduka (Burgers dan Lazare,
1976)juga dikaji: respons fisiologis, respons tubuh
terhdapa kehilangan atau mengetahui lebih dulu
kehilangan dengan suatu reaksi stress. Perawat dapat
mengkaji tanda klinis respons tersebut.
d) Factor yang memengaruhi suatu reaksi kehilangan yang
bermakna bergantung pada persepsi individu terhadap
pengalaman kehilangan, umur, kultur, keyakinan
spiritual, peran seks, status sosial-ekonomik.
e) Factor presdiposisi yang memengaruhi reaksi kehilangan
yang mencakup genetic, kesehatan fisik, kesehatan
18
mental, pengalaman kehilangan di masa lalu.

19
f) Factor pencetus mencakup perilaku yang ditunjukkan
oleh individu yang mengalami kehilangan, dan
mekanisme koping yang sering digunakan oleh individu.
2.4.2 Diagnosa

Adapun beberapa diagnose yang berkaitan dengan kondisi


berduka dan kehilangan, antara lain:
a) Isolasi Sosial

b) Gangguan Konsep Diri

c) Defisit Perawatan diri

2.4.3 Perencanaan

Tujuan keperawatan agar individu yang mengalami proses


berduka secara normal, melakukan koping terhadap kehilangan
secara bertahap dan menerima kehilangan sebagai bagian dari
kehilangan yang nyata dan harus dilalui.

2.4.4 Prinsip Tindakan Keperawatan pada klien dengan


respon kehilangan.
a) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap penyangkalan
adalah memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaanya
Tindakan Keperawatan:

 Doronglah pasien untuk mengungkapkan perasaan dukanya.

 Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap tentang


kenyataan, kehilangan, apabila ia sudah siap secara
emosional.
 Dengarkan pasien dengan penuh pengertian
dan
jangan menghukum atau menghakimi.
 Jelaskan kepada pasien bahwa sikapnya itu wajar

20
terjadi pada orang yang mengalami kehilangan.
 Beri dukungan kepada pasien secara nonverbal,
seperti memegang tangan, menepuk bahu,
merangkul.

21
 Jawab pertanyaan pasien dengan bahasa sederhana,
jelas dan singkat.
 Amati dengan cermat respons pasien selama berbicara.

 Tingkatkan secara bertahap kesadaran pasien terhadap


kenyataan.
b) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap marah adalah
member dorongan, member kesempatan kepada pasien
untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal,tanpa
melawan dengan kemarahan. Perawat harusmenyadari
bahwa perasaan marah adalah ekspresi dari perasaan
frustasi dan ketidakberdayaan. Tindakan keperawatan:
 Terima semua perilaku keluarga akibat kesedihannya
(misalnya marah, menangis)
 Dengarkan dengan empati, jangan member respons
yang mencela.
 Bantu pasien memanfaatkan sistem pendukung.

c) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap tawar menawar


adalah membantu pasien mengidentifikasikan rasa bersalah
dan perasaan takutnya.
Tindakan keperawatan:

 Amati perilaku pasien.

 Diskusikan bersama pasien mengenai perasaannya.

 Tingkatkan harga diri pasien.

 Cegah tindakan merusak diri

d) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap depresi adalah


mengidentifikasi tingkat depresi, risiko merusak diri, dan
membantu pasien mengurangi rasa bersalah.
Tindakan Keperawatan:

 Amati periaku pasien.

 Diskusikan bersama pasien mengenai perasaanya.


22
 Cegah tindakan merusak diri.

 Hargai perasaan pasien.

23
 Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif yang
terkait dengan kenyataan.
 Beri kesempatan pada pasien mengungkapkan
perasaannya, bila perlu biarkan ia menangis sambil tetap
didampingi.
 Bahas pikirann yang selalu timbul bersama dengan pasien.

e) Prinsip tindakan perawatan tahap penerimaan adalah


membantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak
bisa dielakan. Tindakan keperawatan:
 Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur

2.4.5 Rencana Tindakan Keperawatan

1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan


harga diri rendah/ kronis.
A. Tujuan Umum :

Klien dapat berintervensi dengan orang lain.

B. Tujuan Khusus :

 Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

 Klien dapat memahami penyebab dari harga diri rendah.

 Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.

 Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat,


jujur dan terbuka.
 Klien mampu mengontrol tingkah laku dan
menunjukkan perbaikan komunikasi dengan orang
lain.
C. Intervensi :

 Bina hubungan saling percaya dengan klien.

Rasional : Rasa percaya merupakan dasar dari hubungan


terapeutik yang mendukung dalam mengatasi
24
perasaannya.
 Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan pikiran
dan perasaannya.
Rasional : Motivasi meningkatkan keterbukaan klien.

 Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah.

25
Rasional : dengan mengetahui penyebab diharapkan klien
dapat beradaptasi dengan perasaannya.
 Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon
dan tidak menghakimi.
Rasional : empati dapat diartikan sebagai rasa peduli
terhadap perawatan klien, tetapi tidak terlihat secara
emosi.
 Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan
negatif dari dirinya.
Rasional : meningkatnya harga diri.

 Berikan dukungan, support dan pujian setelah klien


mampu melakukanaktivitasnya.
Rasional : pujian membuat klien berusaha lebih keras lagi

2. Gangguan Konsep Diri:

Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu


tidak efetif sekunder terhadap respon kehilangan
pasangan
A. Tujuan:

 Klien merasa harga dirinya naik

 Klien menggunakan koping yang adaptif

 Klien menyadari dapat mengntrol perasaannya

B. Intervensi:

 Merespon kesadaran diri dengan cara:

Membina hubungan saling percaya dan


keterbukaan Bekerja dengan klien pada tingkat
kekuatan ego yang
dimilikinya

Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan


26
teraeutik Rasional:
Kesadaran diri sangan diperlukan dalam membina
hubungan terapeutik perawat/ klien
 Menyelidiki diri dengan cara:

Membantu klien menerima perasaan dan pikirannya

27
Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan
hubungannya dengan orang lain melalui keterbukaan
Berespon secara empati dan menekankan bahwa
kekuatan untuk berubah ada pada klien
Rasional:

Klien yang dapat memahami perasaannya memudahkan


dalam penerimaan terhadap dirimya sendiri
 Mengevaluasi diri dengan cara:

Membantu klien menerima perasaan dan pikiran


Mengekspresikan respon koping adaptif terhadap
masalahnya Rasional:
Respon koping adaptif sangat dibutuhkan dalam
penyelesaian masalah secara konstruktif
 Membuat perencanaan yang realistik:

Membantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan


masalah Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan
yang realistik Rasional:
Klien membutuhkan bantuan perawat untuk mengatasi
permasalahannya dengan cara menentukan
perencanaan yang realistik
 Bertanggung jawab dalam bertindak:

Membuat klien untuk melakukan tindakan yang penting


untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan
respon oping yang adaptif
Rasional:

Penggunaan koping yang adaptif membantu dalam


proses penyelesaian masalah klien
 Mengobserfasi tingkat
depresi: Mengamati
perilaku klien
Bersama klien membahas
perasaannya Rasional :
28
Dengan mengobservasi tingkat depresi maka rencana
perawatan selanjutnya disusun dengan tepat.
 Membantu klien mengurangi rasa
bersalah. Menghargai persaan klien
Mengidentifikasi dukungan yang positif dengan
mengaitkan terhadap kenyataan
Memberikan kesempatan untuk menangis dan
mengungkapkan perasaannya
Bersama klien membahas pikiran yang selalu
timbul Rasional:
Individu dalam keadaan terduka sering
mempertahankan perasaan bersalahnya terhadap
orang yang hilang

3. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Intoleransi Aktivitas

A. Tujuan Umum:

Klien mampu melakukan perawtan diri secara optimal

B. Tujuan Khusus:

 Klien dapat mandi sendiri tanpa paksaan

 Klien dapat berpakaian sendiri dengan rapi dan bersih

 Klien dapat menyikat giginya dengan bersih

 Klien dapat merawat kukunya sendiri

C. Intervensi:

 Libatkan klien untuk makan bersama diruang


makan Rasional:
Sosialisasi bagi klien sangat diperlukan dalam
proses menyembuhkannya
 Menganjurkan klien untuk
mandi Rasional:
Pengertian yang baik dapat menbantu klien dapat
29
mengerti dan diharapkan dapat melakukan sendiri
 Menganjurkan klien untuk mencuci
baju Rasional:

30
Diharapkan klien mandiri

 Membantu dan menganjurkan klien untuk


menghias diri Rasional:
Diharapkan klien mandiri

 Membantu klien untuk merawat rambut dan


gigi Rasional:
Diharapkan klien mandiri

2.4.6 Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan


yang sudah disusun.

2.4.7 Evaluasi

1. Pasien mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami.

2. Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami


dengan keadaan dirinya.
3. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka
yang dialaminya.
4. Memanfaatkan faktor pendukung.

5. Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka.

6. Keluarga memahami cara merawat pasien


berduka berkepanjangan.
7. Keluarga mempraktikkan cara merawat pasien berduka
disfungsional.
8. Keluarga memanfaatkan sumber yang tersedia di
masyarakat.

31
A. Askep
Kasus
Kasus :
Ny. M, usia 33 tahun mempunyai seorang suami yang bekerja di suatu
perusahaan sebagai tulang punggung keluarga. Seminggu yang lalu
suami Ny. M meninggal karena kecelakaan. Sejak kejadian tersebut,
Ny. M sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum
meninggal. Selain itu, Ny. M juga tidak mau berinteraksi dengan orang
lain dan merasa gelisah sehingga susah tidur.

1. Pengkajian

I. Identitas Klien

Nama : Ny. M Tanggal Pengkajian : 20 – 11 –


2011 Umur : 33 Tahun RM No. :
09.02.01.0570
II. Alasan Masuk

Keluarga pasien mengatakan bahwa Ny. M mengalami stress


setelah seminggu yang lalu suami Ny. M meninggal.
III. Keluhan Utama

Pasien mengalami merasa putus asa dan kesepian, tidak berminat


dalam berinteraksi dengan orang lain, mengingkari kehilangan, tidak
berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
IV. Faktor Predisposisi

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : Tidak

2. Pengobatan sebelumnya : tidak berhasil

3. Trauma

Jenis trauma Usia Pelaku Korban Saksi

Kehilangan 30 tahun Anak Ny. M NY. M

Aniaya fisik

Penolakan

32
Kekerasan

dalam keluarga
Tindakan criminal

Lain – lain

33
Jelaskan No. 1, 2, 3 :

 Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya

 Pasien belum pernah dibawa ke RSJ atau pengobatan lainnya

 Pasien perana kehilangan anaknya saat berumur 30 tahun,

 Masalah keperawatan : Berduka disfungsional

4. Adakah anggota keluarga yang gangguan jiwa :


Tidak ada

5. Pengalaman masa lalu yang tidak


menyenangkan ? Pasien pernah mengalami
kehilangan suami dan anaknya.
 Masalah keperawatan : Berduka disfungsional

V. Pemeriksaan Fisik

1. TD : 110/80 mmHg N : 90
x/mnt S : 36 oC
RR : 24 x/mnt
2. Ukuran : BB : 46 Kg TB : 168 Cm

3. Keluhan fisik : Ada

Jelaskan : Pasien mengeluhkan nyeri kepala, sakit pada perut.

 Masalah keperawawatan :

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

VI. Psikososial

1. Genogram :

Ny. M

34
2. Konsep diri :

a. Citra tubuh : bagian tubuh yang disukai adalah perut karena


bagian perutnya perna ada bayi buah hatinya.
b. Identitas diri : pasien adalah seorang ibu rumah tangga

c. Peran : pasien merupakan ibu rumah tangga yang hanya


mengharapkan penghasilan suaminya.

35
d. Ideal diri : Pasien ingin tetap bersama dengan anak dan
suaminya dan klien mengingkari tasa kehilangan suaminya.
e. Harga diri : pasien merasa dirinya tidak berharga karena tidak
ada lagi anak dan suaminya.
 Masalah keperawatan : Penginkaran kehilangan

3. Hubungan social :

a. Orang yang berarti : orang yang terdekat dengan pasien adalah


Ibunya tetapi ibunya kini sakit sakitan karena sudah tua.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat : Klien
sering mengikuti kegiatan masyarakat, meskipun klien seorang
ibu rumah tangga.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Setelah
osuami Ny. M meninggal, Ny. M tidak berminat dalam
berinteraksi dengan orang lain
 Masalah keperawatan : Kerusakan komunikasi sosial

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama Islam

b. Kegiatan ibadah : pasien menjalankan ibadahnya dengan tekun

 Masalah keperawatan : tidak ada

VII. Status Mental

1. Penampilan

Pasien memakai baju seragam pasien dengan benar (Rapi), tetapi


klien tidak ada perubahan dalam pola makan (klien tidak nafsu
makan).
 Masalah keperawatan : Anoreksia

2. Pembicaraan

Lambat, pasien berkomunikasi dengan baik dengan perawat


namun harus sedikit dipaksa terlebih dahulu.
 Masalah keperawatan : tidak ada

36
3. Aktivasi motorik

Lesu, pasien hanya berdiam diri di kamar atau di taman dan


jarang beraktifitas.
 Masalah keperawatan : devisit aktivitas

4. Afek dan emosi

a. Afek

37
Datar, wajah pasien tanpa ekspresi

b. Alam perasaan
(emosi) Menangis
 Masalah keperawatan : Resiko menganiaya diri

5. Interaksi selama
wawancara : Kontak mata
kurang
 Masalah keperawatan : kerusakan komunikasi

6. Persepsi – sensorik

Apakah ada gangguan :


ada Halusinasi : tidak
ada
Ilusi : tidak ada

 Masalah keperawatan : tidak ada

a. Proses pikir (arus dan bentuk pikir) : normal

b. Isi pikir : normal

7. Tingkat kesadaran

Bingung, klien menginkari kehilangan


suaminya. Terdapat gangguan orientasi
orang
 Masalah keperawatan : perubahan proses pikir

8. Memori

Masih ingat dengan semua kejadian termasuk saat pemakaman


suaminya namun tidak menerima kenyataan tersebut.
 Masalah keperawatan : tidak ada

9. Tingkat konsentrasi dan


berhitung Tidak mampu
berkonsentrasi
 Masalah keperawatan : perubahan proses pikir

38
10. Kemampuan penilaian

Klien takut atau cemas, bagaimana dia hidup tanpa suaminya

 Masalah keperawatan : Ansietas berhubungan dengan keadaan


di masa yang akan datang setelah kehilangan suaminya

11. Daya tilik diri

39
Mengingkari penyakit yang di deritanya, menanggap dirinya tidak
mengalami sakit dan hanya sedih saja
 Masalah keperawatan : perubahan proses pikir

VIII. Kebutuhan Perencanaan Pulang

1. Kemampuan klien memnuhi kebutuhan :

Kemampuan memenuhi Ya Tidak


kebutuhan
Makanan √

Keamanan √

Perawatan kesehatan √

Pakaian √

Transportasi √

Tempat tinggal √

Keuangan √

2. Kegiatan hidup sehari – hari

a. Perawatan diri

Kegiatan hidup sehari – Bantuan Bantua


hari total minimal
Mandi — —
Kebersih
an — √
Makan
BAK — √
BAB
— —
Ganti pakaian
— —

40
— —
 Masalah keperawatan : tidak ada

b. Nutrisi

 Apakah anda puas dengan pola makan anda ? puas

 Apakah anda makan memisahkan diri ? Tidak

 Frekuensi makan sehari : 3 Kali, dan frekuensi kudapan


sehari : 2 kali

41
 Nafsu makan : Menurun

 Berat badan :
menurun BB saat ini
: 46 Kg BB terendah
: 46 Kg BB
tertinggi : 55 Kg
 Masalah keperawatan : perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
c. Tidur

 Apakah ada masalah tidur, Ya, susah untuk memulai tidur

 Apakah merasa segar setelah bangun tidur, Tidak

 Apakah ada kebiasaan tidur siang, Tidak ada

 Apakah ada yang menolong anda mempermudah untuk tidur


? tidak ada
 Tidur malam jam : 11.00 WIB bangun jam :
04.00 Rata – rata tidur malam : 5 jam
 Apakah ada gangguan tidur : sulit untuk tidur

 Maslah keperawatan : gangguan pola tidur

3. Kemampuan klien dalam hal – hal berikut ini :

 Mengantisipasti kebutuhan sendiri : Ya

 Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri : Tidak

 Mengatur penggunaan obat : Tidak

 Melakukan pemeriksaan kesehatan : Tidak

 Masalah keperawatan : konflik pengambilan keputusan

4. Klien memiliki system pendukung

 Keluarga : Ada

 Terapis : Ada

 Teman sejawat : Tidak ada


42
 Kelompok social : Tidak ada

Jelaskan : keluarga dan perawat mendukung kesembuhan


pasien dengan memotivasi bahwa dia bisa sehat kembali dan bisa
gembira lagi
5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau
hobi ? Tidak Menikmati, pasien lebih senang berdiam diri

43
 Masalah keperawatan : Defisit aktifitas

IX. Mekanisme Koping

ADAPTIF

Bicara dengan orang lain

Mampu menyelesaikan maasalah

Teknik relaksasi

Aktivitas konstriktif

Olah raga

Lain – lain

MALADAPTIF

Minum alcohol

√ Reaksi lambat / berlebihan

Bekerja berlebihan

Menghindar

Menciderai diri

Lain – lain

Pasien belum mampu melakukan koping yang efektif terhadap dirinya

 Masalah keperawatan : koping individu tak efektif

X. Masalah Psikososial Dan Lingkungan

1. Masalah dengan dukungan kelompok : Tidak ada

2. Masalah berhubungan dengan lingkungan

3. Spesifiknya : lebih suka menyendiri

4. Maslah dengan pendidikan : Tidak ada

5. Masalah dengan pekerjaan : Tidak ada

6. Masalah dengan perumahan : Tidak ada

7. Masalah dengan ekonomi : ada

44
8. Masalah dengan pelayanan kesehatan : Tidak ada

 Masalah keperawatan : Tidak ada

XI. Pengetahuan Kurang Tentang

45
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan
pengetahuan yang kurang tentang suatu hal ?
Koping, pasien belum mampu melaksanakan koping terhadap dirinya

 Masalah keperawatan : Kurang pengetahuan

XII. Aspek Medis


Diagnose
medic :
Depresi
Terapi medic
:
Diazepam

 Masalah keperawatan : Tidak ada

XIII. Daftar Masalah Keperawatan

1. Sindroma trauma perkosaan

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

XIV. Daftar Diagnosa Keperawatan

1. Berduka disfungsional

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Pengingkaran kehilangan

4. Kerusakan komunikasi social

5. Anoreksia

6. Devisit aktivitas

7. Resiko menganiaya diri

8. kerusakan komunikasi

9. perubahan proses piker

10. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


46
11. gangguan pola tidur

12. konflik pengambilan keputusan

13. Defisit aktifitas

14. koping individu tak efektif

15. Kurang pengetahuan

47
2. Analisa data

TGL DATA MASALAH TTD

48
20-11 DS : Pasien mengatakan kenapa orang Kehilangan
yang disayanginya selalu pergi Disfungsion
-2011
meninggalkannya al
DO : Pasien tanpak menangis
20-11 DS : Pasien mengatakan nafsu Perubahan
makannya menurun, makannya juga nutrisi
-2011
sedikit
DO : BB Pasien 46 Kg (Kurus), sisa kurang dari
makanan kebutuhan
Tubuh
pasien masih banyak, kondisi lemas
20- 11 DS : Pasien mengatakan tidak semangat Pengingkar
bahwa suaminya sekarang sedang an
-2011
bekerja kehilangan
DO : Pasien tanpak menunggu
suaminya

Pulang
20 – DS : Pasien mengatakan susah untuk Gangguan
memulai tidur pola tidur
11-
DO : Pasien gelisah dan tidur larut malam
2011

49
3. Pohon masalah

MK 2 : MK
Isolasi 1:
sosial Kehilangan
Defisit Aktifitas Disfungsion
al &
Pengingkara
n

Koping Individu tak kehilangan

efektif

MK 3 :
Ansietas
Kehilangan dan duka
cita

50
4. Rencana Keperawatan Jiwa

No. Perencanaan
No. Tgl Rasional
Tujuan KH Tindakan keperawatan
Dx
1. 1 Setelah 1. Ny. M dapat 1. Membina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya,
dialakukan mengerti arti percaya antara Ny. M, dapat memudahkan dalam
tindakan sakit dan keluarga, dengan sikap tindakan seterusnya.
keperawatan kematian jujur, menerima, ikhlas, dan
selama 1 x 24 2. Ny. M empati 2. Sebagai wujud perhatian kita
jam, Ny. M dapat 2. Menunjukan perhatian pada
dapat mengungkapkan Ny. M baik melalui kata-
menyelaesaikan perasaaanya kata maupun dengan sikap.
masa 3. Ny. M dapat 3. Menanyakan kepada 3. Untuk mengetahui
berkabung mengurangi rasa Ny. M pengalamannya pengalaman kehilangan dan
dengan tuntas. bersalah melalui tentang kematian. berduka klien sebelumnya
proses 4. Menjelaskan pada Ny. M 4. Untuk meyakinkan Ny.M
berkabung. bahwa suaminya meninggal bahwa suaminya telah
bukan tidur. meninggal
5. Meminta kepada

51
keluarga/ orang yang berarti 5. Agar Ny.M tidak merasa
agar menemani Ny.M sendirian setelah kepergian
selama masa berduka bila suaminya
perlu mengijinkan
untuk tinggal bersama
mereka.

52
6. Mendorong Ny.M untuk
mengungkapkan
perasaannya dengan 6. Untuk mengetahui
menanyakan apa yang ungkapan perasaan dari klien
dipikirkan selama suaminya
masih hidup sampai
sekarang.
7. Menjelaskan pada Ny.M
bahwa suaminya meninggal 7. Agar Ny. M tidak merasa
bukan karena akibat dia. bersalah atas kematian
8. Menejlaskan kepada Ny. M suaminya
bahwa orang yang sudah 8. Agar Ny. M tidak terus
meninggal tidak perlu menangis dan bersedih
ditangisi
2. 1 Setelah 1. Pasien 1. Mendorong pasien 1. Membantu klien
dialakukan dapat untuk mengungkapkan untuk mengungkapkan
tindakan mengungkapka pengingkarannya tanpa perasaan pengikaran
keperawatan n penginkaran memaksa untuk menerima terhadap kehilangan
53
selama 1 x 24 2. Pasien kenyataan.
jam Pasien dapat menerima
kenyataan 2. Mendengarkan dengan
dapat penuh minat dan perhatian
melalui apa yang dikatakan oleh 2. Sebagai bentuk / sikap untuk
pasien. meyakinkan klien
fase 3. Menjelaskan kepada
pengingkarannya pasien,
dengan wajar
tanpa
kesulitan

54
bahwa perasaan tersebut 3. Untuk meyakinkanklien
wajar terjadi pada orang akan kematian itu pasti
yang mengalami
kehilangan.
4. Membantu pasien untuk
4. Untuk menghindari tindakan
memakai mekanisme
yang beresiko lainnya.
koping yang lain seperti
menangis / berbicara.
5. Mengikutsertakan orang
yang berarti bagi pasien 5. Untuk meyakinkan klien
untuk menjelaskan apa mengenai hal yang
yang telah terjadi. sebenarnya terjadi
6. Meningkatkan kesadaran
pasien secara bertahap 6. Meningkatkan kesadaran
tentang kenyataan klien akan kehilangan
kehilangan yang harus
dihadapi.
7. Memberi dukungan atas
7. Sebagai motivasi dan
55
usaha pasien untuk
dukungan klien untuk
menerima kenyataan.
menerima kenyataan
8. Membantu klien untuk
mencoba mengungkapkan
8. Sebagai bentuk ungkapan
rasa marahnya.
perasaan klien
9. Menjawab semua
pertanyaan

56
pasien dengan singkat dan
jelas. 9. Sebagai bentuk umpan balik
yang positif bagi klien
10. Memberi dukungan
secara
10. Sikap yang dapat
nonverbal.
membangkitkan semangat
2 Setelah 1. Pasien 1. Bantu klien untuk dapat 1. Dapat memudahkan klien
merasa lebih beradptasi dengan beraktivitas
dilakukan percaya diri lingkungan barunya.
tindakan 2. Pasien dengan lingkungan dan
keperawatan dapat 2. Mengidenfikasi kemampuan keadaan barunya
selama 3 x 24 berkomunikasi dan aspek positif yang 2. Mengetahui kemampuan
jam, pasien dengan dimiliki pasien dan aspek positif yang
lebih lingkungannya dimiliki pasien
merasa 3. Membantu pasien menilai
dihargai kemampuan pasien yang 3. Agar pasien merasa lebih
masih dapat digunakan berguna
dan
4. Membantu pasien memilih
57
kegiatan yang akan dilatih 4. Mengidentifikasi
mampu
sesuai dengan kemampuan kemampuan yang dimiliki
berinteraksi
pasien pasien
dengan
5. Melatih pasien
lingkungannya
sesuai

58
kemampuan yang dipilih

6. Memberikan pujian yang


wajar terhadap
keberhasilan pasien 5. Agar pasien bisa

7. Menganjurkan
meningkatkan

pasien memasukkan dalam kemampuannya

jadwal kegiatan harian 6. Dengan diberi pujian


pasien merasa dihargai
7. Mengisi waktu luang pasien
3 Setelah 1. Klien dapat rileks 1. Tunjukkan respon 1. Untuk menyakinkan klien
menerima klien
2. Kecemas
dilakukan 2. Berikan respon empati
an
tindakan dengan berfokus pada 2. Sebagai umpan yang positif
berkurang
keperawatan perasaan bukan pada bagi klien
selama 3 x 24 kenyataan yang terjadi.
jam, pasien 3. Bantu klien
dapat untuk mengekspresikan 3. Agar klien bisa merasa
mengurangi perasaannya. lega 4.
59
ansietas 4. Bantu klien untuk
akan menurunkan tingkat
kehilangan di kecemasannya :
masa depan a. Sediakan waktu untuk
berdiskusi dan bina
hubungan yang sifatnya
supportif.

60
b. Beri waktu untuk klien
berespon.
c. Beri perawatan individu
sebagai manusia layaknya.
d. Diskusikan tentang masalah
yang dihadapi klien tanpa
memintanya untuk
menyimpulkannya.
e. Identifikasi pemikiran yang
negatif dan Bantu untuk
menurunkannya melalui
interupsi atau substitusi.
f. Bantu klien untuk
meningkatkan pemikiran
yang positif.
g. Evaluasi ketepatan persepsi
klien, logika dan kesimpulan
yang dibuat klien.
61
5. Evaluasi Keperawatan

No
NO. Tgl Evaluas TTD
.
i
DX
1. 20-11 1 S : Pasien mengatakan bahwa kematian
sudah kehendak tuhan
- 2011
O:

 Pasien tampak lebih tenang

 Pasien tanpak tidak


menangis A : masalah
teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. 2 S : Pasien mengatakan sudah bisa
berkomunikasi dengan keluarga dan
masyarakat
O:

 Pasien terlihat berbicara dengan


anggota keluarga
A : masalah teratsi

P : Intervensi dihentikan
3. 3 S : Pasien sudah tidak cemas
lagi O :
 Pasien Nampak terlihat berbicara
dengan pasien atau perawat lain
A : maslah Teratasi

P : Intervensi dihentikan

62
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan


bahwa kehilangan adalah suatu keadaan yang dialami oleh individu yang
berpisah akan suatu hal yang mencakup kejadian nyata atau hanya
khayalan (yang diakibatkan persepsi seorang terhadap kejadian) dalam
rentang kehidupannya.
Gambaran rentang respon individu terhadap kehilangan dan berduka
menurut Kublier-rose (1969) dibagi mejadi 4 yaitu : Fase Pengingkaran
(denial), Fase Marah (anger), Fase Tawar Menawar (bargaining), dan
Fase Depresi (depression) Fase Penerimaan. Selain itu terdapat dua sifat-
sifat kehilangan secara umum yaitu Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan)
dan Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan).
Di dalam menangani pasien dengan respon kehilangan, diperlukan
prinsip- prinsip keperawatan yang sesuai, misalnya pada anak atau pada
orang tua dengan respon kehilangan (kematian anak). Pengkajian yang
dapat dilakukan yaitu dengan mengidentifikasi factor predisposisi dan
factor presipitasi. Dimana factor predisposisi meliputi Genetic, Kesehatan
Jasmani, Kesehatan Mental, Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu dan
Struktur Kepribadian.

3.2. Saran

Setelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan


pada klien dengan respon kehilangan dan berduka, maka kami
menganggap perlu adanya sumbang saran untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Adapun saran-saran yang
dapat kami sampaikan sebagai berikut:
1. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan
63
klien pada saat itu.
2. Dalam perumusan diagnose keperawatan, harus diprioritaskan
sesuai dengan kebutuhan maslow ataupun kegawatan dari masalah.

64
3. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang
kritis maupun yang tidak.

65
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta : EGC

Dalami, Ermawati,dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah


Psikososial.Jakarta :CV Trans Info Media

Direja,A.H.S.2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta: Nuha


Medika

SDKI DPP PPNI, Tim Pokja. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia’Definisi dan Indikator Diagnostik’. Edisi 1. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI

Suliswati, dkk, 2010. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa.


Jakarta: EGC Yosep I.2009.Keperawatan Jiwa. Bandung:refika
Aditama.

66

Anda mungkin juga menyukai