Oleh :
Ainun Zikriyah
NPM. 1614901210722
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
VITREKTOMI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Vitrektromi adalah prosedur operasi mata untuk mengeluarkan cairan seperti
jeli dari rongga mata, yang dikenal dengan istilah humor vitreous. Ini
dilakukan untuk mengobati beberapa kondisi mata yang serius dan
memulihkan penglihatan.
Vitreous gel atau humor vitreous sebagian besarnya terdiri dari air. Selain itu
juga mengandung sejumlah kecil asam hialuronat, zat yang bertindak sebagai
pelumas, dan berbagai jenis protein. Munculnya cairan seperti jeli ini di
rongga mata karena adanya fibril kolagen halus yang memberikan
membentuk dan kepadatan. Vitreous, yang berkontribusi pada bentuk bola
mata, terletak antara lensa dan retina mata, yang menjadi pendukung dan
bantal untuk bagian-bagian mata.
2. Tujuan
2.1. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep dan asuhan keperawatan yang harus
diberikan kepada klien dengan vitrektomi.
2.2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi dari vitrektomi
b. Mahasiswa mampu memahami tujuan dari vitrektomi
c. Mahasiswa mampu memahami indikasi dan kontraindikasi dari
vitrektomi
d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari vitrektomi
e. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari vitrektomi
f. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari vitrektomi
, meliputi : Pengkajian, Diagnosa keperawatan. Perencananaan
Intervensi Keperawatan
3. Indikasi dan Kontraindikasi
3.1. Indikasi
5. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi Konservatif
a) Farmakoterapi
b) Non Farmakoterapi
(1) Berikan lingkungan yang nyaman
(2) Ganti balutan setiap hari
(3) Ajarkan teknik relaksasi ( napas dalam ) apabila terasa nyeri pada
bagian mata
(4) Berikan posisi tubuh yang nyaman
2) Terapi Operatif
Penurunan fungsi
Defisiensi
otot pernapasan
pengetahuan Syok
hipovolemik
Penurunan tekanan
Ansietas
inspiraso dan Hb ↓
ekspirasi
Suplai O2 ↓
Pola nafas tidak
efektif
Sianosis
Gangguan
perfusi
jaringan
B. Gambar
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Asuhan keperawatan perioperatif terdiri dari 3 tahap yaitu mempunyai
pra, intra dan pasca operative, dimana perawat mempunyai peran
integral dalam rencana asuhan kolaboratif dengan pembedahan.
a) Perawatan Preoperatif
Perawatan preoperatif meliputi :
Kelengkapan rekam medis dan status
Memeriksa kembali persiapan pasien
Informed concent
Menilai keadaan umum dan TTV
Memastikan pasien dalam keadaan puasa
Pada fase preoperatif ini perawat akan mengkaji kesehatan fisik
dan emosional klien, mengetahui tingkat resiko pembedahan,
mengkoordinasi berbagai pemeriksaan diagnostik,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan yang mengambarkan
kebutuhan klien dan keluarga, mempersiapkan kondisi fisik dan
mental klien untuk pembedahan.
b) Perawatan Intraoperatif
Perawatan intraoperatif meliputi :
Melaksanakan orientasi pada pasien
Melakukan fiksasi
Mengatur posisi pasien
Menyiapkan bahan dan alat
Drapping
Membantu melaksanakan tindakan pembedahan
Memeriksa persiapan instrument
Pada fase intraoperatif perawat melakukan 1 dari 2 peran selama
pembedahan berlangsung,yaitu perawat sebagai instrumentator
atau perawat sirkulator. Perawat instrumentator memberi bahan-
bahan yang dibutuhkan selama pembedahan berlangsung dengan
menggunakan teknik aseptic pembedahan yang ketat dan terbiasa
dengan instrumen pembedahan.Sedangkan perawat sirkulator
adalah asisten instrumentator atau dokter bedah.
c) Perawatan Post Operasi
Pada fase postoperasi setelah pembedahan, perawatan klien dapat
menjadi komplek akibat fisiologis yang mungkin terjadi.klien yang
mendapat anastesi umum cenderung mendapat komplikasi yang
lebih besar dari pada klien yang mendapat anastesi lokal.
Perawatan post operative meliputi :
Mempertahankan jalan napas dengan mengatur posisi kepala.
Melaksanakan perawatan pasien yang terpasang infus di bantu
dengan perawat anastesi
Mengukur dan mencatat produksi urine
Mengatur posisi sesuai dengan keadaan.
Mengawasi adanya perdarahan pada luka operasi
Mengukur TTV setiap 15 menit sekali
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keperawatan pre operatif, intra
operatif, dan post operatif antara lain :
a. Pre Operasi :
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
prosedur tindakan operasi
b. Intra Operasi :
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan
kehilangan lapang pandang vitreus, perdarahan intraokuler,
peningkatan tekanan intra okuler.
c. Post Operasi :
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
akibat prosedur invasive/ tindakan operatif dan adanya
proses inflamasi luka post operasi
3. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operasi
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
tindakan operasi
Tujuan : Pasien mengerti tentang prosedur tindakan operasi
Kriteria Hasil :
Pasien tidak cemas
Pasien dapat menjelaskan tentang prosedur tindakan
operasi yang akan dilakukan
INTERVENSI RASIONAL
Bantu pasien mengekspresikan Ansietas berkelanjutan
perasaan marah kehilangan dan memberikan dampak serangan
takut jantung
Kaji tanda – tanda ansietas verbal Reaksi verbal / non verbal dapat
dan non verbal menujukan rasa agitasi, marah
dan gelisah
Jelaskan tentang prosedur Pasien dapat beradaptasi dengan
pembedahan sesuai jenis operasi prosedur pembedahan yang akan
dilaluinya dan akan merasa
nyaman
Beri dukungan pra bedah Hubungan emosional yang baik
antara perawat dan pasien akan
mempengaruhi penerimaan
pasien terhadap pembedahan.
Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan
rasa marah, menurunkan
kerjasama dan mungkin
memperlambat penyembuhan
Orientasikan pasien terhadap Orientasi dapat menurunkan
prosedur rutin dan aktifitas yang kecemasan
diharapkan
Berikan kesempatan kepada pasien Dapat menghilangkan
untuk mengungkapkan ketegangan terhadap
kecemasannya kekewatiran yang tidak di
ekspresikan
Berikan privasi untuk pasien Kehadiran keluarga dan teman –
dengan orang terdekat teman yang dipilih pasien untuk
menemani aktivitas pengalihan
akan menurunkan perasaaan
terisolasi
Kolaborasi pemberian anti cemas Meningkatkan relaksasi dan
sesuai indikasi seperti diazepam menurunkan kecemasan
b. Intra Operasi
Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kehilangan
lapang pandang vitreus, perdarahan intraokuler, peningkatan
tekanan intra okuler.
(1)
Tujuan : Tidak terjadinya cedera selama pembedahan
Kriteria hasil :
Tidak terjadinya cedera sekunder akibat pengaturan posisi
bedah
Tidak adanya cedera akibat pemasangan alat – alat penunjang
pembedahan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ulang identitas pasien dan Untuk mencegah kesalahan
jadwal prosedur operasi sesuai pasien dan kesalahan dalam
dengan jadwal prosedur operasi
Lepaskan gigi palsu/ kawat gigi, Menghindari cedera akibat
kontak lensa, perhiasan sesuai penggunaan alat – alat penunjang
dengan protokol operasi operasi
Pastikan brangkar ataupun meja Untuk mencegah pasien jatuh
operasi terkunci pada waktu sehingga menimbulkan cedera
memindahkan pasien
Pastikan penggunaan sabuk Untuk menghindari pergerakan
pengaman pada saat operasi dari pasien pada saat operasi dan
berlangsung menghindari pasien jatuh
Persiapkan bantal dan peralatan Untuk menghindari cedera akibat
pengaman untuk pengaturan penekanan pada posisi operasi
posisi pasien pasien yang lama
Pastikan keamanan elektrikal Mencegah cedera pada daerah
selama selama pembedahan sekitarnya yang tidak mengalami
proses pembedahan
Letakan plate diatermi sesuai Jika tidak diletak dengan benar
dengan prosedur dapat menimbulkan cedera pada
daerah sekitar penempatan
diatermi plate dan mengganggu
kelancaran operasi
Pastikan untuk mencatat jumlah Untuk mencegah tertinggalnya
pemakaian kasa, instrument, alat atau bahan habis pakai dalam
jarum dan pisau operasi anggota tubuh pasien yang
dioperasi
(2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
secret efek sekunder anastesi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan pola nafas
normal
Kriteria Hasil:
TTV dalam batas normal:
- TD: 120/ 0 mmHg
- ND: 60-100x/ menit
- RR: 18-24 x/ menit
- Spo2 95-100%
Tidak ada sisa secret yang menghalangi saluran nafas.
INTERVENSI RASIONAL
Pertahankan jalan nafas Membuka jalan udara pasien
pasien dengan memiringkan untuk memudahkan pasien
kepala saat proses oksigenasi
Lakukan hiperekstensi Membuka jalan udara pasien
rahang untuk memudahkan pasien
saat proses oksigenasi
Cek aukultasi suara nafas Memantau kelancaran jalan
napas dan pernapasan
Pantau TTV Mengetahui kondisi umum
pasien,
Lakukan sucton bila perlu Mencegah penumpukan
secret/darah yang
menutupi/menghalangi jalan
nafas
Pemberian oksigen sesuai Untuk mempertahankan
kebutuhan PaO2>60 dan SaO2 >90%
dan mencegah serta mengatasi
hypoxia pada jaringan
c. Post Operasi
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
akibat prosedur invasive/ tindakan operatif dan adanya proses
inflamasi luka post operasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan tidak
terjadi infeksi
Kriteria hasil:
Tidak ada tanda-tanda infeksi terlihat
INTERVENSI RASIONAL
Cuci tangan sebelum dan Untuk mempertahankan tehnik
sesudah tindakan keperawatan septikaseptik pada saat tindakan
keperawatan.
Monitor tanda dan gejala infeksi Untuk mengetahui sedini
sistemik dan lokal mungkin apabila terjadi infeksi
(..........................................) (...............................................)