Anda di halaman 1dari 19

M A K A LA H

TENTANG BASALIOMA

OLEH

NISMA

YULIANCE MUYAPA

NIM : 144011.01.18.151

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN RS. MARTHEN INDEY
JAYAPU RA 2 0 2 0
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena hanya dengan
rahmat serta ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan
Keperawatan dengan judul“BASALIOMA”. Dalam penulisan dan penyusunan tugas mata
kuliah Askep Basalioma ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan semua pihak, untuk
itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Siti Patimah S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen mata kuliah KMB II

2. Rekan-rekan serta semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Mata Kuliah Askep Basalioma masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena, itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun
senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan tugas ini.

Semoga tugas mata kuliah KMB II ini dapat berguna bagi penulis dan segala pihak
khususnya bagi mahasiswa Prodi D III KEPERWATAN Akademi keperawatan
RS.Marthen indey Jayapura.

Jayapura, 21 juni 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karsinoma sel basal ( BCC )  atau basalioma adalah neoplasma maligna


yang berasal dari sel basal epidermis ataupun sel folikel rambut sehingga
dapat timbul pada kulit yang berambut.  BCC merupakan kanker kulit
neomelanoma dengan insiden tertinggi dan diharapkan akan terus meningkat
dengan semakin meningkatnya radiasi oleh UV di bumi.  Biasanya terjadi
pada daerah yang terekspos matahari meskipun daerah yang tertutup juga
meningkat risikonya. Hidung atau “ daerah T “ pada wajah merupakan tempat
predileksi untuk terjadinya BCC.
BCC tumbuh lambat meskipun pada keadaan “lanjut” dapat menginvasi
jaringan sekitar, seperti kartilago, tulang, dan menyebabkan “ kecacatan “.
BCC jarang metastasis, dikatakan metastasis terjadi kurang dari 0,05 % kasus
( Feig et al., 2006 ).
Meskipun karsinoma sel basal jarang metastasizes, tumbuh secara lokal
dengan invasi dan penghancuran jaringan lokal.  Kanker dapat menimpa pada
struktur vital seperti saraf dan mengakibatkan hilangnya sensasi atau
hilangnya fungsi kematian atau jarang. Sebagian besar kasus dapat berhasil
diobati sebelum terjadi komplikasi serius.
Setiap tahun antara 900.000 dan 1,2 juta kasus baru kanker kulit non-
melanoma akan didiagnosis di Amerika Serikat. Ini terjadi peningkatan sekitar
lebih tinggi setengah juta setiap tahun daripada perkiraan sebelumnya.
Berdasarkan hasil statistik baru ini satu dari 5 penduduk Amerika akan
mengalami kanker kulit jenis non-melanoma dalam masa kehidupannya.
Melanoma maligna yakni penyebab kematian terbesar pada bentuk kanker
kulit sedang mengalami peningkatan lebih cepat dibandingkan dengan
beberapa jenis kanker lainnya.
Pertama sekali melaporkan karsinoma sel basal ini adalah Jacob pada pada
tahun 1827 yang merupakan suatu sel invasi dan metastase yang lambat serta
jarang menimbulkan kematian . Karsinoma basal sering ditemukan pada orang
berkulit putih daripada orang berkulit hitam dan pengaruh sinar matahari
sangat berperan dalam perkembangan karsinoma sel basal. Lebih dari 80%
berlokasi di kepala dan leher, 30% di hidung . Menurut penilitian yang telah
dilakukan peringkat kanker kulit di Indonesia adalah 36,67%.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengambil rumusan masalah


tentang bagaimana asuhann keperawatan pada Tn.S dengan basalioma basal

C. Tujuan Penulisan

Secara jangka panjang makalah ini bertujuan kepada tenaga agar lebih
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan asuhan pada Tn.S dengan
basalioma basal
BAB II

PEMBAHASAN
KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Karsinoma ssel basal (BBC) atau basalima adalah neoplasma maligna
yang berasal dari sel basal epidermis ataupun sel folikel rambut segingga
dapat timbul pada kulit yang berambut (manuaba 2010).

Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal


dari pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit
( Marwali 2000).

Basalioma adalah merupakan kanker kulit yang timbul dari lapisan


sel basal epidermis atau folikel rambut ; yang paling umum dan jarang
bermetastasis ; kekambuhan umum terjadi (syerley 2005).

B. Etiologi

Penyebabnya belum pasti diketahui. Lebih dari 90% penyebab


basalioma yaitu terpapar sinar matahari atau penyinaran ultraviolet
lainnya. Lokalisasi kanker kulit lebih banyak terdapat di daerah kulit yang
terbuka, terpapar sinar matahari misalnya kulit muka. Paling sering
muncul pada usia diatas 40-70 tahun dan lebih di jumpai pada pria dengan
perbandingan 2 : 1, mungkin di karenakan kaum pria lebih banyak ke luar
rumah dan perpapar sinar matahari.

Faktor resiko lainnya yaitu:

1. Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang, mata biru atau hijau
dan rambut pirang.
2. Pemaparan sinar X yang berlebihan.
3. Senyawa kimia arsen, trauma dan ulkus kronis.
C. Patofisiologi

Basalioma merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan.


Basalioma berasal dari sel epidermis sepanjang lamina basalis. Kanker sel
basal terjadi pada daerah terbuka yang biasanya terpapar sinar matahari,
seperti wajah, kepala, dan leher. Untungnya tumor ini jarang sekali
bermetastasis. Pasien dengan kanker sel basal tunggal lebih mudah
mendapat kanker kulit.
Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogen adalah sinar yang
panjang gelombangnya, bekisar antara 280 samapi 320 mm.
Spektrum inilah yang membakar dan membuat kulit menjadi cacat. Selain
itu, pasien yang memiliki riwayat kanker sel basal harus menggunakan
tabir surya atau pakaian pelindung untuk menghindari sinar karsinogen
yang terdapat di dalam sinar matahari.
Penyebab lain basalioma adalah riwayat pengobatan, radiologi,
sebelumnya untuk menyembuhkan penyakit kulit lain. Sinar ultraviolet
panjang (UVA) yang dipancarkan oleh alat untuk membuat kulit
kecoklatan seperti terbakar sinar matahari juga merusak epidermis dan di
anggap sebagai karsinogen.
Tumor ini ditandai oleh nodul eritromatosa, halus dan seperti mutiara,
bagian tengah mengalami ulserasi dan perdarahan, meninggi dan
memiliki pembuluh telangiektatik pada permukannya.
D. Pathway

Penyebab (externa, interna)



Zat karsinogenik

Pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit

Basalioma

Tindakan medis : operasi Basalioma

Kurang informasi

Bertanya tentang penyakitnya

Penurunan status kesehatan

Kebutuhan akan belajar
Kurang pengetahuan↓

Terputusnya jaringan

Rangsangan terhadap reseptor nyeri di korteks serebri

Nyeri dipersepsikan

Nyeri akut
Eksisi bedah/luka

Media masuknya mikroorganisme

Infeksi

Resiko infeksi
Tindakan medis invasive

Struktur kulit terputus

Perubahan terhadap fungsi kulit

Kerusakan integritas kulit

(wilson N price, 2005)

E. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala yang menyertai penyakit basalioma adalah


presileksinya terutama pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial,
daerah periorbital), leher. Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada
lengan, tangan, badan, tungkai, kaki dan kulit kepala. Gambaran klinik
basalioma bervariasi terbagi menjadi 5 bentuk :
1. Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens
2. Berpigmen
3.  Morfea atau fibrosing atau sklerosine
4. Superfisial
5. Fibroepitelioma
Disamping itu terdapat pula 3 sindroma klinis, dimana epitelioma sel basal
berperan penting, yaitu :
1. Sindroma epitelioma sel basal nevoid.
2. Nevus sel basal unilateral linier
3. Sindroma bazex
F. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat timbulkan dari penyakit kanker kulit ini
yaitu:
1. Akibat pembedahan dan terapi radiasi :
a. Jaringan yang dibuat tergores/terluka
b. Perubahan warna kulit
c. Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat kosmetik
d. Luka kulit yang kronis
e. Keterbatasan anggota badan jika pengobatan luas.
2. Akibat kemoterapi dan bioterapi:
a. Mual dan muntah
b. Syndrome flulike
c. Mielosupresi
d. Paresthesia
e. Fibrosis pilmony
f. Hipersesitive
g. Alopesia
h. Reaksi alergi
3. Umum
a. Timbulnya perunahan pada kulit dari alat-alat kosmetik dan citra
tubuh
b. Kehilangan fungsi pada ekstremitas
c. Perlukaan dan perubahan warna kulit
d. Proses hasil metastase penyakit pada pengobatan invasive dan
potensial kematian terakhir.

G. Penatalaksanaan
Terdapat banyak alternative pengobatan pada karsioma sel basa
adalah :
1. Kuretase dan elektrodesikasi
Keuntungan :
a. Tekhniknya sederhana
b. Meninggalkan luka yang teratur dan kering
Kerugian :
a. Tiddak efektif untuk tumor primer yang luas atau residif
b. Tidak didapat konfirmasi batas tepi pembuangan jaringan yang
adekuat.
2. Beda eksisi
Keuntungan :
a. Penyembuhannya cepat dengan lukayang teratur dan kering
b. Dari segi kosmetik baik, memungkinkan pengambilan jaringan
tumor secara menyeluruh dan dapat ditemukan batas eksisi
dengan pemeriksaan histopatologi.
Kerugian :
a. Membutuhkan waktu
b. Biaya mahal
c. Memerlukan pengalaman yang luas
d. Pengambilan jaringan normal dapat berlebihan
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Dasar
a. Identitas
Kajian ini meliputi nama, inisial, umur, jenis kelamin, agama,
suku, pendidikan, pekerjaan yang terpapar sinar matahari misalnya:
petani,buruh bangunan dan lain-lain dan tempat tinggal klien.
Selain itu perlu juga dikaji nama dan alamat penanggung jawab
serta hubungannya dengan klien.
b. Riwayat penyakit dahulu
Berupa penyakit dahulu yang pernah diderita yang berhubungan
dengan keluhan sekarang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi alasan masuk rumah sakit, kaji keluhan klien, kapan
mulai tanda dan gejala. Faktor yang mempengaruhi, apakah ada
upaya-upaya yang dilakukan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit basalioma atau
kanker (Engram, 1998).
e. Riwayat pemakaian obat-obatan dan kosmetik
Kajian ini meliputi pemakaian obat-obatan yang terjual bebas dan
pemakaian kosmetik yang salah.
f. Data biologis
1) Pola nutrisi : klien mengalami anoreksia, dan ketidakmampuan
untuk makan.
2) Pola minum : Masukan cairan klien adekuat, pasca operasi,
klien puasa total 24 jam (Doenges, et, al, 2002).
3) Pola eliminasi : Terjadi konstipasi dan berkemih tergantung
masukan cairan (Brunner & Suddarth, 2002).
4) Pola istirahat dan tidur : Tidak dapat tidur dalam posisi baring
rata pasca operasi (Doenges, et, al, 1999).
5) Pola kebersihan : Penurunan kemampuan melakukan aktivitas
sehari-hari disebabkan pasca operasi.
6) Pola aktivitas : Keletihan melakukan aktivitas sehari-hari
(Brunner and Suddarth, 2000).
g. Data Psikologis
1) Status emosi
2) Klien dapat merasa terganggu dan malu dengan kondisi yang
dialaminya atau tidak (Brunner and Suddarth, 2002).
3) Gaya komunikasi : kesulitan berbicara dalam kalimat
panjang/perkataan yang lebih dari 4 atau 5 sekaligus (Doenges,
et, al, 1999).
4) Pola interaksi : tidak ada sistem pendukung, pasangan,
keluarga, orang terdekat. Keterbatasn hubunan dengan orang
lain, keluarga atau tidak (Doenges, et, al, 1999).
5) Pola koping : Klien marah, cemas, menarik diri atau
menyangkal.
h. Data social
1) Pendidikan dan pekerjaan : tingkat pengetahuan tentang operasi
minim.
2) Hubungan social : kurang harmonisnya hubunan sosial
merupakan stressor emosional pernafasan tidak teratur
(Brunner & Suddarth, 2002).
3) Gaya hidup : kebiasan merokok, minum minuman berakohol,
sering bergadang (Brunner & Suddarth, 2002).
i. Data spiritual
Keterbatasan melakukan kegiatan spiritual (Brunner & Suddarth,
2002).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum lemah
b. Kesadaran composmentis sampai koma, tergantung tingkat efek
pembedahan dan anestesi.
c. Tanda-tanda vital meningkat disebabkan adanya infeksi.
d. Kepala, leher, axilla : ekspresi wajah meringis, takut.
e. Hidung : pernafasan cuping hidung
f. Dada : berpengaruh apabila tingkatan infeksi tinggi akan
mempengaruhi pernafasan cepat sampai retraksi.
g. Ekstremitas : ekstremitas berkeringat
(Brunner & Suddarth, 2002)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan pre-operatif
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan,
kematian, nyeri.
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kecacatan karena
penyakit atau penanganan kanker kulit seperti reseksi pembedahan,
agen kemoterapi topical, dan atau terapi radiasi
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penanganan kanker kulit
seperti pembedahan dan kemoterapi topical.
2. Diagnosa keperawatan post-operatif
a. Nyeri akut berhubungan dengan eksisi pembedahan.
b. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan eksisi.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnose keperawatan pre operatif
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan,
kematian, nyeri
Tujuan : klien dan keluarga tidak cemas lagi.
Kriteria evaluasi :rasa takut dan cemas berkurang sampai hilang.
Intervensi :
1) Kaji status mental termasuk ketakutan pada kejadian isi pikir.
Rasional : pada awal pasien dapat menyangkal dan represi
untuk menurunkan dan menyaring informasi keseluruhan.
(Doenges, 2000).
2) Jelaskan informasi tentang prosedur perawatan.
Rasional : pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan
3) Bantu kelurga untuk mengekspresikan rasa cemas dan takut.
Rasional : keluarga mungkin bermasalah dengan kondisi
pasien atau merasa bersalah.(Doenges, 2000).
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kecacatan karena
penyakit atau penanganan kanker kulit seperti reseksi pembedahan,
agen kemoterapi topical, dan atau terapi radiasi.
Tujuan: klien bisa menerima keadaannya.
Criteria evaluasi: mendiskusikan strategi untuk mengatasi
perubahan pada citra tubuh.
Intervensi :
1) Kaji pengetahuan pasien trehadap adanya potensi kecacatan
yang berhubungan dengan pembedahan dan atau perubahan
kulit.
Rasional : memberikan informasi untuk menformulasikan
perencanaan.
2) Pantau kemampuan pasien untuk melihat perubahan bentuk
dirinya.
Rasional : ketidakmampuan untuk melihat bagian tubunhya
yang terkena mungkin mengindikasikan kesulitan dalam
kopping.
3) Dorong pasien untuk mendiskusikan perasaan mengenai
perubahan penampilan dari pembedahan.
Rasional : memberikan jalan untuk mengekspesikan emosinya.
4) Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat.
Rasional : meningkatkan perasaan dan memungkinkan respons
yang lebih membantu pasien.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penanganan kanker kulit
seperti pembedahan dan kemoterapi topical.
Tujuan : klien bisa mengetahui penanganannya.
Kriteria hasil : menyatakan tindakan perawatan diri untuk
menurunkan insiden dan bertambah beratnya gejala yang
berhubungan dengan pengobatan.
Intervensi :
1) Beritahu kapan pembedahan/terapi radiasi akan dilakukan.
Rasional : memberikan informasi yang diperlukan.
2) Jelaskan tujuan dari penanganan
Rasional : meningkatkan pemahaman terhadap pengobatan.
3) Ajarkan untuk menggunakan kemoterapi topical.
Rasional : meningkatkan perawatan diri sendiri
4) Beritahu kemungkinan efek samping dari pemberian obat
topical seperti iritasi kulit dan pemakaian yang tidak tepat
mungkin dapat menyebabkan kulit terkelupas atau melepuh.
Rasional : Meningkatkan keamanan dari pemberian obat
topical tanpa adnya komplikasi.
5) Beritahu adanya efek samping dari terapi radiasi dan tindakan
keperawatan diri untuk mengatasinya.
Rasional : meningkatkan perawatan diri.
2. Diagnosa keperawatan post-operatif.
a. Nyeri akut berhubungan dengan eksisi pembedahan.
Tujuan : nyeri berkurang sampai hilang.
Kriteria evaluasi :Klien akan melaporkan penurunan rasa nyeri dan
peningkatan aktivitas setiap hari. Luka eksisi bedah sembuh setelah
post operasi tanpa komplikasi.
Intervensi :
1) Observasi skala nyeri, lama intensitas nyeri.
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi derajat nyeri
kebutuhan untuk analgesik (Doenges, 1999)
2) Berikan posisi yang nyaman tidak memperberat nyeri.
Rasional : Mengurangi tekanan pada insisi, meningkatkan
relaksasi dalam istirahat (Doenges, 1999).
3) Beri obat analgesik (diazepam, paracetamol) sesuai terapi
medik.
Rasional : Membantu mengurangi nyeri untuk meningkatkan
kerjasama dengan aturan terapeutik (Brunner and Suddarth,
2001).
b. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan eksisi
pembedahan.
Tujuan : meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas
tanda infeksi.
Kriteria evaluasi : luka bersih tidak tanda-tanda infeksi.
Intevensi :
1) Observasi luka, catat karakteristik drainase.
Rasional : Perdarahan pasca operasi paling sering terjadi
selama 48 jam pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja.
Tergantung pada tipe penutupan luka (misal penyembuhan
pertama atau kedua), penyembuhan sempurna memerlukan
waktu 6-8 bulan (Doenges, 1999).
2) Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan tehnik steril.
Rasional : Sejumlah besar cairan pada balutan luka operasi ,
menuntut pergantian dengan sering menurunkan iritasi kulit
dan potensial infeksi (Doenges, 1999).
3) Bersihkan luka sesuai indikasi, gunakan cairan isotonic Normal
Saline 0,9 % atau larutan antibiotik.
Rasional : Diberikan untuk mengobati inflamasi atau infeksi
post operasi atau kontaminasi interpersonal (Doenges, 1999).
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
Tujuan : meningkatkan waktu penyembuhan dengan tepat, bebas
dari infeksi serta tidak ada tanda demam.
Kriteria evaluasi : pertahankan lingkungan aseptik
Intervensi :
1) Perhatikan kemerahan disekitar luka operasi.
Rasional : Kemerahan paling umum disebabkan masuknya
infeksi ke dalam tubuh di area insisi (Doenges, 1999).
2) Ganti balutan sesuai indikasi.
Rasional : Balutan basah bertindak sebagai sumbu untuk
media untuk pertumbuhan bakterial.
3) Awasi tanda-tanda vital.
Rasional : Peningkatan suhu menunjukkan komplikasi insisi
(Doenges, 1999).

D. Implementasi
Implementasi keperawatan akan dilaksanakan sesuai dengan intervensi
keperawatan yang sudah direncanakan.
E. Evaluasi keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan eksisi pembedahan.
2. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan eksisi.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karsinoma ssel basal (BBC) atau basalima adalah neoplasma
maligna yang berasal dari sel basal epidermis ataupun sel folikel rambut
segingga dapat timbul pada kulit yang berambut (manuaba 2010).

Faktor resiko lainnya yaitu:

1. Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang, mata biru atau hijau
dan rambut pirang.
2. Pemaparan sinar X yang berlebihan.
3. Senyawa kimia arsen, trauma dan ulkus kronis.

B. Saran

Kita sebagai seorang perawat harus memahami dan mempelajari


tentang penyakit tumor kulit supaya kita sebagi perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan professional kepada
pasien yang mengalami kanker kulit dan dapat memberikan adeukasi
kepada pasien untuk mencegah terjadinya kanker kulit.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba 2010. Ilmu kebidanan penyakit kandungan dan KB.Jakarta :EGC

Marwali H, 2000.Ilmu penyakit kulit :acne vulgaris, Jakarta :Hipokrates.H. 35-


45.merck,2002,Acne.

Brunner&Suddart. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah. Jakarta : EGC

Doenges, Marilyn E.2002.Rencana asuhan keperawatan. Ed. 3. Jakarta

Dongues , maryllin E et all.Rencana asuhan keperawatan .EGC,Jakarta

Gale,Danielle.2000. Rencana asuhan keperawatan onkologi.EGC.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai