Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

BASALIOMA

A. DEFINISI

Basalioma (Karsinoma Sel Basal. Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker)
yang berasal dari pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit (
Marwali,2000).

Basalioma adalah merupakan tumor ganas yang berasal dari sel lapisan basal epidermis
bersifat invasive, destruktif lokal, dan sangat jarang bermetastasis (Nila,2000).
Basalioma adalah merupakan kanker kulit yang timbul dari lapisan sel basal epidermis atau
folikel rambut ; yang paling umum dan jarang bermetastasis ; kekambuhan umum terjadi
(Brunner and Suddarth, 2000).

Basalioma merupakan jenis kanker kulit dan tumor ganas pada manusia yang paling
sering terjadi dan lebih banyak mengenai orang kulit putih dan jarang terjadi pada orang kulit
hitam.( Shirley, 2005). Basalioma adalah keganasan sel basal epidermis. ( Beth Goldstein, 2001).

B. ETIOLOGI

Penyebabnya belum pasti diketahui. Lebih dari 90% penyebab basalioma yaitu terpapar sinar
matahari atau penyinaran ultraviolet lainnya. Lokalisasi kanker kulit lebih banyak terdapat di
daerah kulit yang terbuka, terpapar sinar matahari misalnya kulit muka. Paling sering muncul
pada usia diatas 40-70 tahun dan lebih di jumpai pada pria dengan perbandingan 2 : 1, mungkin
di karenakan kaum pria lebih banyak ke luar rumah dan perpapar sinar matahari.
Faktor resiko lainnya yaitu:

a. Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang, mata biru atau hijau dan rambut pirang.
b. Pemaparan sinar X yang berlebihan.
c. Senyawa kimia arsen, trauma dan ulkus kronis.
C. TANDA DAN GEJJALA

Tanda dan gejala yang menyertai penyakit basalioma adalah presileksinya terutama pada
wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah periorbital), leher. Meskipun jarang dapat pula
dijumpai pada lengan, tangan, badan, tungkai, kaki dan kulit kepala. Gambaran klinik basalioma
berdasarkan histopatologi terbagi menjadi 5 bentuk :

a. Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens merupakan jenis yang paling sering di jumpai. Lesi
biasanya tampak sebagai lesi tunggal. Paling sering mengenai wajah, terutama pipi, lipat
nasolabial, dahi, dan tepi kelopak mata. Pada awalnya tampak papul atau nodul kecil,
transparan seperti mutiara, berdiameter kurang dari 2 cm, dengan tepi meninggi.
Permukaannya tampak mengkilat sering dijumpai adanya teleangiektasia dan kadang-kadang
dengan skuama yang halus atau kusta tipis. Berwarna seperti mutiara, kadang-kadang seperti
kulit normal sampai eritem yang pucat. Lesi membesar secara perlahan dan suatu saat bagian
tengah lesi menjadi cekung, meninggalkan tepi yang meninggi, keras. Jika terabaikan, lesi-lesi
ini akan mengalami ulserasi dengan destruksi jaringan disekitarnya.

b. Berpigmen
Gambaran klinisnya sama dengan yang tipe nodulo-ulseratif. Bedanya, pada jenis ini
berwarna cokelat atau hitam berbintik-bintik atau homogen yang secara klinis dapat
menyerupai melanoma.
c. Morfea atau fibrosing atau sklerosine. Biasanya terjadi pada kepala dan leher. Lesi tampak
sebagai plak sklerotik yang cekung, berwarna putih kekuningan dengan batas tidak jelas. Lesi
tampak sebagai bercak sklerodermatosa dan tidak memberi kesan basalioma bila dilihat oleh
mata yang tidak berpengalaman. Pertumbuhan perifer di ikuti oleh perluasan sklerosis di
tengahnya.
d. Superfisial
Lesi biasanya multiple, mengenai badan. Secara klinis tampak sebagai plak transparan,
eritematosa sampai berpigmen terang berbentuk oval sampai ireguler dengan tepi berbatas
tegas, sedikit meninggi, seperti benang atau kawat. Biasanya dihubungkan dengan ingesti
arsenic kronis.
e. Fibroepitelioma
Paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis lesi berupa papul kecil yang tidak
bertangkai atau bertangkai pendek dengan permukaan halus atau noduler dengan warna yang
bervariasi.
Disamping itu terdapat pula 3 sindroma klinis, dimana epitelioma sel basal berperan penting,
yaitu :
Sindroma epitelioma sel basal nevoid. Dikenal pula sebagai sindrom Gorlin Goltz.
Merupakan kelainan autosomal dominan dengan penetrasi yang bervariasi, ditandai oleh 5
gejala mayor yaitu:
1) Basalioma multiple yang terjadi pada usia muda.
2) Cekungan-cekungan pada telapak kaki.
3) Kelainan pada tulang, terutama pada tulang rusuk.
4) Kista pada tulang rahang.
5) Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya.

Nevus sel basal unilateral linier. Merupakan jenis yang sangat jarang di jumpai. Lesi
berupa nodul dan komedo, dengan daerah atrofi bentuk striae, distribusi zosteriformis atau
linier, unilateral. Lesi biasanya di jumpai sejak lahir dan lesi ini tidak meluas dengan
meningkatnya usia.

Sindroma bazex. Sindrom ini digambarkan pertama kalinya oleh Bazex, diturunkan
secara dominan dengan cirri khas sebagai berikut:

1) Atrofoderma folikuler, yang ditandai oleh folikuler yang terbuka lebar, seperti ice-
pick marks, terutama pada ekstremitas.
2) Epitelioma sel basal kecil, multiple pada wajah, biasanya timbul pertama kali pada
saat remaja atau awal dewasa. Namun kadang-kadang dapat juga timbul pada masa
akhir anak-anak.
D. Klasifikasi Histopatologi
1) Nodular BCC : tipe klasik, berbentuk “pink” nodul (pada kulit putih ), pada kulit bewarna
akan terjadi pingmentasi, “pearly” dan kadang terjadiulserasi.
2) Superficial BCC : banyak dijumpai pada ekstremitas atau daerah yang terkena eksposur
sinar matahari, ber-squama (scaly) sering sulit dibedakan dengan SCC ataupunBowen
disease.
3) Sclerosing or Morphea Form BCC : jarang dijumpai, dan berbentuk nodul yang induratif
dan tidak terbatas jelas, sering didiagnosa sebagai jaringan “parut”
4) Pigmented BCC : mungkin merupakan varian dari nodular BCC
5) Cystic BCC : jaringan sekali dijumpai
6) Fibroepithelioma of Pinkus (PEP) : varian yang jarang dijumpai
( Manuaba, 2010 )

E. PATOFISOLOGI
Basalioma merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Basalioma berasal
dari sel epidermis sepanjang lamina basalis. Kanker sel basal terjadi pada daerah terbuka
yang biasanya terpapar sinar matahari, seperti wajah, kepala, dan leher. Untungnya tumor ini
jarang sekali bermetastasis. Pasien dengan kanker sel basal tunggal lebih mudah mendapat
kanker kulit.
Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogen adalah sinar yang panjang
gelombangnya, berkisar antara 280 samapi 320 mm. Spektrum inilah yang membakar dan
membuat kulit menjadi cacat. Selain itu, pasien yang memiliki riwayat kanker sel basal harus
menggunakan tabir surya atau pakaian pelindung untuk menghindari sinar karsinogen yang
terdapat di dalam sinar matahari.
Penyebab lain basalioma adalah riwayat pengobatan, radiologi, sebelumnya untuk
menyembuhkan penyakit kulit lain. Sinar ultraviolet panjang (UVA) yang dipancarkan oleh
alat untuk membuat kulit kecoklatan seperti terbakar sinar matahari juga merusak epidermis
dan di anggap sebagai karsinogen.
Tumor ini ditandai oleh nodul eritromatosa, halus dan seperti mutiara, bagian tengah
mengalami ulserasi dan perdarahan, meninggi dan memiliki pembuluh telangiektatik pada
permukannya
F. Pathway

Penyebab (externa, interna)



Zat karsinogenik

Pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit

Basalioma

Tindakan medis : operasi Basalioma

Kurang informasi

Bertanya tentang penyakitnya

Penurunan status kesehatan

Kebutuhan akan belajar
Kurang pengetahuan↓

Terputusnya jaringan

Rangsangan terhadap reseptor nyeri di korteks serebri

Nyeri dipersepsikan

Nyeri akut
Eksisi bedah/luka

Media masuknya mikroorganisme

Infeksi

Resiko infeksi
Tindakan medis invasive

Struktur kulit terputus

Perubahan terhadap fungsi kulit

Kerusakan integritas kulit

(Wilson N price, 2005)


G. MANIFESTASI KLINIS
Bagian tubuh yang terserang kanker sel basal biasanya wajah, leher dan kulit kepala.
Adapun tanda-tanda penyakit kanker berjenis ini adalah benjolan yang agak berkilat,
kemerahan dengan pinggir meninggi yang berwarna agak kehitaman, kelainan seperti
jaringan parut dan lecet/lika yang tidak sembuh-sembuh.

H. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto polos ( X-ray ) terutama pada lesi BCC yang besar dan luas untuk melihat adanya
inflitrasi sel tumor pada tulang di bawahnya.
2) CT Scan untuk melihat luas destruksi tulang, operabilitas dan perencanaan pembedahan.

I. Pemeriksaan Klinis
1) Anamnesis
Dikeluhkan adanya lesi kulit seperti ‘’tahi lalat’’ yang berubah warnanya, gatal, nyeri,
berdarah, membesar atau timbul “tukak” atau ulkus. Kadang disebut sebagai “borok”
yang tidak sembuh-sembuh.
2) Pemeriksaan Fisik
Gambaran klinis dikenal sebagai ulkus Rodent, yaitu ulkus dengan satu sisi berbentuk
tidak rata, seakan –akan seperti gambaran “ gigitan rodent/tikus”. Biasanya seperti
adanya hiperpigmentasi pada bagian tepi dan ulkus di tengah.
Bentuk klinis yang dijumpai pada BCC adalah :
a. Jenis nodulo-ulseratif (paling seringm : mula-mula berbentuk papul (papula) meninggi,
“pearly” atau permukaan mengilat seperti “mutiara”, sering
terdapattelengiectasi disentral yang biasanya mengalami ulseratif. Kadang berskuama
halus dan berkrusta tipis dan tumbuh lambat.
b. Jenis berpigmen : gambaran sama nodulo-ulseratif hanya bewarna coklat hitam, berbintik
dan homogen.
c. Jenis morphea liek atau fibrosis jarang : bentuk “plakat”, kekuningan, tepi tidak jelas,
kadang meninggi. Pada pada permukaan tampak beberapa folikel rambut yang konkaf
dan membentuk jaringan seperti sikratriks, dan kadang tertutup krusta. Ulserasi jarang.
d. Jenis superficial : lokasi pada kepala, leher, badan berupa bercak kemerahan,
berskuamosa halus, tepi sedikit meninggi. Tumbuh dan meluas secara lambat, ulserasi.
Sering dijumpai multiple terutama pada pasien berkulit putih.
e. Jenis fibro-epitelial : Sering dijumpai dipunggung, soliter, bernodul padat, bertangkai
pendek, permukaan halus sedikit kemerahan seperti fibroma.
f. Nevoid Basal Cell Syndrome (Sindroma Gortin Galzt)
g. Sindroma Xeroderma Pigmentosum.
h. Jenis linear and generalized follicular basal cell nevi.
i. Jenis generalized follicular : disertai kerontokan rambut sebagai akibat kerusakan folikel
rambut karena pertumbuhan tumor.
j. Albinism : sensitif terhadap UV (tidak adanya “melanin” perlindung kulit ) mudah terjadi
BCC, SCC ataupun melanoma.

J. Komplikasi
1) Sebuah risiko kekambuhan karsinoma basal. Sel umumnya kambuh. Bahkan setelah
pengobatan berhasil, mereka mungkin kambuh, sering di tempat yang sama.
2) Peningkatan risiko jenis lain kanker kulit. Sebuah sejarah karsinoma sel basal juga dapat
meningkatkan kemungkinan mengembangkan jenis lain kanker kulit, seperti karsinoma
sel skuamosa dan melanoma.
3) Kanker yang menyebar di luar kulit. Langka, bentuk agresif karsinoma sel basal dapat
menyerang dan merusak otot di dekatnya, saraf dan tulang. Sangat jarang, karsinoma sel
basal dapat menyebar ke area lain dari tubuh.

K. Penatalaksanaan
Penggunaan agen kemoterapi seperti 5-Fluorourasil atau Imiquimod, dapat mencegah
perkembangan kanker kulit. Hal ini biasanya dianjurkan untuk individu dengan kerusakan
akibat sinar matahari yang luas, sejarah kanker kulit beberapa, atau pertumbuhan prekanker.
Hal ini sering diulang setiap 2 sampai 3 tahun untuk lebih mengurangi risiko kanker kulit.
Metode berikut ini digunakan dalam pengobatan karsinoma sel basal (BCC) :
1. Standar bedah eksisi
Tingkat obat untuk metode ini, baik yang dilakukan oleh dokter ahli bedah plastik, dokter
keluarga, atau dokter kulit benar-benar tergantung pada margin bedah. Ketika margin
bedah standar diterapkan (biasanya 4 mm atau lebih), tingkat kesembuhan tinggi dapat
dicapai dengan eksisi standar dermatoscope A dapat membantu ahli bedah yang
berpengalaman dapat mengidentifikasi tumor tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.
Semakin sempit margin bedah ( terlihat kulit dengan tumor yang bebas dibuang )
semakin tinggi tingkat kekambuhan. Kelemahan dengan eksisi bedah standar adalah
tingkat kekambuhan tinggi kanker sel basal dari wajah, terutama di sekitar kelopak mata,
hidung, dan struktur wajah. Sebuah diagram pada halaman 33 dari publikasi NCCN
menunjukkan daerah risiko tinggi kambuh karena kebanyakan wajah dengan
pengecualian pada pipi pusat dan dahi atas) menggunakan bagian histologi yang
dibekukan.
2. Mohs pembedahan (atau Mohs operasi mikrografi)
Mohs pembedahan (atau Mohs operasi mikrografi) adalah prosedur rawat jalan di mana
tumor pembedahan dipotong dan kemudian segera diperiksa di bawah mikroskop. Ini
adalah bentuk pengolahan patologi yang disebut CCPDMA. Hal ini diklaim memiliki
tingkat penyembuhan tertinggi 97% menjadi 99,8% oleh beberapa individu. Dasar dan
ujung-ujungnya mikroskopis diperiksa untuk memverifikasi margin yang cukup sebelum
bedah perbaikan situs. Jika margin tidak cukup, lebih akan dihapus dari pasien sampai
margin yang cukup. Hal ini juga digunakan untuk karsinoma sel skuamosa, namun,
tingkat penyembuhan tidak setinggi operasi Mohs untuk karsinoma sel basal.
3. Kemoterapi
Beberapa kanker dangkal menanggapi terapi lokal dengan 5-fluorouracil, agen
kemoterapi. pengobatan topikal dengan krim Imiquimod 5%, dengan lima aplikasi per
minggu selama enam minggu memiliki tingkat dilaporkan 70-90% keberhasilan untuk
mengurangi bahkan menghilangkan karsinoma sel BCC.
4. Imunoterapi
Imunoterapi penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan peplus
Euphorbia, gulma kebun yang umum, mungkin efektif. perusahaan Australia Peplin
biofarmasi adalah mengembangkan pengobatan topikal untuk BCC. Imiquimod atau
Aldara adalah sebuah immunotherapy tetapi yang tercantum di sini di bawah kemoterapi.
5. Radiasi
Terapi radiasi yang sesuai untuk semua bentuk BCC sebagai dosis memadai akan
memberantas penyakit tersebut. Terapi radiasi dapat disampaikan baik sebagai sinar
radioterapi eksternal atau sebagai brachytherapy (radioterapi internal). Meskipun
radioterapi umumnya digunakan pada pasien yang lebih tua yang tidak kandidat untuk
operasi, itu juga digunakan dalam kasus-kasus di mana eksisi bedah akan menodai atau
sulit untuk merekonstruksi (terutama pada ujung hidung, dan rims lubang hidung).
pengobatan Radiasi sering mengambil sesedikit 5 kunjungan ke sebanyak 25 kunjungan
untuk terapi radiasi. Biasanya, kunjungan lebih dijadwalkan untuk terapi, komplikasi
kurang atau kerusakan yang dilakukan terhadap jaringan normal yang mendukung tumor.
Cure rate bisa setinggi 95% untuk tumor kecil, atau serendah 80% untuk tumor yang
besar. Biasanya, tumor berulang setelah radiasi diperlakukan dengan operasi, dan tidak
dengan radiasi. perlakuan radiasi lebih lanjut lebih lanjut akan merusak jaringan normal,
dan tumor mungkin resisten terhadap radiasi lebih lanjut.
6. Terapi Photodynamic
Terapi Photodynamic adalah modalitas baru untuk pengobatan karsinoma sel basal, yang
dikelola oleh aplikasi photosensitizers ke daerah sasaran. Ketika molekul ini diaktifkan
oleh cahaya, mereka menjadi beracun, sehingga menghancurkan sel target. Metil
aminolevulinate disetujui oleh Uni Eropa sebagai fotosensitizer sejak tahun 2001. Terapi
ini juga digunakan dalam jenis kanker kulit lainnya.
7. Cryosurgery
Cryosurgery adalah suatu modalitas tua untuk pengobatan kanker kulit banyak. Ketika
akurat digunakan dengan probe temperatur dan instrumen cryotherapy, dapat
menghasilkan angka kesembuhan sangat baik. Kekurangan termasuk kurangnya kontrol
margin, nekrosis jaringan, atas atau di bawah pengobatan tumor, dan waktu pemulihan
yang lama. Beberapa buku diterbitkan pada terapi, dan beberapa dokter masih
menerapkan perlakuan untuk pasien tertentu.
8. Electrodessication dan kuret atau EDC
EDC dilakukan dengan menggunakan pisau bulat, atau kuret, untuk mengikis pergi
kanker lembut. Kulit kemudian dibakar dengan arus listrik. Hal ini semakin melembutkan
kulit, memungkinkan untuk pisau untuk memotong lebih dalam dengan lapisan
berikutnya kuretase. Siklus ini berulang, dengan margin keamanan kuretase kulit normal
di sekitar tumor terlihat. Siklus ini diulang 3 sampai 5 kali, dan margin kulit bebas
diperlakukan biasanya 4 sampai 6 mm. Cure rate sangat banyak digunakan tergantung
pada ukuran dan jenis tumor.

L. Pencegahan
1. Perlindungan Sun - memakai topi bertepi lebar, UV-pelindung kacamata hitam, kemeja
lengan panjang dan celana.
2. Gunakan tabir surya (SPF> 30) dan berlaku sebelum berenang atau olahraga dan ulangi
setiap 2-3 jam. Tetap di bawah naungan.
3. Monitor mencurigakan bintik-bintik atau mol. Periksa bintik-bintik atau tahi lalat yang
baru, tumbuh cepat, gatal-gatal, berdarah atau perubahan warna.
4. Temui dokter Anda jika Anda memiliki borok yang tidak sembuh.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Dasar
a. Identitas
Kajian ini meliputi nama, inisial, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan
yang terpapar sinar matahari misalnya: petani,buruh bangunan dan lain-lain dan tempat
tinggal klien. Selain itu perlu juga dikaji nama dan alamat penanggung jawab serta
hubungannya dengan klien.
b. Riwayat penyakit dahulu
Berupa penyakit dahulu yang pernah diderita yang berhubungan dengan keluhan sekarang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi alasan masuk rumah sakit, kaji keluhan klien, kapan mulai tanda dan gejala. Faktor
yang mempengaruhi, apakah ada upaya-upaya yang dilakukan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit basalioma atau kanker (Engram, 1998).
e.Riwayat pemakaian obat-obatan dan kosmetik
Kajian ini meliputi pemakaian obat-obatan yang terjual bebas dan pemakaian kosmetik yang
salah.
f. Data biologis
1). Pola nutrisi : klien mengalami anoreksia, dan ketidakmampuan untuk makan.
2). Pola minum : Masukan cairan klien adekuat, pasca operasi, klien puasa total 24 jam
(Doenges, et, al, 2002).
3). Pola eliminasi : Terjadi konstipasi dan berkemih tergantung masukan cairan (Brunner &
Suddarth, 2002).
4). Pola istirahat dan tidur : Tidak dapat tidur dalam posisi baring rata pasca operasi
(Doenges, et, al, 1999).
5). Pola kebersihan : Penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari disebabkan
pasca operasi.
6). Pola aktivitas : Keletihan melakukan aktivitas sehari-hari (Brunner and Suddarth, 2000).
g. Data Psikologis
1). Status emosi
2). Klien dapat merasa terganggu dan malu dengan kondisi yang dialaminya atau tidak (Brunner
and Suddarth, 2002).
3). Gaya komunikasi : kesulitan berbicara dalam kalimat panjang/perkataan yang lebih dari 4
atau 5 sekaligus (Doenges, et, al, 1999).
4). Pola interaksi : tidak ada sistem pendukung, pasangan, keluarga, orang terdekat. Keterbatasn
hubunan dengan orang lain, keluarga atau tidak (Doenges, et, al, 1999).
5). Pola koping : Klien marah, cemas, menarik diri atau menyangkal.
h. Data sosial
1). Pendidikan dan pekerjaan : tingkat pengetahuan tentang operasi minim.
2). Hubungan social : kurang harmonisnya hubunan sosial merupakan stressor emosional
pernafasan tidak teratur (Brunner & Suddarth, 2002).
3). Gaya hidup : kebiasan merokok, minum minuman berakohol, sering bergadang (Brunner &
Suddarth, 2002).
i. Data spiritual
Keterbatasan melakukan kegiatan spiritual (Brunner & Suddarth, 2002).

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum lemah
b. Kesadaran composmentis sampai koma, tergantung tingkat efek pembedahan dan anestesi.
c. Tanda-tanda vital meningkat disebabkan adanya infeksi.
d. Kepala, leher, axilla : ekspresi wajah meringis, takut.
e. Hidung : pernafasan cuping hidung
f. Dada : berpengaruh apabila tingkatan infeksi tinggi akan mempengaruhi pernafasan cepat
sampai retraksi.
g. Ekstremitas : ekstremitas berkeringat
(Brunner & Suddarth, 2002)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan pre-operatif
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan, kematian, nyeri.
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kecacatan karena penyakit atau penanganan kanker
kulit seperti reseksi pembedahan, agen kemoterapi topical, dan atau terapi radiasi
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penanganan kanker kulit seperti pembedahan dan
kemoterapi topical.
2. Diagnosa keperawatan post-operatif
a. Nyeri akut berhubungan dengan eksisi pembedahan.
b. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan eksisi.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi.

C.Intervensi Keperawatan
1.Diagnose keperawatan pre operatif
a. Ansietas berhubungan dengan perubahan pada status kesehatan, kematian, nyeri
Tujuan : klien dan keluarga tidak cemas lagi.
Kriteria evaluasi :rasa takut dan cemas berkurang sampai hilang.
Intervensi :
1) .Kaji status mental termasuk ketakutan pada kejadian isi pikir.
Rasional :pada awal pasien dapat menyangkal dan represi untuk menurunkan dan menyaring
informasi keseluruhan.(Doenges, 2000).
2). Jelaskan informasi tentang prosedur perawatan.
R:pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan
3). Bantu kelurga untuk mengekspresikan rasa cemas dan takut.
Rasional :keluarga mungkin bermasalah dengan kondisi pasien atau merasa bersalah.(Doenges,
2000).
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kecacatan karena penyakit atau
penanganan kanker kulit seperti reseksi pembedahan, agen kemoterapi topical, dan atau
terapi radiasi.
Tujuan: klien bisa menerima keadaannya.
Criteria evaluasi: mendiskusikan strategi untuk mengatasi perubahan pada citra tubuh.
Intervensi :
1). Kaji pengetahuan pasien trehadap adanya potensi kecacatan yang berhubungan dengan
pembedahan dan atau perubahan kulit.
R: memberikan informasi untuk menformulasikan perencanaan.
2). Pantau kemampuan pasien untuk melihat perubahan bentuk dirinya.
R: ketidakmampuan untuk melihat bagian tubunhya yang terkena mungkin mengindikasikan
kesulitan dalam kopping.
3). Dorong pasien untuk mendiskusikan perasaan mengenai perubahan penampilan dari
pembedahan.
R: memberikan jalan untuk mengekspesikan emosinya.
4). Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat.
R: meningkatkan perasaan dan memungkinkan respons yang lebih membantu pasien.

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penanganan kanker kulit seperti


pembedahan dan kemoterapi topical.
Tujuan : klien bisa mengetahui penanganannya.
Kriteria hasil : menyatakan tindakan perawatan diri untuk menurunkan insiden dan bertambah
beratnya gejala yang berhubungan dengan pengobatan.
Intervensi :
1). Beritahu kapan pembedahan/terapi radiasi akan dilakukan.
R: memberikan informasi yang diperlukan.
2). Jelaskan tujuan dari penanganan
R: meningkatkan pemahaman terhadap pengobatan.
3). Ajarkan untuk menggunakan kemoterapi topical.
R: meningkatkan perawatan diri sendiri
4). Beritahu kemungkinan efek samping dari pemberian obat topical seperti iritasi kulit dan
pemakaian yang tidak tepat mungkin dapat menyebabkan kulit terkelupas atau melepuh.
R: Meningkatkan keamanan dari pemberian obat topical tanpa adnya komplikasi.
5). Beritahu adanya efek samping dari terapi radiasi dan tindakan keperawatan diri untuk
mengatasinya.
R : meningkatkan perawatan diri.

2. Diagnosa keperawatan post-operatif.


a. Nyeri akut berhubungan dengan eksisi pembedahan.
Tujuan : nyeri berkurang sampai hilang.
Kriteria evaluasi :Klien akan melaporkan penurunan rasa nyeri dan peningkatan aktivitas setiap
hari. Luka eksisi bedah sembuh setelah post operasi tanpa komplikasi.
Intervensi :
1). Observasi skala nyeri, lama intensitas nyeri.
Rasional :Membantu dalam mengidentifikasi derajat nyeri kebutuhan untuk analgesik (Doenges,
1999).
2). Berikan posisi yang nyaman tidak memperberat nyeri.
Rasional:Mengurangi tekanan pada insisi, meningkatkan relaksasi dalam istirahat (Doenges,
1999).
3). Beri obat analgesik (diazepam, paracetamol) sesuai terapi medik.
Rasional:Membantu mengurangi nyeri untuk meningkatkan kerjasama dengan aturan terapeutik
(Brunner and Suddarth, 2001).

b. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan eksisi pembedahan.


Tujuan : meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanda infeksi.
Kriteria evaluasi : luka bersih tidak tanda-tanda infeksi.
Intevensi :
1). Observasi luka, catat karakteristik drainase.
Rasional:Perdarahan pasca operasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dimana infeksi
dapat terjadi kapan saja. Tergantung pada tipe penutupan luka (misal penyembuhan pertama atau
kedua), penyembuhan sempurna memerlukan waktu 6-8 bulan (Doenges, 1999).
2). Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan tehnik steril.
Rasional:Sejumlah besar cairan pada balutan luka operasi , menuntut pergantian dengan sering
menurunkan iritasi kulit dan potensial infeksi (Doenges, 1999).
3) .Bersihkan luka sesuai indikasi, gunakan cairan isotonic Normal Saline 0,9 % atau larutan
antibiotik.
Rasional:Diberikan untuk mengobati inflamasi atau infeksi post operasi atau kontaminasi
interpersonal (Doenges, 1999).

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi.


Tujuan : meningkatkan waktu penyembuhan dengan tepat, bebas dari infeksi serta tidak ada
tanda demam.
Kriteria evaluasi : pertahankan lingkungan aseptik
Intervensi :
1). Perhatikan kemerahan disekitar luka operasi.
Rasional:Kemerahan paling umum disebabkan masuknya infeksi ke dalam tubuh di area insisi
(Doenges, 1999).
2). Ganti balutan sesuai indikasi.
Rasional:Balutan basah bertindak sebagai sumbu untuk media untuk pertumbuhan bakterial.
3). Awasi tanda-tanda vital.
Rasional:Peningkatan suhu menunjukkan komplikasi insisi (Doenges, 1999).
D. Evaluasi
1. Pasien tidak cemas lagi.
2. Pengetahuan klien bertambah.
3. Nyeri akut berkurang.
4. Kerusakan integritas kulit dapat sembuh.
5. Resiko tinggi infeksi tidak terjadi
DAFTAR PUSAKA

1. Noor,Ahmad Saputra. 2012. Laporan Pendahuluan basalioma.


https://makalahkeperawatan.wordpress.com/2012/09/09/makalah-basalioma/ . Diakses
pada tanggal 14 Januari 2015 pukul 15.30

2. Fitra aLONGMU SKW. 2011. Bab II Tinjauan Teori.


http://fitralxt190110.blogspot.com/2011/09/basalioma.html . Diakses pada tanggal 14
Januari 2015 pukul 15.16

3. DZAKY.2012. Basalioma bab ii . http://tragismengerikan.blogspot.com/2011/04/tumor-


ganas-kulit-kanker.html . Diakses pada tanggal 14 Januari 2015 pukul 15.20

4. www.Diagnosa-Keperawatan-NANDA-NIC-NOC.html. Diakses pada tanggal 14 Januari


2015 pukul 15.30

Anda mungkin juga menyukai