Anda di halaman 1dari 10

TUMOR MATA

(RETINOBLASTOMA)

Disusun Oleh:
1. Yanuar Estu Widodo NIM. 0201300077
2. Anita Fitriani NIM. 0301300042
3. Arintha Bharata Wijaya NIM. 0301300046
4. Erik Dianita NIM. 0301300056
5. Heny Prawitosari NIM. 0301300062
6. Ida Wahyuningsih NIM. 0301300063
7. Niken Damayanti NIM. 0301300073
8. Octeddy Prihatmanto NIM. 0301300075
9. Wiwit Trisnaningsih NIM. 0301300078

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BLITAR


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES MALANG
2005
TUMOR MATA (RETINOBLASTOMA)

I. Definisi
 Retinoblastoma adalah tumor pada retina yang terdiri atas sel neuroblastik
yang tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina (Kedaruratan Dalam
Ilmu Penyakit Mata, FKUI).
 Retinoblastoma ialah suatu tumor ganas yang berasal dari nuclear leyer
retina dan selalu congenital (Ilmu Penyakit Mata, FK UNAIR).
 Retinoblastoma ialah tumor ganas utama intraokuler ditemukan pada
anak-anak, terutama di bawah usia 5 tahun. Tumor berasal dari jaringan retina
embrional (Kapita Selecta Kedokteran Edisi 3).
II. Patofisiologi

Hereditas
Ditandai:
 Mata
juling.
Kehilangan kromosom 13q14  Mata
merah.
 Karsinoma  Leukokoria
mamae. Tumor mata keputih-putihan
 Karsinoma pada iris.
 Pandangan
Tumor menyebar di dalam mata

distal metastase infasi tumor melalui bola mata membesar metastase melalui
ke organ nervus optikus pembuluh darah

ginjal, kelenjar limfe, hati otak tekanan intra okuli sumsum tulang
belakang
penurunan fungsi ginjal pusing perdarahan ditandai nyeri
gangguan pankreas tulang rusuk

 Benjolan putih
kekuningan. kerusakan jaringan tulang
 Pembuluh darah
terlihat menonjol.

penimbunan kalsium pada tumor


nyeri
gangguan nekrosis tumor
penglihatan ansietas

peradangan hebat

Gangguan body image ansietas


III. Etiologi
 Kehilangan kedua kromosom dari satu alel dominan protektif yang berada
dalam pita kromosom 13q14.
 Mutasi.
 Hereditas.
 Metastase tumor organ lain, misalnya; karsinoma mamae, karsinoma paru.

IV. Manifestasi Klinik


Dibagi menjadi 4 stadium:
a. Stadium I
 Tidak ada keluhan dari gejala klinis.
 Tumor ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan (bercak putih atau
kekuningan, bisa banyak atau beberapa).
b. Stadium II
 Reflek pupil yang berwarna putih (leukokoria).
 Pupil dilatasi.
 Masa menonjol ke dalam korpus vitreum dari elevasi retina.
 Strabismus.
 Mata kucing = cahaya tidak dapat masuk ke belakang retina.
c. Stadium III
 Tumor menjadi nekrosis.
 Kornea keruh.
 Hiperremesisi perikorneal yang hebat.
 Hiperemisi konjungtiva dan chemosis konjungtiva.
 Tekanan intra okuler meningkat.
d. Stadium IV
 Tumor tumbuh sangat besar.
 Mata menonjol membesar bisa sebesar bola tennis.
 Kerusakan bola mata, metastase nervus optikus.
V. Penatalaksanaan
a. Tumor masih intra okuler.
 Krioterapi: terapi pengrusakan jaringan
tumor.
 Foto koagulasi laser: penyinaran untuk
pengendapan sel tumor.
 Kombinasi sitostatik dan foto koagulasi
laser: penyinaran untuk pengendapan dan pelubangan sel tumor.
 Radiasi: penyinaran pada syaraf
penglihatan.
1. Radiasi luar, biasanya digunakan pada penderita yang menderita tumor
ganas. Prinsip dasar radio terapi:
 Karena adanya perbedaan
sensitive antara sel.
 Sel tumor pada daerah
sekitarnya terhadap radiasi radioaktif. Penyinaran ini bisa
mengakibatkan reaksi-reaksi pada:
i. Kulit
 Kulit menjadi
merah dan gatal-gatal.
 Seperti terbakar
repidermolysis sicca terhadap radiasi radioaktif.
 Epidermolisis
eksudatif, kulit seperti terbakar dan di bawah kulit terdapat
cairan.
 Nekrosis reaksi
kulit yang paling parah kulit hancur dengan ulkus yang sukar
sembuh.
ii. Reaksi selaput lendir
 Merah pada selaput lendir.
 Mucasitisi selaput lendir dengan daerah yang tebal dan putih
seperti habis minum alkohol, juga ditemukan ulkus yang kecil
sehingga penderita nyeri sewaktu makan dan minum.
Adapun terapi yang bisa dilakukan:
o Penderita dianjurkan untuk sering
berkumur dengan air hangat.
o Dilarang makan makanan yang
pedas, merokok juga batasi bicara.
o Laporkan pada dokter mengenai hal
ini.

iii. Reaksi seluruh badan


 Tidak anak badan.
 Nafsu makan berkurang.
 Merasa mual.
 Muntah-muntah.
Perawatan umum yang diberikan:
o Batasi pergerakan daerah yang disinari.
o Pada daerah yang disinari ada baiknya diberi
bedak salicil atau lotion untuk mengurangi geseran atau gatal.
o Bila kulit basah beri vaselin album tipis-tipis.
o Kalau ada perubahan kulit penderita cepat
laporkan dokter.
o Jangan sampai menghilangkan batas
penyinaran yang sudah dibuat oleh dokter.
o Periksakan Hb dan leukosit setiap minggu.
o Penderita harus diet TP.
2. ISOTOP, radium biasanya digunakan pada penderita dengan tumor daerah
rongga rahim. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
 Perawat dalam melayani kebutuhan penderita harus secepat mungkin.
 Berdiri sejauh mungkin dari penderita (di bagian kepala).
 Perhatikan kalau ada perubahan atau terlepasnya radium cepat
laporkan dokter.
 Catat jam, tanggal pemakaian radium, dan pencabutannya.
 Untuk penderita dilarang banyak bergerak karena dapat
mengakibatkan perubahan pada pengarahan dosis. Penderita diisolasi
untuk menghindari radiasi.
b. Tumor keluar bulbus okuli.
 Kombinasi eksertrasi dan radioterapi dan kemoterapi.
c. Tumor belum 1/3 retina.
 Terapi kombinasi radiasi dan kemoterapi.

d. Pembedahan.
 Anukleasi atau pengambilan bola mata.
 Eksentrasi orbital atau pengambilan jaringan lunak di orbital.
VI. Pemeriksaan Penunjang
 Ultrasonografi dan termografi komputer.
 X-foto cavum orbita.
o Perubahan khas yang tampak adalah perkapuran atau kalsifikasi dari tumor.
o Gejala kalsifikasi tumor pada X-foto orbital tampak ± 75% retinobalstoma.

ASUHAN KEPERAWATAN RETINOBLASTOMA

VII. Pengkajian
a. Biodata
Retinoblastoma sering terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun. Sering terjadi
pada anak laki-laki maupun perempuan.
b. Keluhan utama
Nyeri pada mata, berkurangnya penglihatan.
c. Aktifitas dan istirahat
Penurunan aktifitas sehari-hari, karena adanya gangguan penglihatan dan resiko
cedera, perubahan pola istirahat karena adanya faktor yang mempengaruhi tidur:
nyeri, ansietas.
d. Eliminasi
Perubahan pola eliminasi uri karena nyeri.
e. Makanan dan cairan
Terasa mual dan kurangnya pemasukan makanan dan cairan.
f. Neurosensori
Adanya gangguan penglihatan (kabur dan tidak jelas) dengan tanda-tanda: mata
merah keras serta adanya pembengkakan.
g. Nyeri / kenyamanan
Nyeri menetap atau tekanan pada daerah sekitar mata yang disertai pusing.
VIII. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b/d tekanan intra okuler dan metastase pada otak.
b. Gangguan penglihatan b/d penimbunan kalsium pada tulang.
c. Ansietas b/d penurunan penglihatan.
d. Gangguan body image b/d tumor mata.
e. Resiko cedera b/d gangguan penglihatan.

IX. Intervensi Keperawatan


Diagnosa I : Nyeri, pusing b/d tekanan intra okuli dan metastase pada otak.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan, rasa nyeri akan berkurang.
Kriteria hasil : Klien merasa nyeri dapat terkontrol.
Ekspresi wajah klien tampak stabil.
Pernafasan 20x per menit.
Nadi 80x per menit.
Intervensi :
1. Kaji riwayat nyeri, misal: lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas tindakan
penghilang nyeri yang digunakan. R: informasi memberikan data dasar untuk
tindakan keperawatan selanjutnya.
2. Evaluasi terapi tertentu misalnya pembedahan radiasi, kemoterapi, bioterapi,
berikan informasi pada klien atau orang terdekat tentang manfaat terapi. R:
ketidaknyamanan dari terapi adalah umum tergantung pada prosedur atau agen yang
digunakan.
3. Ajarkan teknik untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya teknik relaksasi,
visualisasi, imajinasi, dan distraksi. R: memungkinkan klien untuk berpartisipasi
secara aktif dan meningkatkanrasa kontrol kolaboratif.
4. Berikan analgesik sesuai dengan indikasi dan observasi efek samping dari obat. R:
analgesik (morfin, metadon, bromptonis cocktail) merupakan penurun nyeri dimana
nyeri merupakan komplikasi sering dari kanker meskipun respon individualberbeda.
5. Ikut sertakan keluarga dalam dukungan sosial.

Diagnosa II : Gangguan penglihatan b/d penimbunan kalsium pada tumor.


Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan klien.
Kriteria hasil : Mengenal gangguan sensori.
Mencegah terjadinya trauma atau cedera akibat gangguan penglihatan.
Intervensi :
1. Lakukan pemeriksaan ketajaman mata. R: kebutuhan individu dan pilihan
intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan jadi lambat dan progresif.
2. Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi, pertahankan pada tempat tidur
sampai sembuh dari anastesia. R: terbangun dari lingkungan yang tidak dikenal dan
mengalami keterbatasan dapat mengakibatkan bingung pada pasien, menurunkan
resiko jatuh.
3. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat
terjadi bila menggunakan tetes mata. R: gangguan penglihatan atau iritasi dapat
berakhir 1-2 jam setelah tetesan.

Diagnosa III : Ansietas b/d adanya penurunan penglihatan.


Tujuan : Menurunkan ansietas pada klien.
Kriteria hasil : Klien tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat
dapat diatasi.
Menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah.
Intervensi :
1. Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri akan timbulnya gejala tiba-tiba
dan pengetahuan kondisi saat ini. R: faktor ini mempengaruhi persepsi pasien
terhadap ancaman diri, potensial siklus ansietas dan dapat mempengaruhi upaya
medik untuk mengontrol tekanan intra okuli.
2. Berikan informasi yang adekuat dan jujur, diskusikan bahwa pengawasan dan
pengobatan dapat mencegah kehilangan penglihatan tambahan. R: menurunkan
ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan atau harapan yang akan datang dan
memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan tentang pengobatan.
3. Bantu pasien untuk mengetahui masalah dan mengekspresikan perasaan. R:
memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, mengklasifikasikan
salah konsepsi dan pemecahan masalah.
4. Identifikasi sumber atau orang yang menolong. R: memberikan rasional pada
pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah.

DAFTAR PUSTAKA:
Sidarta Ilyas Dr, 1985, Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata, FK UI: Jakarta
Bratad, Ilmu Penyakit Mata, FK UNAIR: Surabaya
Marilyn E Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC: Jakarta
Arip Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1, Media
Aesculapius, FK UI: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai