Anda di halaman 1dari 21

SGD LBM I

MATAKU MERAH
Kelompok : 2
SKENARIO

Seorang laki-laki berusia 26 tahun mengeluh mata kiri merah dan pandangan kabur.
Gejala dirasakan sejak 1 minggu yang lalu saat ia membantu ayahnya mengelas. Pada
awalnya mata hanya tampak merah dan terasa lengket saat bangun pagi, semakin lama
semakin bertambah berat dengan munculnya bercak putih pada bagian bening di mata
disertai silau, terasa seperti ada benda asing, dan air mata terus keluar. Pada
pemeriksaan didapatkan :
• Mata kanan : VOD 6/6, lain-lain dalam batas normal.
• Mata kiri : Tampak kotor dan banyak skret, VOS 6/40 pinhole tidak maju, palpebra
spasme, konjungtiva hiperemis terdapat konjungtiva injeksi dan injeksi siliar.
Kornea tampak lesi putih keabu-abuan, pemukaan kasar, batas tidak tegas, bentuk
satelit. COA, pupil dan lensa tidak ada kelainan.
KLARIFIKASI ISTILAH

• Konjungtiva injeksi : melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva


posterior.
• Injeksi siliar : melebarnya pembuluh darah perikornea.
• Konjungtiva hiperemis : warna kemerahan pada konjungtiva.
• Mata merah: perubahan warna dari putih ke merah akibat
pembengkakan atau pecahnya pembuluh darah.
• Kornea : suatu jaringan avaskular dan bersifat transparan yang
membentuk permukaan anterior bola.
• Lensa : suatu struktur bikonveks, avaskular dan tidak berwarna yang
terletak di bilik posterior bola mata.
RUMUSAN MASALAH

Anatomi dan fisiologi


mata

Diagnosis banding dan Mekanisme keluhan di


diagnosis kerja skenario

Hubungan riwayat
Interpretasi
mengelas dengan
pemeriksaan
keluhan
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
MEKANISME KELUHAN DI SKENARIO

Faktor eksterna  mikroorganisme  mengenai lapisan kornea mata  inflamasi 


terbentuknya infiltrasi, sel plasma, pada konjungtiva dan kornea  penimbunan
infiltrat pada kornea  kerusakan epitel sel kornea  ulserasi pada kornea 
peradangan :
• Pelepasan mediator kimia (bradikinin, prostaglandin, serotonin, histamin) 
merangsang reseptor serabut nyeri  merangsang spinal thalamus di hipotalamus
 korteks serebri  nyeri
• Merangsang kejernihan dan kelengkungan kornea  merangsang pembiasan ke
retina  pandangan kabur  terjadi penurunan fungsi pengelihatan dan
ketajaman pengelihatan.
HUBUNGAN RIWAYAT MENGELAS DENGAN
KELUHAN

Saat seseorang melakukan pekerjaan mengelas, pasti akan ada sinar las atau
radiasi panas dan juga serpihan besi dari las yang merupakan benda asing
yang akan terbawa angin ke mata sehingga mampu mengiritasi mata atau
menimbulkan reaksi peradangan pada mata sehingga mata menjadi merah,
terasa perih, menyebabkan trauma mekanik pada mata, nyeri, silau dan gejala
lainnya.
INTERPRETASI PEMERIKSAAN

• VOD 6/6: Normal  Pada jarak 6 ft penderita hanya bisa membaca dengan benar,
huruf/angka, yang seharusnya bisa dibaca pada jarak 6ft pada orang normal.
• VOS 6/40: terjadi penurunan visus  Pada jarak 6 ft penderita hanya bisa
membaca dengan benar, huruf/angka, yang seharusnya bisa dibaca pada jarak 40
ft pada orang normal.
• Palpebra Spasme : akibat dari proses peradangan
• Konjungtiva hiperemis: Tidak normal  terjadi vasodilatasi pembuluh darah.
• Konjungtiva injeksi : Tidak normal  terjadi pelebaran pembuluh darah a.
konjungtiva
• Kornea tampak lesi putih keabu-abuan akibat dari nekrosis sel
DIAGNOSIS BANDING
KERATITIS ULKUS KORNEA UVEITIS
Definisi Keratitis adalah radang pada Ulkus kornea adalah hilangnya Uveitis adalah peradangan atau inflamasi
kornea atau infiltrasi sel sebagian permukaan kornea akibat yang terjadi pada lapisan traktus uvealis
radang pada kornea yang kematian jaringan kornea, yang yang meliputi peradangan pada iris, korpus
akan mengakibatkan kornea ditandai dengan adanya infiltrat siliaris dan koroid.
menjadi keruh sehingga supuratif kornea yang dapat terjadi
tajam penglihatan menurun. dari epitel sampai stroma.
Epidemiologi Kejadian keratitis bervariasi, Insidensi ulkus kornea tahun 1993 -
dengan lebih sedikit pada adalah 5,3 per 100.000 penduduk di
negara-negara industri yang Indonesia, sedangkan predisposisi
secara signifikan lebih terjadinya ulkus kornea antara lain
sedikit memiliki jumlah terjadi karena trauma, pemakaian
pengguna lensa kontak lensa kontak.
Etiologi Bakteri, virus, jamur, papran • Infeksi : virus, bakteri, jamur, • Infeksi : virus, bakteri, fungi, ataupun
sinar UV, iritasi akibar Acanthamoeba. parasit yang spesifik.
penggunaan lensa kontak, • Non infeksi : bahan kimia, • Non infeksi : disebabkan oleh reaksi
benda asing, efek samping radiasi atau suhu, sindrom hipersensitivitas terhadap
obat tertentu. sjorgen, defisiensi vit A, obat- mikroorganisme atau antigen yang
obatan. masuk kedalam tubuh dan merangsang
reaksi antigen antibodi dengan
predileksi pada traktus uvea.
KERATITIS ULKUS KORNEA UVEITIS
Patofisiologi Pada proses radang, mula-mula - -
pembuluh darah mengalami dilatasi,
kemudian terjadi kebocoran serum dan
elemen darah yang meningkat dan masuk
ke dalam ruang ekstraseluler, pada
permukaan jaringan yang utuh
membentuk garis pertahanan yang
pertama. Karena kornea tidak
mengandung vaskularisasi, mekanisme
kornea dimodifikasi oleh pengenalan
antigen yang lemah. Secara normal
kornea yang avaskuler tidak mempunyai
pembuluh limfe. Bila terjadi vaskularisasi
terjadi juga pertumbuhan pembuluh
limfe.
Manifestasi • Keluar air mata yang berlebihan Eritema pada kelopak mata Keluhan mata merah,
klinis • Nyeri dan konjungtiva, sekret fotofobia, penglihatan turun
• Penurunan tajam penglihatan mukopurulen, merasa ada dengan mata berair. Keluhan
• Radang pada kelopak merah benda asing di mata, sukar melihat dekat pada
• Mata merah pandangan kabur, mata berair, pasien uveitis dapat terjadi
• Sensitif terhadap cahaya bintik putih pada kornea, silau, akibat ikut meradangnya
nyeri, infiltat. otot-otot akomodasi.
DIAGNOSIS KERJA

• KERATITIS JAMUR DAN BAKTERI


KLASIFIKASI KERATITIS

• Keratitis Bakteri
Pasien keratitis biasanya mengeluh mata merah, berair, nyeri pada mata yang
terinfeksi, penglihatan silau, adanya sekret dan penglihatan menjadi kabur.
Pada pemeriksaan bola mata eksternal ditemukan hiperemis perikornea,
blefarospasme, edema kornea, infiltrasi kornea.
• Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan kultur bakteri dilakukan dengan menggores ulkus
kornea dan bagian tepinya dengan menggunakan spatula steril
kemudian ditanam di media cokelat, darah dan agar Sabouraud,
kemudian dilakukan pengecatan dengan Gram.
• Biopsy kornea dilakukan jika kultur negatif dan tidak ada perbaikan
secara klinis dengan menggunakan blade kornea bila ditemukan
infiltrat dalam di stroma.
Tabel 2. Terapi inisial untuk keratitis bakteri
KERATITIS JAMUR
• Riwayat trauma terutama tumbuhan, pemakaian steroid topikal lama
• Lesi satelit
• Tepi ulkus sedikit menonjol dan kering, tepi yang ireguler dan tonjolan seperti hifa di bawah
endotel utuh
• Plak endotel
• Hypopyon, kadang-kadang rekuren
• Formasi cincin sekeliling ulkus
• Lesi kornea yang indolen
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan kerokan kornea
(sebaiknya dengan spatula Kimura) yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan
biomikroskop. Dapat dilakukan pewarnaan KOH, Gram, Giemsa atau KOH +
Tinta India.
• Biopsi jaringan kornea dan diwamai dengan Periodic Acid Schiff atau
Methenamine Silver.

Terapi
• Obat-obat anti jamur yang dapat diberikan meliputi:
• Polyenes termasuk natamycin, nistatin, dan amfoterisin B.
• Azoles (imidazoles dan triazoles) termasuk ketoconazole, Miconazole,
flukonazol, itraconazole, econazole, dan clotrimazole.
KERATITIS VIRUS

Pasien dengan HSV keratitis mengeluh nyeri, fotofobia, penglihatan kabur,


mata berair, mata merah, tajam penglihatan turun terutama jika bagian pusat
yang terkena. Infeksi primer herpes simpleks pada mata biasanya berupa
konjungtivitis folikularis akut disertai blefaritis vesikuler yang ulseratif, serta
pembengkakan kelenjar limfe regional. Kebanyakan penderita juga disertai
keratitis epitelial dan dapat mengenai stroma tetapi jarang. Pada dasarnya
infeksi primer ini dapat sembuh sendiri, akan tetapi pada keadaan tertentu di
mana daya tahan tubuh sangat lemah akan menjadi parah dan menyerang
stroma.
TERAPI
• Debridment
Cara efektif mengobati keratitis dendritik adalah debridement epithelial, karena virus
berlokasi didalam epithelial. Debridement juga mengurangi beban antigenic virus pada
stroma kornea. Epitel sehat melekat erat pada kornea namun epitel yang terinfeksi mudah
dilepaskan. Debridement dilakukan dengan aplikator berujung kapas khusus. Obat siklopegik
seperti atropine 1% atau homatropin 5% diteteskan kedalam sakus konjungtiva, dan ditutup
dengan sedikit tekanan. Pasien harus diperiksa setiap hari dan diganti penutupnya sampai
defek korneanya sembuh umumnya dalam 72 jam.

• Terapi Obat
• IDU (Idoxuridine) analog pirimidin (terdapat dalam larutan 1% dan diberikan setiap jam,
salep 0,5% diberikan setiap 4 jam)
• Vibrabin: sama dengan IDU tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep
• Trifluorotimetidin (TFT): sama dengan IDU, diberikan 1% setiap 4 jam
• Asiklovir (salep 3%), diberikan setiap 4 jam.
KERATITIS ALERGI
• Bentuk palpebra: cobble stone (pertumbuhan papil yang besar),
diliputi sekret mukoid.
• Bentuk limbus: tantras dot (penonjolan berwarna abu-abu, seperti
lilin)
• Gatal
• Fotofobia
• Sensasi benda asing
• Mata berair dan blefarospasme
Terapi
• Biasanya sembuh sendiri tanpa diobati
• Steroid topikal dan sistemik
• Kompres dingin
• Obat vasokonstriktor
• Cromolyn sodium topical
• Koagulasi cryo CO2.
• Pembedahan kecil (eksisi).
• Antihistamin umumnya tidak efektif
• Kontraindikasi untuk pemasangan lensa kontak
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil diskusi kelompok 2, pasien di skenario kemungkinan


mengalami keratitis jamur dan bakteri, karena dari hasil pemeriksaan fisik
yang dilakukan didapatkan ciri khas yang mengarah ke tanda dan gejala dari
keratitis jamur dan bakteri berupa lesi putih keabu-abuan, permukaan kasar,
dan bentuk satelit. Penatalaksanaan yang diberikan tergantung dari penyebab
dan kondisi dari penyakit yang dialami pasien tersebut, maka dari itu perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut lagi untuk menentukan terapi yang
diberikan.

Anda mungkin juga menyukai