KELOMPOK V:
1. MUHAMMAD I MADE ANNAFI ARIANTO (20180811014001)
2. GABRIEL CHRISTO TIMANG (20180811014006)
3. PASKALIA C.R SAA (20180811014011)
4. ISMAEL WANDIKBO (20180811014013)
5. ASKAR BO’NE (20180811014017)
6. DESI DWI L. RONSUMBRE (20180811014020)
7. FAUSTINA F.S.M WIGU TUKAN (20180811014023)
8. HELENA G.F KARETH (20180811014026)
9. JULIO MICHEL MIRINO (20180811014033)
10. MUHAMMAD IMAM HANAFI (20180811014038)
11. PONIA YULICE DEMONGGRENG (20180811014043)
12. SAMUEL S.K.N SUMBARI (20180811014048)
13. TISYHA FAHJIRIN RAMIN (20180811014054)
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha kuasa, oleh karena berkat
dan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan laporan tutorial ini dengan baik dan tepat
waktu.
Laporan ini adalah laporan hasil kerja Problem Based Learning (PBL) skenario 1 pada
blok komunikasi efektif yang fokus pada permasalahan yang diberikan dalam skenario
tersebut. Pada dasarnya, pokok permasalahan yang terdapat dalam skenario ini dan menjadi
pokok pembahasan laporan ini yaitu komunikasi antara dokter dan pasien.
Dalam pembuatan laporan ini, ada banyak pihak yang telah membantu kami sehingga
laporan ini dapat selesai dengan baik oleh karena itu, atasnya kami mengucapkan terima kasih.
Secara khusus kami sampaikan terima kasih kepada dr. Eka Dian Agustina Fatem, M.Epid
yang telah menuntun kami saat melakukan Problem Based Learning sebagai tutor,serta
memberikan masukan dalam penulisan laporan ini, terima kasih juga kami sampaikan kepada
rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Angkatan 2018, serta pihak
yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah memberikan kami support dalam
penulisan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta menambah
wawasan kepada pembaca yang berkaitan dengan pembahasan dalam laporan ini namun kami
menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan baik dari segi
penulisan maupun penyajian isi dari laporan ini sendiri. Oleh karena itu, kami memohon kritik
dan saran kepada pembaca sebagai masukan kepada kami untuk menjadi tolak ukur kami pada
penulisan laporan selanjutnya.
Kelompok V
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Manfaat ................................................................................................................................... 2
1.3 Sistematika Penulisan ................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
2.1 Skenario .................................................................................................................................. 3
2.2 Klarifikasi Istilah .................................................................................................................... 4
2.3 Identifikasi masalah ................................................................................................................ 4
2.4 Analisis masalah (Brainstorming) ........................................................................................... 5
2.5 Learning Object ( LO)............................................................................................................. 5
2.6 Dasar Teori.............................................................................................................................. 5
2.6.1. Pengertian Komunikasi Dokter-Pasien ........................................................................... 5
2.6.2. Bentuk-bentuk komunikasi dokter pasien terdiri atas ..................................................... 6
2.6.3. Manfaat dan Tujuan Komunikasi dokter-pasien ............................................................. 8
2.6.4. Langkah-Langkah komunikasi Dokter-Pasien ................................................................ 9
2.6.5. Cara komunikasi efektif dokter pasien .......................................................................... 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 13
Kesimpulan ....................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... Error! Bookmark not defined.
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan salah satu kompetensi
yang sangat penting dan harus dikuasai oleh dokter. Kompetensi komunikasi menentukan
keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Komunikasi yang
efektif dapat mengurangi keraguan pasien, serta menambah kepatuhan dari pasien. Dokter
dan pasien sama-sama memperoleh manfaat dari saling berbagi dalam hubungan yang erat.
Setiap pihak merasa dimengerti, Pasien merasa aman dan terlindungi jika dokter yang
menanganinya melakukan yang terbaik untuk pasiennya. Ketika saling terhubung, sang
dokter dapat mengerti dan bereaksi lebih baik pada perubahan perilaku dan perhatiannya
pada pasien setiap saat. Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien sangatlah
diperlukan untuk memperoleh hasil yang optimal, berupa masalah kesehatan yang dapat
diselesaikan dan kesembuhan pasien.
Menurut Yusa (2006), komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam
pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak
efektif akan mengundang masalah. Perlu dibangun komunikasi efektif yang dilandasi
keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-
masing. Dengan terbangunnya komunikasi yang efektif, pasien akan memberikan keterangan
yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien
secarabaik dan memberi obat yang tepat bagi pasien. Komunikasi yang baik dan berlangsung
dalam kedudukan setara sangat diperlukan agar pasien mau dan dapat menceritakan sakit serta
keluhanyang dialaminya secara jujur dan jelas.
Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi antara dokter dan pasien diartikan sebagai
tercapainya pengertian dan kesepakatan yang dibangun dokter bersama pasien pada setiap
langkah penyelesaian masalah pasien. Untuk sampai pada tahap tersebut, diperlukan berbagai
pemahaman seperti pemanfaatan jenis komunikasi (lisan, tulisan), menjadi pendengar yang
baik, adanya penghambat proses komunikasi, pemilihan alat penyampai pikiran atau informasi
yang tepat, dan mengekspresikan perasaan dan emosi. Selanjutnya definisi tersebut menjadi
dasar model proses komunikasi yang berfokus pada pengirim pikiran-pikiran atau informasi,
saluran yang dipakai untuk menyampaikan pikiran-pikiran atau informasi, dan penerima
pikiran-pikiran atau informasi.
2
1.2 Manfaat
Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditentukan manfaat penulisan laporan sebagai berikut:
1) Melatih penulis dalam pembuatan laporan
2) Menambah wawasan mengenai komunikasi dokter dengan pasien.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Skenario
Dokter AB adalah dokter spesialis Obsgyn ( Sp.OG) yang menangani seseorang
pasien berusia 22 tahun yang bernama Cinta. Cinta datang dengan keluhan amenore
primer hinggan usianya saat ini. Cinta saat ini dengan keadaannya karena akan segera
menikah akan waktu dekat secara fisik cinta merupakan wanita yang sangat cantik
dengan bentuk tubuh yang sempurna, akan tetapi kondisi ini membuatnya merasa
belum sempurna sebagai seorang wanita. Orang tua dan keluarga cinta pun dibuat
cemas atas apa yang dialami putri tunggalnya ini.
Setelah melalui anamnesis serangkaian pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan
darah) serta pemindaian Ultrasonografi (USG) dan MRI, diketahui CINTA tidak
memiliki rahim (serviks) sehingga didiagnosis mengalami penyakit langkah yaitu
kelainan bawaan lahir yang disebut sindrom MRKH (Mayer Rokintansky Kuster
Hauser). Sebagai seorang dokter yang profesional dokter AB tentu harus siap
menyampaikan hal ini kepada pasien dan keluarganya. Sekalipun mungkin ia akan
berhadapan dengan reaksi emosional dan penolakan dari pasien dan pihak keluarga atas
hasil diagnosa tersebut karena bagaimana pun berita ini tentu saja akan mengguncang
kondisi psikolagis pasien yang akan menghadapi pernikahannya dalam waktu dekat.
Tiba saatnya dokter menyampaikan hasil diagnosis kepada pasien dan keluarga, dan
seperti dugaan, orang tua pasien sangat terkejut dengan penyampaian dokter AB.
Mereka menolak hasil tersebut dan menyangkal anaknya memiliki kelainan karena
selama ini tidak ada tanda gejala aneh yang ditunjukkan anaknya selain keluhan yang
disampaikan, bahkan anaknya tumbuh dengan sehat. Menurut mereka, hasil
pemeriksaan dan diagnosis tersebut bisa salah sehingga mereka menuntut penjelasan
yang lebih rinci dari dokter AB tentang kondisi anaknya. Sementara itu, CINTA sangat
terpuruk, karena tidak tau bagaimana cara menjelaskan hal tersebut kepada kekasih dan
juga keluarga besarnya. Oleh karena itu CINTA dan orang tuanya terus mendatangi dan
mendesak dokter AB untuk mencarikan solusi bagi permasalahan anaknya serta
membantu menjelaskan hal tersebut kepada pasangan CINTA. Bagi dokter AB, hal ini
tentu saja merupakan tantangan bagi “capacity building”nya dalam hal komunikasi
dokter-pasien dan dalam mempertahankan partnership (kemiteraan) di antara
keduanya.
4
sehingga orang lain tersebut mengerti apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-
pikiran atau informasi (5).
Elemen-elemen yang terdapat dalam komunikasi menurut Gorden (1978) :
1. Komunikator: orang yang menyampaikan pesan
2. Pesan: ide atau informasi yang disampaikan
3. Media: sarana komunikasi
4. Komunikan: pihak yang menerima pesan
5. Umpan Balik: respon dari komunikan terhadap pesan yang diterimanya (5).
Komunikasi efektif Dokter-Pasien adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan
oleh individu baik dokter maupun pasien dengan tujuan saling menyampaikan
pesannya satu sama lain.Jika pesan yang dimaksudkan tersebut tidak sesuai dengan
penangkapan lawan bicara, maka kemungkinan besar akan menyebabkan terjadinya
miskomunikasi, sehingga berdasarkan hal tersebut dibutuhkan suatu bentuk
komunikasi yang efektif. Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan
dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti
dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
(5).
Beri salam, sapa dia, tunjukan bahwa anda bersedia meluangkan waktu untuk
berbicara dengannya.
Ajak Bicara
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien
mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter
menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti
perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam
usaha menggali informasi.
Jelaskan
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin diketahui
dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya sendiri.
Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi, atau
apapun secara jelas dan detil
Ingatkan:
Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai
materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Dibagian akhir percakapan,
ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru.
Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah telah mengerti benar, maupun
klarifikasi terhadap hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta
mengulang kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting (7).
2.6.5. Cara komunikasi efektif dokter pasien
Komunikasi yang efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang dialami oleh
kedua belah pihak. Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak
memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu
karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien. Dalam pemberian pelayanan
medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi
yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah
kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien. Menurut Kurzt (1998),
dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan (5):
Secara ringkas ada 6 hal yang perlu diperhatikan oleh dokter dengan pasien
agar berkomunikasi dengan efektif dengan pasien yaitu (7):
1. Materi Informasi apa yang disampaikan
1. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak
nyaman/sakit saat pemeriksaan).
2. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.
3. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan
diagnosis, termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek
samping/komplikasi.
4. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis.
5. Diagnosis, jenis atau tipe.
6. Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan
masing-masing cara).
7. Prognosis.
8. Dukungan (support) yang tersedia.
2. Siapa yang diberi informasi
1. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan.
2. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.
3. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan
bertanggung jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak
memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara langsung.
3. Berapa banyak atau sejauh mana
a. Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa
perlu untuk disampaikan, dengan memerhatikan kesiapan mental
pasien.
b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan
sebanyak yang dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arifiandi MD, Wiyasa IWA. Laporan Kasus : Amenore Primer Et causa Hiperplasia
Adrenal Kongenital Non Klasik. Journal Of Issues In Midwifery. 2018 April; II(30-36).
5. Fouriaanalistyawati E. Komunikasi yang relevan dan efektif antara dokter dan pasien.
Jurnal Psikogenesis. 2017 Desember; 1(1).