Disusun Oleh :
Kelmpok 6
FAKULTAS KEDOKTERAN
POGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS CENDRAWASIH JAYAPURA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehigga kita dapat menyelesaikan Laporan
Diskusi Tutorial Blok Komunikasi Efektif
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya .
Kami menyadari bahwa dalam pengerjaan laporan ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya
dari dosen guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih
baik di masa yang akan datang. Akhir kata, mohon maaf apabila terdapat
kekurangan dan kesalahan kata-kata.
Tim Penyusun
Kelompok 6
PENDAHULUAN
Obet adalah seorang pelajar di SMA penerbangan Doyo Sentani, pagi itu Obet
hendak berangkat dari rumah menuju sekolahnya menggunakan motor, dalam perjalanan
sekitar daerah kampung harapan Obet megalami kecelakaan. Ia ditabrak oleh sebuah
minibus yang memutar balik arah secara tiba-tiba dan menghantam kendaraannya dari
depan, sehingga dia harus dilarikan ke RS terdekat (RS-Y). Obet diperiksa leh seorang
dokter umum di IGD. Dokter mulai melakukan anamnesis dengan menanyakan keluhan
pada bagian tubuh yang sakit dan memastikan apakah Obet berada dibawah pengaruh
alcohol. Selanjutnya Dokter melakukan pemeriksaan fisik dengan melihat daerah yang
terasa sakit.
Dokter IGD merencanakan pemeriksaan foto X-ray region brachial karena tampak
deformitas, namun petugas radiologi memberikan hasil X-ray region forearm, sehingga
dokter tidak menemukan kelainan, pasien mengeluh sakit tetapi dkter tidak merespon
karena menganggap pasien berbohong. Pasien terus mengeluh sesak dan bertambah
sesak, dokter merespon dengan pemberian ksigen nasal 21pm dan memberikan edukasi
agar pasien tidak manja akan tetapi hingga 20 menit berlalu pasien masih merasakan
sesak dan bahkan bertambah berat. Keluarga Obet meminta agar dokter memberi rujukan
ke RS X yang dekat dengan tempat tinggalnya. Setelah Obet sampai di IGD RS X, Obet
ditolak dengan alas an bahwa ada dokter spesialis Ortho di RS Y tempat pertama kali
Obet dirawat. Keluarga telah menyampaikan bahwa pasien merasa sesak sekali namun
dokter IGD RS X menolak dengan alasan ruang perawatan penuh.
KLAFISIKASI TERMINOLOGI
1. Anamnesis
Anamnesis berasal dari kata Yunani yang berarti mengingat kembali .
anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara
baik langsung pada pasien (Auto anamnesis) atau pada orang tua atau
sumber lain (Allo anamnesis)
2. X-ray
Sinar x merupakan jenis radiasi yang disebut gelombang elektrmagnetik.
Pencitraan X-ray akan menciptakan gambar bagian dalam tubuh
3. X-ray Regio Brachial
Gambar tubuh lengan atas
4. X-ray Regio Forearm
Gambar tubuh lengan bawah
5. X-ray Regio Thoraks
Gambar tubuh bagian dada
6. Deformitas
Kelainan bentuk / perubahan bentuk tubuh dari normal ke abnormal
7. Oksigen Nasal 2lpm
Oksigen hidung
8. Pneumotoraks
Cairan dalam paru-paru (kebocoran )
9. Fraktur Os-humerus
Patah /pecah/ retak , Osteo Tulang , Humerus lengan atas
10. Radiologi
Ilmu kedokteran untuk melihat bagian rama tubuh manusia mengunakan
pancaran atau radiasi gelmbang , baik gelombang elektomagnetik maupun
gelombang magnetik
11. Orthopedics
Cabang ilmu bedah yang mempelajari pemeliharaan dan pemulihan fungsi
system skeletal, artikulasinya, dan struktur-struktu terkaitnya
MENDEFINISIKAN MASALAH
BRAINSTROMING
ANALISA MASALAH
KOMUNIKASI
TIDAK
EFEKTIK
KOMUNIKASI
EFEKTIF TATA LAKSANA
• DOKTER -PASIEN RUMAH SAKIT
• DOKTER- TENAGA YANG BAIK
KESEHATAN MENGENAI
• DOKTER-RUMAH PASIEN RUJUKAN
SAKIT
SKENARIO
BAB II
PEMBAHASAN
Sebaliknya, jika ada pihak yang tidak mengerti tentang suatu hal yang
sedang dikomunikasikan, berarti komunikasi tidak berjalan, dan hubungan antara
orang-orang tersebut tidak komunikatif. Pengertian secara terminologis,
komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan seseorang kepada orang
lain. Pengertian ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang atau manusia, sehingga komunikasi seperti ini disebut
sebagai Human Communication (komunikasi manusia). Sedangkan pengertian
secara paradigmatis, meskipun banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli,
namun dari semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu
atau untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku, baik langsung (komunikasi
tatap muka) maupun tidak langsung (komunikasi melalui media). Dari definisi
tersebut tersimpul bahwa tujuan komunikasi dalam pengertian paradigmatic
adalah untuk mendapatkan efek tertentu pada komunikan. Menurut Onong
Uchjana Effendy, efek yang ditimbulkan akibat terpaan pesan dapat
diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni : efek kognitif, efek afektif, dan efek
konatif/behavioral. Efek kognitif adalah efek yang timbul pada komunikan
yang menyebabkan dia menjadi tahu mengenai suatu hal yang disampaikan oleh
komunikator. Dalam hal ini, komunikator hanya ingin mengubah pikiran
komunikan. Efek afektif kadarnya lebih tinggi dari efek kognitif. Disini tujuan
komunikator tidak hanya untuk sekedar memberi tahu mengenai suatu hal kepada
komunikan, tetapi berusaha agar komunikan tergerak hatinya dengan munculnya
sikap atau perasaan tertentu, seperti perasaan iba, sedih, terharu, gembira, marah,
dan sebagainya. Sedangkan efek konasi atau efek behavioral adalah efek yang
kadarnya paling tinggi, yaitu berubahnya perilaku atau sikap komunikan setelah
mendapat terpaan pesan dari komunikator.
2.1.1 Bentuk Komunikasi Verbal dan Non Verbal
Komunikasi Verbal
Komunikasi Verbal Komunikasi verbal (verbal communication) adalah
bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan
cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar.
Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah
disampaikan secara verbal ketimbang nonverbal. Dengan harapan, komunikan
(baik pendengar maun pembaca) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang
disampaikan, contoh : komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan
menggunakan media, contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon.
Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak
langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi
dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar, grafik dan
lain-lain. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal
(Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan
aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan
dipahami suatu komunitas.
rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya.
Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu
komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus
memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.
Bentuk komunikasi nonverbal sendiri di antaranya adalah, bahasa
isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna
dan intonasi suara. Beberapa contoh komunikasi nonverbal:
a. Sentuhan
Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan,
berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-
lain.
b. Gerakan Tubuh
Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh
meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh.
Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata
atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk
mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan,
c. Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu
ucapan, yaitu cara berbicara. Contohnya adalah nada bicara, nada
suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas
suara, intonasi, dan lain-lain. d. Kronemik Kronemik adalah bidang
yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal.
Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi
yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang
dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta
ketepatan waktu (punctuality).
Klasifikasi Pesan Nonverbal
Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal
sebagai berikut:
1. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan
tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan
fasial, pesan gestural, dan pesan postural.
calon penerima pesan. Sehingga nantinya pesan dari komunikator akan dapat
tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
4. Audible
Makna dari audible adalah dapat didengarkan atau dimengerti
dengan baik oleh penerima pesan.
5. Clarity
Kejelasan, terkait dengan kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga
tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang
berlainan. Kejelasan juga berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam
berkomunikasi, individu perlu mengembangkan sikap terbuka, sehingga
dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan.
Tujuan Komunikasi Membangun hubungan interpersonal yang baik antara
dokter dan pasien dapat dilihat sebagai tujuan penting komunikasi. Rooter
dan Hall menyatakan bahwa komunikasi adalah bahan dasar utama dalam
pelayanan kesehatan, komunikasi adalah instrumen dasar dimana hubungan
dokter dan pasien dibuat dan dimana tujuan terapi tercapai, Dari sudut
pandang ini, hubungan interpersonal yang baik dapat dianggap sebagai
prasyarat untuk perawatan medis yang optimal. Peneliti komunikasi
memiliki pendapat yang berbeda tentang membangun sebuah hubungan
interpersonal yang baik, dimana mereka menyebutkan bahwa hubungan
interpersonal yang baik ini terutama sebagai hubungan sosial di mana 'sopan
santun' yang paling penting.6 Tujuan utama lainnya dalam komunikasi
adalah pertukaran komunikasi antara dokter dan pasien informasi dapat
dilihat sebagai sumber daya dibawa ke interaksi lisan oleh kedua belah
pihak. Pertukaran informasi terdiri dari pemberi informasi dan pencarian
informasi. Dari sudut pandang ilmu kedokteran dokter membutuhkan
informasi untuk menetapkan diagnosis dan rencana pengobatan yang tepat.
Dari sudut pandang pasien akan didapatkan dua kebutuhan yang harus
terpenuhi ketika dia mengunjungi seorang dokter “pasien wajib mengetahui
dan mengerti (mengetahui dan mengerti apa yang sedang dialami dari dalam
dirinya). Dalam rangka memenuhi dokter dan pasien, baik bergantian antara
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien memiliki potensi yang
besar dalam membantu pasien untuk mengatur 'emosi, meningkatkan
pemahaman informasi medis, persepsi dan harapan, membangun rasa percaya
penuh kepada dokter yang menanganinya sehingga pasien akan patuh
terhadap semua saran dan nasehat.
Dalam PCI dan HPI kita mengenal dua konsep yang membantu kita agar
tidak kehilangan arah dalam membuat wawancara yang baik. Kedua konsep
tersebut adalah sebagai berikut:
atau ”Apakah masih ada yang ibu ketahui dari penyakit ibu?”.
Dengan demikian, kita dapat mengetahui hal-hal yang diharapkan
oleh orang tua.
3. Menuntun dalam melakukan wawancara dan tidak mendominasi.
4. Sopan santun
5. Bila menghadapi penyakit yang akut Dalam menghadapi kasus
dengan infeksi akut, sebaiknya wawancara lebih terfokus pada
penyakitnya.
6. Mengarahkan kembali wawancara Dokter harus dapat
mengendalikan wawancara, walau dalam kondisi apapun.
7. Konseling Orang tua ingin penjelasan yang mudah diterima
mengenai diagnosis dan penyebab sakit anaknya.
8. Penutup
Tidak ada seorangpun yang mau menderita sakit. Namun, semua manusia
pasti pernah menderita sakit dari mulai sakit ringan sampai yang berat. Ada
banyak penyakit bisa sembuh dengan sendirinya atau hanya perlu obat-obatan
ringan, namun banyak pula penyakit yang cukup serius sehingga memerlukan
penanganan oleh dokter. Agar dapat dilakukan pengobatan dengan baik, pasien
harus memiliki hubungan yang baik dengan dokter yang menanganinya.
2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan
komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya
kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator
harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan
pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah
pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang
pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication).
Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh
: pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan
lain-lain.
3. Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara
pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta
cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi
terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu
dengan yang lainnya.
4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan
kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat
beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-
kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan”
dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa
mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
5. Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap
proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang
atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
7. No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada
receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang
terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang
manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan,
dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan
tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan
seorang manajer.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan seseorang
kepada orang lain. Pengertian ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang atau manusia, sehingga komunikasi
seperti ini disebut sebagai Human Communication (komunikasi manusia).
Dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan maka komunikasi ini
harus efektif dikatakan efektif apabiala dokter Dalam melakukan komunikasi
dengan pasien, harus mampu menunjukkan penghargaan pada pasien (respect),
rasa percaya diri, dan empati. Ketiga kemampuan tersebut dapat dipelajari dengan
cara sering berlatih. Kita akan mampu mengharagai pasien kalau kita bisa
membayangkan seandainya kita atau keluarga kita berada pada posisi pasien,
perlakuan dokter seperti apa yang kita harapkan. Keterlibatan harus dibatasi
supaya pertolongan optimal dapat diberikan. Untuk bisa berempati kepada pasien,
seorang dokter harus bisa menjadi pendengar yang baik dan mampu memberikan
respon yang baik terhadap apa yang diceritakan pasien.
Dalam menjalankan pelayanan kesehatan dibutuhkan kerja sama tim atau
kolaborasi antara dokter dan tenaga kesehatan lain yaitu bisa membangun
Komunikasi yang efektif, bertanggungjawab dan saling menghargai sesame
tenaga kesehatan dan mampu memberikan kontribusi yang terbaik dalam
hubungan kerjasama. Komunikasi yang efektif antara tenaga kesehatan mampu
menumbuhkan kepercayaan antara profesi tersebut (Anggarawati, 2016) . Untuk
itu, perlu adanya komunikasi yang efektif dalam paktik kolaborasi interprofesi
guna meningkatkan kualitas pelayan dan keselamatan pasien menjamin kepuasan
dan keamanan pasien.
Di dalam fasilitas kesehatan terdapat system rujukan. Sistem Rujukan
pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan
kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan.
Daftar Pustaka
Anon., 2014. bpjs kesehatan. [Online]
Available at: bpjs-kesehatan.go.id
[Diakses sabtu november 2019].
Endang, 2012. komunikasi yang relefan dan efektif antara dokter dan pasien.
psikogenesis, 1(1).
Endra, F., 2017. Hubungan Dokter dan Pasien. Komunikasi Medis, 1(4).
Faurianalistyawati, E., 2012. Komunikasi yang relefan dan efektif antara dokter dan
pasien. Psikogenesis , 1(1).
Kesehatan, b., t.thn. Panduan praktis. Dalam: Sistem Rujukan Berjenjang. s.l.:s.n.
Ratnasari, D., 2017. analisis pelaksanaan sistem rujukan berjejnjang bagi peserta di
puskesmas x kota surabaya. jurnal JAKI, 5(2).
Rokhmah, N. a., 2017. komunikasi efektif dalam praktik kolaborasi interprofesi sebagai
upaya meningkatkan kualitas pelayanan. jurnal of healt studies , 1(1).