Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN DISKUSI TUTORIAL

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF

Disusun Oleh :

Kelmpok 6

1. AGULIN WANGGAI (2019081014050)


2. ANNA LAURIN ARONGGEAR (2019081014013)
3. APRILIA SINTA NUR GAYATRI (2019081014019)
4. DEBY PUTRI VIVIYANTY ESAYULISTA (2019081014027)
5. GRISELA PRISCA GLORIANA RAMANDEI (2019081014016)
6. KARIKA SERSIH FEBRYANY PURBA (2019081014060)
7. LANNY FESTA ANGELIA (2019081014022)
8. LUCYANA PRISKILA HOWAY (2019081014001)
9. MARTA LODEVIKA YAWON (2019081014042)
10. MEROLINCE TABUNI (2019081014062)
11. PUTRI LADY DIANA SANADI (2019081014069)
12. RADO MARCHO W. WAINGGAI (20180811014045)

FAKULTAS KEDOKTERAN
POGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS CENDRAWASIH JAYAPURA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehigga kita dapat menyelesaikan Laporan
Diskusi Tutorial Blok Komunikasi Efektif

Tujuan pembuatan Laporan Diskusi Tutorial Blok Komunikasi Efektif


Skenario I adalah untuk mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan yang
diberikan, sekaligus memenuhi tugas Blok Blok Komunikasi Efektif .

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya .

Kami menyadari bahwa dalam pengerjaan laporan ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya
dari dosen guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih
baik di masa yang akan datang. Akhir kata, mohon maaf apabila terdapat
kekurangan dan kesalahan kata-kata.

Jayapura, Nopember 2019

Tim Penyusun

Kelompok 6

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1


DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................... 3
1.2. Tujuan Komunikasi.................................................................................................. 4
1.2 Fungsi Komunikasi ......................................................................................... 6
SKENARIO 1 ................................................................................................................. 7
STEP I 8
KLAFISIKASI TERMINOLOGI ................................................................................... 8
STEP II 9
MENDEFINISIKAN MASALAH ................................................................................. 9
STEP III 10
BRAINSTROMING ..................................................................................................... 10
STEP IV 11
ANALISA MASALAH ................................................................................................ 11
STEP V 12
MEMFORMULASIKAN TUJUAN BELAJAR .......................................................... 12
BAB II ................................................................................................................................ 1
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 1
2.1 DEFINISI KOMUNIKASI ................................................................................. 1
2.1.1 Betuk Komunikasi Verbal dan Non Verbal ......................................................... 2
2.2 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan ......................................... 11
2.3 Komunikasi Efektif Dokter-Pasien ............................................................... 15
2.4 Komunikasi Efektik Dokter-Tenaga Kesehatan ........................................... 23
2.5 Komunikasi Tidak Efektif............................................................................. 26
2.6 Tata cara penyelenggaraan yang baik tentang Pasien Rujukan ................... 28
BAB III ............................................................................................................................. 33
PENUTUP ........................................................................................................................ 33
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 33
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 34

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 2


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Rumah sakit adalah organisasi dalam bidang jasa pelayanan
kesehatan .Dalam penyelenggaraan upaya pelayanan pada pasien rumah
sakit didukung oleh banyak jenis ketrampilan SDM baik yang berbentuk
profesi maupun non profesi. Rumah Sakit yang bermutu adalah rumah sakit
yang memberikan pelayanan melalui penyelenggaraan pelayanan secara
paripurna pada unit unit gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, ruang
tindakan dan ruang perawatan khusus. Penyelenggaraan pelayanan
dilaksanakan oleh berbagai kelompok profesi. Para 3ocial3ent3l utama yang
memberikan asuhan kepada pasien di rumah sakit adalah staf medis baik
dokter maupun dokter spesialis, staf klinis keperawatan (perawat dan bidan),
nutrisionis dan farmasis yang rutin dan pasti selalu berkontak dengan pasien,
akan tetapi tidak kalah pentingnya 3ocial3ent3l lain yang berfungsi
melakukan asuhan penunjang berupa analis laboratorium, penata rontgen,
fisioterapis. Penyediaan pelayanan yang paling sesuai di suatu rumah sakit
untuk mendukung dan merespon setiap kebutuhan pasien yang unik,
memerlukan perencanaan dan koordinasi tingkat tinggi.
Pelayanan yang ada di rumah sakit merupakan pelayanan yang
multidisilpin sehinga bisa berpotensi terjadinya pelayanan yang tumpang
tindih, terjadinya konflik interprofesional dan juga keterlambatan
pemeriksaan dan tindakan (Susilaningsih, 2016). Dalam pelayanan kesehatan
terjadi kesalahan (error) 70-80 % yang disebabkan oleh buruknya
komunikasi dan pemahaman dalam tim, kerjasama tim yang baik dapat
membantu mengurangi masalah patient safety (WHO, 2009)
Upaya peningkatan kualitas pelayanan tersebut diperlukan
keselarasan langkah yang dinamis antar berbagai klinisi dan disiplin
keilmuan untuk membangun tim pelayanan dengan tatanan dan kultur
pendekatan interdisiplin atau interprofesional. Pasien yang ditangani secara
interdisiplin baik di ruang rawat inap maupun pelayanan kesehatan primer,

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 3


meningkatkan kesinambungan asuhan, kepuasan pasien serta mengurangi
hospitalisasi dan angka kematian (Mitchell&Crittenden,2000) Kolaborasi
interprofesional merupakan merupakan strategi untuk mencapai kualitas
hasil yang dinginkan secara efektif dan efisien dalam pelayanan
kesehatan. Komunikasi dalam kolaborasi merupakan unsur penting untuk
meningkatkan kualitas perawatan dan keselamatan pasien (Reni,A al,2010).
Kemampuan untuk bekerja dengan profesional dari disiplin lain untuk
memberikan kolaboratif, patient centred care dianggap sebagai elemen
penting dari praktek profesional yang membutuhkan spesifik perangkat
kompetensi. The American Nurses Association (ANA, 2010)
menggambarkan komunikasi efektif sebagai standar praktik keperawatan
profesional. Kompetensi profesional dalam praktek keperawatan tidak hanya
psikomotor dan keterampilan diagnostik klinis, tetapi juga kemampuan
dalam keterampilan interpersonal dan komunikasi. Perawat terdaftar
diharapkan untuk berkomunikasi dalam berbagai format dan di semua
bidang praktek.
Berhasilnya suatu komunikasi adalah apabila kita mengetahui dan
mempelajari unsur-unsur yang terkandung dalam proses komunikasi. Unsur-
unsur itu adalah sumber (resource), pesan (message), saluran (channel/
media) dan penerima (receiver/audience). Komunikasi dapat efektif apabila
pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan,
pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan
tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003). Komunikasi yang efektif
terjadi bila pendengar (penerima berita) menangkap dan menginterpretasikan
ide yang disampaikan dengan tepat seperti apa yang dimaksud oleh
pembicara (pengirim berita).

1.2. Tujuan Komunikasi


Membangun hubungan interpersonal yang baik antara dokter dan
pasien dapat dilihat sebagai tujuan penting komunikasi. Rooter dan Hall
menyatakan bahwa komunikasi adalah bahan dasar utama dalam pelayanan
kesehatan, komunikasi adalah instrumen dasar dimana hubungan dokter dan
pasien dibuat dan dimana tujuan terapi tercapai, Dari sudut pandang ini,

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 4


hubungan interpersonal yang baik dapat dianggap sebagai prasyarat untuk
perawatan medis yang optimal. Peneliti komunikasi memiliki pendapat yang
berbeda tentang membangun sebuah hubungan interpersonal yang baik,
dimana mereka menyebutkan bahwa hubungan interpersonal yang baik ini
terutama sebagai hubungan sosial di mana 'sopan santun' yang paling
penting.6 Tujuan utama lainnya dalam komunikasi adalah pertukaran
komunikasi antara dokter dan pasien informasi dapat dilihat sebagai sumber
daya dibawa ke interaksi lisan oleh kedua belah pihak. Pertukaran informasi
terdiri dari pemberi informasi dan pencarian informasi. Dari sudut pandang
ilmu kedokteran dokter membutuhkan informasi untuk menetapkan
diagnosis dan rencana pengobatan yang tepat. Dari sudut pandang pasien
akan didapatkan dua kebutuhan yang harus terpenuhi ketika dia
mengunjungi seorang dokter “pasien wajib mengetahui dan mengerti
(mengetahui dan mengerti apa yang sedang dialami dari dalam dirinya).
Dalam rangka memenuhi dokter dan pasien, baik bergantian antara pemberi
informasi dan mencari informasi pasien harus menyampaikan secara jelas
apa yang dia rasakan saat ini begitu pula dengan seoarng dokter juga harus
aktif dalam mencari informasi yang relevan.
Tujuan utama lain dalam komunikasi medis adalah membuat
keputusan tentang pengobatan. Normalnya hubungan yang ideal antara
dokter dan pasien adalah partnerlistik dimana dokter akan mengarahkan
pengobatan dan membuat keputusan tentang pengobatan, dimana keputusan
tentang pengobatan pasien sudah disetujui terlebih dahulu oleh pasien.
Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien memiliki potensi
yang besar dalam membantu pasien untuk mengatur 'emosi, meningkatkan
pemahaman informasi medis, persepsi dan harapan, membangun rasa
percaya penuh kepada dokter yang menanganinya sehingga pasien akan
patuh terhadap semua saran dan nasehat.
Informasi yang didapatkan dokter dari pasien sangatlah penting
dalam pengelolaan penyakit kronis. Namun tidak mudah bagi dokter dalam
menggali keterangan dari pasien. Perlu terciptanya hubungan yang baik
antara kedua belah pihak untuk mencapai keberhasilan dalam pengobatan
pasien. McBride menyatakan bahwa komunikasi menjadi salah satu dari

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 5


kopetensi dokter yang harus di miliki. Namun untuk saat ini komunikasi
yang dibangun oleh dokter terhadap pasien sangat tidak memuaskan.
Komunikasi yang efektif justru tidak membutuhkan waktu yang
terlalu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu
karena dokter terampil mengenali kebutuhaan pasien (tidak hanya ingin
sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang
efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan
sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah
kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.

1.2 Fungsi Komunikasi


Sedangkan fungsi komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy
mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah :
1. Menginformasikan (to inform) Adalah memberikan informasi kepada
masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa
yang terjadi, ide (pikiran dan tingkah laku orang lain), serta segala
sesuatu yang disampaikan orang lain.
2. Mendidik (to educated) Adalah komunikasi merupakan sarana
pendidikan. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan
pikirannya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan
informasi dan ilmu pengetahuan.
3. Menghibur (to entertain) Adalah komunikasi selain berguna untuk
menyampaikan komunikasi. Pendidikan dan mempengaruhi juga
berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.
4. Mempengaruhi (to influnce) Adalah fungsi memperngaruhi setiap
individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi
jika pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan
tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapkan. (Effendy,
1997:36)

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 6


SKENARIO 1

Obet adalah seorang pelajar di SMA penerbangan Doyo Sentani, pagi itu Obet
hendak berangkat dari rumah menuju sekolahnya menggunakan motor, dalam perjalanan
sekitar daerah kampung harapan Obet megalami kecelakaan. Ia ditabrak oleh sebuah
minibus yang memutar balik arah secara tiba-tiba dan menghantam kendaraannya dari
depan, sehingga dia harus dilarikan ke RS terdekat (RS-Y). Obet diperiksa leh seorang
dokter umum di IGD. Dokter mulai melakukan anamnesis dengan menanyakan keluhan
pada bagian tubuh yang sakit dan memastikan apakah Obet berada dibawah pengaruh
alcohol. Selanjutnya Dokter melakukan pemeriksaan fisik dengan melihat daerah yang
terasa sakit.

Dokter IGD merencanakan pemeriksaan foto X-ray region brachial karena tampak
deformitas, namun petugas radiologi memberikan hasil X-ray region forearm, sehingga
dokter tidak menemukan kelainan, pasien mengeluh sakit tetapi dkter tidak merespon
karena menganggap pasien berbohong. Pasien terus mengeluh sesak dan bertambah
sesak, dokter merespon dengan pemberian ksigen nasal 21pm dan memberikan edukasi
agar pasien tidak manja akan tetapi hingga 20 menit berlalu pasien masih merasakan
sesak dan bahkan bertambah berat. Keluarga Obet meminta agar dokter memberi rujukan
ke RS X yang dekat dengan tempat tinggalnya. Setelah Obet sampai di IGD RS X, Obet
ditolak dengan alas an bahwa ada dokter spesialis Ortho di RS Y tempat pertama kali
Obet dirawat. Keluarga telah menyampaikan bahwa pasien merasa sesak sekali namun
dokter IGD RS X menolak dengan alasan ruang perawatan penuh.

Akhirnya dengan bersikeras keluarga memutuskan untuk segera mengeluarkan


Obet ari RS Y karena kecewa dengan pelayanannya. Obet selanjutnya dipindahkan ke RS
Z dengan biaya swasta , di IGD RS ini Obet diperiksa dan ditangani sesuai keluhan sesak
dokter merencanakan foto X-ray thoraks dan X-ray brachial , didapati hasil pneumotoraks
dan fraktur s humerus, dengan hasil tersebut dokter IGD mengkonsulkan pada dokter
Sp.B untuk tindakan segera pada pneumotoraks dan pada dokter Sp.OT untuk patah
tulang.

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 7


STEP I

KLAFISIKASI TERMINOLOGI

1. Anamnesis
Anamnesis berasal dari kata Yunani yang berarti mengingat kembali .
anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara
baik langsung pada pasien (Auto anamnesis) atau pada orang tua atau
sumber lain (Allo anamnesis)
2. X-ray
Sinar x merupakan jenis radiasi yang disebut gelombang elektrmagnetik.
Pencitraan X-ray akan menciptakan gambar bagian dalam tubuh
3. X-ray Regio Brachial
Gambar tubuh lengan atas
4. X-ray Regio Forearm
Gambar tubuh lengan bawah
5. X-ray Regio Thoraks
Gambar tubuh bagian dada
6. Deformitas
Kelainan bentuk / perubahan bentuk tubuh dari normal ke abnormal
7. Oksigen Nasal 2lpm
Oksigen hidung
8. Pneumotoraks
Cairan dalam paru-paru (kebocoran )
9. Fraktur Os-humerus
Patah /pecah/ retak , Osteo Tulang , Humerus lengan atas
10. Radiologi
Ilmu kedokteran untuk melihat bagian rama tubuh manusia mengunakan
pancaran atau radiasi gelmbang , baik gelombang elektomagnetik maupun
gelombang magnetik
11. Orthopedics
Cabang ilmu bedah yang mempelajari pemeliharaan dan pemulihan fungsi
system skeletal, artikulasinya, dan struktur-struktu terkaitnya

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 8


STEP II

MENDEFINISIKAN MASALAH

1. Bagaimana komunikasi yang efektif antara Dokter –Pasien ?


2. Apa yang menyebabkan kmunikasi pada skenari tidak efektif ?
3. Bagaimana komunikasi yang baik antar Rumah Sakit tentang Pasien
Rujukan ?

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 9


STEP III

BRAINSTROMING

1. Komunikasi yang efektif antara dokter-pasien , yaitu dokter harus


memiliki sikap empati, menghargai serta menghormati pasiennya . agar
dapat terciptanya suatu hubungan yang baik antara dkter-pasien dari
kmunikasi tersebut
2. Di dalam skenario kita menemukan suatu komunikasi yang tidak efektif ,
hal ini terjadi karena tidak adanya sikap /rasa empati, mengharga dan
menghormati pasiennya. Sehingga timbulah ketidakercayaan antara
dokter-pasien yang menyebabkan dokter tidak melakukan kewajibannya
dengan teliti.
3. Dalam melakukan suatau proses rujukan pasien ke RS lain , RS harus
melihat apakah RS yang akan dirujuk itu layak atau tidak untuk pasien .
untuk itu dibutuhkan komunikasi antar Fasilitas Kesehatan , serta kerja
sama antar RS

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 10


STEP IV

ANALISA MASALAH

KOMUNIKASI
TIDAK
EFEKTIK
KOMUNIKASI
EFEKTIF TATA LAKSANA
• DOKTER -PASIEN RUMAH SAKIT
• DOKTER- TENAGA YANG BAIK
KESEHATAN MENGENAI
• DOKTER-RUMAH PASIEN RUJUKAN
SAKIT

SKENARIO

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 11


STEP V

MEMFORMULASIKAN TUJUAN BELAJAR

Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengetahui dan memahami tentang :

1. Pengertian Komunikasi dan Elemen-elemen dalam berkomunikasi


2. Bagaiamana melakukan Komunikasi Efektif antara Dokter-Pasien,
Dokter -Tenaga Kesehatan, dan Dokter-Rumah Sakit
3. Tata laksana Rujukan yang baik dan benar anatar Rumah Sakit

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 12


STEP V BELAJAR MANDIRI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI KOMUNIKASI


Dalam buku karangannya yang berjudul “Dinamika Komunikasi” , Onong
Uchjana Effendy berpendapat bahwa pengertian komunikasi harus dilihat dari dua
sudut pandang, yaitu pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatik.
Pengertian komunikasi secara umum itupun harus juga dilihat dari dua segi, yaitu
pengertian komunikasi secara etimologis dan pengertian komunikasi secara
terminologis. Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Latin
communicatio yang bersumber dari kata communis yang berarti sama. Kata sama
yang dimaksudkan adalah sama makna. Jadi dalam pengertian ini, komunikasi
berlangsung manakala orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki kesamaan
makna mengenai suatu hal yang tengah dikomunikasikannya itu. Dengan kata
lain, jika orang-orang yang terlibat di dalamnya saling memahami apa yang
dikomunikasikannya itu, maka hubungan antara mereka bersifat komunikatif.

Sebaliknya, jika ada pihak yang tidak mengerti tentang suatu hal yang
sedang dikomunikasikan, berarti komunikasi tidak berjalan, dan hubungan antara
orang-orang tersebut tidak komunikatif. Pengertian secara terminologis,
komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan seseorang kepada orang
lain. Pengertian ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa komunikasi
melibatkan sejumlah orang atau manusia, sehingga komunikasi seperti ini disebut
sebagai Human Communication (komunikasi manusia). Sedangkan pengertian

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 1


STEP V BELAJAR MANDIRI

secara paradigmatis, meskipun banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli,
namun dari semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu
atau untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku, baik langsung (komunikasi
tatap muka) maupun tidak langsung (komunikasi melalui media). Dari definisi
tersebut tersimpul bahwa tujuan komunikasi dalam pengertian paradigmatic
adalah untuk mendapatkan efek tertentu pada komunikan. Menurut Onong
Uchjana Effendy, efek yang ditimbulkan akibat terpaan pesan dapat
diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni : efek kognitif, efek afektif, dan efek
konatif/behavioral. Efek kognitif adalah efek yang timbul pada komunikan
yang menyebabkan dia menjadi tahu mengenai suatu hal yang disampaikan oleh
komunikator. Dalam hal ini, komunikator hanya ingin mengubah pikiran
komunikan. Efek afektif kadarnya lebih tinggi dari efek kognitif. Disini tujuan
komunikator tidak hanya untuk sekedar memberi tahu mengenai suatu hal kepada
komunikan, tetapi berusaha agar komunikan tergerak hatinya dengan munculnya
sikap atau perasaan tertentu, seperti perasaan iba, sedih, terharu, gembira, marah,
dan sebagainya. Sedangkan efek konasi atau efek behavioral adalah efek yang
kadarnya paling tinggi, yaitu berubahnya perilaku atau sikap komunikan setelah
mendapat terpaan pesan dari komunikator.
2.1.1 Bentuk Komunikasi Verbal dan Non Verbal
Komunikasi Verbal
Komunikasi Verbal Komunikasi verbal (verbal communication) adalah
bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan
cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar.
Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah
disampaikan secara verbal ketimbang nonverbal. Dengan harapan, komunikan
(baik pendengar maun pembaca) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang
disampaikan, contoh : komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan
menggunakan media, contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon.
Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak
langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi
dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar, grafik dan
lain-lain. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 2


STEP V BELAJAR MANDIRI

satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal
(Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan
aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan
dipahami suatu komunitas.

Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal.


Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk
mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya
dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial
untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat
yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap
bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan
dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia Yang
berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?” akan disusun dengan tatabahasa
bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:
Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I
change some money?).
Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change
del’argent?).
Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik.
Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis
merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik merupakan
pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.
Menurut Larry L. Barker (dalam Mulyana, 2005), bahasa mempunyai tiga
fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek,
tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam
komunikasi.Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah
yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi
transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa
kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 3


STEP V BELAJAR MANDIRI

Ada beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu:


1. Bahasa
Pada dasarnya bahasa adalah suatu system lambang yang
memungkinkan orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal,
lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Bahasa lisan,
tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku
berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain.
1.1 Keterbatasan Bahasa
Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek,
kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu:
orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua
kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili
realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata
pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara
eksak.Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis,
misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.
Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual, kata-kata bersifat
ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi
orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial
budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang
nuansanya beraneka ragam. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala
saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat
kepada mahasiswanya yang nyontek.
Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis
yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna
yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila
kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena
kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif
disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan
berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan
yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah
maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada
isomorfisme total.

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 4


STEP V BELAJAR MANDIRI

Percampuranadukan fakta, penafsiran, dan penilaian, dalam


berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran
(dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan
kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika
melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja
pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu
sedang bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada:
Pertama, apa yang dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap
orang itu untuk mencari nafkah?.Bila yang dimaksud bekerja adalah
melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu
memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu
adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara,
menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai
baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya.
Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke
dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim
disebut penyandian. (encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi
alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu
diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata
dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan
berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman.
2. Kata
Kata merupakan unit lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah
lambing yang melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang,
barang, kejadian, atau keadaan. Jadi, kata itu bukan orang, barang,
kejadian, atau keadaan sendiri. Makna kata tidak ada pada pikiran
orang. Tidak ada hubungan langsung antara kata dan hal. Yang
berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang.

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 5


STEP V BELAJAR MANDIRI

Jenis Komunikasi Verbal


a. Berbicara dan menulis Bericara
adalah komunikasi verbal-vokal. Sedangkan menulis adalah
komunikasi verbal-nonvocal. Contoh komunikasi verbal-vocal adalah
presentasi dalam rapat dan contoh komunikasi verbal-nonvocal adalah
surat-menyurat bisnis.
b. Mendengarkan dan membaca
Mendengar dan mendengarkan itu kata yang mempunyai makna
berbeda, mendengar berarti semata-mata memungut getaran bunyi
sedangkan mendengarkan adalah mengambil makna dari apa yang
didengarmendengarkan melibatkan 4 unsur, yaitu mendengar,
memperhatikan, memahami, dan mengingat. Membaca adalah suatu
cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis.
Komunikasi NonVerbal
tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh
lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi
hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena itu,
komunakasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi
nonverbal lebih bersifat jujur mengungkapkan hal yang mau
diungkapkan karena spontan.
Nonverbal juga bisa diartikan sebagai tindakan-tindakan manusia
yang secara sengaja dikirimkan dan diinterpretasikan seperti tujuannya
dan memiliki potensi akan adanya umpan balik (feed back) dari
penerimanya.Dalam arti lain, setiap bentuk komunikasi tanpa
menggunakan lambang-lambang verbal seperti kata-kata, baik dalam
bentuk percakapan maupun tulisan.
Komunikasi non verbal dapat berupa lambang-lambang seperti
gesture, warna, mimik wajah dll. Komunikasi nonverbal (nonverbal
communicarion) menempati porsi penting. Banyak komunikasi verbal
tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan
komunikasi nonverbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui
komunikasi nonverbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan
mengenai suatu kesimpulan tentang berbagai macam persaan orang, baik

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 6


STEP V BELAJAR MANDIRI

rasa senang, benci, cinta, kangen dan berbagai macam perasaan lainnya.
Kaitannya dengan dunia bisnis, komunikasi non verbal bisa membantu
komunikator untuk lebih memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus
memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.
Bentuk komunikasi nonverbal sendiri di antaranya adalah, bahasa
isyarat, ekspresi wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna
dan intonasi suara. Beberapa contoh komunikasi nonverbal:
a. Sentuhan
Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan,
berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-
lain.
b. Gerakan Tubuh
Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh
meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh.
Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata
atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk
mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan,
c. Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu
ucapan, yaitu cara berbicara. Contohnya adalah nada bicara, nada
suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas
suara, intonasi, dan lain-lain. d. Kronemik Kronemik adalah bidang
yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal.
Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi
yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang
dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta
ketepatan waktu (punctuality).
Klasifikasi Pesan Nonverbal
Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal
sebagai berikut:
1. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan
tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan
fasial, pesan gestural, dan pesan postural.

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 7


STEP V BELAJAR MANDIRI

2. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan


makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah
dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna:
kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan,
kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers
(1976) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah
sebagai berikut: a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan
ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah
komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk; b.
Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada
orang lain atau lingkungan; c. Wajah mengkomunikasikan
intensitas keterlibatan dalam situasi situasi; d. Wajah
mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap
pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan
adanya atau kurang pengertian.
3. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan
seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
4. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan,
makna yang dapat disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu
ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang
lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara
menunjukkan kesukaan dan penilaian positif; b. Power
mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda
dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan
anda, dan postur orang yang merendah; c. Responsiveness,
individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara
positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda
mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
5. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan
ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan
keakraban kita dengan orang lain.
6. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh,
pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap,

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 8


STEP V BELAJAR MANDIRI

orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain


sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat
kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh
dengan pakaian, dan kosmetik.
7. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan
dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan
verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila
diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Mulyana (2005)
disebutnya sebagai parabahasa.
8. Pesan sentuhan dan bau-bauan. Alat penerima sentuhan adalah
kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang
disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi
tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah,
bercanda, dan tanpa perhatian. Bau-bauan, terutama yang
menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan
orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah
mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan
menarik lawan jenis
. Fungsi Pesan Nonverbal
Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima
fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:
a. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah
disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan
saya, saya menggelengkan kepala.
b. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal.
Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan
persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
c. Kontradiksimenolak pesan verbal atau memberi makna yang
lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi
teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau
memang hebat.”

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 9


STEP V BELAJAR MANDIRI

d. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan


nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat
penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
e. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau
menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa
jengkelnya anda dengan memukul meja.

Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Nonverbal


Communication
Systems,http://allaylaa.blogspot.co.id/2014/10/komunikasi-
verbal-dankomunikasi-non.html, menyebutkan enam alasan
mengapa pesan non verbal sangat signifikan, yaitu:
a. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam
komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau
berkomunikasi tatamuka, kita banyak menyampaikan gagasan
dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya
orang lainpun lebih banya ’membaca’ pikiran kita lewat
petunjukpetunjuk nonverbal.
b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan
noverbal ketimbang pesan verbal.
c. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang
relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan
nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
d. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang
sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang
berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya
memberikan informasi tambahan yang memeperjelas maksud
dan makna pesan. Diatas telah kita paparkan pesan verbal
mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi,
komplemen, dan aksentuasi.
e. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih
efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu,
pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 10


STEP V BELAJAR MANDIRI

terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi.


Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran
kita secara verbal.
f. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.
Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk
mengungkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung.
Sugesti ini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang
lain secara implisit (tersirat).

Fungsi Komunikasi Verbal dan Nonverbal

memiliki perbedaanperbedaan, namun keduanya dibutuhkan untuk


berlangsungnya tindak komunikasi yang efektif. Fungsi dari lambang-lambang
verbal maupun nonverbal adalah untuk memproduksi makna yang komunikatif.
Fungsi lain dari komunikasi nonverbal adalah mengatur pesan verbal.

Pesan-pesan nonverbal berfungsi untuk mengendalikan sebuah interaksi dalam


suatu cara yang sesuai dan halus, seperti misalnya anggukan kepala selama
percakapan berlangsung. Selain itu, komunikasi nonverbal juga memberi
penekanan kepada pesan verbal, seperti mengacungkan kepalan tangan.

Dan akhirnya fungsi komunikasi nonverbal adalah pelengkap pesan verbal


dengan mengubah pesan verbal, seperti tersenyum untuk menunjukkan rasa
bahagia kita. Komunikasi nonverbal digunakan untuk memastikan bahwa makna
yang sebenarnya dari pesan-pesan verbal dapat dimengerti atau bahkan tidak
dapat. dipahami. Keduanya, komunikasi verbal dan nonverbal, kurang dapat
beroperasi secara terpisah, satu sama lain saling membutuhkan guna mencapai
komunikasi yang efektif.

2.2 Komunikasi Efektif dalam Pelayanan Kesehatan


Tujuan komunikasi adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan
oleh individu dengan tujuan menyampaikan pesannya pada orang lain. Jika
pesan yang dimaksudkan tersebut tidak sesuai dengan penangkapan lawan
bicara, maka kemungkinan besar akan menyebabkan terjadinya

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 11


STEP V BELAJAR MANDIRI

miskomunikasi, sehingga berdasarkan hal tersebut dibutuhkan suatu bentuk


komunikasi yang efektif.
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan
sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
(Hardjana, 2003).
Hukum komunikasi efektif yang banyak dibahas diberbagai literatur
disingkat dalam satu kata, yaitu REACH, yang dalam bahasa Indonesia
berarti meraih ( Hanas, 2009; Prijosaksono, 2002; Rusoni, 2007; Toha,
2008).
1. Respect
Sikap menghargai mengacu pada proses menghargai setiap individu
yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan oleh komunikator. Jika
individu membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai
dan menghormati, maka kerjasama yang menghasilkan sinergi dapat
dibangun, yang akan meningkatkan efektifitas kinerja, baik sebagai individu
maupun secara keseluruhan.
2. Humble
Sikap rendah hati mengacu pada sikap yang penuh melayani, sikap
menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan
memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan,
lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan
kepentingan yang lebih besar.
3. Empathy
Empati adalah kemampuan individu untuk menempatkan diri pada
situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat
utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan untuk
mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau
dimengerti oleh orang lain. Rasa empati membantu individu dalam
menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan
penerima pesan menerimanya. Jadi sebelum membangun komunikasi atau
mengirimkan pesan, individu perlu mengerti dan memahami dengan empati

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 12


STEP V BELAJAR MANDIRI

calon penerima pesan. Sehingga nantinya pesan dari komunikator akan dapat
tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.
4. Audible
Makna dari audible adalah dapat didengarkan atau dimengerti
dengan baik oleh penerima pesan.

5. Clarity
Kejelasan, terkait dengan kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga
tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang
berlainan. Kejelasan juga berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam
berkomunikasi, individu perlu mengembangkan sikap terbuka, sehingga
dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan.
Tujuan Komunikasi Membangun hubungan interpersonal yang baik antara
dokter dan pasien dapat dilihat sebagai tujuan penting komunikasi. Rooter
dan Hall menyatakan bahwa komunikasi adalah bahan dasar utama dalam
pelayanan kesehatan, komunikasi adalah instrumen dasar dimana hubungan
dokter dan pasien dibuat dan dimana tujuan terapi tercapai, Dari sudut
pandang ini, hubungan interpersonal yang baik dapat dianggap sebagai
prasyarat untuk perawatan medis yang optimal. Peneliti komunikasi
memiliki pendapat yang berbeda tentang membangun sebuah hubungan
interpersonal yang baik, dimana mereka menyebutkan bahwa hubungan
interpersonal yang baik ini terutama sebagai hubungan sosial di mana 'sopan
santun' yang paling penting.6 Tujuan utama lainnya dalam komunikasi
adalah pertukaran komunikasi antara dokter dan pasien informasi dapat
dilihat sebagai sumber daya dibawa ke interaksi lisan oleh kedua belah
pihak. Pertukaran informasi terdiri dari pemberi informasi dan pencarian
informasi. Dari sudut pandang ilmu kedokteran dokter membutuhkan
informasi untuk menetapkan diagnosis dan rencana pengobatan yang tepat.
Dari sudut pandang pasien akan didapatkan dua kebutuhan yang harus
terpenuhi ketika dia mengunjungi seorang dokter “pasien wajib mengetahui
dan mengerti (mengetahui dan mengerti apa yang sedang dialami dari dalam
dirinya). Dalam rangka memenuhi dokter dan pasien, baik bergantian antara

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 13


STEP V BELAJAR MANDIRI

pemberi informasi dan mencari informasi pasien harus menyampaikan


secara jelas apa yang dia rasakan saat ini begitu pula dengan seoarng dokter
juga harus aktif dalam mencari informasi yang relevan.

Tujuan Komunikasi Kesehatan

Membangun hubungan interpersonal yang baik antara dokter dan


pasien dapat dilihat sebagai tujuan penting komunikasi. Rooter dan Hall
menyatakan bahwa komunikasi adalah bahan dasar utama dalam pelayanan
kesehatan, komunikasi adalah instrumen dasar dimana hubungan dokter dan
pasien dibuat dan dimana tujuan terapi tercapai, Dari sudut pandang ini,
hubungan interpersonal yang baik dapat dianggap sebagai prasyarat untuk
perawatan medis yang optimal.

Peneliti komunikasi memiliki pendapat yang berbeda tentang


membangun sebuah hubungan interpersonal yang baik, dimana mereka
menyebutkan bahwa hubungan interpersonal yang baik ini terutama sebagai
hubungan sosial di mana 'sopan santun' yang paling penting.6 Tujuan utama
lainnya dalam komunikasi adalah pertukaran komunikasi antara dokter dan
pasien informasi dapat dilihat sebagai sumber daya dibawa ke interaksi lisan
oleh kedua belah pihak. Pertukaran informasi terdiri dari pemberi informasi
dan pencarian informasi.

Dari sudut pandang ilmu kedokteran dokter membutuhkan informasi


untuk menetapkan diagnosis dan rencana pengobatan yang tepat. Dari sudut
pandang pasien akan didapatkan dua kebutuhan yang harus terpenuhi ketika
dia mengunjungi seorang dokter “pasien wajib mengetahui dan mengerti
(mengetahui dan mengerti apa yang sedang dialami dari dalam dirinya).
Dalam rangka memenuhi dokter dan pasien, baik bergantian antara pemberi
informasi dan mencari informasi pasien harus menyampaikan secara jelas apa
yang dia rasakan saat ini begitu pula dengan seoarng dokter juga harus aktif
dalam mencari informasi yang relevan.

Tujuan utama lain dalam komunikasi medis adalah membuat


keputusan tentang pengobatan. Normalnya hubungan yang ideal antara
dokter dan pasien adalah partnerlistik dimana dokter akan mengarahkan

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 14


STEP V BELAJAR MANDIRI

pengobatan dan membuat keputusan tentang pengobatan, dimana keputusan


tentang pengobatan pasien sudah disetujui terlebih dahulu oleh pasien

Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien memiliki potensi yang
besar dalam membantu pasien untuk mengatur 'emosi, meningkatkan
pemahaman informasi medis, persepsi dan harapan, membangun rasa percaya
penuh kepada dokter yang menanganinya sehingga pasien akan patuh
terhadap semua saran dan nasehat.

Informasi yang didapatkan dokter dari pasien sangatlah penting dalam


pengelolaan penyakit kronis. Namun tidak mudah bagi dokter dalam
menggali keterangan dari pasien. Perlu terciptanya hubungan yang baik
antara kedua belah pihak untuk mencapai keberhasilan dalam pengobatan
pasien. McBride menyatakan bahwa komunikasi menjadi salah satu dari
kopetensi dokter yang harus di miliki. Namun untuk saat ini komunikasi yang
dibangun oleh dokter terhadap pasien sangat tidak memuaskan

Komunikasi yang efektif justru tidak membutuhkan waktu yang terlalu


lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena
dokter terampil mengenali kebutuhaan pasien (tidak hanya ingin sembuh).
Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif antara
dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter dapat
melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien,
berdasarkan kebutuhan pasien

2.3 Komunikasi Efektif Dokter-Pasien


Hubungan dokter dengan pasien (HDP) merupakan hubungan antara
profesional (dokter) dengan klien (pasien). Hubungan tersebut melandasi
semua aspek praktek kedokteran baik dalam usaha menetapkan diagnosis
maupun pengelolaan pasien. Bila pasien telah menetapkan untuk memilih
seorang dokter guna menangani masalah kedokterannya, berarti pasien
menyerahkan sepenuhnya pengelolaan penyakitnya dan yakin bahwa dokter
tersebut tidak akan bertindak tanpa persetujuannya. Kepercayaan yang
diberikan pasien merupakan amanah, sehingga dalam pengelolaan pasien,

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 15


STEP V BELAJAR MANDIRI

dokter melaksanakan sesuai ilmu dan kemampuannya yang terbaik, serta


sesuai dengan kode etik kedokteran, moral, dan hukum yang berlaku.
Banyak faktor yang mempengaruhi HDP antara lain: sosiobudaya,
latar belakang pendidikan baik dokter maupun pasien, pengalaman medis
terdahulu, usia dokter dan sikapnya terhadap pasien. Untuk menciptakan
hubungan dokter-pasien yang baik salah satunya adalah dengan menguasai
teknik komunikasi yang baik dengan pasien. Teknik komunikasi tersebut
harus dikuasai mahasiswa yang akan menjalani praktek klinik di rumah sakit
dan selanjutnya pada praktek sebagai dokter dikemudian hari. Teknik
komunikasi dokter-pasien menjadi landasan antara lain dalam melakukan
wawancara medis (anamnesis), melakukan negosiasi, memberi informasi dan
edukasi, menyampaikan berita buruk, dan memberikan informasi penting
tentang obat yang diberikan.
Dalam melakukan komunikasi dengan pasien, kita harus mampu
menunjukkan penghargaan pada pasien (respect), rasa percaya diri, dan
empati. Ketiga kemampuan tersebut dapat dipelajari dengan cara sering
berlatih. Kita akan mampu mengharagai pasien kalau kita bisa
membayangkan seandainya kita atau keluarga kita berada pada posisi pasien,
perlakuan dokter seperti apa yang kita harapkan.
Empati adalah kemapuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang
lain dan memberikan tanggapan yang sesuai, tanpa ikut terlibat dalam
perasaan yang bersangkutan. Keterlibatan harus dibatasi supaya pertolongan
optimal dapat diberikan. Untuk bisa berempati kepada pasien, seorang dokter
harus bisa menjadi pendengar yang baik dan mampu memberikan respon
yang baik terhadap apa yang diceritakan pasien.
Aplikasi ilmu perilaku di dalam praktek kedokteran terletak pada
hubungan antara dokter dengan pasiennya. Komunikasi pasien dokter ini
sangat diperlukan untuk mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya
mengenai kondisi pasien, agar dokter dapat membuat diagnosis. Selain itu
komunikasi membantu pasien bekerja sama dengan dokternya dalam proses
penyembuhan. Penggunaan komunikasi pasien dengan dokter merupakan hal
yang terpenting yang disebut sebagai Art of Medicine. Komunikasi jenis ini

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 16


STEP V BELAJAR MANDIRI

sangat alamiah dan merupakan seni dalam berkomunikasi pada praktek


kedokteran.
Komunikasi pasien dengan dokter merupakan hubungan antar manusia
yang mempunyai sifat umum dan khusus. Sifat khusus tersebut antara lain:
dokter merupakan profesi penyembuhan dan menjadi kesediaan pasien untuk
menyerahkan sebagian rahasia pribadinya kepada dokter. Profesi dokter yang
khusus ini pula yang membuat pasien mempunyai fantasi dan perasaan
tertentu, yang dapat mempengaruhi sikapnya, bahkan sebelum bertemu
dokternya yang disebut sebagai transference.
Wawancara Medis Pentingnya Pengetahuan dan Ketrampilan
Komunikasi
Interaksi profesional antara dokter dengan pasien, pada umumnya
dimulai saat anamnesis, yang dalam tulisan ini disebut sebagai wawancara
medis. Wawancara medis bertujuan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin
informasi dari pasien mengenai keadaan penyakitnya karena ini merupakan
bagian dari proses untuk membuat diagnosis dan merencanakan terapi.
Perolehan informasi tergantung pada kesiapan dan kemauan pasien untuk
bekerjasama berdasarkan kepercayaannya terhadap dokter. Oleh sebab itu,
sangat esensial bagi dokter untuk mempunyai pengetahuan dan ketrampilan
berkomunikasi.
Tujuan Wawancara Medis
Wawancara medis adalah bagian terpenting dalam proses diagnosa
karena akan membantu kita dalam membentuk gambaran tentang penyakit
pasien selengkap dan seakurat mungkin. Peranan wawancara medis dalam
proses diagnosis ini adalah untuk memberi informasi dan membantu dokter
mengetahui tentang asal serta riwayat penyakit. Selain untuk membantu
diagnosis, wawancara medis juga berperan dalam pengobatan, baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Sebuah wawancara medis dapat
menumbuhkan hubungan pasien dengan dokter menjadi lebih baik, dan dapat
pula meningkatkan motivasi pasien untuk berobat. Secara umum, tujuan dari
wawancara medis adalah sebagai berikut:
a. Problem Centered Interview (PCI)

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 17


STEP V BELAJAR MANDIRI

PCI terdiri dari deskripsi yang terperinci dari keluhan pasien.


Ditambah fakta-fakta yang relevan tentang riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat
pribadi dan sosial (Basic four/Fundamental four). Pada umumnya,
seorang penderita datang kepada kita dengan satu atau sejumlah keluhan
yang merupakan problem yang harus kita pecahkan. Tugas kita adalah
menerjemahkan keluhan-keluhan tersebut dalam bentuk penyakit atau
diagnosis agar problemnya dapat dipecahkan atau diselesaikan.
b. Health Promotion Interview (HPI)
HPI bertujuan untuk mendeteksi secara dini penyakit yang belum
disadari oleh penderita atau belum memberikan keluhan. Selain itu, HPI
juga mencegah penyakit dan mendapatkan kata dasar yang mungkin
kelak dapat digunakan untuk evaluasi.
Teknik Wawancara
Medis Dalam wawancara medis, terkadang diperlukan suatu teknik
untuk memperlancar jalannya wawancara, yaitu teknik reseptif dan teknik
manipulatif.
a. Teknik reseptif adalah melihat, mendengar, mencatat reaksi
emosional pasien dan reaksi emosional diri sendiri (dalam hal ini
pewawancara atau dokter).
b. Teknik manipulatif, antara lain memacu untuk bercerita,
menghambat atau mengarahkan cerita, memformulasikan
pertanyaan, memperjelas jawaban dan membuat rangkuman.
1. Melihat Awal dari wawancara terjadi bersamaan dengan
pemeriksaan fisik yaitu pada saat pasien masuk kamar periksa
(cara berjalannya, sikap tubuhnya dan ekspresi wajah), saat
bersalaman (temperatur tubuh, kekuatan, nyeri), mengenalkan
diri (suara, nada bicara dan kejernihan suara) dan cara
mengambil tempat duduk.
2. Mendengar Dokter harus menjadi pendengar yang baik.
3. Mencatat reaksi emosional pasien Dokter dapat memberikan
reaksi yang sesuai dengan ungkapan emosi tersebut.

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 18


STEP V BELAJAR MANDIRI

4. Mencatat reaksi emosional dokter sendiri Waktu wawancara akan


timbul perasaan dari diri dokter seperti kasihan, suka atau tidak
suka atau sebal.
5. Memacu untuk bercerita Dengan sikap tubuh, mengulang kata-
kata terakhir dengan nada tanya, menaggapi secara positif semua
yang dikatakan pasien atau mengajukan pertanyaan terbuka.
6. Menghambat atau mengarahkan cerita Cara bercerita pasien
berbeda-beda, ada pasien yang bercerita panjang lebar tanpa
arah. Tugas dokter untuk mengarahkannya.
7. Memformulasikan pertanyaan Cara merumuskan suatu
pertanyaan dan cara mengungkapkan diperlukan untuk
memperoleh respon yang kita inginkan dari pasien.
8. Memperjelas jawaban Ungkapan pasien tidak selalu mudah untuk
dimengerti oleh dokter.
9. Membuat rangkuman Rangkuman berfungsi untuk merangkai
keterangan-keterangan, memperlihatkan bahwa dokter telah
mendengarkan, menguji gambaran dari cerita pasien, memberi
kesempatan pasien menjelaskan dan menerangkan lebih lanjut
dan menutup pembicaraan.

Dalam PCI dan HPI kita mengenal dua konsep yang membantu kita agar
tidak kehilangan arah dalam membuat wawancara yang baik. Kedua konsep
tersebut adalah sebagai berikut:

1. The basic (fundamental) four.

2. The sacred seven.

Wawancara perlu diarahkan untuk mendapatkan informasi berdasarkan


basic fundamental four, yaitu:

1. Present illness (riwayat penyakit sekarang) yang sering dipisahakan


dalam keluhan utama dan analisis keluhan utama dalam tujuh dimensi
(the sacred seven). Konsep penyakit dalam tiga dimensi.
Disease=Location+Pathological process+Cause
2. Past health history yaitu riwayat kesehatan yang lalu atau sebelumnya.

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 19


STEP V BELAJAR MANDIRI

3. Family health history yaitu riwayat kesehatan keluarga.


4. Personal and social history yaitu riwayat pribadi dan sosial pasien
.
Sedangkan The Sacred Seven adalah untuk mendapatkan deskripsi yang
jelas tentang penyakit pasien, kita harus melakukan analisis keluhan utama dari
penyakit yang sekarang dalan bentuk tujuh dimensi sebagai berikut:
1. Location (Lokasi). Tanyakan lokasi keluhannya dan tanyakan pula
penyebaran keluhan tersebut ke tempat lain.
2. Quality(Kualitas). Tanyakan bagaimana bentuk keluhannya dan sifat
khasnya.
3. Chronology/timing (Kronologi). Tanyakan perjalanan penyakit sejak
timbul keluhan pertama kali sampai saat wawancara dilakukan.
4. Severity (Kuantitas). Tanyakan beratnya keluhan.
5. Setting/onset. Tanyakan kapan mulai timbul keluhan tersebut untuk
pertama kali.
6. Modifyng factors. Tanyakan faktor-faktor yang memperberat atau
memperingan keluhan tersebut.
7. Assosiated symptoms. Tanyakan keluhan yang berkaitan atau menyertai.

Langkah-Langkah Komunikasi Efektif Dokter-Pasien


Berdasarkan hasil Konsil Kedoteran Indonesia (2006), yang perlu
diperhatikan dalam meningkatkan komunikasi efektif antara dokter dan pasien
adalah :
1. Sikap profesional dokter, sikap yang menunjukkan kemampuan dokter
dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai peran dan fungsinya, mampu
mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, dan mampu menghadapi
berbagai tipe pasien, serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan
yang lain. Di dalam proses komunikasi dokterpasien, sikap profesional
penting untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya pada dokter,
yang merupakan landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif
(Silverman, 1998).
2. Pengumpulan informasi, yang di dalamnya terdapat proses anamnesis
yang akurat, dan sesi penyampaian informasi.

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 20


STEP V BELAJAR MANDIRI

3. Penyampaian informasi yang akurat.


4. Proses langkah-langkah komunikasi, yang terdiri dari salam, ajak bicara,
menjelaskan, dan mengingatkan pasien
Dengan mengembangkan komunikasi efektif tersebut, dokter dapat
mengetahui sepenuhnya kondisi pasien dan keluarga pasien juga menaruh
kepercayaan sepenuhnya kepada dokter. Kondisi tersebut dapat
berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa
aman dan tenang mendapatkan penanganan yang intensif oleh dokter,
sehingga pasien akan patuh menjalankan petunjuk dan nasehat dokter
karena yakin bahwa semua yang dilakukan untuk kebaikan pasien.

Teknik Berkomunikasi dengan Orang Tua Pasien


Walaupun tidak ada pedoman baku dalam melakukan komunikasi dengan
orang tua pasien, teknik wawancara medis hampir sama dengan
yang telah dibicarakan pada bab terdahulu. Hanya saja terdapat beberapa hal
yang perlu ditekankan.
1. Mendengarkan Sama dengan wawancara medis pada umumnya, selain
memberi salam dan memperkenalkan diri, dokter juga memperlihatkan
kepada orang tua sebagai pendengar yang baik.
2. Memfasilitasi dialog Cerita orang tua harus ditanggapi dengan penuh empati.
Jangan melakukan interupsi atau mengubah pokok bahasan atau memberi
komentar yang menghakimi.
Berikut ini adalah strategi dalam melakukan wawancara medis dengan orang
tua yang sedang membawa anaknya periksa.
1. Mengetahui alasan mereka datang ke dokter (untuk mencari keluhan
utama). Contoh, ”Mengapa ibu membawa anaknya ke sini?” atau
”Apa yang ibu khawatirkan dari kondisi anaknya?”. Kita harus
memperhatikan dan menghargai keluhan yang disampaikan orang
tua walau kadang-kadang keluhan yang disampaikan menggunakan
kata-kata yang tidak umum.
2. Mengetahui harapan orang tua. Tanyakan pada mereka, ”Apa yang
ibu harapkan dari kunjungan ibu kesini?” atau ”Apa masih ada yang
ingin disampaikan?” atau ”Apakah masih ada yang belum jelas?”

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 21


STEP V BELAJAR MANDIRI

atau ”Apakah masih ada yang ibu ketahui dari penyakit ibu?”.
Dengan demikian, kita dapat mengetahui hal-hal yang diharapkan
oleh orang tua.
3. Menuntun dalam melakukan wawancara dan tidak mendominasi.
4. Sopan santun
5. Bila menghadapi penyakit yang akut Dalam menghadapi kasus
dengan infeksi akut, sebaiknya wawancara lebih terfokus pada
penyakitnya.
6. Mengarahkan kembali wawancara Dokter harus dapat
mengendalikan wawancara, walau dalam kondisi apapun.
7. Konseling Orang tua ingin penjelasan yang mudah diterima
mengenai diagnosis dan penyebab sakit anaknya.
8. Penutup

Dalam melakukan wawancara medis dengan orang tua pasien, dokter


harus melakukan hal-hal berikut:
a. Membuat ringkasan semua informasi yang telah diceritakan oleh orang
tua.
b. Setelah itu, masukkan dalam rekam medis anak tersebut.
c. Kalau ada, berikan materi edukasi yang terkait dengan sakit anaknya.
Jelaskan karakteristik anak yang kita tangani dan kemungkinan
prognosisnya. Ingat, setiap anak memiliki karakteristik sendiri-sendiri,
walaupun sakitnya sama.
d. Tanyakan kepada anak yang sudah besar, orang tua, atau pengasuhnya
apakah masih ada yang belum jelas. Jika waktu kita terbatas, dialog
dapat ditunjukan pada pertemuan berikutnya.
e. Buatkan rencana kapan mereka harus kembali berkunjung.

Bila seseorang yang sakit mencari pertolongan dokter, maka dia


menginginkan suatu hubungan yang bersifat pribadi. Pada orang dewasa,
hubungan pasien dengan dokter ini memiliki ciri tertentu yaitu hubungan yang
disadari, realistik dan wajar dalam upaya pasien mencari pertolongan dari
tenaga profesional. Hubungan pasien dengan dokter itu bersifat pribadi. Oleh
karena itu diperlukan sikap hormat terhadap pribadi orang lain dan ketrampilan

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 22


STEP V BELAJAR MANDIRI

dalam membangkitkan dan memelihara kesiapan pasien supaya mau bekerja


sama dan mempunyai motivasi untuk sembuh.

Tidak ada seorangpun yang mau menderita sakit. Namun, semua manusia
pasti pernah menderita sakit dari mulai sakit ringan sampai yang berat. Ada
banyak penyakit bisa sembuh dengan sendirinya atau hanya perlu obat-obatan
ringan, namun banyak pula penyakit yang cukup serius sehingga memerlukan
penanganan oleh dokter. Agar dapat dilakukan pengobatan dengan baik, pasien
harus memiliki hubungan yang baik dengan dokter yang menanganinya.

2.4 Komunikasi Efektik Dokter-Tenaga Kesehatan

Kolaborasi antara penyedia layanan kesehatan yang diperlukan dalam


pengaturan perawatan kesehatan apapun, karena tidak ada profesi tunggal yang
dapat memenuhi kebutuhan semua pasien. Akibatnya, kualitas layanan yang baik
tergantung pada profesional yang bekerja sama dalam tim interprofessional.
komunikasi yang efektif antara profesional kesehatan juga penting untuk
memberikan pengobatan yang efisien dan pasien-berorientasi komprehensif
.Selain itu, ada semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa komunikasi yang
buruk antara profesional kesehatan merugikan pasien. (Matziou1 at al, 2014)

Kolaborasi Interprofessional di lingkungan kerja profesional telah diakui


oleh keperawatan, kedokteran gigi, kedokteran, dokter, farmasi, dan kesehatan
masyarakat organisasi profesional sebagai komponen penting untuk aman, tinggi,
kualitas, diakses, perawatan pasien berpusat ( interprofessional Pendidikan
Collaborative Panel Ahli, 2011). kolaborasi interprofessional bekerja di profesi
kesehatan untuk bekerja sama, berkolaborasi, berkomunikasi, dan
mengintegrasikan pelayanan dalam tim untuk memastikan perawatan yang terus
menerus dan dapat diandalkan (IOM, 2003).

Menurut Anita D (2014) kerja tim dan kolaborasi mengharuskan perawat


mampu berkomunikasi secara efektif dengan tim kesehatan, pasien, dan perawat
untuk mengintegrasikan. Perawatan yang aman dan efektif dalam dan di
pengaturan (AACN, 2008; ANA, 2010). profesional kesehatan dan sistem
perawatan kesehatan juga harus secara aktif berkolaborasi dan berkomunikasi

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 23


STEP V BELAJAR MANDIRI

untuk memastikan pertukaran informasi yang tepat dan koordinasi perawatan


(IOM, 2001).

Suter at al (2009) dalam Role Understanding And Effective


Communication As Core Competencies For Collaborative Practice, metode
kualitatif, wawancara semi-terstruktur digunakan untuk memperoleh persepsi
profesional kesehatan dari budaya organisasi dan struktur, lingkungan fisik,
kompetensi budaya dan faktorfaktor lain yang akan meningkatkan kolaborasi
yang efektif.

Komunikasi mencakup berbagai strategi dan tujuan. Baik komunikasi


formal dan informal antara penyedia serta antara penyedia dan pasien dengan
keluarga mereka adalah kunci untuk perawatan pasien kolaboratif. Ada kebutuhan
yang dirasakan untuk lebih jelas dalam menanggapi bagaimana setiap
memberikan kontribusi profesional untuk tim dan untuk lebih efektif
mendelegasikan pekerjaan dan anggota tim langsung. Lain disebutkan bahwa di
daerah kerja mereka, ada kurangnya komunikasi akan menghambat dalam
pendelegasian.

Keterampilan komunikasi yang penting lain yang disebutkan adalah


kemampuan untuk menyesuaikan bahasa untuk target klien. Sementara peran
pemahaman dan komunikasi yang efektif jelas muncul sebagai kompetensi yang
dominan untuk praktek kolaboratif yang efektif akan meningkatkan kualitas.

Salah satu kompetensi inti untuk praktek kolaboratif interprofessional


adalah komunikasi interprofessional. Kerja tim dan kolaborasi mengharuskan
perawat mampu berkomunikasi secara efektif dengan tim kesehatan, pasien, dan
perawat untuk mengintegrasikan perawatan yang aman dan efektif. Dalam dan di
pengaturan (AACN, 2008; ANA, 2010). profesional kesehatan dan sistem
perawatan kesehatan juga harus secara aktif berkolaborasi dan berkomunikasi
untuk memastikan pertukaran informasi yang tepat dan koordinasi perawatan
(IOM, 2001).

Meningkatkan pengetahuan perawat dan dokter tentang pendekatan yang


berbeda dan persepsi tentang komunikasi perawat-dokter dan kolaborasi dapat
menyebabkan saling pengertian yang lebih baik dan hubungan yang lebih efektif

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 24


STEP V BELAJAR MANDIRI

kolaboratif. Perawat juga harus mampu membangun keterampilan komunikasi dan


keterampilan dalam prakteknya sehingga dapat berfungsi secara efektif dalam
melakukan keperawatan dengan tim interprofessional lainnya, mendorong
komunikasi terbuka, serta menunjukkan rasa saling menghormati serta dapat
dilibatkan dalam pengambilan keputusan bersama untuk mencapai perawatan
yang berkualitas (American Association of Colleges of Nursing (AACN), 2008;
Cronenwett, et al., 2007; Cronenwett, et al., 2009).

Salah satu kompetensi inti dalam melakukan praktek kolaborasi


interprofesional adalah dengan melakukan komunikasi interprofesional dimana
untuk melakukan kolaborasi dan kerja tim perawat harus mampu berkomunikasi
secara efektif dengan tim kesehatan lainnya sehingga ddapat mengintegrasikan
perawatan yang aman dan efektif bagi pasien dan tenaga kesehatan lainnya (ANA,
2010). Contoh komunikasi interprofesional yang di gunakan adalah SBAR
(Situation-Background AssessmentRecommendation). SBAR merupakan tehnik
dalam mengkomunikasikan informasi yang penting yang membutuhkan perhatian
dan tindakan dengan segera sehingga keselamata pasien dapat terjamin dan
terlindungi.

Kualitas pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit cenderung


dilihat atau dinilai oleh pasien atau masyarakat pengguna fasilitas kesehatan
tersebut dari bentuk pelayanan yang diberikan oleh perawat dan dokter terutama
di ruang rawat inap. Hal ini karena mereka lama berhubungan dengan rumah sakit
dimulai berinteraksi pertama ke bagian poli atau UGD yang kemudian dilanjutkan
di ruang perawatan untuk beberapa hari. Pasien merasa puas bila perawat dan
dokter melakukan hubungan atau kerjasama yang baik atau berkualitas karena
semakin berkualitas jasa yang diberikan maka kepuasan yang dirasakan oleh
pasien semakin tinggi.

Komunikasi yang efektif, bertanggungjawab dan saling menghargai


perawat-dokter mampu memberikan kontribusi yang terbaik dalam hubungan
kerjasama. Komunikasi yang efektif antara perawat-dokter mampu menumbuhkan
kepercayaan antara profesi tersebut (Anggarawati, 2016) . Untuk itu, perlu adanya
komunikasi yang efektif dalam paktik kolaborasi interprofesi guna meningkatkan

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 25


STEP V BELAJAR MANDIRI

kualitas pelayan dan keselamatan pasien menjamin kepuasan dan keamanan


pasien. \

2.5 Komunikasi Tidak Efektif


Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu
kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang
disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima
pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang
menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :
1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap
manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus
tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan
tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau
pendapatnya.

2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan
komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya
kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator
harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan
pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah
pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang
pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication).
Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh
: pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan
lain-lain.

3. Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara
pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 26


STEP V BELAJAR MANDIRI

cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi
terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu
dengan yang lainnya.

4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan
kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat
beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-
kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan”
dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa
mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.

5. Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap
proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang
atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.

6. Poor choice of communication channels


Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan
dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari
misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang
hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan
yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan
dimengerti dengan jelas.

7. No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada
receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang
terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang
manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan,
dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan
tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan
seorang manajer.

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 27


STEP V BELAJAR MANDIRI

2.6 Tata cara penyelenggaraan yang baik tentang Pasien Rujukan


Definisi
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung
jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun
horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau
asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan.
Ketentuan Umum
1. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan c.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan
kesehatan dasar yang diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan
spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik.
4. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan
sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter
gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan sub spesialistik.
5. Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan
mengacu pada peraturan perundangundangan yang berlaku
6. Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan
sistem rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang
tidak sesuai dengan prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan oleh
BPJS Kesehatan.
7. Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka
BPJS Kesehatan akan melakukan recredentialing terhadap kinerja

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 28


STEP V BELAJAR MANDIRI

fasilitas kesehatan tersebut dan dapat berdampak pada kelanjutan


kerjasama
8. Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun
vertikal.
9. Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang
sifatnya sementara atau menetap.
10. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
atau sebaliknya.
11. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke
tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau
subspesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan
dan/ atau ketenagaan.
12. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke
tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila :
a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi
dan kewenangannya;
b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau
kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut;
c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani
oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk
alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang;
dan/atau

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 29


STEP V BELAJAR MANDIRI

d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai


dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana,
peralatan dan/atau ketenagaan.

Tata cara Pelaksanaan system Rujukan Berjenjang

1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai


kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas
kesehatan tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat
dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes primer.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes
tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana
terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes
tersier.

3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:


a. terjadi keadaan gawat darurat; Kondisi kegawatdaruratan mengikuti
ketentuan yang berlaku
b. bencana; Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau
Pemerintah Daerah
c. kekhususan permasalahan kesehatan pasien; untuk kasus yang sudah
ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di
fasilitas kesehatan lanjutan
d. pertimbangan geografis; dan
e. pertimbangan ketersediaan fasilitas
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 30


STEP V BELAJAR MANDIRI

a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan


kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau
dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam
kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien,
yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi
pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama
5. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau
pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien di
Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
1) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau
tindakan
2) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
3) Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka
penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.

Forum Komunikasi Antar Fasilitas Kesehatan


1. Untuk dapat mengoptimalisasikan sistem rujukan berjenjang, maka perlu
dibentuk forum komunikasi antar Fasilitas Kesehatan baik faskes yang
setingkat maupun antar tingkatan faskes, hal ini bertujuan agar fasilitas
kesehatan tersebut dapat melakukan koordinasi rujukan antar fasilitas
kesehatan menggunakan sarana komunikasi yang tersedia agar:
a. Faskes perujuk mendapatkan informasi mengenai ketersediaan sarana
dan prasarana serta kompetensi dan ketersediaan tenaga kesehatan
serta dapat memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima
pasien sesuai dengan kebutuhan medis.
b. Faskes tujuan rujukan mendapatkan informasi secara dini terhadap
kondisi pasien sehingga dapat mempersiapkan dan menyediakan
perawatan sesuai dengan kebutuhan medis.

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 31


STEP V BELAJAR MANDIRI

2. Forum Komunikasi antar Faskes dibentuk oleh masing-masing Kantor


Cabang BPJS Kesehatan sesuai dengan wilayah kerjanya dengan
menunjuk Person In charge (PIC) dari masing-masing Faskes. Tugas PIC
Faskes adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan dalam rangka
pelayanan rujukan.

Contoh surat Pasien Rujukan

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 32


STEP V BELAJAR MANDIRI

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan seseorang
kepada orang lain. Pengertian ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang atau manusia, sehingga komunikasi
seperti ini disebut sebagai Human Communication (komunikasi manusia).
Dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan maka komunikasi ini
harus efektif dikatakan efektif apabiala dokter Dalam melakukan komunikasi
dengan pasien, harus mampu menunjukkan penghargaan pada pasien (respect),
rasa percaya diri, dan empati. Ketiga kemampuan tersebut dapat dipelajari dengan
cara sering berlatih. Kita akan mampu mengharagai pasien kalau kita bisa
membayangkan seandainya kita atau keluarga kita berada pada posisi pasien,
perlakuan dokter seperti apa yang kita harapkan. Keterlibatan harus dibatasi
supaya pertolongan optimal dapat diberikan. Untuk bisa berempati kepada pasien,
seorang dokter harus bisa menjadi pendengar yang baik dan mampu memberikan
respon yang baik terhadap apa yang diceritakan pasien.
Dalam menjalankan pelayanan kesehatan dibutuhkan kerja sama tim atau
kolaborasi antara dokter dan tenaga kesehatan lain yaitu bisa membangun
Komunikasi yang efektif, bertanggungjawab dan saling menghargai sesame
tenaga kesehatan dan mampu memberikan kontribusi yang terbaik dalam
hubungan kerjasama. Komunikasi yang efektif antara tenaga kesehatan mampu
menumbuhkan kepercayaan antara profesi tersebut (Anggarawati, 2016) . Untuk
itu, perlu adanya komunikasi yang efektif dalam paktik kolaborasi interprofesi
guna meningkatkan kualitas pelayan dan keselamatan pasien menjamin kepuasan
dan keamanan pasien.
Di dalam fasilitas kesehatan terdapat system rujukan. Sistem Rujukan
pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan
kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan.

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 33


STEP V BELAJAR MANDIRI

Daftar Pustaka
Anon., 2014. bpjs kesehatan. [Online]
Available at: bpjs-kesehatan.go.id
[Diakses sabtu november 2019].

Endang, 2012. komunikasi yang relefan dan efektif antara dokter dan pasien.
psikogenesis, 1(1).

Endra, F., 2017. Hubungan Dokter dan Pasien. Komunikasi Medis, 1(4).

Faurianalistyawati, E., 2012. Komunikasi yang relefan dan efektif antara dokter dan
pasien. Psikogenesis , 1(1).

hidayati, r. n., 2017. pemaknaan pasien terhadap terhadap komunikasi pelayanan


kesehtan. psikogenesis, 5(2).

Kesehatan, b., t.thn. Panduan praktis. Dalam: Sistem Rujukan Berjenjang. s.l.:s.n.

Kurniawan, H., 2015. Pentingnya Komunikasi dalam pelayanan kesehatan primer.


kedokteran syiah kuala, 15(2).

Ratnasari, D., 2017. analisis pelaksanaan sistem rujukan berjejnjang bagi peserta di
puskesmas x kota surabaya. jurnal JAKI, 5(2).

Rokhmah, N. a., 2017. komunikasi efektif dalam praktik kolaborasi interprofesi sebagai
upaya meningkatkan kualitas pelayanan. jurnal of healt studies , 1(1).

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 34


STEP V BELAJAR MANDIRI

BLOK KOMUNIKASI EFEKTIF Page 35

Anda mungkin juga menyukai