Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KASUS KOMPLEKS


(Bekerja Dalam Tim Interdisiplin (IPE) Dalam Asuhan
Kebidanan Pada Kasus Kompleks)

Dosen Pengampu :
Dr. Samsider Sitorus, SST, M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 7A
Anggi Putri Rahdahani (P07524421004)
Dita Anlistaeni (P07524421009)
Putri Rahmasari (P07524421033)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dengan bentuk dan isi yang sangat sederhana tujuannya adalah untuk memenuhi
salah satu tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks, Dengan Dosen
Pengampu Ibu Dr. Samsider Sitorus, SST, M.Kes. Semoga makalah ini dapat
menjadi referensi dan panduan bagi para pembaca.

Pada saat penulisan makalah ini, menurut kami masih panjang jalan yang
harus ditempuh untuk menyempurnakan baik teknik maupun materi penulisan,
untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah ini. Saat menulis makalah ini, kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang sudah memberi saran dan kritiknya. Mudah-
mudahan Allah memberikan balasan kepada yang memberikan bantuan dan dapat
mengubah semua bantuan itu menjadi ibadah. Amin Ya Robbal Alamin.

Medan, 18 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
a. Latar Belakang ................................................................................... 1
b. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
c. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
a. Pengertian IPE .................................................................................... 3
b. Tujuan IPE ......................................................................................... 3
c. Anggota Tim Interdisipliner ............................................................... 3
d. Manfaat Interprofesional Education (IPE) Dalam Dunia
Kesehatan ........................................................................................... 4
e. Kerjasama Dalam IPE ........................................................................ 5
f. Peran Bidan Dalam Memberikan Asuhan Dengan Kebutuhan Yang
Kompleks Sebagai Bagian Dari Tim Interdisiplin ............................. 6
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 8
a. Kesimpulan ........................................................................................ 8
b. Saran ................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tenaga kesehatan merupakan tenaga profesional yang memiliki tingkat
keahlian dan pelayanan yang luas dalam mempertahankan dan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang berfokus pada kesehatan pasien. Tenaga
kesehatan memiliki tuntutan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu di era seperti saat ini. Pelayanan bermutu adalah pelayanan pasien
secara terintegrasi, utuh dan berkesinambungan dalam tatanan pelyanan
rumah sakit. Kompleksitas permasalahan pasien dan manajemen pelayanan
yang melibatkan multi profesi berpotensi menimbulkan fragmentasi
pelayanan yang dapat berimplikasi pada masalah kesehatan pasien oleh
karenanya diperlukan kolaborasi interprofesional sebagai upaya mewujudkan
asuhan pasien yang yang sinergis dan mutual sehingga pasien mendapatkan
pelayanan yang utuh dan berkesinambungan.
Dalam kenyataanya pelayanan kesehatan seringkali ditemukan kejadian
tumpang tindih pada tindakan pelayanan antar profesi yang diakibatkan
karena kurangnya komunikasi antar tenaga kesehatan dalam kerjasama tim.
Kurangnya komunikasi maka akan membahayakan pasien dalam
memberikan pelayanan yang dapat menyebabkan pasien terjatuh dalam
keadaan berbahaya selain itu kurangnya komunikasi juga menyebabkan
terlambatnya dalam pemberian pengobatan dan diagnosis terhadap pasien
yang berpengaruh pada outcome pasien. Kurangnya kemampuan komunikasi
tersebut terjadi akibat tidak adanya pelatihan atau pendidikan penerapan
kolaborasi antar tenaga kesehatan. Untuk meningkatkan mutu pelayanan,
kemampuan inter kolaborasi perlu ditingkatkan salah satu strategi untuk
meningkatkan kemampuan kolaborasi antar tenaga kesehatan adalah melalui
proses pendidikan profesional. Pengetahuan mengenai peran masing-masing
profesi kesehatan sejak dari mahasiswa akan menjadikan mahasiswa tersebut
percaya diri dan mengetahui apa peran dan apa yang harus dilakukan saat
berkolaborasi antar profesi kesehatan dalam meningkatkan kualitas hidup
pasien.Kolaborasi adalah kata yang sering digunakan untuk menjelaskan
istilah hubungan kerjasama yang dilakukan dalam usaha penggabungan
pemikiran oleh pihak tertentu. Pihak yang terlibat dalam sebuah kolaborasi
memandang aspek-aspek perbedaan tersebut. Seiring dengan perkembangan
zaman, kebutuhan akan kolaborasi antara tenaga kesehatan secara profesional
terus berkembang. Masalah pasien yang kini semakin kompleks dan menyita
waktu membutuhkan penanganan yang lebih efektif. (Eirene, 2021)

1
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian IPE?
2. Apa tujusn dari IPE?
3. Bagaimana anggota tim interdisipliner?
4. Bagaimana manfaat interprofesional education (ipe) dalam dunia
kesehatan?
5. Bagaimana kerjasama dalam IPE?
6. Apa saja peran bidan dalam memberikan asuhan dengan kebutuhan
yang kompleks sebagai bagian dari tim interdisiplin?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian IPE.
2. Untuk mengetahui tujuan IPE.
3. Untuk mengetahui anggota tim interdisipliner.
4. Untuk mengetahui manfaat IPE.
5. Untuk mengetahui kerjasama dalam IPE.
6. Untuk mengetahui peran bidan dalam memberikan asuhan dengan
kebutuhan yang kompleks sebagai bagian dari tim interdisiplin.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian IPE

Menurut World Health Organization (2010), IPE didefenisikan proses


pembelajaran dimana dua atau lebih profesi belajar dengan, dari, dan tentang
satu sama lain untuk nmeningkatkan kolaborasi dan kualitas outcome
pelayanan kesehatan. World Health Organization (WHO) menyajikan hasil
penelitian di 42 negara tentang dampak dari penerapan collaborative practice
dalam dunia kesehatan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa
collaborative practice dapat meningkatkan keterjangkauan serta koordinasi
layanan kesehatan, penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai,
outcome kesehatan bagi penyakit kronis, dan pelayanan serta keselamatan
pasien.

B. Tujuan IPE
Tujuan pelaksanaan IPE antara lain :
a. Meningkatkan pemahaman interdisipliner dan meningkatkan kerjasama
b. Membina kerjasama yang kompeten
c. Membuat penggunaan sumberdaya yang efektif dan efisien;
d. Meningkatkan kualitas penanganan masalah kesehatan yang
komprehensif

C. Anggota Tim Interdisipliner


Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional
yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim
akan berfungsi baik Jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam
memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi :
pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan
apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang
efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim.
(Kemenkes, 2017)

3
D. Manfaat Interprofesional Education (IPE) Dalam Dunia Kesehatan
Manfaat sistem IPE dalam bidang kesehatan sangatlah besar. Chan, et al
(2010) mengatakan IPE membuat mahasiswa dari berbagai bidang kesehatan
untuk belajar bersama dengan, dari, dan tentang satu sama lain. IPE juga
membuat mahasiswa belajar mengenai hal-hal yang baru dan mengembangkan
keahlian, mengembangkan kemampuan interpersonal yang dibutuhkan,
mendapatkan pengalaman baru dengan tim yang mempunyai tujuan yang sama
dan belajar bagaimana bekerja dengan orang lain dan memberikan hasil kerja
yang maksimal. Selain itu, ketika sudah menjadi tenaga kesehatan, praktik
yang berkolaborasi antar bidang juga memberikan banyak manfaat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan WHO (2010), praktik yang
berkolaborasi akan meningkatkan akses masyarakat terhadap kesehatan,
meningkatkan koordinasi lintas bidang, meningkatkan derajat kesehatan pasien
dan meningkatkan angka keselamatan pasien. Di sisi lain, praktik berkolaborasi
antar bidang akan menurunkan angka pasien yang terkena komplikasi,
menurunkan jangka waktu rawat inap pasies, menurunkan angka malpraktik
dan menurunkan angka kematian penduduk.
Model ini berfungsi untuk mempersiapkan tenaga kesehatan yang
memiliki kemampuan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain dalam
sistem kesehatan yang kompleks (Becker dkk, 2014) sehingga strategi
pendidikan komunikasi melalui IPE antara perawat dengan dokter atau tenaga
kesehatan lainnya dapat membangun budaya komunikasi melalui IPE antara
perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya dapat membangun budaya
komunikasi dan kolaborasi yang efektif dalam memberikan pelayanan kepada
pasien, namun ada beberapa tantangan dalam pelaksanaannya. Tantangan
tentang pelaksanaan IPE menurut World Health Organization menyatakan
bahwa banyak sistem kesehatan di negara-negara di dunia yang sangat
terfragmentasi pada akhirnya tidak mampu menyelesaikan masalah kesehatan
dinegara itu sendiri. Hal ini kemudian disadari karena permasalahan kesehatan
sebenarnya menyangkut banyak aspek dalam kehidupan, dan untuk dapat
memecahkan satu persatu permasalahan tersebut atau untuk meningkatkan
kualitas kesehatan itu sendiri hal ini kemudian di sadari karena permasalahan
kesehatan sebenarnya menyangkut banyak aspek dalam kehidupan, dan untuk
dapat memecahkan satu persatu permasalahan tersebut atau untuk
meningkatkan kualitas kesehatan itu sendiri, tidak dapat dilakukan dengan
sistem uniprofesional kontribusi berbagai disiplin ilmu ternyata memberi
dampak positif dalam penyelesaian berbagai masalah kesehatan.
Kurt Lewin dalam Hidayat, 2008 mengungkapkan bahwa seseorang yang
akan berubah harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum dalam
tahap proses perubahan agar perubahan tersebut menjadi terarah dan mencapai
tujuan yang ada tahapan tersebut meliputi unfreezing, moving dan refreezing.
Tahap pencairan (Unfreezing) merupakan tahap awal, pada kondisi ini mulai
muncul persepsi terhadap hal yang baru. Persepsi mencakup penerimaan

4
stimulus, pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran
stimulus yang telah terorganisie yang akhirnya mempengaruhi pembentukan
sikap Walgito, 2004 mengungkapkan bahwa persepsi dipenagruhi oleh dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal terdiri dari karakterisitik
individu pengalaman dan pengetahuan, sedangkan faktor eksternal yaitu
stimulus dan lingkungan sosial dapat diartikan sebagai kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu objek tertentu, apabila dihadapakan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya respon, sikap dosen yang positif terhadap IPE mendorong
untuk berperilaku mendukung sistem IPE, yang berikutnya merupakan tahap
bergerak (Moving) pada tahap ini sudah dimulai adanya suatu pergerakan ke
arah sesuatu yang baru. Tahap ini dapat terjadi apabila seseorang telah
memiliki kemampuan dalam memahami masalah serta mengetahui langkah-
langkah dalam menyelesaikan masalah atau hambatan dalam penerapan IPE,
akhirnya tahap pembekuan (Refreezing) yaitu ketika tercapai tingkat atau
tahapan yang baru proses pencapaian yang baru perlu dipertahankan dan selalu
terdapat upaya mempertahankan perubahan yang telah dicapai. Tahap ini
merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap
model pembelajaran terintegrasi setelah dilakukan pergerakan dan merasakan
adanya manfaat dari pembelajaran IPE. (Eirene, 2021)

E. Kerjasama dalam IPE


Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk
memeriksa beberapa altermatif pendapat dan perubahan kepercayaan.
Asertifitas penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka
dengan keyakinan tindakan asertif mejamin bahwa pendapatnya benar-benar
didengar dan kosensus untuk dicapai. Tanggung jawab, mendukung keputusan
yang di peroleh dari hasil konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat
digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team :
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik professional
b. Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efisiensi sumber daya
c. Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
d. Meningkatnya kohesifitas antar professional
e. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar protesional
f. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai serta
memahami orang lain
Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerja sama kemitraan
dengan dokter, perawat, bidan perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan
dari vokasional menjadi profesional. Status yuridis seiring perubahan perawat
dan bidan dan perpanjangan tangan dokter menjadi mitra dokter sangat
kompleks. Tanggung jawab hukum juga akan terpisah untuk masing-masing

5
kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktik medis, dan malpraktik keperawatan
atau malpraktik bidan. Perlu ada kejelasan dari pemerintah maupun para pihak
terkait mengenai tanggung jawab hukum dari perawat, dokter, bidan, maupun
rumah sakit.
Pertemuan profesional antara bidan, dokter dan perawat dalam situasi
nyata lebih banyak terjadi dalam lingkungan rumah sakit. Pihak manajemen
rumah sakit dapat menjadi fasilitator demi terjalinnya hubungan kolaborasi
seperti dengan menerapkan sistem atau kebijakan yang mengatur interaksi
diantara berbagai profesi kesehatan. Pencatatan terpadu data kesehatan pasien,
ronde bersama, dan pengembangan tingkat pendidikan bidan dapat juga
dijadikan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
Ronde bersama yang dimaksud adalah kegiatan visite bersama antara
dokter, perawat dan bidan dan mahasiswa bidan maupun mahasiswa
kedokteran, dengan tujuan mengevaluasi pelayanan kesehatan yang telah
dilakukan kepada pasien. Dokter, perawat dan bidan saling bertukar informasi
untuk mengatasi permasalahan pasien secara efektif. Kegiatan ini juga
merupakan sebagai satu upaya untuk menanamkan sejak dini pentingnya
kolaborasi bagi kemajuan proses penyembuhan pasien. Kegiatan ronde bersana
dapat ditindak lajuti dengan pertemuan berkala untuk membahas kasus-kasus
tertentu sehingga terjadi transfer pengetahuan diantara anggota tim.
(Krisdayanti et al, 2022)

F. Peran Bidan Dalam Memberikan Asuhan Dengan Kebutuhan Yang


Kompleks Sebagai Bagian Dari Tim Interdisiplin
Standar pelayanan kesehatan reproduksi pada penyandang disabilitas sama
seperti Standar Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada non disabilitas. Hal
yang berbeda yaitu adanya beberapa penyesuaian yang harus dilakukan dalam
pemberian pelayanan misalnya cara berinteraksi, teknik pengukuran dan teknik
pemeriksaan yang perlu disesuaikan dengan kondisi ragam disabilitas.
Bidan mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu melalui kemampuannya untuk melakukan pengawasan,
pertolongan pada ibu, pengawasan bayi baru lahir (neonatus) dan pada
persalinan, ibu post partum serta mampu mengidentifikasi penyimpangan dari
kehamilan dan persalinan normal dan melakukan penanganan yang tepat
termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang tepat.
Pengenalan dan penanganan kasus-kasus yang gawat seharusnya
mendapat prioritas utama dalam usaha menurunkan angka kesakitan lebih lebih
lagi angka kematian ibu, walaupun tentu saja pencegahan lebih baik dari pada
pengobatan. Dalam kegawatdaruratan, peran anda sebagai bidan antara lain :
a. Melakukan pengenalan segera kondisi gawat darurat
b. Stabilisasi klien (ibu), dengan oksigen, terapi cairan, dan medikamentosa

6
dengan :
1. Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungst system
respirasi
2. dan sirkulasi
3. Menghentikan perdarahan
4. Mengganti cairan tubuh yang hilang
5. Mengatasi nyeri dan kegelisahan
c. Ditempat kerja, menyiapkan Sarana dan prasarana di kamar bersalin, yaitu:
1. Pematauan dan Asuhan Promotif, Preventif dan Deteksi Dini
2. Penguatan kapasitas klien
3. Community Mobilization, Rujukan dan Kolaborasi
4. Menyiapkan radiant warmer/lampu pemanas untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi
5. Menyiapkan alat resusitasi kit untuk ibu dan bayi
6. Menyiapkan alat pelindung diri
7. Menyiapkan obat-obatan emergensi
8. Pertolongan kegawatdaruratan

d. Memiliki keterampilan klinik, yaitu:


1. Mampu melakukan resusitasi pada ibu dan bayi dengan peralatan
yang berkesinambungan. Peran organisasi sangat penting didalam
pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan
keahlian
2. Memahami dan mampu melakukan metode efektif dalam pelayanan
ibu dan bayi baru lahir, yang meliputi making pregnancy safer, safe
motherhood, bonding attachment, inisiasi menyusu dini dan lain
lainnya. (Krisdayanti et al, 2022)

7
BAB III
PENUTUPAN

1. Kesimpulan
Menurut World Health Organization (2010), IPE didefenisikan proses
pembelajaran dimana dua atau lebih profesi belajar dengan, dari, dan
tentang satu sama lain untuk nmeningkatkan kolaborasi dan kualitas
outcome pelayanan kesehatan.
Tujuan pelaksanaan IPE antara lain : meningkatkan pemahaman
interdisipliner dan meningkatkan kerjasama, membina kerjasama yang
kompeten, membuat penggunaan sumberdaya yang efektif dan efisien, serta
meningkatkan kualitas penanganan masalah kesehatan yang komprehensif.

2. Saran
Dalam makalah ini terdapat penjelasan tentang “Bekerja Dalam Tim
Interdisiplin (IPE) Dalam Asuhan Kebidanan Pada Kasus Kompleks”
berharap agar mahasiswi dapat mengetahui dan mempelajarinya sesuai
dengan pembahasan yang ada dalam makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Eirene Eunike Mediana Gaghauna. (2021). Narrative Review: Peran Fungsi


Interprofesional Education (IPE) dan pelaksanaan Interprofesional
Collaboration (IPC) Dalam Pendidikan Kesehatan melalui perspektif
Keperawatan Kritis. Journal of Nursing Invention. Universitas Sari Mulia
Banjarmasin. VOL 2. No. 1
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi bagi Penyandang Disabilitas Usia Dewasa. ISBN : Jakarta.
Krisdayanti., Nabila., Nia., Putri., Sherli., Sifa. (2022). Peran Bidan Dalam
Memberikan Asuhan Dengan Kebutuhan Kompleks Sebagai Bagian Dari
Tim Interdisiplin. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indramayu
World Health Organization. 2010. Framework for Action on Interprofessional
Education & Collaborative Practice.

Anda mungkin juga menyukai