Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN DAN MODEL KOLABORASI

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kolaborasi Tim Kesehatan


Dosen Pengampu : Ns. Andri Yulianto, S. Kep., M. kes

Oleh :
Ade Chandra Wijaya : 2020205201002
Anisa Fadila : 2020205201006

FAKULTAS KESEHATAN PRODI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Ucapan puji syukur kami panjatkan atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya makalah tentang “Pengertian dan Model Kolaborasi“ dan
untuk memenuhi tugas dengan baik. Dalam penyajiannya kami menyusun tiap bab
dengan uraian singkat dan pembahasan serta kesimpulan akhir.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pringsewu, September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


KATA PENGATAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Kolaborasi .............................................................................3
B. Model Kolaborasi................................................................................9
C. Perawat sebagai Kolaborator..............................................................11

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................13
B. Saran...................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan saranapenyelenggaraan pembangunan
kesehatan.Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakantanggungjawab
pemberi pelayanan kesehatansecara komperhensif, baik itu dari dokter,
perawat,nutrisionist, terapi, dan profesi kesehatan lainnya(Pohan, 2015).
Perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi, serta perkembangan
masyarakatyang semakin kritis, menyebabkan rumah sakitharus melakukan
berbagai inovasi dalam rangkamenghasilkan pelayanan bermutu bagi
pasien.Salah satu indikator penilaian akreditasi yangmencerminkan mutu
pelayanan kesehatan adalahrekam medik (KARS, 2012). Kolaborasi
interprofesi adalah kerja sama antar profesi kesehatan dari latar belakang
profesi yang berbeda dengan pasien dan keluarga pasien untuk memberikan
kualitas pelayanan yang terbaik (WHO, 2010). Hubungan kolaborasi
interprofesi dalam pelayanan kesehatan melibatkan sejumlah profesi
kesehatan, namun kolaborasi antara dokter dan perawat merupakan faktor
penentu yang sangat penting bagi kualitas proses perawatan (Barrere and
Ellis, 2002).

Praktikkolaborasi interprofesi berhubungan dengan berkurangnya angka


mortalitas, angka komplikasi, lama rawat di rumah sakit, durasi pengobatan,
serta mengurangi biaya perawatan, meningkatkan kepuasan. Pasien dan tim
profesi kesehatan, mengurangi ketegangan dan konflik diantara tim
kesehatan (Jones and Fitzpatrick, 2009). Hambatan dalam kolaborasi
interprofesi dapat menjadi penyebab utama terjadinya medical error, nursing
error atau kejadian tidak diharapkan lainnya. Oleh karena itu kolaborasi
interprofesi dokter–perawat sangat diperlukan dan perlu mendapat prioritas
bagi institusi pemberi pelayanan kesehatan.

1
Hubungan rekan kerja merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi
kepuasan kerja perawat. Kerja sama tim yang efektif berpengaruh terhadap
kepuasan kerja sehingga dapat meningkatkan hasil dalam perawatan
kesehatan dipraktek klinis.1,2Kolaborasi merupakan suatu proses pada
kelompok profesional yang saling menyusun tindakan kolektif terhadap
kebutuhan perawatan pasien dan bekerjasama untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Kolaborasi lebih menekankan pada tanggungjawab
bersama dalam manajemen perawatan pasien dengan proses pembuatan
keputusan bilateral yang berdasarkan pada masing-masing pendidikan dan
kemampuan praktisi. Studi oleh Zwarenstein etal menyatakan bahwa
semakin buruknya komunikasi dan kolaborasi antara profesi kesehatan
maka akan mempengaruhi kualitas pelayanan perawatan kepada pasien.

Perawat dengan profesi lain akan membangun suatu komunikasi dengan


melibatkan pasien dan atau keluarga dalam upaya memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien. Jed et al dalam hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa hubungan interprofesional yang terjalin
secara baik, adanya komunikasi terbuka serta interaksi yang baik antar
profesionalakan meningkatkan interprofessional collaborative careyang
akan berdampak pada kepuasan kerja dan outcome perawatan pasien selama
dirawat.Sejalan dengan penelitian Chang et al yang menyatakan bahwa
lingkungan praktek yang sehat akan mempengaruhi outcomespasien dan
meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antar tenaga kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kolaborasi ?
2. Apa Saja Model Dalam Kolaborasi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Tentang Pengertian Kolaborasi.
2. Mengetahui Tentang Model Kolaborasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kolaborasi
1. Pengertian Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien/klien dalam melakukan diskusi
tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling
berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab
pada pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi
suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada
seluruh kolaborator. Kolaborasi merupakan proses komplek yang
membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan yang disengaja,
dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Kadangkala
itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga professional.

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing


pengetahuan yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung
jawab bersama untuk merawat pasien. Kadangkala itu terjadi dalam
hubungan yang lama antara tenaga profesional kesehatan. (Lindeke dan
Sieckert, 2005). Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar
dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan
perawat dan dokter. Tentunya ada konsekweksi di balik issue kesetaraan
yang dimaksud. Kesetaraan kemungkinan dapat terwujud jika individu
yang terlibat merasa dihargai serta terlibat secara fisik dan intelektual
saat memberikan bantuan kepada pasien.

Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja


bersama khususnya dalam usaha penggambungkan pemikiran. Hal ini
sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray (1989) menggambarkan
bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang
terklibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta

3
menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan padangan
mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.

Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat


klinik bekerja dengan dokter dan tim medis lainnya untuk memberikan
pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek profesional keperawatan,
dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk
pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh
pertukaran suatu negara dimana pelayanan diberikan. Bagi perawat,
hubungan kerjasama dengan dokter sangat penting apabila ingn
menunjukkan fungsinya secara independen.

Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi


profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada
pasien. Kolegalitas menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan
profesional untuk masalah-masalah dalam team dari pada menyalahkan
seseorang atau atau menghindari tangung jawab.

2.      Tujuan Kolaborasi


Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-masalah
tentang klien dan untuk meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi
setiap anggota tim serta untuk mengidentifikasi cara-cara meningkatkan
mutu asuhan klien. Agar hubungan kolaborasi dapat optimal, semua
anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama. Perawat
dan tim medis lain merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega,
bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan
berbagai nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang
berkonstribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.

Tim satu disiplin ilmu meliputi : tim perawat, tim dokter, tim administrasi,
dan lain-lain.Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan
sekelompok professional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum
dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik, jika terjadi adanya

4
konstribusi dari anggota timdalam memberikan pelayanan kesehatan
efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai sesama anggota tim.
Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam tim inter
disiplin. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain.

Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi


pelayanan kesehatan.Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis,
mengobati dan mencegah penyakit.Pada situasi ini dokter menggunakan
modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka
sering berkonsultasi dengan anggota tim lain sebagai membuat relevan
pemberian pengobatan. Tim multi disiplin meliputi: tim operasi, tim
infeksi nasokomial, dan lain-lain.

3.      Manfaat Kolaborasi


Manfaat yang didapatkan dengan diterapkannya kolaborasi antar profesi
kesehatan, antara lain:
a.      Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional.
b.      Memaksimalkan produktivitas serta efektifitas dan efisiensi sumber
daya.
c.       Meningkatkan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja.
d.      Meningkatkan kohesivitas antar tenaga kesehatan profesional.
e.      Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga
kesehatan profesional. 

4.      Karakteristik Kolaborasi


Menurut Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8 karakteristik, yaitu:
1.      Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.
2.     Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian
kesuksesan. Adanya tujuan yang masuk akal.
3.      Ada pendefinisian masalah.
4.      Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.

5
5.      Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagai pilihan.
6.      Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang terlibat.
7.      Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi.

5.      Dasar – Dasar Kompetensi Kolaborasi


a.      Komunikasi
Komunikasi sangat dibutuhkan dalam berkolaborasi, karena kolaborasi
membutuhkan pemecahan masalah yang lebih komplek, dibutuhkan
komunikasi efektif yang dapat dimengerti oleh semua anggota tim.
b.     Respek dan kepercayaan
Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupun non
verbal serta dapat dilihat dan dirasakan dalam penerapannya sehari-
hari.
c.      Memberikan dan menerima feed back
Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga
diri, kepercayaan diri, emosi, lingkungan serta waktu, feed back juga
dapat bersifat negative maupun positif.
d.     Pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan komunikasi untuk
mewujudkan kolaborasi yang efektif guna menyatukan data kesehatan
pasien secara komperensip sehingga menjadi sumber informasi bagi
semua anggota tim.
e.      Manajemen konflik
Untuk menurunkan komplik maka masing-masing anggota harus
memahami peran dan fungsinya, melakukan klarifikasi persepsi dan
harapan, mengidentifikasi kompetensi, mengidentifikasi tumpang
tindih peran serta melakukan negosiasi peran dan tanggung jawabnya.

6.      Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Kolaborasi


Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok profesional
yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum, dan berbeda keahlian.
Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya kontribusi dari anggota tim

6
dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan
meliputi pasien, perawat, dokter, fisioterapis, pekerja sosial, ahli gizi,
manager, dan apoteker. Oleh karena itu, tim kolaborasi hendaknya
memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab, dan saling
menghargai antar sesama anggota tim.

Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien
dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu
rencana menjadi efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang
optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim.
Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam
interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktik profesi kesehatan lain.
Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi
pelayanan kesehatan.

Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati, dan


mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas
pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering
berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat referal
pemberian pengobatan.

Selain itu, keluarga serta orang-orang lain yang berpengaruh bagi pasien
juga termasuk pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi. Karena
keluarga merupakan orang terdekat dari pasien atau individu yang
memiliki pengaruh sangat besar terhadap individu. Melalui keluarga
tenaga kesehatan bisa mendapatkan data-data mengenai pasien yang dapat
mempermudah dalam mendiagnosis penyakit dan proses penyembuhan
pasien.

7
7.      Elemen Kunci Kolaborasi
Kunci kolbarosi dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
diantaranya yaitu :
a.       Kerjasama
Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk
memeriksa beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.
Asertifitas penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat
mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa
pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk
dicapai.Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan yang diperoleh
dari hasil konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
b.      Komunikasi
Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk
membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang
relevan untuk membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup
kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
c.       Koordinasi
Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam
perawatan pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang
berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan.
d.      Kepercayaan
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi.
Tanpa rasa pecaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman,
menghindar dari tanggung jawab, terganggunya komunikasi.

8.      Kriteria Kolaborasi


Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria, yaitu:
a.       Adanya saling percaya dan menghormati
b.      saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing
c.       memiliki citra diri positif
d.      memiliki kematangan professional yang setara (yang timbul dari
pendidikan dan pengalaman).

8
e.       mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan
f.       keinginan untuk bernegoisasi.

9.      Kolaborasi di Rumah Sakit


Kolaborasi merupakan hubungan kerja sama antara anggota tim dalam
memberikan asuhan kesehatan. Pada kolaborasi terdapat sikap saling
menghargai antar tenaga kesehatan dan saling memberikan informasi
tentang kondisi klien demi mencapai tujuan (Hoffart & Wood, 1996; Wlls,
Jonson & Sayler, 1998).
Tim Kerja di Rumah Sakit :
a.       Tim satu disiplin ilmu:
1)      Tim Perawat
2)      Tim dokter
3)      Tim administrasi
4)      Dll
b.      Tim multi disiplin :
1)      Tim  operasi
2)      Tim nosokomial infeksi
3)      Dll

B. Model Kolaborasi
Berikut merupakan bentuk/jenis kolaborasi tim kesehatan, diantaranya:
1.      Fully Integrated Major
Bentuk kolaborasi yang setiap bagian dari tim memiliki tanggung jawab
dan kontribusi yang sama untuk tujuan yang sama.
2.      Partially Integrated Major
Bentuk kolaborasi yang setiap anggota dari tim memiliki tanggung jawab
yang berbeda tetapi tetap memiliki tujuan bersama
3.      Joint Program Office
Bentuk kolaborasi yang tidak memiliki tujuan bersama tetapi memiliki
hubungan pekerjaan yang menguntungkan bila dikerjakan bersama.
4.      Joint Partnership with Affiliated Programming

9
Kerja sama untuk memberikan jasa dan umumnya tidak mencari
keuntungan antara satu dan lainnya.
5.      Joint Partnership for Issue Advocacy
Bentuk kolaborasi yang memiliki misi jangka panjang tapi dengan tujuan
jangka pendek, namun tidak harus membentuk tim yang baru.

Menurut Family Health Teams (2005), terdapat 12 jenis kolaborasi tim, yaitu
perawatan reproduktif primer (misalnya, pre-natal, kebidanan, pasca
persalinan, dan perawatan bayi baru lahir); perawatan kesehatan mental
primer, perawatan paliatif primer; in-home/fasilitas penggunaan yang
mendukung pelayanan; pelayanan koordinasi/care navigation; pendidikan
pasien dan pencegahan; pre-natal, kebidanan, pasca melahirkan, dan
perawatan bayi baru lahir; program penanganan penyakit kronis – diabetes,
penyakit jantung, obesitas, arthritis, asma, dan depresi; promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit; kesehatan ibu/anak; kesehatan kerja; kesehatan lansia;
pengobatan kecanduan; pelayanan rehabilitas; dan pengasuhan.

Prinsip-prinsip Kolaborasi Tim Kesehatan


1.      Patient-centered Care
Prinsip ini lebih mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien. Pasien
dan keluarga merupakan pemberi keputusan dalam masalah kesehatannya.
2.      Recognition of patient-physician relationship
Kepercayaan dan berperilaku sesuai dengan kode etik dan menghargai satu
sama lain.
3.      Physician as the clinical leader
Pemimpin yang baik dalam pengambilan keputusan terutama dalam kasus
yang bersifat darurat.
4.      Mutual respect and trust
Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya
masing-masing.

10
Pentingnya Kolaborasi Tim Kesehatan dan Patient Safety
Kolaborasi tim kesehatan sangatlah penting karena masing-masing tenaga
kesehatan memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian, dan
pengalaman yang berbeda. Dalam kolaborasi tim kesehatan, mempunyai
tujuan yang sama yaitu sebuah keselamatan untuk pasien. Selain itu,
kolaborasi tim kesehatan ini dapat meningkatkan performa di berbagai aspek
yang berkaitan dengan sistem pelayanan kesehatan. Semua tenaga kesehatan
dituntut untuk memiliki kualifikasi baik pada bidangnya masing-masing
sehingga dapat mengurangi faktor kesalahan manusia dalam memberikan
pelayanan kesehatan.

Kolaborasi penting bagi terlaksananya patient safety, seperti:


1.      Pelayanan Kesehatan Tidak Mungkin Dilakukan oleh 1 Tenaga Medis
2.      Meningkatnya Kesadaran Pasien akan Kesehatan
3.      Dapat Mengevaluasi Kesalahan yang Pernah Dilakukan agar Tidak
Terulang
4.      Dapat Meminimalisir Kesalahan
5.     Pasien akan Dapat Berdiskusi dan Berkomunikasi dengan Baik untuk
Dapat Menyampaikan Keinginannya

C. Perawat sebagai Kolaborator


Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi dengan klien,
pper group serta tenaga kesehatan lain. Kolaborasi yang dilakukan dalam
praktek di lapangan sangat penting untuk memperbaiki. Agar perawat dapat
berperan secara optimal dalam hubungan kolaborasi tersebut, perawat perlu
menyadari akuntabilitasnya dalam pemberian asuhan keperawatan dan
meningkatkan otonominya dalam praktik keperawatan. Faktor pendidikan
merupakan unsur utama yang mempengaruhi kemampuan seorang profesional
untuk mengerti hakikat kolaborasi yang berkaitan dengan perannya masing-
masing, kontribusi spesifik setisp profesi, dan pentingnya kerja sama. Setiap
anggota tim harus menyadari sistem pemberian asuhan kesehatan yang
berpusat pada kebutuhan kesehatan klien, bukan pada kelompok pemberi

11
asuhan kesehatan. Kesadaran ini sangat dipengaruhi oleh pemahaman setiap
anggota terhadap nilai-nilai profesional.

Menurut Baggs dan Schmitt, 1988, ada atribut kritis dalam melakukan
kolaborasi, yaitu melakukan sharing perencanaan, pengambilan keputusan,
pemecahan masalah, membuat tujuan dan tanggung jawab, melakukan kerja
sama dan koordinasi dengan komunikasi terbuka.

12
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat dapat ditarik kesimpulan bahwa kolaborasi
adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien/klien dalam melakukan diskusi tentang diagnosa,
melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau
komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya.

Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-masalah tentang


klien dan untuk meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota
tim serta untuk mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien.
Agar hubungan kolaborasi dapat optimal, semua anggota profesi harus
mempunyai keinginan untuk bekerjasama.

B.     Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu dalam memberikan asuhan
keperawatan perawat harus berkolaborasi dengan tim medis lainnya, karena
jika tidak ada kolaborasi antara perawat dan tim medis yang lain maka
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepda pasien tidak akan
berjalan dengan baik.

13

Anda mungkin juga menyukai