Anda di halaman 1dari 16

KOLABORASI DALAM KEPERAWATAN

Makalah
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Keperawatan
yang dibina oleh Ibu Dr. Ns. Sri Mugianti., M.Kep.

Oleh kelompok 3 :
1. Mat Santoso (P17230172021)
2. Nina Yuliani (P17230173022)
3. Ananda Aula A. (P17230173023)
4. Bela Putri B. (P17230173024)
5. Yuna Brina D. (P17230173025)
6. Candra Ningtyas (P17230173026)
7. Febi Giananda F. (P17230173027)
8. Anisa Ramadhani (P17230173028)
9. Lyon Borneo A. Z. P. (P17230173029)
10. Siska Ayu Setya N. (P17230173030)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR
April 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik,
dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “KOLABORASI DALAM
KEPERAWATAN” ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini di buat untuk
memenuhi tugas matakuliah Manajemen Keperawatan. Mengingat terbatasnya kemampuan
untuk menulis kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini. Maka
dari itu sangat di butuhkan adanya krItik dan saran terhadap makalah ini, sehingga kami
dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik. Harapan penulis semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.

Akhir kata, penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperanserta
dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita, Amin.

Blitar, 23 April 2019

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi MPKP .................................................................................................. 3
2.2 Tujuan MPKP .................................................................................................. 3
2.3 Komponen MPKP ............................................................................................ 4
2.4 Metode MPKP ................................................................................................. 5
2.5 Tahap Implementasi – Evaluasi MPKP ........................................................... 6
2.6 Kelebihan dan Kekurangan MPKP .................................................................. 8
BAB III KASUS
3.1 Kasus ................................................................................................................ 9
BAB IV PEMBAHASAN KASUS
4.1 Pembahasan Kasus ........................................................................................... 10
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpilan ....................................................................................................... 11
5.2 Saran ................................................................................................................ 11
Daftar Pustaka .................................................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu
hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian
dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu
mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan
tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan
apa yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan
National Joint Practice Commision (1977) yang dikutip Siegler dan Whitney (2000)
bahwa tidak ada definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya
kolaborasi dalam kontek perawatan kesehatan.

Koaborasi (ANA, 1992), hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memeberikan
pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa,
melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta
masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya,
kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif
kepada seluruh kolaborator. Efektifitas hubungan kolaborasi profesional membutuhkan
mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut.
Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome
yang lebih baik bagi pasien dalam mecapai upaya penyembuhan dan memperbaiki
kualitas hidup.

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang


direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat
pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional
kesehatan. (Lindeke dan Sieckert, 2005). Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah
esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat
dan tim medis lainnya. Tentunya ada konsekweksi di balik kesetaraan yang
dimaksud. Kesetaraan kemungkinan dapat terwujud jika individu yang terlibat merasa
dihargai serta terlibat secara fisik dan intelektual saat memberikan bantuan kepada
pasien.

4
1.2 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui definisi kolaborasi
b. Untuk mengetahui tujuan kolaborasi
c. Untuk mengetahui manfaat kolaborasi
d. Untuk mengetahui karakteristik kolaborasi
e. Untuk mengetahui dasar-dasar kompetensi kolaborasi
f. Untuk mengetahui elemen kunci kolaborasi
g. Untuk mengetahui kriteria kolaborasi
h. Untuk mengetahui kolaborasi di rumah sakit
i. Untuk mengetahui peran perawat sebagi kolaborator

1.3 Manfaat Penulisan


Dapat memberi informasi dan referensi untuk pengembangan ilmu keperawatan terutama
yang berhubungan dengan kolaborasi dalam keperawatan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan kerja antar tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien/klien dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama
dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing
bertanggung jawab pada pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi
meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada
seluruh kolaborator. Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing
pengetahuan yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama
untuk merawat pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga
professional.

Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja
dengan dokter dan tim medis lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam
lingkup praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai
pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh
pertukaran suatu negara dimana pelayanan diberikan. Bagi perawat, hubungan kerjasama
dengan dokter sangat penting apabila ingn menunjukkan fungsinya secara independen.

Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi profesional,


kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas
menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah
dalam team dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab.

2.2 Tujuan Kolaborasi


Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-masalah tentang klien dan
untuk meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim serta untuk
mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien. Agar hubungan kolaborasi
dapat optimal, semua anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama.
Perawat dan tim medis lain merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega, bekerja
saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagai nilai-nilai dan
pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan
individu, keluarga dan masyarakat.

6
Tim satu disiplin ilmu meliputi : tim perawat, tim dokter, tim administrasi, dan lain-
lain.Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok professional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi
baik, jika terjadi adanya konstribusi dari anggota timdalam memberikan pelayanan
kesehatan efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai sesama anggota tim. Perawat
sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam tim inter disiplin. Perawat
memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek
profesi kesehatan lain.

Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan
kesehatan.Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah
penyakit.Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian
obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lain sebagai
membuat relevan pemberian pengobatan. Tim multi disiplin meliputi: tim operasi, tim
infeksi nasokomial, dan lain-lain.

2.3 Manfaat Kolaborasi


Manfaat yang didapatkan dengan diterapkannya kolaborasi antar profesi kesehatan, antara
lain:
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian
unik profesional.
b. Memaksimalkan produktivitas serta efektifitas dan efisiensi sumber daya.
c. Meningkatkan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja.
d. Meningkatkan kohesivitas antar tenaga kesehatan profesional.
e. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan profesional.

2.4 Karakteristik Kolaborasi


Menurut Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8 karakteristik, yaitu:
a. Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.
b. Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian kesuksesan. Adanya
tujuan yang masuk akal.
c. Ada pendefinisian masalah.
d. Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.
e. Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagai pilihan.

7
f. Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang terlibat.
g. Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi.

2.5 Dasar – Dasar Kompetensi Kolaborasi


a. Komunikasi
Komunikasi sangat dibutuhkan dalam berkolaborasi, karena kolaborasi membutuhkan
pemecahan masalah yang lebih komplek, dibutuhkan komunikasi efektif yang dapat
dimengerti oleh semua anggota tim.
b. Respek dan kepercayaan
Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupun non verbal serta
dapat dilihat dan dirasakan dalam penerapannya sehari-hari.
c. Memberikan dan menerima feed back
Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga diri,
kepercayaan diri, emosi, lingkungan serta waktu, feed back juga dapat bersifat
negative maupun positif.
d. Pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan komunikasi untuk mewujudkan kolaborasi
yang efektif guna menyatukan data kesehatan pasien secara komperensip sehingga
menjadi sumber informasi bagi semua anggota tim.
e. Manajemen konflik
Untuk menurunkan komplik maka masing-masing anggota harus memahami peran
dan fungsinya, melakukan klarifikasi persepsi dan harapan, mengidentifikasi
kompetensi, mengidentifikasi tumpang tindih peran serta melakukan negosiasi peran
dan tanggung jawabnya.

2.6 Pihak – Pihak yang Terlibat dalam Kolaborasi


Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok profesional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum, dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi
baik jika terjadi adanya kontribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan
kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi pasien, perawat, dokter, fisioterapis,
pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu, tim kolaborasi
hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab, dan saling menghargai
antar sesama anggota tim.

8
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien
sebagai pusat anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik
dalam interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dari praktik profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai
penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.

Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati, dan mencegah penyakit.
Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan
pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana
membuat referal pemberian pengobatan.

Selain itu, keluarga serta orang-orang lain yang berpengaruh bagi pasien juga termasuk
pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi. Karena keluarga merupakan orang terdekat
dari pasien atau individu yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap individu. Melalui
keluarga tenaga kesehatan bisa mendapatkan data-data mengenai pasien yang dapat
mempermudah dalam mendiagnosis penyakit dan proses penyembuhan pasien.

2.7 Elemen Kunci Kolaborasi


Kunci kolbarosi dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien diantaranya yaitu :
a. Kerjasama
Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa
beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan. Asertifitas penting ketika
individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif
menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk
dicapai.Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil
konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
b. Komunikasi
Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi
informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk membuat
keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggota tim dalam batas
kompetensinya.

9
c. Koordinasi
Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien,
mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan
permasalahan.
d. Kepercayaan
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa
pecaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari
tanggung jawab, terganggunya komunikasi.

2.8 Kriteria Kolaborasi


Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria, yaitu:
a. Adanya saling percaya dan menghormati
b. Saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing
c. Memiliki citra diri positif
d. Memiliki kematangan professional yang setara (yang timbul dari pendidikan dan
pengalaman)
e. Mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan
f. Keinginan untuk bernegoisasi.

2.9 Kolaborasi di Rumah Sakit


Kolaborasi merupakan hubungan kerja sama antara anggota tim dalam memberikan
asuhan kesehatan. Pada kolaborasi terdapat sikap saling menghargai antar tenaga
kesehatan dan saling memberikan informasi tentang kondisi klien demi mencapai tujuan
(Hoffart & Wood, 1996; Wlls, Jonson & Sayler, 1998).
Tim Kerja di Rumah Sakit :
a. Tim satu disiplin ilmu
1) Tim Perawat
2) Tim dokter
3) Tim administrasi, dll
b. Tim multi disiplin
1) Tim operasi
2) Tim nosokomial infeksi, dll

10
2.10 Peran Perawat sebagai Kolabolator
Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi dengan klien, pper group
serta tenaga kesehatan lain. Kolaborasi yang dilakukan dalam praktek di lapangan sangat
penting untuk memperbaiki. Agar perawat dapat berperan secara optimal dalam
hubungan kolaborasi tersebut, perawat perlu menyadari akuntabilitasnya dalam
pemberian asuhan keperawatan dan meningkatkan otonominya dalam praktik
keperawatan. Faktor pendidikan merupakan unsur utama yang mempengaruhi
kemampuan seorang profesional untuk mengerti hakikat kolaborasi yang berkaitan
dengan perannya masing-masing, kontribusi spesifik setisp profesi, dan pentingnya kerja
sama. Setiap anggota tim harus menyadari sistem pemberian asuhan kesehatan yang
berpusat pada kebutuhan kesehatan klien, bukan pada kelompok pemberi asuhan
kesehatan. Kesadaran ini sangat dipengaruhi oleh pemahaman setiap anggota terhadap
nilai-nilai profesional.
Menurut Baggs dan Schmitt, 1988, ada atribut kritis dalam melakukan kolaborasi, yaitu
melakukan sharing perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, membuat
tujuan dan tanggung jawab, melakukan kerja sama dan koordinasi dengan komunikasi
terbuka.

11
BAB III
KASUS

Di sebuah rumah sakit X, di ruang bedah terdapat 3 orang perawat dan 2 orang mahasiswa
keperawatan pada jam shif tersebut. Pada saat itu ada seorang keluarga pasien yang
mengeluhkan bahwa kondisi pasien melemah. Pasien telah menjalani operasi usus buntu.
Kesadaran pasien stupor. Di bagian abdomen pasien terlihat memar. Pada saat itu tidak ada
dokter jaga. Perawat mencoba menelepon dokter yang jaga saat itu, tetapi tidak ada jawaban,
sedangkan pada saat itu harus dilakukan tindakan atas perintah dokter. Akhirnya pasien
dalam keadaan koma. Lalu pasien dipindah ruangan ke ICU, untuk menjalani perawatan yang
lebih intensif.

12
BAB IV
PEMBAHASAN
Kolaborasi merupakan hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memeberikan
pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan
kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-
masing bertanggung jawab pada pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi
meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh
kolaborator. Efektifitas hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik
setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi
merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi
pasien dalam mecapai upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup.

Pada saat ini berkembang paradigma baru dalam upaya pemberian palayanan kesehatan yang
bermutu dan konfrehensif, tentu hal ini dipicu ketika WHO pada tahun 1984 mendefinisikan
sehat yang meliputi sehat fisik,sehat psikis,sehat sosial, dan sehat spiritual. Dulu orang
memandang masing –masing berdiri sendiri, hanya sedikit keterkaitan antara satu sama
lainnya. Oleh karena itu penanganan kesehatan pada umumnya akan melibatkan berbagai
elemen disiplin ilmu yang saling menunjang.
Hubungan dokter dan perawat dalam pemberian asuhan kesehatan kepada pasien merupakan
hubungan kemitraan ( partnership) yang lebih mengikat dimana seharusnya terjadi
harmonisasi tugas, peran dan tanggung jawab dan sistem yang terbuka.Sebagaimana
American Medical Assosiasi ( AMA ), 1994, menyebutkan kolaborasi yang terjadi antara
dokter dan perawat dimana mereka merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega,
bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan
berbagai nilai – nilai yang saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang
berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.
Apabila kolaborasi antara dokter dan perawat berjalan sebagaimana dimaksudkan tentu
berdampak langsung terhadap pasien, karena banyak aspek positif yang dapat dihasilkan
tetapi pada kenyataannya terutama dalam praktek banyak hambatan kolaborasi antara dokter
dan perawat sehingga kolaborasi sulit tercipta.

Perawat pada hakikatnya mempunyai tiga peranan di rumah sakit yaitu


Fungsi independen, artinya bekerja sesuai profesinya tanpa tergantung kepada profesi lain.
Seperti melengkapi asuhan keperawatan pasien yang kelak akan menjadi bahan bagi dokter

13
untuk menilai perjalanan penyakit pasien. Perawat yang professional tanpa diinstruksikan
oleh dokter, bila Ia mendapat tugas meninjeksi pasien dengan antibiotika – apalagi baru
pertama kali -- Ia harus melakukan skin test terlebih dahulu. Untuk mencegah terjadinya
decubitus (luka pada punggung pasien yang lama dirawat), perawat tak perlu minta izin
kepada dokter. Fungsi dependen, artinya tindakan perawat harus atas instruksi dokter. Seperti
bila ada pasien mengalami hipoklikemia sebagai komplikasi DM, dokter bertanggungjawab
meresepkan cairan apa yang harus diberikan. Namun, bila tidak ada dokter, perawat diberi
kewenangan bertindak, sepanjang mampu mereka pertanggungjawabkan secara
ilmiah/protap, demi menyelamatkan jiwa pasien. Manakala terjadi hal hal yang tak diingini,
dokterlah yang akan dimintai tanggungjawab secara etika maupun hukum, sesuai yang
diinstruksikannya. Fungsi interdependen, artinya kolaborasi antara dokter dengan perawat.
Dokter bedah selalu bekerjasama dengan perawat bedah tatkala melakukan tindakan
operatief, seperti menyediakan alat medis, dan lain-lain.

Mengenai perawat bekerja 24 jam, Ia, tapi terbagi tiga shif, pagi, siang dan malam. Pasien
yang dirawat di rumah sakit, dokter setiap saat akan diberi tahu oleh dokter jaga atau perawat
bila ada pasiennya mengalami kritis. Dan kalau ada pasiennya yang kritis, dokter akan
menanganinya sampai mencapai keadaan stabil dan tetap berkolaborasi dengan petugas
kesehatan lain di rumah sakit. Dokter pada dasarnya ada di rumah sakit juga 24 jam, dengan
istilah dokter jaga. Merekalah yang bertanggungjawab menangani atau melaporkan keadaan
pasien kepada dokter yang merawatnya setiap saat.
a. UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran, “dinyatakan bahwa dokter
berhak membuka praktek di tiga tempat, kecuali dokter yang masih kurang
spesialisnya atau berstatus dosen.”
b. Pasal 34 UU Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, (1) menyatakan, “Kepala
Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian
di bidang perumahsakitan”.

Kesimpulannya yaitu dokter dan perawat memang memiliki tugas masing-masing dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Namun, patut diingat bahwa kolaborasi
keduanya amat dibutuhkan untuk mengoptimalkan kesembuhan pasien.
Dokter dari segi pendidikan memang ke arah pengobatan, sedangkan perawat lebih ke arah
'nursing atau perawatan. Karena jikapasiensakit bukan hanya biologisnya saja tetapi juga
menyangkut kondisi psikis dan lingkungannya, dengan adanya kolaborasi antara dokter dan

14
perawat, diharapkan peluang kesembuhan pasien bisa meningkat sehingga waktu sakit pasien
pun lebih sebentar.

Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat dan dokter harus berkolaborasi satu
dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang
lainnya. Masing-masing profesi memiliki kompetensi professional yang berbeda sehingga
ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Banyaknya faktor yang berpengaruh seperti kerjasama, sikap saling menerima, berbagi
tanggung jawab, komunikasi efektif sangat menentukan bagaimana suatu tim berfungsi.
Kolaborasi yang efektif antara anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya
pelayanan pasien yang berkualitas.

Kolaborasi dokter dan perawat di tempat kerja dapat diwujudkan melalui komunikasi yang
baik serta menghormati profesi satu sama lain. Pengambilan keputusan dilakukan dengan
saling bekerja sama dalam kelompok sehingga akan menciptakan sebuah tim kerja yang baik
yang akhirnya memiliki komitmen bersama untuk menyediakan layanan yang
komprehensif.Selain itu penerapan kolaborasi dokter dan perawat perlu dilakukan bersama
dari kedua belah pihak agar dapat meningkatkan mutu pelayanan dimana mereka bekerja.
Peningkatan pendidikan perawat dan komunikasi yang baik antara tim dan pasien untuk
bekerja, dan untuk meningkatkan praktik kolaborasi perlu menjadi komitmen bersama antara
pemimpin (struktural) dan fungsional (profesi kesehatan)

15
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat dapat ditarik kesimpulan bahwa kolaborasi adalah hubungan
kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien/klien dalam
melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling
berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya.

Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-masalah tentang klien dan untuk
meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim serta untuk mengidentifikasi
cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien. Agar hubungan kolaborasi dapat optimal, semua
anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama.

5.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu dalam memberikan asuhan keperawatan perawat
harus berkolaborasi dengan tim medis lainnya, karena jika tidak ada kolaborasi antara
perawat dan tim medis yang lain maka perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepda pasien tidak akan berjalan dengan baik.

16

Anda mungkin juga menyukai