PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan fisik lansia akan mempengaruhi tingkat kemandirian. Kemandirian adalah
kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pda orang lain, tidak terpengaruh pada orang
lain dan bebas mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang baik individu maupun
kelompok dari berbagai kesehatan atau penyakit (Lerner, 1976). Orem (2001)
menggambarkn lansia sebagai suatu unit yang juga menghendaki kemandirian dalam
mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraanya. Factor yang memperngaruhi tingkt
kemandiriran lansia dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari, seperti: usia,
mobilitas, dan mudah jatu (Nugroho, 2008).
Menurut World Health Organization (WHO), lansia merupakan individu yang berusia 60
tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual (Martono, 2010).
Uraian yang jelas mengenai derajat kebugaran pasien atau penurunan kapasitas fungsional
yang dibuat berdasarkan masalah medis maupun psikososial adalah penting. Penilaian
fungsional ini mencakup penentuan kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas dasar
kehidupan sehari-hari (ADL-activities of daily living) yang diberlukan bagi perawatan diri
sendiri, dan juga kemampuan untuk mengerjakan tugas yang lebih komples bagi kehidupan
yang independen yaitu aktivitas instrumental kehidupan sehari-hari (IADL-instrumental
activities of daily living).
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan teori BADL dan IADL
2. Menjelaskan pengukuran IADL
i
BAB II
PEMBAHASAN
iii
3. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.
4. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu
luang.
iv
intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan emosi dapat
mengganggu dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal
seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam penampilan
peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan Activity of Daily Living
(Hardywinoto, 2007).
e. Tingkat stress
Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam kebutuhan. Faktor
yang dapat menyebabkan stress (stressor), dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau
dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti
injuri atau psikologi seperti kehilangan.
f. Ritme biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur lingkungan fisik
disekitarnya dan membantu homeostasis internal (keseimbangan dalam tubuh dan
lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam.
Perbedaaan irama sirkardian membantupengaturan aktivitas meliputi tidur, temperatur
tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama sirkardian
diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap, seperti cuaca yang
mempengaruhi Activity of Daily Living.
g. Status mental
Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status mental akan
memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu. Seperti yang diungkapkan
oleh Cahya yang dikutip dari Baltes, salah satu yang dapat mempengaruhi
ketidakmandirian individu dalam memenuhi kebutuhannya adalah keterbatasan status
mental. Seperti halnya lansia yang memorinya mulai menurun atau mengalami gangguan,
lansia yang mengalami apraksia tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan–kebutuhan dasarnya (Hardywinoto, 2007).
h. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen lansia yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat salah satunya
adalah posyandu lansia. Jenis pelayanan kesehatan dalam posyandu salah satunya adalah
pemeliharan Activity of Daily Living. Lansia yang secara aktif melakukan kunjungan ke
v
posyandu, kualitas hidupnya akan lebih baik dari pada lansia yang tidak aktif ke
posyandu (Pujiono, 2009).
Sedangkan menurut Sugiarto (2005) ADL terdiri dari aspek motorik yaitu kombinasi
gerakan volunter yang terkoordinasi dan aspek propioseptif sebagai umpan balik gerakan
yang dilakukan.
ADL dasar dipengaruhi oleh :
a. ROM sendi
b. Kekuatan otot
c. Tonus otot
d. Propioseptif
e. Persepti visual
f. Kognitif
g. Koordinasi
h. Keseimbangan
Adapun juga faktor-faktor yang memperngaruhi penurunan Activities Daily Living adalah
(Hadiwynoto, 2005):
a. Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga
b. Kapasitas mental
c. Status mental seperti kesedihan dan depresi
d. Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh
e. Dukungan anggota keluarga
vi
3) Kelenturan
4) Keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga dapat mencegah terjadinya
kecelakaan (jatuh)
5) Kelincahan gerak
2. Manfaat psikologis
a. Dampak langsung dapat membantu:
1) Memberi perasaan santai
2) Mengurangi ketegangan dan kecemasan
3) Meningkatkan perasaan senang
b. Dampak jangka panjang dapat meningkatkan:
1) Kesegaran jasmani dan rohani secara utuh
2) Kesehatan jiwa
3) Fungsi kognitif
4) Penampilan dan fungsi motoric
5) Keterampilan
3. Manfaat sosial
a. Dampak langsung dapat membantu:
1) Pemberdayaan usia lanjut
2) Peningkatan intregitas sosial dan kultur
b. Dampak jangka panjang meningkatkan:
1) Keterpaduan
2) Hubungan kesetiakawanan social
3) Jaringan kerja sama sosial budaya
4) Pertahanan peranan dan pembentukan peran baru
5) Kegiatan antargenerasi
vii
a. Mandi
1. Mandiri : bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau ektremitas
yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.
2. Bergantung : bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar
dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri.
b. Berpakaian
1. Mandiri : mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan pakaian,
mengancing / mengikat pakaian.
2. Bergantung : tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian.
c. Toileting
1. Mandiri : masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan genitalia
sendiri.
2. Bergantung : menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan menggunakan
pispot.
d. Berpindah
1. Mandiri : berpindah dari tempat tidur, bangkit dari kursi sendiri.
2. Bergantung : bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan sesuatu atau perpindahan.
e. Kontinen
1. Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.
2. Bergantung : inkontinesia persial atau total yaitu menggunakan kateter dan pispot,
enema dan pembalut/pampers.
f. Makanan
1. Mandiri : mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.
2. Bergantung : bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya,
tidak makan sama sekali, dan makan parenteral atau melalui Naso Gastrointestinal
Tube (NGT).
Adapun penilaian hasil dari pelaksanaan Activity of Daily Living seperti tercantum dalam
tabel berikut.
viii
F. Langkah-Langkah Mempertahankan Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia
1. Latihan kepala dan leher
a. Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada
b. Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiri
c. Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri.
2. Latihan bahu dan lengan
a. Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga kemudian turunkan kembali perlahan-
lahan
b. Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan lurus dengan bahu.
Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk kemudian angkat lengan
keatas kepala.
c. Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah punggung sejauh
mungkin yang dapat dicapai. Bergantian tangan kanandan kiri.
d. Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas sedapatnya.
3. Latihan tangan
a. Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan ke meja
b. Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan telapak tangan untuk
menyentuh jari kelingking. Kemudian tarik kembali. Lanjutkan dengan menyentuh
tiap-tiap jari dengan ibu jari dan kemudian setelah menyentuh tiap jari.
c. Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari selurus mungkin.
ix
4. Latihan punggung
a. Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi kemudian kesisi yang lain.
b. Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh dengan melihat bahu
kekiri dan kekanan..
c. Tepukan kedua tangan dibelakang dan regangkan kedua bahu ke belakang.
5. Latihan paha
a. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak dan memegang sandaran kursi atau
dengan posisi tiduran.
b. Lipat satu lutut sampai pada dada dimana kaki yang lain tetap lurus, dan tahan
beberapa waktu.
c. Duduklah dengan kedua kaki lurus kedepan. Tekankan kedua lutut pada tempat tidur
hingga bagian belakang lutut menyentuh tempat tidur.
d. Pertahankan kaki lurus tanpa membengkokan lutut, kemudian tarik telapak kaki kearah
kita dan regangkan kembali.
e. Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakan lutut.
f. Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki kedalam sehingga permukaannya
saling bertemu kemudian kembali lagi.
g. Berdiri dengan kaki lurus dan berpegangan pada bagian belakang kursi. Angkat tumit
tinggi-tinggi kemudian putarkan.
6. Latihan pernafasan
Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks. Letakkan kedua telapak
tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas dalam-dalam maka terasa dada mengambang.
Sekarang keluarkan nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan akan menutup
kembali.
7. Latihan muka
a. Kerutkan muka sedapatnya kemudian tarik alis keatas
b. Tutup mata kuat-kuat, kemudian buka lebar-lebar
c. Kembangkan pipi keluar sebisanya. Kemudian isap kedalam
d. Tarik bibir kebelakang sedapatnya, kemudian ciutkan dan bersiul
x
G. Jenis Olah Raga / Latihan
Beberapa contoh olah raga yang dapat dilakukan oleh usia lanjut dalam mempertahankan
Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia, antara lain :
a. Pekerjaan Rumah dan Berkebun
Kegiatan ini dapat memberikan suatu latihan yang dibutuhkan untuk menjaga kesegaran
jasmani, tetapi harus dilakukan secara tepat, agar nafas sedikit lebih cepat, denyut jantung
lebih cepat dan otot menjadi lelah. Akan tetapi perlu selalu dikontrol terhadap
peningkatan denyut nadi jangan sampai melebihi batas maksimal.
b. Jalan Kaki
Berjalan baik untuk meregangkan otot – otot kaki dan bila jalannya makin lama makin
cepat, akan bermanfaat bagi daya tahan tubuh. Bila anda memilih jenis ini sebaiknya
dilakukan pada pagi hari antara pukul 5 – 6, dikala udara masih bersih dan segar. Lokasi
terbaik adalah daerah perkebunan atau pegunungan yang jauh dari asap kendaraan
bermotor, pabrik yang menyebabkan polusi udara.
c. Berenang
Berenang akan melatih pergerakan seluruh tubuh. Latihan ini lebih baik lagi untuk orang
– orang yang mengalami kelemahan otot atau kaku sendi, asalkan dilakukan secara
teratur.
d. Lompat Tali
Melompat tali mempunyai beberapa keistimewaan, menggerakkan tali secara berirama
menggerakkan tubuh bagian atas lebih banyak daripada lari perlahan
xi
Pada 5 menit terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat. Pemanasan dimaksud untuk
mengurangi cedera dan mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta dalam proses
metabolisme yang meningkat.
2. Latihan inti
Latihan inti bergantung pada komponen/faktor yang dilatih. Gerakan senam dilakukan
berurutan dan dapat diiringi oleh musik yang disSesuaikan dengan gerakannya. Untuk lansia
biasanya dilatih:
a. Daya tahan (endurance);
b. Kardiopulmonal dengan latihan-latihan yang bersifat aerobik;
c. Fleksibilitas dengan peregangan;
d. Kekuatan otot dengan latihan beban;
e. Komposisi tubuh dapat diatur dengan pengaturan pola makan latihan aerobik kombinasi
dengan latihan beban kekuatan.
3. Pendinginan (cooling down)
Dilakukan secara aktif. Artinya, sehabis latihan inti perlu dilakukan gerakan umum yang
ringan sampai suhu tubuh kembali normal yang ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan
terhentinya keringat. Pendinginan dilakukan seperti pada pemanasan,yaitu selama 8-10
menit.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktifitas
pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain: ke toilet, makan, berpakaian
(berdandan), mandi, dan berpindah tempat . (Hardywinito & Setiabudi, 2005). Sedangkan
menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien
lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari. Skala ADL terdiri
atas skala ADL dasar atau Basic Activities of Daily Living (BADL), Instrumental or Intermediate
xii
Activities of Daily Living (IADL) dan Advanced Activities of Daily Living (AADL). Skala ADL
dasar mengkaji kemampuan dasar seseorang untuk merawat dirinya sendiri (self care) dan hanya
mewakili rentang (range) yang sempit dari kinerja (performance) (Sainsbury dkk., 2005). ADL
terdiri atas dasar, instrumental, vokasional, dan non vokasional.
Indeks ADL Barthel merupakan suatu indeks yang sederhana yang bermanfaat untuk
mengidentifikasi perbaikan atau perburukan dari waktu ke waktu suatu penyakit. Indeks ADL
Barthel bertujuan untuk menilai tingkat kemandirian fungsional/ketergantungan dari sepuluh
ADL terutama yang berhubungan dengan perawatan pribadi dan mobilitas dalam pengaturan
klinis (Husna, 2010). Sainsbury (2006) menyatakan bahwa Indeks ADL Barthel merupakan
metode pengukuran yang paling direkomendasikan untuk mengukur ADL dasar. Penelitian yang
dilakukan oleh Agung (2006) juga telah membuktikan bahwa Indeks Barthel merupakan
instrumen ukur yang paling handal dan sahih untuk menilai status fungsional lansia di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
xiii