Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEBUTUHAN PERSEPSI SENSORI I

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebutuhan Persepsi Sensori Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh : 1. Ahmad Hanafi 2. Fida Husain 3. Dieta Suryaningsih 4. Inneke Septiani 5. Intan Cahya Alfiana 6. Miski Fahmiatul Masruroh 7. Putri Kumalasari 8. Risqi Nurcahyani 9. Rosalia Aini Labah 10. Thatit Sinubawardani (22020111130037) (22020111130030) (220201111300) (220201111300) (220201111300) (22020111140) (22020111130048) (220201111300) (22020111130063) (220201111300)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013

DAFTAR ISI

BAB I A. PENDAHULUAN B. TUJUAN

BAB II A. Materi Kognitif dan Memori 1. Menjelaskan tentang proses kognitif dan memori secara normal. a. Proses Kognitif Pengertian kognitif menurut behavioural neurology, adalah suatu proses dimana semuamasukan sensori (taktil, visual, dan audiotorik) akan diubah, diolah,

disimpan dan selanjutnya digunakan untuk hubungan interneuron secara sempurna sehingga individu mampu melakukan penalaran terhadap masukan sensoris tersebut.Proses kognitif adalah proses untuk memperroleh pengetahuan didalam kehidupan yang diperoleh melalui pengalaman, pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman indrawi. Proses kognitif melibatkan berbagai indra dirubuh kita, yaitu penglihatan, penciuman, perabaan, pengecapan, dan pendengaran, disamping kesadaran dan perasaan. Hasil dari proses kognitif disebut kognisi. Bagian diotak kita yang mengatur proses kognitif adalah korteks serebral. Korteks serebral terdiri atas dua bagian yaitu belahan otak kiri (hemisfer kiri) dan belahan otak kanan (hemisfer kanan). Kedua hemisfer tersebut masing-masing mempunyai kekhususan dalam proses kognitif. Hemisfer kann mengontrol pemrosesan informasi spasial dan visual. Sementara itu hemisfer kiri mengontrol kegiatan berbahasa dan proses kognitif yang lain.

b. Proses memori Memori adalah kemampuan untuk menyimpan, mempertahankan dan mengingat kembali informasi dan pengalaman. Memori merupakan konstruksi yang dibuat berdasarkan keinginan dan pengaruh dari dalam diri maupun dari luar. Memori memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Jika kita lakuakan aktivitas berfikir maupun menalar maka sebagian besar kita menggunakan fakta dari memori atau ingatan kita. Memori sering disertai dengan perasaan dan emosi. Tidak semua peristiwa yang kita alami disimpan dalam memori kita, untuk dapat diambil dan digunakan kembali. Oleh karena itu memori bersifat selektif. Terdapat tiga tahap utama dalam pembuatan memori yaitu : a. Encoding atau registration Merupakan tahapan menerima, mengolah, dan menggabungkan informasi yang diterima. b. Storage atau penyimpanan. Merupakan tahap menyimpan hasil berupa catatan permanen dari hasil register (encoding) c. Retrieval (recall) Merupakan tahapan memanggil kembali memori yang disimpan untuk diguankan dalam proses kegiatan.

Didalam proses penyimpanan terdapat dua jenis memori yaitu memori jangka pendek (memori primer) dan memori jangka panjang (memori sekunder). a. Memori jangka pendek (memori primer) Memori yang menyimpan item-item untuk waktu yang singkat hingga 30 detik tanpa pengulangan. Melibatkan pemrosesan informasi pada tataran concisious. Memori jenis ini tidak sapat ditingkatkan melalui latihan, memori ini dapat ditingkatkan melalui proses chucking, misalnya dengan mengingat beberapa digit nomer telepon. Memori ini hanya menyimpan untuk sementara atau bentuk penyandian dalam bentuk frasa atau kata, memori ini lalu dikirim ke memori jangka panjang dan jika tidak dikirim maka akan hilang selamanya. b. Memori jangka panjang (memori sekunder) Merupakan memori yang memiliki kemampuan penyimpanan yang permanen, menyimpan informasi yang teratur. Memori yang disimpan di short term memory ditransfer ke memori ini untuk penyimpanan dalam jangka waktu lama. Menurut Santrock memori dibagi menjadi 3 yaitu : a. Sensory memory atau sensory register Merupakan pintu masuk memori, ingatan dalam memori ini hanya bertahan sekitar 1 detik. b. Short term memory Dalam memori ini ingatan hanya bertahab selama 20-30 detik saja. c. Long term memory Merupakan memori yang menyimpan ingatan dalam waktu yang lama. Proses perpindahan informasi hingga menjadi memori yaitu :

skema pembentukan memori Dapus: Bloom F.E. 1998. Brain, Mind and Behaviour 2nd ed. New York : W.H. Freeman Wade, C.,Travis, C. 2009. Psikologi Jilid 2 ed 9. Jakarta : Erlangga

2. Menjelaskan tentang perkembangan kognitif , sensori dan memori pada anak.

B. Materi kasus Definisi Demensia Menurut Patrik Davey (2005), demensia adalah gangguan global fungsi kognitif dengan tingkat kesadaran yang normal, berbeda dengan acute confusional state di mana tingkat kesadarannya ikut terganggu. Sementara itu menurut Watson (1993) dalam Chris (2008) demensia berarti kegilaan atau ketidakwarasan adalah suatu label yang diberikan pada sejumlah penyakit yang menyebabkan, bukan kegilaan, tetapi menyebabkan kehilangan fungsi kognitif secara progresif. Jadi dimensia merupakan suatu sindrom klinis, meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari-hari. Menurut Chris (2008), demensia terjadi secara progresif, tetapi pada tahap awal bersifat ringan, dengan sedikit kehilangan memori yang dianggap oleh pasien dan orng dekat (teman dan keluarga) karena efek penuaan. Perubahan kepribadian yang samar dapat terjadi dan dapat terlihat perubahan perilaku. Pasien dengan demensia dapat melupakan diri mereka sendiri dan dapat memusuhi atau bersikap agresif terhadap orang-

orang yang pernah dekat dengan mereka. Pada tahap tengah demensia ini mencakup kehilangan pengetahuan tentang hal-hal yang dilarang dalam masyarakat (termasuk seksual) yang menyebabkan situasi memalukan bagi orang-orang disekitar pasien. Apabila pasien tetap aktif, dapat menyebabkan situasi yang berbahaya, misalnya tersesat, memindahkan malam menjadi siang dengan terjaga sepanjang malam dan berkeluyuran di sekitar rumah serta melakukan perilaku berulang. Pada tahap lanjut, ketergantungan fisik sangat tinggi dan mungkin mengharuskan individu dibawa ke perawatan institusional. Kriteria derajat demensia: a. Ringan : walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas social, kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan hygiene personal cukup dan penilaian umum baik b. Sedang : hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat suportivitas c. Berat : aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak

berkesinambungan, inkoheren.

Penyebab Demensia Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar: a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal. Pada golongan ini tidak ditemukan atrofi serebri, mungkin kelainan terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimia pada sistem enzim, atau pada metabolism seperti yang ditemukan pada penyakit Alzheimer dan demensia senilis. b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati. Penyebab utama dalam golongan ini diantaranya: 1) Penyakit degenerasi spino-sebelar 2) Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert 3) Khorea Huntington 4) Penyakit Jacob-creutzfeld dll c. Sindroma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan ini diantaranya: 1) Penyakit cerebro kardiofaskuler 2) Penyakit-penyakit metabolic 3) Gangguan nutrisi 4) Akibat intoksikasi menahun

5) Hidrosefalus komunikans Penyebab umum demensia menurut Patrick Davey (2005) yaitu: 1. Penyakit Alzheimer Penyakit Alzheimer menyebabkan demensia alzheimer. Penyakit Alzheimer ini 60% menyebabkan kepikunan atau demensia dan diperkirakan akan meningkat terus. Menurut Isselbacher ( ) Pada sebagian besar kasus, insight hilang dini, dan kegagalan intelektual dianggap karena usia tua atau kesalahan. Beberapa pasien tidak mempunyai keluhan spontan tetapi menjadi terganggu jika tidak dapat menjawab pertanyaan yang sederhana. Kehilangan dini dan spontanitas dan inisiatif sering terjadi. Pasien mengorbankan hobi dan tidak berminat dalam kontak social san pembicaraan. Gejala klasik penyakit demensia Alzheimer adalah kehilangan memori (daya ingat) yang terjadi secara bertahap, termasuk kesulitan menemukan atau menyebutkan kata yang tepat, tidak mampu mengenali objek, lupa cara menggunkan benda biasa dan sederhana, seperti pensil, lupa mematikan kompor, menutup jendela atau menutup pintu, suasana hati dan pribadi berubah. Stadium awal demensia Alzheimer ditandai dengan gejala yang sering diabaikan dan disalah artikan sebagai usia lanjut atau bagian dari normal dari proses penuaan. Umumnya menunjukkan gejala kesulitan dalam berbahasa, mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna, disorientasi waktu dan tempat, sering tersesat di tempat yang bisa dikenal, kesulitan mempuat keputusan, kehilangan inisiatif dan motivasi, dan kehilangan minat dalam hobi dan agitasi. Stadium menengah ditandai dengan proses penyakit berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata. Pada stadium ini, klien mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dan menunjukan gejala sangat mudah lupa terutama untuk peristiwa yang baru dan nama orang, tidak dapat mengelola kehidupan sendiri tanpa timbul masalah, sangat bergantung pada orang lain, semakin sulit berbicara, membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri (ke toilet, mandi dan berpakainan), dan terjadi perubahan perilakku serta adanya gangguan kepribadian. Stadium lanjut atau demensia berat ditandai dengan ketidakmandirian dan inaktif total, tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi atau defekasi), menunjukan perilaku tidak wajar dimasyarakat, akhirnya bergantung dikursi roda atau tempat tidur. Penyebab demensia Alzheimer kemungkinan disebabkan adanya afaktor genetok, radikal bebas, toksin amiloid, pengaruh logam alumunium dan akibat infeksi virus. Penyakit Alzheimer muncul sebagai gejala perubahan perilaku, kognisi, dan perubahan aktivitas

hidup sehari-hari sehingga keluarga dan orang terdekat mengenali perubahan tersebut. Faktor predisposisi danresiko dari penyakit Alzheimer (keturunan), kelamin, pendidikan, sindrom Down, fertilitas yang kurang, kandungan alumunium pada air minum dan defisiensi kalsium. 2. Demensia vascular Anamnesis menunjukkan perkembangan bertahap dari gangguan kognitif dan tanda neurologis fokal pada sesorang dengan faktor risiko yang sesuai. Cara berjalan dengan langkah kecil dan kaki yang diangkat merupakan tnda khasnya. Memori tidak terlalu terganggu dibandingkan dengan gangguan pada kerja visuopersepsi. MRI menunjukkan atrofi dengan lesi vascular difusi pada substansi putih dan abu-abu (ensefalopati Binswanger merupakan bukti CT adanya infark substansi putih, dengan demensia, pada pasien hipertensi dengan stroke). Menurut Mitchell (2008), sebagian kelainan yang dapat menyebabkan demensia meliputi: a. Vaskulitis b. Kombinasi infark yang meliputi mikroinfark yang terbesar luas atau infark luas dengan lokasi yang strategis (mengenai hippocampus, bagian dorsomedial thalamus atau korteks frontalis yang mencakup girus cinguli) c. Jejas substansia alba yang difusi dengan disertai hipertensi (penyakit Binswanger). 3. Demensia frontotemporal Pada demensia frontotemporal (FTD) terdapat perubahan kepribadian yang nyata dan berkembang sindrom diseksekutif, yaitu penderita tidak memiliki kemauan untuk memulai kegiatan apapun atau juga bisa sebaliknya dimana mereka mengalami disinhibisi nyata. Beberapa fungsi yang tetap ada seperti memoru menjadi tanda diagnostic. MRI menunjukkan adanya atrofi frontal dan atau temporal. FTD bersifat heterogen dalam etiologi dan termasuk penyakit Pick. FTD lain merupakan hasil mutasi pada protein tau yang berhubungan dengan mikrotubulus. Menurut Mitchell (2008) Sebagian kasus tidak memperhatikan endapan tau, pada pasienpasien tersebut neuron menunjukkan badan inklusi yang tau negative, dan ubikuitin positif dalam lapisan korteks superficial lobus temporalis serta frontalis dan dalam girus dentatus. Kasus-kasus lainnya tidak memperhatikan adanya badana inklusi yang spesifik, tetapi menunjukan atrofi korteks dan gliosis thalamus. Pola jenis ini diberi nama dementia lacking distinctive histology (DLDH).

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KASUS Tanda-tanda gangguanj bicara Tn. D umur 65 tahun tinggal bersama anak dan menantu serta dua orang cucu. Anak Tn. D merasa kesal karena tiga bulan terakhir Tn. D sering lupa jalan pulang ketika pergi ke masjid. Sedangkan pada enam bulan yang lalu Tn.D mudah lupa pada kejadian yang baru saja terjadi. Tn. D pernah menderita stroke tiga tahun yang lalu dan hipertensi sejak berumur 50 tahun.

PENGKAJIAN 1. Biodata Klien Nama Umur Jenis Kelamin Agama Status Pendidikan Pekerjaan Suku Alamat : Tn D : 65 tahun : Laki-Laki : Islam : Menikah : SMA : Pensiunan PNS : Jawa : Jalan Menteri Supeno no. 3 Semarang

Identitas Penanggung Jawab Nama Umur Pekerjaan Alamat Hubungan : Anak D : 25 tahun : PNS : Jalan Menteri Supeno no. 3 Semarang : Anak

2. Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang Klien mengalami gangguan memori sejak 3 bulan terakhir. Klien sering lupa jalan pulang . klien mengalami hipertensi sejak umur 50 tahun

Riwayat Keehatan Dahulu Klien mengalami stroke 3 tahun yang lalu. 3. Pengkajian Kebutuhan dasar klien 3.1 Aktifitas dan Latihan Klien mengalami kesulitan saat melakukan aktivitas sehari-hari . Keluarga mengatakan klien sering melupakan aktivitas yang baru dilakukan. 3.2 Tidur dan Istirahat Klien mengalami sukar tidur , klien merasa cemas saat berbaring. Klien mengeluh sering terbangun di tengah malam dan sukar tidur kembali. 3.3 Kenyamanan dan nyeri Tidaka adanya ganguan kenyamanan dan nyeri 3.4 Nutrisi Klien tidak memiliki selera makan atau makan hanya sedikit. 3.5 Eliminasi fekal Tidak ada gangguan 3.6 Eliminasi Urin Tidak terganggu

4. Pemeriksaan Fisik 4.1 Tanda Tanda Vital Nadi : 60-70 kali/menit TD : 160/100 mmHg Suhu : 37oC RR : 16 kali/menit

4.2 Kepala dan Rambut Warna rambut putih dan terdapat adanya uban. Rambut bersih tidak ada kutu dan ketombe. 4.3 Sistem Pernafasan Frekuensi pernafasan 16 kali/menit, tidak ada suara nafas suara tambahan, klien tidak menggunakan alat bantu nafas. 4.3 Sistem persarafan 4.3.1. Kesadaran Tingkat kesadraan klien normal, tidak ada gangguan kesadaran. 4.3.2. Komunikasi Klien mengalami hambatan dalam berkomunikasi, dapat berbicara dalam kalimat tetapi ada disorientasi tempat, dan waktu.

Analisis No DS : - Keluarga mengatakan klien sering lupa jalan pulang dari masjid - Keluarga mengatakan klien sering kali lupa peristiwa/akivitas yang barus saja 1 terjadi, misalnya klien mengatakan belum makan padahal 30 menit sebelumnya klien sudah makan DO : - Klien terlihat bingung saat ditanya kegiatan yang dilakukan 2 jam sebelumnya DS : DO : 2 - Klien kesulitan untuk menyusun kalimat - Klien mengalami disorientasi waktu Hambatan komunikasi verbal Perubahan sistem saraf pusat Hambatan komunikasi visual berhubungan dengan perubahan sistem saraf pusat Kerusakan memori Gangguan neurologis Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis Data Masalah Keperawatan Etiologi Diagnosa

dan tempat

BAB IV ANALISA JURNAL

Beberapa metode yang digunakan pada kasus demensia antara lain adalah meditasi dan terapi psikososial. Terapi untuk mengurangi peningkatan gejala-gelaja dari demensi. Terapi psikososial meliputi bimbingan hidup, rekreasi, terapi musik, terapi okupasi, terapi seni, terapi berkebun, terapi kenangan dan lebih banyak lagi (Yang, 2009) Terapi musik memiliki efek positif terhadap kognitif, kebiasaan dan kulalitas psikososial pada lansia dengan demensia (Brotons & Pickett-Copper, 1996). Selain itu dapat meningkatkan fungsi bahasa, memori, dan orientasi (Aldridge, 1994; McCloskey, 1985; Reigler, 1980; Smith, 1986; Wylie, 1990). Apresiasi musik, permainan instrumen musik, dan bernyanyi mungkin digunakan untuk meningkatkan rasa realita dari perilaku pikun pasien demensia. Seperti yang laporkan oleh Smith bahwa aktifitas bermusik akan meningkatkan fungsi kognitif dari pasien demensia. Reaksi linguistik meliputi reaksi verbal, perhatian, dan memiliki sebuah tujuan. Macam-macam aktifitas songwriting meliputi (Choi, 2004) : a. Mengisi lagu yang kosong b. Menulis kembali lirik c. Membuat variasi lagu d. Membuat ketukan e. Menulis lirik f. Membuat melodi g. Membuat improvisasi lagu baik dari narasinya atau dengan instrumen musiknya h. Membuat komposer Songwriting memiliki efek (OCallaghan, 1997) : a. Ekspresi kreatif dari bahasa dan musik b. Lebih mudah dibandingkan menulis pada umumnya c. Meningkatkan peluang untuk berbahagia d. Untuk memahami dari lirik yang ada dalam lagu e. Proses dalam pemilihan kreatifitas menggunakan musik dan bahasa f. Menawarkan kesempatan untuk konseling g. Memberikan kenyamanan dari melodi lagu secara tak terduga h. Proses untuk membuat musik, bahasa, dan ekspresi emosional

i. Sebagai proses untuk mengekspresikan rasa dengan cara menulis lirik sendiri untuk membuat lagu yang baik. j. Untuk membantu rasa bangga dari lirik dan musik yang mereka buat Indikasi penggunaan songwriting (Ficken, 1976; Freed, 1987; Glassman, 1991; Montello, 2003; OCallaghan, 1997; Silber & Hes, 1995) : a. Pasien dengan kanker b. Pasien dengan keterbelakangan mental c. Pasien dengan trauma otak d. Orangtua dengan rawat jalan e. Pasien dengan penyalahgunaan obat Prosedur songwriting : 1. Siapkan lagu yang cocok untuk pasien 2. Songwriting a. Mendiskusikan tentang lagu b. Mengisikan lirik lagu yang kosong dari hasil diskusi yang telah dilakukan c. Membuat lirik baru d. Membuat ritme e. Menampilkan lagu yang telah diimprovisasi 3. Tibal balik a. Memberikan timbal balik dari lagunya seperti menyanyikan lagu yang telah ditulis b. Menyanyikan dengan instrumen atau dengan gerakan atau dengan memainkan permainan dengan lagu tersebut. Kesimpulan Penelitian menunjukkan bahwa songwriting digunakan dalam terapi musik untuk memperbaiki fungsi kognitif bagi orangtua dengan gangguan demensia, khususnya yang terkait dengan bahasa, memori dan orientasi.

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Hong, In sil. Min Joo Choi. (2011). Songwriting oriented activities improve the cognitive functions of the aged with dementia.

Lampiran Jurnal

Anda mungkin juga menyukai