Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR AKTIVITAS

DAN ISTIRAHAT PADA NY. R DI RUANG LONTARA 1


RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

OLEH:
DARTI D., S.KEP
70900122045

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

( ) (Ahmad J, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.MB)

PROFESI NERS ANGKATAN XXII


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena dengan ridho-Nya lah
kami dapat menyusun serta dapat menyelesaikan laporan pendahuluan pemenuhan
kebutuhan dasar aktivitas dan istirahat ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa
juga kami haturkan untuk Rasulullah Muhammad SAW, beserta pengikut beliau dari
dahulu, sekarang, hingga hari akhir.
Ucapan terima kasih juga tak lupa kami ucapkan kepada preseptor institusi dan
preseptor lahan selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta pengajaran
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini. Kami
menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyelesaikan
laporan ini tetapi, kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembacanya.
Karena itu kami mohon kritik serta saran yang membangun agar dalam pembuatan
laporan kedepannya bisa menjadi lebih baik.

Makassar, 27 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT................................1
A. Definisi aktivitas dan istirahat...............................................................................1
B. Fisiologi aktivitas dan istirahat..............................................................................2
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi aktivitas dan istirahat........4
D. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada aktivitas dan istirahat.......5
E. Penyimpangan KDM.............................................................................................6
BAB II RENCANA ASUHAN KLIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN
AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT......................................................................................7
A. Pengkajian.............................................................................................................7
B. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul.....................................................9
C. Intervensi.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20

ii
BAB I
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
A. Definisi aktivitas dan istirahat
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi
oleh semua orang. Istirahat dan tidur yang cukup, akan membuat tubuh baru dapat
berfungsi secara optimal. Istirahat berarti suatu keadaan tenang, relaks, tanpa
tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Beristiraht bukan berarti tidak
melakukan aktivitas sama sekali. Berjalan-jalan ditaman juga bias dikatakan
sebagai suatu bentuk istirahat (Fatmayanti et al., 2022).
Istirahat adalah bersantai menyegarkan diri atau diam dan taka da kegiatan.
Pengertian lainnya adalah melepaskan diri dari apapun yang membosankan,
menyulitkan atau menjengkelkan serta mengurangi kegiatan sehingga badan terasa
segar kembali. Keadaan istirahat tersebut tidak sampai tertidur (Fatmayanti et al.,
2022).
Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun. Tidur dikategorikan dengan aktifitas fisik yang
minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan
penurunan respon terhadap stimulus eksternal. Hampir sepertiga dari waktu
individu digunakan untuk tidur. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa
tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah seharian beraktivitas,
mengurangi stres dan kecemasan, serta dapat meningkatkan kemampuan dan
konsenterasi saat hendak melakukan aktivitas sehari-hari (Fatmayanti et al., 2022).
Pada kondisi sakit, orang memerlukan waktu yang lama di tempat tidur
sehingga mereka mempunyai masalah dalam menjaga aktivitas/gerakan. Perawat
perlu membantu pasien untuk menjaga kemampuan bergerak serta untuk mencegah
penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat keadaan kurang bergerak (imobil).
Banyak aspek-aspek pergerakan yang perlu diketahui oleh perawat untuk menjaga
keseimbangan pergerakan dalam keperawatan antara lain : gerakan setiap
persendian, postur tubuh, latihan, dan kemampuan seseorang dalam melakukan
suatu aktivitas. Latihan ialah suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkan
untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh. Latihan dapat

1
memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan
kekuatan dan fleksibilitas otot (Risnah et al., 2022).
B. Fisiologi aktivitas dan istirahat
Fisiologis aktivitas dan istirahat terjadi menjadi beberapa bagian yakni:
1. Fisiologi tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak,
yaitu reticular activating system (BSR) dan bulbar synchronizing region (BSR).
Ras di bagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimulus visual,
pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan proses berfikir. Ras
melepaskan katekolamin pada saat sadar, sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR (Fatmayanti et al., 2022).
2. Ritme sirkadian
Mahluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Bioritme
pada manusia dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan
(misalnya: cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Bentuk
bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus
selama 24 jam. Fluktuasi denyut jantung, tekanan darah, temperatur, sekresi
hormon, metabolisme, dan penampilan serta perasaan individu bergantung
pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang
sangat kompleks. Sinkronisasi sirkadian terjadi jika individu memiliki pola
tidur bangun yang mengikuti jam biologisnya: individu akan bangun pada saat
ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme
tersebut paling rendah (Fatmayanti et al., 2022).
3. Tahapan tidur
Penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat elektro ensefalogram
(eeg), elektro okulogram (eog), dan elektrokiogram (emg), diketahui ada dua
tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement (nrem) dan rapid eye movement
(rem) (Rosyaria & Khairoh, 2019):

2
a. Tidur gelombang lambat/nonrapid eye movement (nrem)
Perubahan selama proses nrem tampak melalui elektroen sefalografi
dengan memperlihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur
nrem. Tahap terhadap, yaitu: kewaspadaan penuh dengan gelombang beta
yang berfre-kuensi tinggi dan bervoltase rendah; istirahat tenang yang
dapat diperlihatkan pada gelombang alfa; tidur ringan terjadi karena terjadi
perlambatan gelombang alfa ke jenis beta atau delta yang bervoltase
rendah. Tahapan tidur jenis nrem dibagi menjadi 4 tahap yaitu (Rosyaria &
Khairoh, 2019):
1) Tahap i
Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri
sebagai berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa
mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi
nadi dan napas sedikit menurun, serta dapat bangun segera selama
tahap ini berlangsung sekitar 5 menit.
2) Tahap 2
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun dengan ciri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap,
denyut jantung dan frekuensi napas menurun, temperatur tubuh
menurun, metabolisme menurun, serta berlangsung pendek dan
berakhir io- 15 menit.
3) Tahap 3
Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi
napas, dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini disebabkan oleh
adanya dominasi system saraf parasimpatis sehingga sulit bangun.
4) Tahap 4
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung
dan pernapasan turun, jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak bola
mata cepat, sekresi iambung menurun, dan tonus otot menurun

3
b. Tidur paradoks/rapid eye movement (rem)
Tidur yang berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20
menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100
menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur
sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur rem adalah sebagai
berikut biasanya disertai dengan mimpi aktif; lebih sulit dibangunkan
daripada selama tidur nrem; pada orang dewasa normal rem yaitu 20-25%
dari tidur malamnya; tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan,
menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi
retikularis; frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur; pada
otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur; mata cepat
tertutup dan terbuka, nadi cepat dan ireguler, tekanan darah meningkat
atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme meningkat;
tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam
Belajar, memori, dan adaptasi (Rosyaria & Khairoh, 2019).
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi aktivitas dan istirahat
Berbagai organisasi dibidang kesehatan gencar mencanangkan untuk
meningkatkan aktivitas fisik individu. Pasalnya aktivitas fisik memiliki manfaat
kesehatan yang signifikan bagi hati, tubuh dan pikiran. Upaya untuk
mempromosikan aktivitas fisik difokuskan pada identifikasi faktor penentu dan
merancang intervensi yang efektie banyak faktor yang mempengaruhi seseorang
untuk memulai atau mempertahankan kegiatan tersebut (Saputra et al., 2022)..
Menurut (Seefeldt et al., 2002) dalam (Saputra et al., 2022), secara garis
besar, faktor yang mempengaruhi tingkat aktivitas fisik dapat dibedakan menjadi
dua yaitu:
1. Faktor yang tidak dapat diubah
a. Usia
Semakin tinggi usia, partisipasi dalam melakukan aktivitas fisik semakin
menurun. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh (lee et al., 2016), setelah
usia pubertas, tingkat aktivitas fisik seseorang menurun

4
b. Jenis kelamin
Beberapa studi menemukan bahwa, laki-laki lebih banyak berpartisipasi
dalam melakukan aktivitas fisik dari pada perempuan. (park, 2014)
melakukan studi terkait aktivitas fisik, jenis kelamin dan peringkat nilai di
sekolah, menemukan bahwa siswa laki-laki dengan peringkat yang lebih
rendah memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi daripada siswa
perempuan dengan peringkat tinggi. Selain itu, penelitian ini juga
menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat sekolah maka tingkat
aktivitas fisik semakin menurun. Hal ini dikarenakan stress yang didapat
dari belajar dan tugas sehari-hari.
2. Faktor yang dapat dimodifikasi
Dalam hal ini, perilaku yang dimaksud adalah perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan. Sebagai contoh, konsumsi alkohol, merokok,
penggunaan narkotika dan kebiasaan sarapan. Individu yang selalu sarapan,
tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol memiliki tingkat aktivitas fisik
yang lebih tinggi. Perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat (merokok,
mengonsumsi alkohol dan narkotika) merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat aktivitas fisik dan kesehatan mental.
D. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada aktivitas dan istirahat
Berbagai gangguan yang bisa didapatkan dari tidak terpenuhinya kebutuhan
aktivitas dan latihan yaitu gangguan sirkulasi dan penyakit jantung, gejala depresi
dan gangguan mental, nyeri otot, obesitas dan osteoporosis. Tingkat aktivitas fisik
yang rendah merupakan salah satu faktor risiko utama kematian akibat penyakit
tidak menular (non-communicable disease). Seseorang yang fisiknya tidak aktif
memiliki risiko kematian 20%-30% lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang
cukup aktif (WHO) (Saputra et al., 2022).

5
E. Penyimpangan KDM

6
BAB II
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. Riwayat aktivitas dan olahraga
b. Toleransi aktivitas
c. Jenis dan frekuensi olahraga
d. Faktor yang mempengaruhi mobilitas
e. Pengaruh imobilitas
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kesejajaran tubuh
Mengidentifikasi perubahan postur tubuh akibat pertumbuhan dan
perkembangan normal. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi pasien
dari lateral, anterior, dan posterior guna mengamati:
1) Bahu dan pinggul sejajar
2) Jari-jari kaki mengarah ke depan
3) Tulang belakang lurus, tidak melengkung ke sisi yang lain
b. Cara berjalan
Dilakukan untuk mengidentifikasi mobilitas klien dan risiko cedera akibat
jatuh
1) Kepala tegak, pandangan lurus, dan tulang belakang lurus
2) Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu daripada jari kaki
3) Gaya berjalan halus, terkoordinasi
c. Penampilan dan pergerakan sendi
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi, palpasi, serta pengkajian rentang gerak
aktif atau rentang gerak pasif. Hal-hal yang dikaji yaitu :
1) Adanya kemerahan/pembengkakan sendi.
2) Deformitas
3) Adanya nyeri tekan
4) Krepitasi

7
5) Peningkatan temperatur di sekitar sendi.
6) Perkembangan otot yang terkait dengan masing-masing sendi.
7) Derajat gerak sendi
d. Kemampuan dan keterbatasan gerak
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1) Bagaimana penyakit klien mempengaruhi kemampuan klien untuk
bergerak. Adanya hambatan dalam bergerak (terpasang infus, gips)
2) Keseimbangan dan koordinasi klien
3) Adanya hipotensi ortostatik
4) Kenyamanan klien
5) Kekuatan dan massa otot
Mengkaji kekuatan dan kemampuan klien untuk bergerak, langkah ini
diambil untuk menurunkan risiko tegang otot dan cedera tubuh baik pada
klien maupun perawat. Di bawah ini tingkat kekuatan otot :
Skal
Kekuatan (%) Ciri-ciri
a
0 0 Parlisis total
Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya
1 10
kontraksi
Gerakan otot penuh menentang grativasi,
2 25
dengan sokongan
3 50 Gerakan normal menentang gravitasi
Gerakan normal penuh menentang
4 75
gravitasi dengan sedikit tahanan
Gerakan normal penuh menentang
5 100
gravitasi dengan tahanan penuh

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto rontgen
Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi, dan perubahan
hubungan tulang

8
b. CT scan tulang
Mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit
untuk dievaluasi (misalnya : asetabulum)
c. MRI
Untuk melihat abnormalitas (tumor, penyempitan jalur jaringan lunak
melalui tulang)
d. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah dan urin : memberikan informasi mengenai masalah
musculoskeletal primer atau komplikasi yang terjadi (infeksi)
e. Pemeriksaan HB : (biasanya lebih rendah bila terjadi perdarahan akibat
trauma).
B. Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) diagnosis keperawatan yang
dapat muncul pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan dasar aktivitas dan
istirahat yaitu :
Diagnosis 1: Intoleransi aktivitas
a. Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Mengeluh lelah
Objektif: Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi sehat
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
1) Dispnea saat/setelah aktivitas

9
2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3) Merasa lemah
Objektif:
1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2) Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas
3) Gambaran EKG menunjukan iskemia
4) Sianosis
e. Kondisi Klinik Terkait
1) Anemia
2) Gagal jantung kongesif
3) Penyakit jantung koroner
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK)
7) Gangguan metabolik
1) Gangguan muskuloskeletal
Diagnosis 2: Gangguan mobilitas fisik
a. Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri
b. Penyebab
1) Kerusakan integritas struktur tulang
2) Perubahan metabolisme
3) Ketidakbugaran fisik
4) Penurunan kendali otot
5) Penurunan massa otot
6) Penurunan kekuatan otot
7) Keterlambatan perkembangan
8) Kekakuan sendi
9) Kontraktur
10) Malnutrisi

10
11) Gangguan muskuloskeletal
12) Gangguan neuromuskular
13) Indeks masa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
14) Efek agen farmakologis
15) Program pembatasan gerak
16) Nyeri
17) Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik
18) Kecemasan
19) Gangguan kognitif
20) Keengganan melakukan pergerakan
21) Gangguan sensoripersepsi
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif:
1) Kekuatan otot menurun
2) Rentang gerak (ROM) menurun
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
1) Nyeri saat bergerak
2) Enggan melakukan pergerakan
3) Merasa cemas saat bergerak
Objektif:
1) Sendi kaku
2) Gerakan tidak terkoordinasi
3) Gerakan terbatas
4) Fisik lemah
e. Kondisi Klinis Terkait
1) Infeksi saluran napas
2) Stroke
3) Cedera medula spinalis
4) Trauma

11
5) Fraktur
6) Osteoarthirtis
7) Ostemalasia
8) Keganasan
Diagnosis 3: Keletihan
a. Definisi
Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan
istirahat
b. Penyebab
1) Gangguan tidur
2)  Gaya hidup monoton
3) Kondisi fisiologis (mis. penyakit kronis, penyakit terminal, anemia.
malnutrisi, kehamilan) ‘
4) Program perawatan/pengobatan jangka panjang
5) Peristiwa hidup negatif
6) Stres—berlebihan
7) Depresi
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
1) Merasa energi tidak putih walaupun telah tidur
2) Merasa kurang tidur
3) Mengeluh lelah
Objektif:
1) Tidak mampu mempertahankan aktivitas rutin
2) Tampak lesu
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
1) Merasa bersalah akibat tidak mampu menjalankan tanggung jawab
2) libido menurun
Objektif: Kebutuhan istirahat meningkat
e. Kondisi Klinik Terkait

12
1) Anemia
2) Kanker
3) Hipotiroidisme/Hipertirodisme
4) AIDS
5) Depresi
6) Menopause
Diagnosa 4: Gangguan pola tidur
a. Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
b. Penyebab
1) Hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar, suhu
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak familiar dengan peralatan tidur
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
1) Mengeluh sulit tidur
2) Mengeluh sering terjaga
3) Mengeluh tidak puas tidur
4) Mengeluh pola tidur berubah
5) Mengeluh istirahat tidak cukup
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
e. Kondisi Klinis Terkait
1) Nyeri/kolik
2) Hypertirodisme
3) Kecemasan

13
4) Penyakit paru obstruktif kronis
5) Kehamilan
6) Periode pasca partum
7) Kondisi pasca operasi
C. Intervensi
Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dan (Tim Pokja SLKI DPP
PPNI, 2018) intervensi keperawatan dan standar luaran yang dapat muncul pada
pasien dengan pemenuhan kebutuhan dasar aktivitas dan istirahat yaitu :
Diagnosis 1: Intoleransi aktivitas (D.0056)
Luaran utama : Toleransi aktivitas (L.05047)
Tujuan: Meningkatnya respon terhadap aktivitas yang membutuhkan tenaga
Kriteria hasil:
1. Keluhan Lelah menurun
2. Dispnea saat aktivitas menurun
3. Dispnea setelah aktivitas menurun
4. Frekuensi nadi meningkat
Intervensi Keperawatan : Manajemen energi (I.05178)
Observasi :
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
c. Monitor pola tidur dan jam tidur
d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Rasional :
1) Untuk mengetahui apa yang menyebabkan kelelahan
2) Untuk mengetahui kelelahan fisik dan emosional klien
3) Untuk mengetahui pola tidur dan jam tidur klien
4) Untuk mengetahui lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
Terapeutik :
a. Sedlakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)

14
b. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
d. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Rasional :
1) Untuk merangsang kenyamanan pasien
2) Untuk mencegah adanya luka tekan
3) Dengan aktivitas distraksi dapat menenangkan keadaan klien
4) Agar pasien tetap bisa beraktivitas
Edukasi :
a. Anjurkan tirah baring
b. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala tidak berkurang
d. Anjurkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Rasional :
1) Untuk membuat pasien bisa beristirahat
2) Supaya klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap
3) Agar rencana tindakan selanjutnya bisa dilakukan
4) Supaya klien dapat melakukan strategi koping untuk mengurangi
kelelahannya

Diagnosis 2: Gangguan mobilitas fisik (D.0054)


Luaran utama: Mobilitas fisik (L.05042)
Tujuan: Meningkatnya kemampuan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri
Kriteria hasil:
1. Pergerakan ekstremitas meningkat
2. Kekuatan otot meningkat
3. Rentang gerak (ROM) meningkat
Intervensi Keperawatan : Dukungan Mobilisasi (I.05173)
Observasi :
a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

15
b. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
c. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
d. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Rasional :
1) Untuk mengetahui adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2) Untuk mengetahui toleransi fisik melakukan pergerakan
3) Untuk memantau frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
4) Untuk memantau kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik :
a. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis: pagar tempat tidur)
b. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
c. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Rasional :
1) Untuk mengetahui aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
2) Agar pasien bisa melakukan pergerakan
3) Agar pasien bisa mendapatkan dukungan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi:
a. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
b. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
c. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis: duduk di tempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
Rasional:
1) Agar pasien bisa mengetahui tujuan dan prosedur mobilisasi
2) Agar pasien bisa melakukan pergerakan
3) Agar pasien bisa melakukan aktivitas sederhana

Diagnosis 3: Keletihan
Luaran utama: Tingkat keletihan (L.05046)

16
Tujuan: Tingkat keletihan menurun berarti kapasitas kerja fisik dan mental yang
tidak pulih dengan istirahat menurun
Kriteria hasil:
1. Verbalisasi kepulihan energi meningkat
2. Tenaga meningkat
3. Kemampuan melakukan aktivitas rutin meningkat
4. Verbalisasi Lelah menurunLesu menurun
Intervensi Keperawatan : Edukasi aktivitas dan istirahat (I.12362)
Observasi : Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Rasional : Untuk mengetahui kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
a. Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
b. Jadwalkan pemberian Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
c. Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
Rasional :
1) Agar pasien mendapatkan materi dan media pengaturan aktivitas dan
istirahat
2) Agar pasien memiliki pengetahuan terkait masalah kesehatannya
3) Agar pasien memiliki pengetahuan tambahan
Edukasi :
a. Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
b. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau aktivitas
lainnya
c. Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
d. Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis: kelelahan, sesak napas
saat aktivitas)
e. Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan
Rasional :
1) Untuk mengetahui pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara
rutin
2) Agar pasien memiliki aktivitas latihan

17
3) Untuk meminimalisir keletihan pasien
4) Untuk mengetahui kebutuhan istirahat
5) Untuk mengetaui target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan

Diagnosis 4: Gangguan pola tidur (D.0055)


Luaran utama: Pola tidur (L.05045)
Tujuan: Keadukuatan kualitas dan kuantitas tidur
Kriteria hasil:
1. Keluhan sulit tidur menurun
2. Keluhan sering terjaga menurun
3. Keluhan tidak puas tidur menurun
4. Keluhan pola tidur berubah menurun
5. Keluhan istirahat tidak cukup menurun
Intervensi Keperawatan : Dukungan tidur (I.05174)
Observasi :
a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis)
c. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. Kopi, teh,
alkohol, mel mendekati tidur, minum banyak air sebelum tidur)
d. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Rasional :
1) Untuk mengetahui pola aktivitas dan tidur
2) Untuk mengetahui faktor pengganggu tidur
3) Untuk mengetahui makanan dan minuman yang mengganggu tidur
4) Identifikasi obat yang dikonsumsi
Terapeutik :
a. Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan, suhu, matras, dan tempat tidur)
b. Batas waktu tidur siang, jika perlu
c. Fasilitas menghilangkan stres sebelum tidur
d. Tetapkan jadwal tidur rutin

18
e. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
f. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk mendukung siklus
tidur-terjaga
Rasional :
1) Untuk memberikan kenyamanan saat ingin beristirahat
2) Agar mampu tidur nyenyak saat malam hari, jika perlu
3) Agar pasien bisa nyaman saat ingin tertidur
4) Untuk mengontrol waktu tidur pasien
5) Agar pasien mudah terlelap
6) Untuk mendukung pengaturan pola tidur pasien
Edukasi :
a. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
b. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
c. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur
d. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mnengandung supresor terhadap
tidur REM
e. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis.
psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)
f. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya
Rasional :
1. Agar pasien mengetahui pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Agar pasien bisa terkontrol waktu tidurnya
3. Agar pasien mudah terlepas
4. Agar pasien bisa tidur dengan mudah
5. Agar pasien bisa menghindari hal-hal yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidurnya
b. Agar pasien bisa nyaman saat ingin tertidur

19
DAFTAR PUSTAKA
Fatmayanti, A., Murharyati, A., Aulia, S. S., Noflidaputri, R., Mogan, M., Wijayanti, I.,
Nugrawati, N., & Wahyuni, S. (2022). Kebutuhan Dasar Manusia. Get Press.
Risnah, risnah, Musdalifah, M., Amal, A., Nurhidayah, N., & Rasmawati, R. (2022).
Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (I. Muhammad
(ed.)).
Rosyaria, A., & Khairoh, M. (2019). Effleurage Massage Aromatherapy Lavender
Sebagai Terapi Kualitas Tidur Malam Ibu Hamil. Jakad Media Publishing.
Saputra, A. W., Fuadi, D. F., Hayuningrum, C. F., Nesi, & Syafitri, P. K. (2022).
Monograf Pengabdian Masyarakat Peran dan Risiko Aktivitas Fisik pada
Kesehatan Masyarakat di Era Digital. PT Scifintech Andrew Wijaya.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia;
Definisi dan Indikator Diagnostik. DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia;
Definisi dan Tindakan Keperawatan. DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

20

Anda mungkin juga menyukai