PERTUSIS
DISUSUN OLEH :
1. Adi Prastiyo
2. Hesti Triasmulyani
3. Pradisa
4. Silvi Ayu
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pertusis”. Adapun tujuan penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah Keperawatan Anak.
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini kami dibantu, dibimbing, dan
didukung dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih
kepada pihak yang telah membantu sehingga dapat terselesaikannya makalah ini,
terutama pada :
Penyus
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit ini sering disebut juga sebagai batuk rejan atau batuk serratus
hari berupa infeksi saluran napas yang disebebkan oleh bakteri Bordetella
Pertusis. Penyakit ini sangat berbahaya pada bayi, penularan umumnya terjadi
melalui udara (Batuk/bersin). Bakteri ini menghasilkan racun yang melekat
pada saluran napas, dan radang paru (Pneumonia).
Gejala khas Pertusis yaitu batuk yang terus menerus (sukar berhenti).
Karena penumpukan lender di saluran napas, pada saat batuk muka menjadi
merah atau kebiruan dan mutah kadang-kadang bercampur darah, batuk
diakhiri dengan kerikan napas panjang dan dalam dan juga berbunyi
melengking. Batuk ini bias berlangsung selama 10 minggu.
Bayi dan anak prasekolah mempunyai resiko terbesar (paling sering
mengenai bayi kurang dari 1 tahun) untuk terkena pertussis, termasuk
komplikasinya dan kematian, komplikasi utama yang sering ditemukan adalah
radang paru dan gangguan fungsi otak karena kekurangan oksigen. Kematian
dapat juga terjadi karena bayi/anak tersedak dan sulit bernapas.
Pada tahun 2000, diperkirakan 39 juta kasus terjadi dan 297.000 kasus
berdampak pada kematian didunia. Pencegahannya dengan vaksin DPT.
Pertussis masih merupakan penyebab terbesar kematian dan kesakitan pada
anak terutama dinegara berkembang. (World Health Organization) WHO
memperkirakan kurang lebih 600.000 kematian disebabkan pertussis setiap
tahunnya terutama pada bayi yang tidak diimunisasi. Dengan perkembangan
kemajuan antibiotic dan program imunisasi maka mortalitas dan morbiditas
penyakit ini mulai menurun. Imunisasi amat mengurangi resiko terinfeksi,
tetapi infeksi ulang dapat terjadi. Jika diderita bayi, penyakit ini merupakan
penyakit yang gawat dengan kematian 15% sampai 30%. Pada anak-anak
penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi pengobatan terhadap
penyakit ini sulit dan lama, serta memerlukan biaya yang cukup tinggi karena
pengobatannya yang cukup lama
1
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar Mahasiswa/i dan masyarakat lebih mengetahui tentang pengertian
pertussis
2. Tujuan Khusus
a. Agar Mahasiswa/i dan masyarakat mengetahui tentang pengertian
pertussis
b. Agar Mahasiswa/i dan masyarakat mengetahui tentang etiologi pertussis
c. Agar Mahasiswa/i dan masyarakat mengetahui tentang patofisiologi
pertussis
d. Agar Mahasiswa/i dan masyarakat mengetahui tentang patoflow
pertussis
e. Agar Mahasiswa/i dan masyarakat mengetahui tentang manifestasi klinis
pertussis
f. Agar Mahasiswa/i dan masyarakat mengetahui tentang pemeriksaan
penunjang pertussis
g. Agar Mahasiswa/i dan masyarakat mengetahui tentang penatalaksanaan
medis pertussis
h. Agar Mahasiswa/i dan masyarakat mengetahui tentang pencegahan
pertussis
i. Agar Mahasiswa/i mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan pertussis
C. Metode Penulisan
1. Studi Kepustakaan
Penulisan menggunakan beberapa buku untuk dijadikan referensi dalam
penyelesaian makalah ini
2. Browsing Internet
Pencarian melalui teknologi yaitu teknologi informasi yang sangat
membantu pekerjaan manusia.
3
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini dibuat secara sistematis dalam 3 bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
Metode penulisan dan sistematika penulisan
BAB II : Pembahasan, pengertian pertussis, etiologi pertussis, patofisiologi
Pertussis, patoflow pertussis, manifestasi klinis pertussis,
Pemeriksaan penunjang pertussis, penatalaksanaan medis pertussis
Pencegahan pertussis dan asuhan keperawatan dengan klien
Pertussis
BAB III : Penutup, Terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pertussis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat
menular, ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat
spasmodic dan paroksimal disertai nada yang meninggi, karena penderita
berupaya keras untuk menarik napas sehingga pada akhirnya batuk sering
disertai bunyi khas (whoop) sehingga penyakit ini disebut whooping cough.
(Rampengan, 2008)
Pertussis (Whooping Cough, batuk rejan) adalahinfeksi akut yang
mengenai system pernafasan dengan gejala batuk kuat dan Panjang. Pada era
pravaksin penyakit ini sering menimbulkan kematian pada bayi. Setelah
dilakukan vaksinasi prevelensi menjadi sangat berkurang. (Widagdo, 2011)
Pertussis adalah infeksi saluran pernafasan akut berupa batuk yang sangat
berat atau intensif. Nama lain tussis quinta, whooping cough, batuk rejan. (Obi
Andareto, 2015)
B. Etiologi
Penyebab pertussis adalah Bordetella Pertusis. Penyebab yang lain (5%)
yaitu B. Parapertusis, B. Bronchiseptica, adalah patogen pada binatang,
sedangkan pada manusia adalah jarang dan biasanya pada anak dengan
immunocompro mized. Batuk yang protacted juda dapat disebabkan oleh
mikoplasma, patainfluensa, adenovirus, respiratory syneytral virus, dan entro
virus.
Brodetella Pertusis dapat mati dengan pemanasan pada suhu 55 derajat
celcius selama 30 menit, tetapi bertahan pada suhu rendah 0-10 derajat celcius.
Kuman ini menghasilkan dua macam toksin, yaitu :
1. Toksin tidak tahan panas (Heat Labile Toxin)
2. Endotoksin (Lipopolisakarida)
Disamping itu dapat pula mengandung beberapa factor enzim, yaitu :
1. Faktor Sensitivitas Histamin
4
5
2. Faktor Limfositosis
Secara morpologi terdapat beberapa kuman yang menyamai Bordetella
Pertusis seperti Bordetella Parapertusis dan Bordetella Bronchiseptica. Untuk
membedakan jenis-jenis kuman ini, dilakukan dengan reaksi aglutinasi yang
khas atau tes tertentu.
C. Patofisiologi
Peradangan terjadi pada lapisan mukosa saluran napas, dan organisme
hanya akan berkembang biak jika terdapat kongesti dan infiltrasi mukosa
berhubungan dengan epitel bersilia dan menghasilkan toksin seperti
endotoksin, pertusirogen, toxin heat labile, dan kapsul antifagositik oleh
limfosit dan leukosit untuk polimorfonuklir yang disusun dengan nekrosis yang
mengenai lapisan bagian tengah bronkus, tetapi bronkopnemonia disertai
nekrosis dan pengelupasan epitel permukaan bronkus. Obstruksi bronkiolus
dan atelaksi terjadi akibat dari penimbunan mucus. Akhirnya terjadi
bronkiektasis yang bersifat menetap.
Cara penularan : penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain
melalui percikan-percikan ludah penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat
pula melalui sapu tangan, handuk, dan alat-alat makan yang tercemar kuman-
kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita
pertussis dapat menularkan ke orang lain selama sampai 3 minggu setelah
batuk dimulai.
D. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 6-10 hari (rata-rata 7 hari), sedangkan perjalanan penyakit
ini verlangsung antara 6-8 minggu atau lebih. Perjalanan klinis penyakit ini
dapat berlangsung dalam 3 stadium.
1. Stadium kataralis = stadium prodromal = stadium pre paroksismal
2. Stadium akut paroksismal = stadium paroksismal = stadium spasmodic
3. Stadium konvalesens
Manifestasi klinis bergantung pada etiologi spesifik, umur dan status
imunisasi. Gejala pada anak yang berumur <2 tahun, yaitu batuk proksismal
6
untuk beberapa waktu dan akan menghilang sekitar 2-3 minggu pada
beberapa penderita akan timbul serangan batuk paroksismal kembali
dengan gejala whoop dan muntah-muntah. Episode ini terjadi berulang-
ulang untuk beberapa bulan bahkan bisa 1 atau 2 tahun, dan sering
dihubungkan dengan infeksi nafas bagian atas yang berulang.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : LED dan leukosit meningkat.
Pada stadium kataralis dan permulaan stadium plasmodik jumlah leukosit
meningkat antara 15.000 - 45.000 per mm³ dengan limfositosis. Diagnose
dapat diperkuat dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan napas yang
dikeluarkan pada waktu batuk.
2. Foto Thorax, CT Scan
3. Periksa sputum
F. Penatalaksanaan Medis
Anti mikroba pemakai obat-obatan ini dianjurkan pada stadium kataralis
yang dini. Eritromisiri merupakan anti mikroba yang sampai saat ini dianggap
paling efektif dibandingkan dengan amoxilin, kloramphenikol ataupun
tetrasiklin. Dosis yang dianjurkan 50 mg/kg bb/hari, terjadi dalam 4 dosis
selama 5-7 hari. Kortikorteroid.
1. Betametason oral dosis 0,075mg/kg bb/hari
2. Hidrokortison suksinat (sulokortep) dosis 30 mg/kg bb/hari, kemudian
diturunkan perlahan an dihentikan pada hari ke-8
3. Prednisone oral 2,5-5 mg/hari berguna dalam pengobatan pertussis
terutama pada bayi muda dengan seragam proksimal salbutamol.
G. Pencegahan
Diberikan vaksin pertussis yang terdiri dari kuman Bordetella Pertusis yang
telah dimatikan untuk mendapatkan imunitas aktif. Vaksin ini diberikan
Bersama vaksin difteri dan tetanus. Dosis yang dianjurkan 12 unit diberikan
pada umur 2 bulan. Kontra indikasi pemberian vaksin pertussis :
8
H. Pathway
10
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data subyek :
a. Paling banyak terdapat pada tempat yang padat penduduknya Usia
yang paling rentan terkena penyakit pertusis adalah anak dibawah usia
5 tahun
b. Cara penularanya yang sangat cepat
c. Imunisasi dapat mengurangi angka kejadian dan kematian yang
disebabkan oleh pertusis
d. Batuk ini disebabkan karena bordetella pertusis
e. Disalah satu Negara yang belum melaksanakan prosedur imunisasi
rutin, masih banyak terdapat penyakit pertusis
2. Data obyek :
a. Anak tiba-tiba batuk keras secara terus menerus
b. Batuk yang sukar berhenti
c. Muka menjadi merah
d. Batuk yang sampai keluar air mata
e. Kadang sampai muntah disertai keluarnya sedikit darah, karna batuk
yang sangat keras.
f. Biasanya terjadi pada malam hari
B. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d banyaknya mucus
2. Pola napas tidak efektif b/d dispnea
3. Resiko tinggi infeksi terhadap (penyebaran). Factor resiko ketidak
adekuatan pertahanan utama
4. Nyeri
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
11
C. Intervensi keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d banyaknya mucus.
Tujuan : Status ventilasi saluran pernafasan baik, dengan cara mampu
membersihkan secret yang menghambat dan menjaga kebersihan
jalan nafas.
Kriteria hasil :
a. Rata-rata pernafasan normal
b. Sputum keluar dari jalan nafas
c. Pernafasan menjadi mudah
d. Bunyi nafas normal
e. Sesak nafas tidak terjadi lagi
Intervensi :
a. Kaji frekuensi/ kedalamn pernafasan dan gerakan dada .
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal,dan gerakan dada tak
simetriks sering terjadi karena ketidak nyamanan gerakan dinding
dada dan/ cairan paru
b. Auskultasi area paru,catat area penurunan/tak ada aliran udara dan
bunyi napas atventisius misalnya krekes,mengi.
Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsulidasi
dengan cairan. Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat
juga terjadi pada area konsulodasi. Krekes,ronki,dan mengi terdengar
pada inspirasi dan/ ekspirasi pada respon terhadap pengumoulan
cairan, secret .
c. Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan/ bantu pasien
melakukan batuk, misalnya menekan dada dan batuk efektif.
Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-
paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan
jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas
paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi
duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan kuat.
d. Pengisapan sesuai indikasi
12
B. Saran
1. Untuk Mahasiswa
Agar setiap mahasiswa dapat mengerti dan paham cara mencegah pertussis
2. Untuk Institusi
Agar institusi dapat memfasilitasi buku-buku baru sesuai dengan teori
pertussis
3. Untuk Masyarakat
Agar masyarakat dapat lebih mengerti bagaimana mencegah agar tidak
terjadi penyakit pertussis.
16