DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH :
TH.2023/2024
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-nya tentunya kami
tidak akan sanggup untk menyelesaikan makalah ini dengan baik.shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti nantikan syafa'atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahkan nikmat sehat-
nya,baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia " Istirahat dan
Tidur ."
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.Untuk itu,penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi.Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Bukittinggi,Desember 2023
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I ....................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................................... 5
BAB
III .................................................................................................................................................
12
1. KESIMPULAN........................................................................................................... 12
2. SARAN........................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan
kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tidur ditandai dengan
aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, terjadi perubahan
proses fisiologis tubuh serta penurunan respon terhadap rangsangan dari luar
(Asmadi, 2008).
Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ± 1 jam dan pada fase ini biasanya
orang masih bisa mendengarkan suara di sekitarnya, sehingga dengan demikian
akan mudah terbangun dari tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai 4 (empat)
tahap yang masing-masing tahap di tandai dengan pola gelombang otak.
a. Tahap 1
Tahap ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang
mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan
relaks, mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan pernafasan
turun secara jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar diganti
dengan gelombang betha yang lebih lambat. Seseorang yang tidur pada tahap I
dapat di bangunkan dengan mudah. Ketika bangun seseorang merasa seperti
telah melamun.
b. Tahap 2
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus
menurun. Mata masih bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun
dengan jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai
dengan“sleep spindles” dan gelombang K komplek. Tahap II berlangsung
pendek dan berakhir dalam waktu 10 sampai dengan 15 menit. Pada tahap ini
merupakan periodetidur bersuara, kemajuan relaksasi, untuk bangun relatif
mudah.
c. Tahap 3
Pada tahap ini meliputi awal dari tidur dalam. Otot –otot dalam keadaan
santai penuh, kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut
mengalami penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik. Seseorang
menjadi lebih sulit dibangunkan dan jarang bergerak. Gelombang otak
menjadi lebih teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat.
Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
d. Tahap 4
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan
predominasi gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan
pernafasan turun. Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit
dibangunkan. (mengenai gambar grafik gelombang dapat dilihat dalam
gambar). Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM dan berakhir
dengan tidur REM. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
Pola / tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement =
Gerakan mata cepat). Tidur tipe ini disebut “Paradoksikal” karena hal ini
bersifat “Paradoks”, yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas
otaknya nyata. Tidur REM / Paradoks merupakan pola/tipe tidur dimana otak
benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas otak tidak disalurkan ke
arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap keadaan sekelilingnya
kemudian terbangun. Pola/tipe tidur ini, ditandai dengan perbedaan antara
mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur NREM dan tahap tidur REM
adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat diingat
kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya tak dapat
diingat. Jadi selama tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam
ingatan.
Mengigau atau bahkan mendengkur
Otot-otot kendor (relaksasi total)
Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
Perubahan tekanan darah
Gerakan otot tidak teratur
Gerakan mata cepat
Pembebasan steroid
Sekresi lambung meningkat
Ereksi penis pada pria
Tingkat
Pola Tidur Normal
Perkembangan/ Usia
Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh
Bayi baru lahir sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan
(0 – 1 bulan) pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-
60 menit.
Bayi Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama
(1 – 18 bulan) pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar
Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur
Toddler
pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus
(18 bulan – 3 tahun)
bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun
Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode
Pra Sekolah
terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5
(3 – 6 tahun)
tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.
Usia Sekolah Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu
(6 – 12 tahun) tidur relatif konstan.
Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.
(12 – 18 tahun)
Dewasa Muda Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur
(18 – 40 tahun) tahap I, 59% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III-IV.
Dewasa Pertengahan Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin
(40 – 60 tahun) mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.
Dewasa Tua Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV
(> 60 tahun) nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin
mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur
malam hari
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda – beda. Ada yang
kebutuhannya terpenuhi dengan baik, ada pula yang mengalami gangguan.
Seseorang bisa tidur atau tidak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
sebagai berikut:
a. Status Kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur
dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan
istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat
tidur dengan nyenyak. Misalnya pada klien yang menderita gangguan pada
sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak
mungkin dapat istirahat dan tidur (Asmadi, 2008).
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk
tidur. Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur
dengan nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan
menghambat seseorang untuk tidur. Keadaan lingkungan yang tenang dan
nyaman bagi seseorang dapat mempercepat terjadinya proses tidur (Hidayat,
2008).
c. Stress Psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur.
Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan
norepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi
tahap IV NREM dan REM (Asmadi, 2008).
d. Diet / Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses
tidur. Protein yang tinggi seperti pada keju, susu, daging, dan ikan tuna dapat
mempercepat proses tidur, karena adanya triptofan yang merupakan asam
amino dari protein yang dicerna (Hidayat, 2008). Sebaliknya minuman yang
mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur (Asmadi, 2008).
e. Gaya Hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat
menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang
berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek (Asmadi,
2008).
f. Obat – Obatan
Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang
dapat mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretic
menyebabkan seseorang insomnia, anti depresan dapat menekan REM, kafein
dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur,
golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan
narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk (Hidayat, 2008).
g. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk
tidur, yang dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu adanya keinginan untuk
menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur (Hidayat, 2008).
Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena faktor
mental seperti perasaan gundah atau gelisah. Ada tiga jenis insomnia:
Insomniainisial : Kesulitan untuk memulai tidur.
Insomnia intermiten : Kesulitan untuk tetap tertidur karena
seringnya terjaga.
Insomnia terminal : Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur
kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomniaanatara lain
misalnya: membaca, mendengarkan musik, dan tidur jika benar-benar
mengantuk.
Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul
saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa
turunan parasomnia antara lain sering terjaga(misalnya: tidur berjalan, night
terror), gangguan transisi bangun-tidur (misalnya: mengigau), parasomnia
yang terkait dengan tidur REM (misalnya: mimpi buruk), dan lainnya
(misalnya: bruksisme).
Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh
kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau
ginjal, atau karena gangguan metabolisme (misalnya: hipertiroidisme). Pada
kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping
untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari.
Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang
muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai
“serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui. Diduga
karena kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak
terkendalinya periode tidur REM. Alternatif pencegahannya adalah dengan
obat-obatan, seperti: amfetamin atau metilpenidase, hidroklorida, atau dengan
antidepresan seperti imipramin hidroklorida.
Deprivasi tidur
Deprivasi tidur adalah masalah yang dihadapi banyak klien akibat
disomnia. Penyebab dapat mencakup penyakit (misal: demam, sulit bernafas
atau nyeri), stress emosional, obat – obatan, gangguan lingkungan (misal
asuhan keperawtan yang dilakukan) dan keanekaragaman waktu tidur yang
terkait dengan waktu kerja. Dokter dan perawat cenderung mengalai deprivasi
tidur karena jadwal kerja yang panjang dan rotasi jam dinas.
Deprivasi tidur menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas tidur
serta ketidak konsistenan waktu tidur. Respon orang terhadap deprivasi sangat
bervariasi, gejala fisiologis : ptosis, penglihatan kabur, kekakuan motorik
halus, penurunan reflek, waktu respon melambat, penilaian menurun, aritmia
jantung. Gejala psikologisnya: bingung, peningkatan sensifitas nyeri, menarik
diri, apatis, rasa kantuk berlebihan, agitasi, hiperaktif, penurunan motivasi.
Enuresis
Enuresis adalah kencing/BAK yang tidak disengaja (mengompol).
Terjadi pada anak-anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki.
Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet
training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah enuresis
anatara lain: hindari stres, hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan
kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum tidur.
Night terror
Night terror adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6
tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga
dan berteriak, pucat dan ketakutan.
Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap aliran udara di hidung
dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor
yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran
napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar
jika dilewati udara pernapasan.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
II. SARAN
Kebutuhan istirahat dan tidur pada individu atau pasien dengan gangguan
istirahat dan tidur sangat diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Oleh karena itu, perawat harus mempunyai kompetensi yang baik terkait dengan
kebutuhan istirahat dan tidur. Sehingga proses pemulihan pasien dapat berjalan
dengan optimal.