Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP DASAR ASKEP ISTIRAHAT TIDUR


DAN FORMAT PENGKAJIAN ISTIRAHAT TIDUR

Di Susun Oleh :

Kelompok 6

 LL. Risky Trihadi Negara


 Putu Hendryk Rian Kusuma
 Adelia Puspita Dewi
 Liza Karlina
 Oni Suryani
 Eka Yas Nabila Putri
 Eka Rima Melati Suci
 Dini Ardiani
 Yurista Murti Sari

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAMSTUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya  sehingga kami dapat menyelesaikan makalahini yang di mana berjudulkan
“Konsep Dasar Askep Istirahat Tidur Serta Pengkajian Istirahat Tidur”.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Ilmu Keperawatan Dasar I, yang telah di
tugaskan terhadap kelompok kami. Semoga makalah ini dapat memberikan ilmu, informasi,
pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat  bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun terhadap kelompok kami.

Mataram, 17 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………i
Kata Pengantar………………………………………………………...ii
Daftar Isi………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………….………....………….1
B. Rumusan Masalah……………………………….…....………….....1
C. Tujuan………………………………………….…………………...1

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Askep Istirahat Tidur………………………….……2
B. Format Pengkajian Istirahat Tidur……………..…………………...3

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan…………………………………………….……….….14
B. Saran……………………………………………….………………14

DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar dapat mempertahankan status
kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu, proses tidur dapat memperbaiki berbagai
sel dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi
orang yang sedang sakit agar lebih cepat memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila
kebutuhan istirahat dan tidur tersebut tercukupi, maka jumlah energy yang diharapkan
untuk memulikan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan
sehari-hari  terpenuhi. Selain itu, orang yang mengalami kelelahan juga membutukan
istirahat dan tidur lebih dari biassanya. ( hidayat dan uliya, 2015)
Setiyo Purwanto  (2000) Dalam Jurnal Mengatasi Insomnia Dengan Terapi Relaksasi.
Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, rata-rata hampir
seperempat hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur. Tidur merupakan kebutuhan
bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat, tidur merupakan proses yang
diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel
tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk
beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh.

B. Rumusan masalah
1. Pengertian istirahat  dan tidur
2. Konsep dasar askep istirahat tidur
3. Format pengkajian istirahat tidur

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari istirahat
2. Untuk mengetahuhi faktor yang mempengaruhi tidur
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang akan di berikan pada masalah istirahat
dan tidur.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Askep Istirahat Tidur
1. Pengertian tidur
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan
oleh stimulus atau sensori yang sesuai. Dengan perkataan lain tidur merupakan suati
keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh dengan
ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih kepada suatu urutan siklus yang berulang.
Tidur memiliki ciri, yaitu adanya aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang
bervariasi, terdapatnya perubahan proses fisiologis, terjadinya penurunan respons
terhadap rangsangan dari luar. (Hidayat, 2008)

2. Fisiologi tidur
Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan hubungan
mekanisme serebral secara bergatian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak
untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis. Sitem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan
saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan
aktivitas  kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons.
Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating system (RAS) akan
melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberika
rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan, juga dapat menerima stimulasi
dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur,
terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berasal di pons dan batang
otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Sedangkan saat bangun
bergantungan dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem
limbik. Dengan demiian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau
perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.

3. Jenis-jenis Tidur
Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur. Pertama, jenis tidur yang
disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivkan retikularis. Jenis
tidur tersebut disebut dengan tir gelombang lambat karena gelombang otaknya sangat
lambat, atau disebut tidur nonrapid eye movement (NREM). Kedua, jenis tidur yang
disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak, meskipun
kegiatan otak mungkin tidak tertrkan secara berarti. Jenis tidur yang kedua disebut
dengan jenis tidur paradoks atau tidur rapid eye movement (REM).
a. Tidur gelombang lambat (slow wave sleep)/nonrapid eye movement (NREM).    
Tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, dengan gelombang
otak yang lebih lambat, atau juga dikenal dengan tidur nyenyak. Ciri-ciri tidur
nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi, atau tidur dengan gelombang delta.
Ciri lainnya adalah individu berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan dara
menurun, frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat,mimpi
berkurang, dan metabolisme menurun.
Perubahan selama proses NREM tampak melalui elektronsefalograi dengan
memperlihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur NREM. Tahap
tersebut, yaitu: kewaspadaan penuh dengan gelombang beta yang berrekuensi
tinggi dan bervoltase rendah; istirahat tentang yang dapat diperlihatkan pada
gelombang alfa; tidur ringan karena terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis
beta atau delta yang yang bervoltase rendah; dan tidur nyenyak gelombang
lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi dan berkecepatan 1-2 per detik.
Tahapan tidur jenis NREM (Widianti, 2011)
1) Tahap I
Tahapan ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri
sebagai berikut: rileks, maih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk,
bola mata bergerak dari samping ke sampng, frekuensi nadi dan nafas
sedikit menurun, serta dapat bangun segera selama tahap ini berlagsung
sekitar 5 menit.
2) Tahap II
Tahapan II merupakan tahap tidur ringan da n proses tubuh terus
menurun dengan ciri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap, denyut
jantung dan frekuensi napas menurun, temperatur tubuh menurun,
metabolisme menurun, serta berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
3) Tahap III
Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi
napas, dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini disebabkan oleh adanya
dominasi sistem saraf parasimpatis sehingga sulit untuk bangun.
4) Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung
dan pernapasan turun, jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak bola mata
cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun.
b. Tidur paradoks/ tidur rapid eye movement  (REM)
Tidur jenis ini berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit,
rata-rata timbul 90 menit. Priode pertama terjadi selama 800-100 menit. Namun
apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis
tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut:
1) Biasanya disetai dengan mimpi aktif
2) Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM
3) Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan inhibisi kuat
proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.
4) Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur.
5) Pada otot perifer, terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.
6) Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah
meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme
meningkat.
7) Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam
belajar, memori, dan adaptasi.

4. Fungsi dan Tujuan Tidur


Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun demikian, tidur
diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, dan kesehatan.
Selain itu, stres pada paru-paru, sistem kardiovaskuler, endrokrin dan lain-lainnya
juga menurun aktivitasnya. Energi yang tersimpan selama tidur dirahkan untuk
fungsi-fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek isiologis tidur,
pertama efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat  memulihkan kepekaan
normal dan keseimbangan di antara berbagai susunan saraf. Kedua, efek pada struktur
tubuh yang dapat memulihkan kesegaran da fungsi organ dalam tubuh, karena selama
tidur telah terjadi penurunan aktivitas organ-organ tubuh tersebut. (Widianti, 2011)

5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tidur


Kualitas dan kuantitas tidur diprngaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut
dapat menunjukan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah
istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini merupakan faktor yang dapat
memengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain (Widianti, 2011):
a. Penyakit
Sakit dapat memengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit
yang dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang disebabkan
olehb infeksi, terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan
keletihan, sehingga penderitanya membutuhkan lebih banyak waktu tidur
untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang menjadikan pasien
kurang tidur, bahkan tidak tidur.
b. Latihan dan kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak
tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut
terlihat pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai
kelelahan. Dengan demikian, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur
karena tahap tidur gelombang lambatnya (NREM) diperpendek.
c. Stres psikologis
Kondisi stres psikilogis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan
jiwa. Seseorang yang memiliki masalah psikologis akan mengalami
kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.

d. Obat
Obat juga dapat memengaruhi prose tidur. Beberapa jenis obat yang
memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretik yang dapat
menyebabkan insomnia; antidepresan yang dapat menekan REM; kafein yang
dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk
tidur; golongan beta bloker dapat berefek pada timbulnya insomnia; dan
golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur.
Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut akan
mempercepat proses terjadinya tidur karena dihasilkan triptofan. Triptofan
merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dapat membantu
kemudahan dalam tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang
dapat juga memengaruhi prose tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.
f. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaiknya, lingkungan yang tidak aman
dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan
sehingga mempengaruhi proses tidur.
g. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur,
sehingga dapat memengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk
tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur. (Widianti, 2011)

6. Pengkajian Istirahat Tidur


Seorang perempuan sedang dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan
panas tinggi, tidak bisa tidur karena merasa kepanasan dan adanya rasa kurang
nyaman. Hasil pengkajian didapatkan suhu tubuh 40°C, ekspresi muka kuyu, mata
cekung, pasien mengeluh tidak bisa tidur beberapa hari.
Pembahasan kasus : Asuhan keperawatan untuk pasien gangguan istirahat dan
tidur berhubungan dengan rasa aman dan nyaman.
1. Pengkajian
 Data subjektif :
 S mengeluh panas tinggi
 S tidak bisa tidur karena kepanasan
 S merasa kurang nyaman
 S sudah beberapa hari tidak bisa tidur
 Data objektif
 Suhu tubuh pasien 40°C
 Ekspresi muka kuyu
 Mata pasien cekung

2. Diagnosis keperawatan
Ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan istiharat dan tidur :
gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kenaikan suhu tubuh.

3. Rencana keperawatan

       

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil

       

1. Ketidakmampuan Tujuan : Setelah 1. Kaji suhu tubuh klien


pemenuhan kebutuhan dilakukan 1×24 jam 2. Atur prosedur
istiharat dan tidur : diharapkan kebutuhan keparawatan yang harus
gangguan rasa nyaman istirahat dan tidur dilakukan
berhubungan dengan pasien terpenuhi 3. Lakukan kompres untuk
kenaikan suhu tubuh dengan turunnya suhu menurunkan suhu tubuh
tubuh pasien pasien
  4. Penuhi rasa nyaman
Kriteria hasil : dengan cara :
 Berikan pasien
 
pakaian yang
 Suhu tubuh menyerap keringat
dalam batas 5. Anjurkan pasien untuk
normal (36,5- minum lebih banyak
37,5°C) 6. Beri pendidikan kesehatan
 Pasien dapat kepada pasien tentang
istirahat (± 6-8 gangguan istirahat dan
jam) tidur
 Tidak terlihat 7. Posisikan pasien untuk
tanda dehidrasi tidur dengan nyaman
(mata cekung, 8. Kolaborasi pemberian
muka kuyu) obat tidur
 Pasien terlihat 9. Monitoring lama waktu
nyaman dan pasien istirahat
lebih segar

 
4. Implementasi keperawatan

Hari/tgl/jam No.diagnosis Tindakan yang Hasil Tanda tangan


keperawatan dilakukan

Senin/ 26 1 Kaji suhu tubuh suhu tubuh


Desember pasien pasien tinggi
2016/ pkl. (39°C)
08.00

Pkl. 08.15 1 Lakukan Suhu tubuh


kompres pada pasien
pasien berangsur
normal

Pkl. 09.00 1 Penuhi rasa Pasien


nyaman dengan mengatakan
cara tubuhnya tidak
memberikan panas lagi dan
pasien pakaian terasa lebih
yang menyerap nyaman
keringat

Pkl 09.15 1 Posisikan Pasien terlihat


pasien untuk tidur dengan
tidur dengan nyaman
nyaman

5. Evaluasi

Hari/tgl/jam No. diagnosis Perkembangan Tanda


keperawatan tangan

Rabu/ 28 S : - Pasien mengatakan sudah


september tidak          kepanasan lagi
2016/ pkl.10.00 1
- Pasien mengatakan malam
hari sudah dapat tidur dengan
nyenyak

O : - Suhu tubuh pasien normal

- Pasien tidur malam 6 jam


- Pasien tidak terbangun-
bangun pada saat tidur
- Tidak terlihat adanya tanda-
tanda kurang tidur

A : Masalah teratasi

P : Rencana tindakan dihentikan


B. Intervensi Diagnosa Istirahat Tidur
1. Pola Tidur

2. Dukungan tidur
 Definisi :
- memfasalitasi siklus tidur dan terjaga dan teratur
 Tindakan
- Observarsi
1) Identifikasi pola aktifitas dan tidur
2) Identifikasi faktor peganggu tidur(fisik dan/atau spikologis)
3) Identifikasi makanan dan minuma yang meganggu tidur(mis. Kopi, teh,
alkohol, makanan makanan mendekati waktu tidur, minum banyak
sebelum tidur)
4) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi.
 Terepeutik
1) Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan ,kebisingan ,suhu ,matras , dan
tempat tidur)
2) Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3) Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
4) Tetapkan jadwal tidur rutin
5) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan(mis. Pijat, pengaturan,
posisi, trapi akupresur)
6) Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/ atau tndakan untuk menunjang siklis
tidur-terjaga.
 Edukasi
1) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3) Anjurkan menghindari makanan / minuman yang menganggu tidur
4) Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap
tidur REM
5) Ajarkan fakto-faktor yang berkontribuksi terhadap gangguan polaa tidur(mis.
Spikologis,gaya hidup,sering berubah shift berkerja)
6) Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya.

3. Gangguan Pola Tidur


 Definisi
- Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
 Penyebab
1) Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkngan,
pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
2) Kurang kontrol tidur
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
5) Ketiadaan teman tidur
6) Tidak fmiliar dengan peralatan tidur
 Gejala dan Tanda Mayor
- Subjektif Objektif
1) Mengeluh sulit tidur (tidak tersedia)
2) Mengeluh sering terjaga
3) Mengeluh tidak puas tidur
4) Mengeluh polatidur berubah
5) Mengeluh istirahat tidak cukup
 Gejala dan Tanda Minor
- Subjektif Objektif
1) Mengeluh kemampuan beraktivitas menurun (tidak tersedia)
 Kondisi Klinis Terkait
1) Nyeri / kolik
2) Hipertiroidsme
3) Kecemasan
4) Penyakit Paru Obstruktif Kronis
5) Kehamilan
6) Periode pasca partum
7) Kondisi pasca operasi

4. Kesiapan peningkatan tidur


 Definisi
- Pola penurunan kesadaran alamiah dan periodik yang memungkinkan istirahat
adekuat,mempertahankan gaya hidup yang diingikan dan dapat di tingkatkan.

 Gejala dan Tanda Mayor


- Subjektif
1) mengekpresikan keinginan untuk meningkatkan tidur
2) mengekspresikan perasaan cukup istirahat setelah tidur
 Gejala dan Tanda Minor
- Subjektif
1) Tidak menggunakan obat tidur
 Kondisi Klinis Terkait
1) Pemulihan pasca operasi
2) Nyeri kronis
3) Kehamilan(periode prenatal/posnatal)
4) Sleep apnea
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh semua
orang. Dengan istirahat dan tidur yang cukup,tubuh baru dapat berfungsi secara optimal.
Istirahat dan tidur sendiri memiliki makna yang berbeda pada setiap individu. Sedangkan 
tidut adalah Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, ratarata
hampir seperempat hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur.
Fisiologi Tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan
mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak
agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivitasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termaksuk pengaturan kewaspadaan dan tidur.
Ada dua jenis tidur yaitu tidur REM dan tidur NREM. Tidur REM (rapideye
movement) terjadi disaat kita bermimpi hal tersebut ditandai dengan tingginya aktivitas
mental, dan fisik. Sedangkan, Tidur non-REM memiliki empat tingkatan. Selama
tingkatan terdalam berlangsung (3 dan 4), orang tersebut akan cukup sulit dibangunkan.
Beranjak lebih malam, status tidur non-REM semakin ringan. Pada tingkat 4, tidur serasa
menyegarkan/ meguatkan. Selama periode ini, tubuh memperbaiki dirinya dengan
menggunakan hormon yang dinamakan somastostatin.

B. Saran
Menjaga pola istirahat  dan tidur dapat membantu terpenuhnya kebutuhan dasar 
manusia, maka mulai dari sekarang mari ita mengatur waktu agar kebutuhan istirahat dan
tidur dapat terpenuhi dan sesuai dengan kebutuhan setiap individu.
DAFTAR ISI

Asmadi. (2008). Jurnal Konsep Dasar Istirahat Dan Tidur. Jakarta, Hal.1-9

Hidayat, A.Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. (2015) pengantar kebutuhan


dasar manusia. Jakarta: Salemba Medika
         
Sri Rejeki, Sri Yuniarsih, Aeda Ernawati (2007)  Jurnal Persepsi perawat dan
pasien tentang kebutuhan Istirahat dan Tidur.

Acley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F (2017). Nursing Diagnosis Handbook, An
Evidence-Based Guide to Planning Care. 11 Ed. St. Louis: Elsevier.

Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016) Koizer & Erb,s Fundamentals of ). USA: Pearson
Education.

Anda mungkin juga menyukai