Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENCEGAHAN TBC (TUBUERKULOSIS) PADA MASYARAKAT LANSIA


DASAN KOLO BARU

Oleh :
Kelompok 4

Eka Rima Melati Suci Nurlailah


Elmiana Nofita Rosdiana
Julian Ade Kantari Oni Suryani
Kartika Pertiwi Riza Handayani
LL. Risky Trihadi Negara Widiya Setiani

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATARAM
2021
Pokok Bahasan : Upaya Pencegahan dan Penanggulangan TB

Sub Pokok Bahasan :

1. Pengertian TB
2. Penyebab Terjadinya TB
3. Gejala-Gejala TB
4. Pencegahan Penyakit TB
5. Pengobatan Penyakit TB

Sasaran : Masyarakat Lansia Dasan Kolo


Hari/Tanggal : Sabtu, 22 Januari 2022
Waktu : ±50 menit
Tempat : Dasan Kolo Baru Jl. Lingkar Selatan, Pagutan, Kec. Mataram
Penyuluh : Mahasiswa Semester III Prodi S1 Keperawatan Stikes Yarsi Mataram
Latar Belakang :

Penanggulangan penyakit menular TBC masih belum maksimal terutama dalam penemuan
kasus. Hal ini disebabkan karena masih adanya stigma tentang TBC, pemahaman dan
pengetahuan masyarakat tentang TBC masih rendah, sehingga banyak masyarakat yang takut
memeriksaan diri ke Puskesmas atau Rumah Sakit. Dalam aspek kesehatan diketahui semakin
bertambah tua umurnya, maka lansia yang mengalami keluhan kesehatan akan semakin banyak
(Darmojo, 2004). Sebanyak 37,11% penduduk pra-lansia (45-59 tahun) pernah mengalami
keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir, sementara lansia muda (60-69 tahun) sebesar 48,39%,
lansia madya (70-79 tahun) sebesar 57,65%, dan lansia tua (80-89 tahun) sebesar 64,01% yang
mengeluhkan kondisi kesehatannya. Selanjtnya, ditilik dari angka kesakitan (morbidity rates)
lansia yaitu terganggunya kegiatan sehari-hari sebagai akibat dari keluhan kesehatan yang
dideritanya. Angka kesakitan lansia tahun 2014 sebesar 25,05%, berarti bahwa sekitar satu dari
empat lansia pernah mengalami sakit dalam satu bulan terakhir (BPS, 2015).
Tujuan Umum
Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan selama ±30 menit, masyarakat dapat
melakukan pencegahan penularan dan menanggulangi penyakit TB.
Tujuan khusus
Diharapkan setelah mendapatkan penyuluhan, pasien Ny R dan keluarga mampu:

 Menyebutkan kembali pengertian TB.


 Menjelaskan faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit TB
 Menjelaskan gejala-gejala penyakit TB.
 Menerapkan upaya – upaya untuk pencegahan dan penanggulangan terjadinya penyakit TB.

Metode : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi

Media : Leaflet, Powerpoint, LCD, Banner, Absen


Strategi :

No Fase Kegiatan Audiens Waktu


1 Pre-Interaksi  Anggota  Menyiapkan tempat 5 menit
Mempersiapkan materi  Audiens mengisi absen
dan tempat duduk
audiens
 Anggota membagikan
absen kepada audiens
2 Interaksi  Moderator mengucapkan  Menjawab salam 10
salam  Menyimak menit
 Moderator
memperkenalkan diri
 Moderator
menyampaikan tujuan
umum dan tujuan khusus
 Moderator
menyampaikan susunan
acara
 Moderator melakukan
kontrak waktu dengan
audiens
3 Kerja  Moderator  Menjawab salam 30
mempersilahkan  Menyimak sambutan menit
sambutan dari Kepala  Tanya jawab
Lingkungan dan  Menyimak materi
Pembimbing Akademik yang disampaikan
 Moderator  Diskusi
mempersilahkan  Tanya jawab
pemateri menyampaikan  Kuis berhadiah
materi
 Memberikan hadiah
 Pemateri untuk yang bisa
mengidentifikasi menjawab
pengetahuan.
 Anggota membagikan
leaflet
 Pemateri menyampaikan
materi diantaranya:
1.Pengertian penyakit
TB
2.Menjelaskan penyebab
penyakit TB
3.Menjelaskan gejala TB
4.Menjelaskan cara
pencegahan TB
5.Menjelaskan cara
penanganan/pengobatan
TB
 Anggota membagikan
konsumsi
 Pemateri memberikan
kesempatan bertanya
 Pemateri menjawab
pertanyaan
 Pemateri memberikan
kuis berhadiah
4 Terminasi  Moderator  Menyimak 5 menit
mempersilahkan  Menjawab salam
pembimbing akademik,
kepala lingkungan dan
fasilitator memberikan
hadiah
 Moderator menutup
penyuluhan dan
mengucapkan
terimakasih.
Susunan Panitia Kegiatan

Pembimbing Akademik : Bq. Nurul hidayati., Nersm.,M.Kep

Pemateri : Julian Ade Kantari dan Riza Handayani

Moderator : Eka Rima Melati Suci

Fasilitator : LL. Risky Trihadi Negara

Materi : Terlampir
Setting Tempat

LCD

Pembimbing Moderator Pemateri


Akademik

Audiens Fasilitator

Anggota

Evaluasi

1. Evaluasi Struktur :
 Media yang digunakan lengkap dan digunakan sesuai dengan jumlah sasaran
 Tempat penyuluhan: bersih, tertata rapi dan memadai
2. Evaluasi proses
Semua materi disajikan dan disampaikan secara lengkap dan jelas. Jumlah peserta
sebanyak orang dan waktu yang dialokasikan sesuai dengan yang telah direncanakan.
3. Evaluasi hasil
Peserta sudah mampu menjelaskan :
a. Memahami pengertian TB
b. Memahami penyebab TB
c. Memahami gejala TB
d. Mengetahui cara pencegahan TB
e. Mengetahui cara pengobatan TB
LAMPIRAN
TBC (TUBERKULOSIS)
A. Pengertian TBC
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil
dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri
dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan
granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu
seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.
Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan
tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah
penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis)
(Werdhani, 2011).
Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis yang disebabkan
oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak (droplet)
dari penderita TBC kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2008). Bakteri
Mycobacterium Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang ramping,
kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat
berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm
yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan
(Ginanjar, 2010).

B. Penyebab TBC
Tuberkulosis (TBC) yang  juga  dikenal dengan TB merupakan suatu penyakit paru-paru
yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Kuman TBC tidak hanya
menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang tulang, usus atau kelenjar. Penyakit ini
ditularkan dari percikan ludah yang keluar penderita TBC, ketika berbicara, batuk, atau
bersin. TBC lebih rentan menyerang pada seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah,
misalnya penderita HIV.
TBC dapat tersebar lewat udara apabila orang yang mengidap TB paru atau tenggorokan
sedang batuk, bersin ataupun berbicara dan mengirimnya ke udara. Apabila kuman tersebut
terhirup oleh orang lain, maka orang dengan kekebalan tubuh yang rendah dapat terkena
infeksi. TBC juga dapat menyebar dari pergaulan yang sering dan lama seperti dengan
sesama anggota keluarga dan teman.

C. Gejala-Gejala TBC
1. Batuk selama Lebih dari 2 Minggu
Batuk adalah gejala khas dari banyak penyakit pada saluran pernapasan, termasuk
TBC. Gejala ini terjadi akibat infeksi yang mengganggu kelancaran pernapasan. Infeksi
TBC di paru-paru dapat menyebabkan peningkatan produksi lendir, yang memicu batuk
berdahak. Namun, pada beberapa kasus, ada juga yang tidak memicu peningkatan
produksi lendir dan membuat pengidap TBC mengalami batuk kering. Pada kondisi yang
parah, batuk-batuk yang dialami juga bisa disertai dengan keluarnya darah.
2. Sesak Napas
Infeksi bakteri penyebab TBC di paru-paru dapat menyebabkan peradangan yang
meningkatkan produksi lendir, serta penumpukan sel-sel mati di paru-paru akibat
serangan bakteri. Kondisi ini dapat menghambat keluar masuknya udara ke paru-paru,
membuat pengidap TBC mengalami sesak napas atau kesulitan bernapas dengan lancar.
3. Demam
Demam dapat terjadi karena sistem imun sedang bereaksi melawan infeksi bakteri
TBC, terutama pada tahap awal infeksi aktif. Demam yang dialami umumnya hilang dan
kambuh dalam beberapa waktu, dan bisa dirasakan dalam waktu lebih dari 3 minggu.
4. Berkeringat di Malam Hari
5. Penurunan Berat Badan Drastis
Ini sebenarnya efek yang timbul secara tidak langsung. Sebab, empat gejala TBC tadi
membuat pengidapnya tidak nafsu makan. Batuk yang terus-menerus juga menyulitkan
pengidap TBC menelan makanan. Terlebih lagi, obat-obatan untuk TBC memiliki efek
samping berupa masalah pencernaan, gangguan nafsu makan, dan penurunan
metabolisme. Imbasnya, berat badan jadi turun secara drastis, karena kurangnya asupan
nutrisi.

D. Pencegahan TBC
1. Tutup mulut saat batuk dan bersin
TBC menular lewat dahak dan air liur yang keluar dari mulut. Itu sebabnya, menutup
mulut saat bersin dan batuk merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan pasien TBC
untuk mencegah penularan ke orang sehat. Meski begitu, jangan menutup mulut dan
hidung menggunakan telapak tangan. Kuman bisa berpindah ke tangan dan berpindah
lagi ke orang lain saat berjabat tangan atau memegang mereka. Sebaiknya gunakan tisu
dan segera membuangnya ke tempat sampah agar kuman tak menyebar dan
menghindarkan orang lain untuk menyentuhnya.
Sesudahnya, perlu mencuci tangan dengan sabun atau sanitizer berakohol. Jika tidak
sempat mengambil tisu, tutup mulut dengan memalingkan wajah ke sisi lengan dalam
atau siku dalam. Selama mengalami gejala TBC seperti batuk dan bersin, gunakan
masker saat sakit di tempat umum sebagai cara mencegah penularan penyakit dan juga
bisa mempelajari etika batuk yang baik dan benar.
2. Jangan meludah atau membuang dahak sembarangan
Sama halnya dengan batuk atau bersin di tempat umum, membuang dahak dan
meludah pun tidak boleh sembarangan. Bakteri yang terdapat dalam percikan ludah bisa
beterbangan di udara, kemudian terhirup oleh orang di sekitar. Jika ingin membuang
dahak atau meludah, lakukanlah di kamar mandi. Siram ludah Anda dengan air dan zat
pembersih disinfektan sampai terbilas bersih.
3. Mengurangi interaksi sosial
Selain menjaga kebersihan diri, juga perlu menghindari interaksi yang melibatkan
kontak dekat dengan orang lain sebagai cara mencegah TBC. Jika memungkinkan,
usahakan untuk beraktivitas atau tidur di ruangan yang terpisah. Batasi waktu bepergian,
jangan terlalu lama berada di tempat-tempat yang dipadati banyak orang, terutama
transportasi umum. Apabila tidak memiliki kebutuhan mendesak, perbanyaklah
beristirahat di dalam rumah.
Bagi penderita tuberkulosis dengan kondisi resistan antibiotik diharuskan melakukan
isolasi diri sampai benar-benar sembuh dari infeksi bakteri. Perawat atau orang lain yang
berkontak dengan penderita TBC resistan obat perlu menggunakan alat dan pakaian
pelindung diri sebagai upaya pencegahan.
4. Biarkan sinar matahari masuk ke dalam ruangan
Saat menetap di rumah, pastikan ruangan yang di tinggali terjaga kebersihannya.
Kuman penyebab TBC umumnya dapat bertahan hidup di udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung dari ada tidaknya paparan sinar matahari, kelembapan, dan sistem ventilasi di
rumah. Pada kondisi gelap, lembap, dan dingin, kuman TB dapat bertahan berhari-hari,
bahkan berbulan-bulan.
Namun, bakteri TBC bisa langsung mati jika terpapar oleh sinar matahari langsung.
Itu sebabnya, Anda dianjurkan untuk membuka jendela dan tirai saat cuaca cerah.
Biarkan sinar matahari masuk untuk membunuh kuman-kuman TBC yang mungkin
tinggal dalam rumah. Ketika membuka jendela, sirkulasi udara pun dapat membantu
mendorong kuman-kuman keluar rumah sehingga mati saat terpapar sinar ultraviolet dari
matahari di luar.
5. Membatasi kontak dengan kelompok rentan
Salah satu faktor penentu seseorang bisa tertular TBC atau tidak adalah seberapa kuat
sistem imun tubuhnya dan kebersihan dirinya. Semakin kuat daya tahan tubuh semakin
kecil kemungkinannya untuk tertular TB. Orang-orang yang sistem kekebalan tubuhnya
lemah cenderung lebih mudah terinfeksi.
Menurut badan pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika, CDC, kelompok
orang yang berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi TBC karena kondisi sitem imun yang
lemah di antaranya adalah:
 Anak-anak
 Ibu hamil
 Orang lanjut usia
 Penderita kanker
 Penderita penyakit autoimun
 Penderita TB laten
 Orang yang tidak menjalani pengobatan TBC secara tuntas
 Orang yang terinfeksi bakteri TBC dalam waktu 2 tahun terakhir
 Orang dengan penyakit tertentu seperti HIV/AIDS juga perlu cek TBC.
E. Cara Penanganan/Pengobatan
Pengobatan TBC bisa di dapatkan di Puskesmas, klinik, atau rumah sakit. Bisa juga
mendapatkannya di Dokter Praktik Swasta (DPS), yang tentunya sudah DOTS. DOTS
(Directly Observed Treatment Shortcourse) merupakan salah satu strategi yang dilaksanakan
oleh pelayanan kesehatan di dunia, dengan tujuan untuk mendeteksi dan menyembuhkan
penyakit TBC. Strategi ini diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1995 dan telah diterapkan
secara luas dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, terutama pada fasilitas kesehatan
yang telah ditentukan.
Tahapan Pengobatan TBC yaitu:
1. Tahap Awal (Intensif) : berlangsung sejak memulai pengobatan hingga 2 bulan, dimana
pasien TBC diwajibkan meminum obat setiap hari.
2. Tahap Lanjutan : sejak bulan ke-2 hingga bulan ke-6 atau lebih. Pada tahap ini, pasien
hanya diwajibkan meminum obat 3x seminggu.
Kedua tahapan di atas jika ditotal berlangsung minimal 6 bulan, bisa juga lebih bahkan
sampai 12 bulan. Namun, lamanya pengobatan ini tergantung pada berat ringannya penyakit
TBC yang diderita oleh pasien dan ditentukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih.
Jika diakhir tahap intensif hasil pemeriksaan dahak masih positif, maka tahap pengobatan ini
akan ditambah 1 bulan.

Tahap Awal (Intensif) bertujuan untuk mengnonaktifkan kuman/ bakteri TBC sedangkan
Tahap Lanjutan bertujuan untuk mematikan kuman/ bakteri TBC. Perlu diingat,
konsultasikan lama pengobatan dan jumlah obat yang diminum kepada tenaga kesehatan.
Gejala hilang pada masa pengobatan bukan berarti kuman/bakteri TBC sudah hilang.

DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2021, September 17). KAMPUNG SAHABAT (KAMPUNG SEHAT BEBAS TBC).
Retrieved Januari 25, 2022, from Inovasi Daerah Kota Mataram:
https://inovda.mataramkota.go.id/index.php/2021/09/17/kampung-sahabat-kampung-
sehat-bebas-tbc/

Dharmita, B. P. (2019, Agustus 28). Mengenal TBC, Gejala, Penyebab dan Penanganan Pada
Anak. Retrieved Januari 20, 2022, from RSUP dr. SARDJITO:
https://sardjito.co.id/2019/08/28/mengenal-tbc-gejala-penyebab-dan-penanganan-pada-
anak/

dr. Makarim, F. R. (2021, April 1). 5 Gejala TBC yang Perlu Diwaspadai. Retrieved Januari 20,
2022, from halodoc: https://www.halodoc.com/artikel/5-gejala-tbc-yang-perlu-
diwaspadai

Kemala, F. (2021, April 15). Agar Tidak Tertular Ataupun Menularkan, Ketahui Pencegahan
TBC Berikut Ini. Retrieved Januari 20, 2022, from hello sehat:
https://hellosehat.com/pernapasan/tbc/pencegahan-tbc/

on, p. (2021, Juni 24). Tahukah Kalian Tahapan Pengobatan TBC? Retrieved Januari 20, 2022,
from KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA:
https://tbindonesia.or.id/artikel/tahukah-kalian-tahapan-pengobatan-tbc/

Utami, B. J., Rusiana, H. P., & Zulkahfi. (2021). Jurnal Ilmiah Kesehatan. Status Kesehatan dan
Dukungan Sosial Lansia Di Kuripan Utara Wilayah Kerja Puskesmas Kuripan Lombok
Barat, 43.

Zainita. (2018). BAB II.

Anda mungkin juga menyukai