Anda di halaman 1dari 55

UPAYA PENGURANGAN RESIKO PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK) DAN

HAZARD PADA PEKERJA BENGKEL “RESTU BENGKEL” DI DESA BENGKEL


“Personal Hygiene Mencuci Tangan Untuk Mengurangi Resiko Dermatitis Kontak”

Dosen Pengampu : Harlina Putri Rusiana.,Ners.,M.Kep

Di Susun Oleh Kelompok 7 :

Dzakwan Afif 064 STYC20

Eka Rima Melati Suci 065 STYC20

Julian Ade Kantari 073 STYC20

Nurul Aulia Pratiwi 085 STYC20

Syahrul Dwi Pangestu 096 STYC20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam bengkel otomotif sangat dibutuhkan
untuk menghindari kecelakaan kerja, hal-hal kecil seperti oli yang berceceran saja dapat
membahayakan para pekerja karena dapat mengakibatkan pekerja terpeleset, bensin yang
berceceran juga sangat berbahaya karena dapat memicu kebakaran, gas buang yang dibiarkan
dibuang keluar tanpa adanya filterisasi akan mengakibatkan gangguan kesehatan. Kecelakaan
yang timbul di bengkel otomotif akan mengakibatkan kerugian baik kesehatan maupun
material yang besar. Oleh karena itu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat penting
dalam pekerjaan bidang otomotif.
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk memberikan perlindungan
terhadap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja agar terjamin
keselamatannya. Selain itu juga Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bertujuan untuk
mengendalikan resiko terhadap peralatan, aset, dan sumber produksi sehingga dapat
digunakan secara aman dan efisien agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Saat melakukan sebuah pekerjaan, yang di inginkan pastinya terselesaikannya
perkerjaan itu sesuai dengan target dan semua berjalan dengan aman juga lancar, bisa
dikatakan pekerjan yang dilakukan selesai. Keselamatan sangat penting, pekerja akan
kehilangan banyak waktu saat tidak memperhatikannya. Ketika terjadi kecelakaan misalnya,
pekerja pasti akan memerlukan waktu untuk pemulihan dan ini juga akan menjadi
penghambat para pekerja untuk bekerja dan menghasilkan uang.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kejadian dermatitis kontak pada pekerja
bengkel adalah personal hygiene dan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD). Personal
hygiene yang baik bagi pekerja bengkel di antaranya adalah mencuci tangan sebelum
melakukan pekerjaan, mencuci tangan sesudah melakukan pekerjaan, mencuci tangan sesuai
dengan 6 (enam) langkah menurut WHO, menyiapkan kain khusus untuk mengelap tangan
setelah mencuci tangan, mencuci pakaian kerja dan mandi setiap selesai bekerja, serta
membersihkan sarung tangan dan sepatu. Selain itu pekerja bengkel harusnya menggunakan
APD yang baik yaitu dengan menggunakan sepatu kerja, baju kerja yang menutupi seluruh
badan, tangan, dan kaki, serta sarung tangan kerja. Namun, yang sering ditemukan di
lapangan yaitu mereka hanya menggunakan baju kaos, celana pendek dan sandal jepit. Selain
itu, kebersihan pekerja bengkel selama bekerja sangat sulit untuk dijaga. Pekerja selalu
menggunakan oli untuk memperbaiki sepeda motor, oli yang menempel pada kulit sangat
sulit dibersihkan, sehingga mereka membersihkan kulit yang terkena oli dengan
menggunakan bensin. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya kejadian dermatitis kontak
akibat kerja.
1.2 Permasalahan Sasaran
Penyebab terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Hazard pada para pekerja
bengkel “Restu Bengkel” dikarenakan kurangnya kesadaran diri sendiri untuk
memperhatikan lingkungan kerja yang aman dan juga minimnya pengetahuan para pekerja
mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja. K3 di Restu Bengkel sangat tidak diperhatikan
sehingga sering terjadi kecelakaan akibat kerja dan kelalaian saat bekerja yang menimbulkan
efek pada kondisi tubuh pekerja baik fisik, biologi, kimia maupun orgonomic. Dari hasil
observasi kami, para pekerja banyak mengeluhkan bahwa tangan nya sering merasa panas
dan nyeri setelah melakukan pekerjaan dan setelah kelompok kami melihat telapak tangan
para pekerja terasa sangat kasar dan juga kering, kami merasa bahwa para pekerja mengalami
gejala-gejala dari dermatitis kontak. Hal ini juga di dukung karena para pekerja tidak
menggunakan APD sarung tangan maka tangan para pekerja bersentuhan langsung dengan
bahan kimia seperti air aki (asam sulfat), minyak pelumas, bensin, oli serta cairan pendingin.
Oleh karena itu kami melakukan penyuluhan tentang personal hygiene cara mencuci tangan 6
langkah untuk mengurangi resiko terjadinya dermatitis kontak kepada para pekerja Restu
Bengkel.
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Personal Hygiene Mencuci Tangan Untuk
Mengurasi Resiko Terjadinya Dermatitis Kontak yang dilakukan oleh Mahasiswi Stikes
Yarsi Mataram Kelas A2 Tingkat II kepada pekerja bengkel. Diharapkan pekerja Restu
Bengkel dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
untuk mengoptimalkan pelayanan bengkel.
BAB II

TARGET DAN LUARAN

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur
dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja Armanda (2006). Secara umum keselamatan kerja memiliki makna sebagai mengendalikan
kerugian dari kecelakaan (control of accident loss) dan kemampuan untuk mengidentifikasi
mengurangi dan mengendalikan resiko yang tidak bisa di terima (the ability to indetivy and
eliminate unacceptable risks).

Kegiatan penyuluhan ini dilakukan selama 20 menit sebelum memulai materi diberikan 6
pertanyaan sebagai pra-test untuk mengetahui tingkat pengetahuan pekerja Restu Bengkel dan di
dapatkan total nilai keseluruhan dari ketiga peserta yaitu 30 point. Setelah diberikan materi dan
diberikan kembali 6 pertanyaan sebagai post test untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman
pegawai terkait materi yang kami berikan. Dari hasil keseluruhan keempat peserta didapatkan
point sebesar 90 point.

Dari hasil pra-test dan post test di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan pengetahuan
sebelum dilakukan materi dan sesudah dilakukan materi jauh perbandingannya. Peningkatan
pengetahuan ini menggambarkan keberhasilan tim melakukan penyuluhan dan pendidikan
kesehatan kepada pekerja Restu Bengkel di Desa Bengkel.

Kegiatan penyuluhan kesehatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pekerja


Restu Bengkel tentang pentingnya mengutamakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk
meminimalkan Hazard dan Penyakit Akibat Kerja (PAK).
BAB III

PELAKSANAAN PROGRAM

3.1 Pelaksanaan Program


Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan pada tanggal 22 Desember 2021 di
Bengkel “Restu Bengkel”. Maka kelompok merencanakan program pendidikan kesehatan
dengan materi Personal Hygiene Mencuci Tangan Untuk Mengurangi Resiko Dermatitis
Kontak di Bengkel “Restu Bengkel” dengan harapan para pekerja dapat menerapkan materi
yang disampaikan.
3.2 Metode Pelaksanaan
3.2.1 Tahap Persiapan
Pada tanggal 22 Desember 2021 kelompok melakukan observasi di lokasi yang
sudah kami sepakati sebelumnya yaitu Restu Bengkel di Desa Bengkel, Kec.
Labuapi, Kab. Lombok Barat. Setelah kami melakukan observasi dengan meminta
izin terlebih dahulu dengan pemiliki bengkel kami melakukan wawancara kepada
pekerja. Kami melakukan wawancara kurang lebih selama 15 menit dan melihat-lihat
sambil meminta izin untuk memotret sekitar bengkel untuk mencari informasi lebih
dalam lagi. Setelah melakukan observasi kami menentukan masalah yang paling
dirasakan oleh pekerja atau yang sering dikeluhkan yaitu merasakan panas disekitar
telapak tangan setelah selesai bekerja. Akhirnya kelompok kami menyetujui
mengangkat masalah tentang personal hygiene dan di konsulkan ke dosen terkait dan
diberikan arahan untuk mengambil personal hygiene mencuci tangan untuk
mengurangi resiko dermatitis kontak. Kami menyusun proposal selama kurang lebih
1 minggu dan disetujui oleh pihak dosen terkait untuk melaksanakan penyuluhan dan
pendidikan kesehatan di lokasi tersebut. Dengan materi dan leaflet yang sudah di
setujui pihak dosen kami melakukan penyuluhan tepat pada tanggal 24 Januari 2022.
3.2.2 Tahap Pelaksanaan
Dari program yang direncanakan yaitu pekerja Restu Bengkel diberikan
penyuluhan selama 20 menit mengenai materi Personal Hygiene Mencuci Tangan
Untuk Mengurangi Resiko Dermatitis Kontak dengan metode memberikan pra-test,
pemberian materi dengan ceramah dan demonstrasi dan diberikan post-test untuk
mengetahui seberapa jauh pemahaman para pekerja tentang apa yang kami berikan.
Tim penyuluhan terdiri dari satu orang moderator, satu orang pemateri, satu orang
demonstrator, satu orang sebagai evaluator post test dan pre-test yang sudah di
bagikan dan satu orang lagi sebagai pihak konsumsi dan pembagi leaflet melakukan
penyuluhan pada :
Hari/Tanggal : Senin, 24 Januari 2022
Waktu : 13.30 WITA
Alamat : Desa Bengkel, Kec. Labuapi, Kab. Lombok Barat
Setelah acara dibuka para pekerja kami berikan 6 pertanyaan sebagai pra-test untuk
mengetahui tingkat pengetahuan awal sebelum dilakukan penyuluhan dan dilanjutkan
dengan materi sekaligus demonstrasi, mahasiswa yang berperan sebagai moderator
membuka sesi tanya jawab kepada para pekerja mengenai Personal Hygiene mencuci
tangan dan seputar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Setelah dilakukan
evaluasi kembali melalui 6 pertanyaan seperti pada saat pra-test dan kelompok
mendapatkan hasil bahwa peserta penyuluhan sudah memahami materi dan cara
mencuci tangan yang benar untuk mengurangi resiko terjadinya dermatitis kontak
selama bekerja.
3.2.3 Tahap Evaluasi
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan selama 20 menit sebelum memulai materi
diberikan 6 pertanyaan sebagai pra-test untuk mengetahui tingkat pengetahuan
pekerja Restu Bengkel dan di dapatkan total nilai keseluruhan dari ketiga peserta
yaitu 30 point. Setelah diberikan materi dan diberikan kembali 6 pertanyaan sebagai
post test untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman pegawai terkait materi yang
kami berikan. Dari hasil keseluruhan keempat peserta didapatkan point sebesar 90
point.
Dari hasil pra-test dan post test di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan
pengetahuan sebelum dilakukan materi dan sesudah dilakukan materi jauh
perbandingannya. Peningkatan pengetahuan ini menggambarkan keberhasilan tim
melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada pekerja Restu Bengkel di
Desa Bengkel.
BAB IV

KELAYAKAN MAHASISWA

Sebelum mahasiswa melakukan kegatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan tersebut,


mahasiswa sudah dibekalkan materi-materi yang berhubungan dengan mata kuliah yang sedang
dijalankan oleh mahasiswa. Mata kuliah yang paling utama yaitu Komunikasi Dalam
Keperawatan dimana mahasiswa dapat mengimplementasikan kemampuan komunikasinya
kepada masyarakat melalui penyuluhan ini yaitu bagaimana cara berkomunikasi yang efektif,
melakukan komunikasi terapeutik pada saat berhadapan dengan masyarakat. Setelah itu mata
kuliah yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan ini yaitu K3 (Kesehatan dan Keselamatan
Kerja) dimana kami melakukan observasi terkait lingkungan kerja yang kami observasi dan dari
hasil yang di dapatkan kami melakukan penyuluhan kepada pegawai agar lebih mementingkan
keselamatan dan kesehatan kerjanya agar menciptakan hasil kerja yang optimal. Selanjutnya ada
matakuliah. Psikososial dan Budaya dimana kami diajarkan melakukan tindakan berdasarkan
latar belakang budaya dan spiritual masyarakat agar tidak bertentangan dengan kepercayaan
mereka. Ada pula mata kuliah Sistem Informasi Keperawatan yang sangat membantu kami untuk
mencari materi-materi dari jurnal-jurnal dan berbagai website.

Dari banyak mata kuliah seperti Komunikasi Dalam Keperawatan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, Psikososial dan Budaya, dan Sistem Informasi Keperawatan yang sudah di
berikan kepada kami, mahasiswa layak untuk memberikan materi dan penyuluhan kepada
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat luas. Materi yang sudah diberikan
pihak dosen dan kampus cukup sebagai bekal kami melakukan penyuluhan dan pendidikan
masyarakat.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Pendidikan Kesehatan


Project mahasiswa mengenai Personal Hygiene Mencuci Tangan Untuk Mengurangi
Resiko Dermatitis Kontak berlangsung pada tanggal 24 Januari 2022, penyuluhan tersebut
dilakukan dengan metode memberikan pertanyaan sebagai pra-test, pemberian materi dan
demonstrasi serta tanya jawab dan diberikan kembali pertanyaan sebagai post-test untuk
mengetahui seberapa jauh pemahaman pegawai tentang apa yang kami berikan dan dihadiri 3
orang pekerja yang bertugas pada hari itu. Kelompok penyuluhan terdiri dari satu orang
moderator, satu orang pemateri, satu orang demonstrator, satu orang sebagai evaluator pra-
test dan post-test yang di berikan dan satu orang lagi sebagai pihak konsumsi dan pembagi
leaflet.
Setelah acara dibuka dan dilanjutkan dengan ceramah sekaligus demonstrasi, mahasiswa
yang berperan sebagai moderator membuka sesi tanya jawab kepada pegawai mengenai
Mencuci Tangan dan seputar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bengkel. Setelah
dilakukan evaluasi kembali melalui 6 pertanyaan post-test dan tim mendapatkan hasil bahwa
peserta penyuluhan sudah memahami materi dan cara mencuci tangan yang benar untuk
mengurangi resiko dermatitis kontak selama bekerja.
Ceramah adalah salah satu cara pendidikan kesehatan dimana kita menerangkan atau
menjelaskan sesuatu dengan lisan disertai dengan tanya jawab, diskusi kepada sekelompok
penndengar serta dibantu dengan beberapa alat peraga yang dianggap perlu. Menurut
(Budiharto, 2010) Ceramah adalah suatu cara menerangkan suatu pengertian atau pesan
secara lisan disertai dengan tanya jawab kepada sasaran pendidikan atau pendengar dengan
menggunakan alat bantu pendidikan.
Penyuluhan dengan metode ceramah dapat dilakukan apabila : pada waktu memberikan
informasi, ketika orang yang belajar telah mendapat informasi, jika sekelompok itu terlalu
besar untuk memakai metode lain, ingin menambah atau menekankan apa yang sudah
dipelajari. Menurut Artini,dkk (2000), keuntungan menggunakan metode ceramah :
1. Metode ini murah dan mudah dilakukan
2. Pemakaian waktu dapat dikendalikan oleh penyuluh
3. Bersifat luwes (materi yang panjang dapat dirangkum atau sebaliknya)
4. Penyuluh dapat menjelaskan dengan menonjolkan bagian yang penting
5. Tidak terlalu melibatkan banyak alat peraga/ pembantu

Menurut Abdul Majid secara spesifik metode ceramah bertujuan untuk:

1. Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk ceramah yaitu bahan
tulisan peserta didik sehingga pesertadidik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil
ceramah.
2. Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan yang terdapat dalam isi
pelajaran
3. Merangsang peserta didik untuk belajar mendiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu
melalui pemerkayaan belajar
4. Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara gamblang.
5. Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan prosedur -
prosedur yang harus ditempuh peserta didik. Alasan guru menggunakan metode ceramah
harus benar - benar dapat dipertanggung jawabkan.

Dari jurnal penelitian Al Hadi, Raden Pamudji, dan Melinda Rachmadianty dengan
judul jurnal “Hubungan Faktor Risiko Kejadian Dermatitis Kontak Pada Tangan Para Pekerja
Bengkel Motor Di Kecamatan Plaju” membahas dimana dalam penilitian yang di lakukan
sebanyak 12 responden dari 27 pekerja bengkel di antaranya memiliki DKA (Dermatitis
Kontak Alergan) dan 15 individu di antaranya terkena DKI (Dermatitis Kontak Iritan).
Pembahasan pertama yaitu lama kontak yang berarti durasi pegawai bersinggungan dengan
senyawa kimia yang diukur dalam satuan jam setiap harinya, durasi kontak yang semakin
lama dengan materi alergen ataupun iritan maka peradangan maupun inflamasi mungkin
ditimbulkan dan menyebabkan abnormalitas pada kulit. Durasi kontak berpengaruh atas
kemunculan dermatitis kontak karena durasi bersinggungan dengan senyawa kimia yang
lama akan memenetrasi hingga ke lapisan terdalam dan meningkatkan risiko dermatitis
kontak. Pembahasan kedua yaitu waktu kerja yang melebihi dari kemampuan serta bertugas
terlalu lama akan menyebabkan kecondongan mengalami kelelahan, fokus terganggu,
masalah kesehatan, berpotensi menyebabkan penyakit, serta terluka saat bekerja. Dampak
dari penurunan konsentrasi dalam bekerja adalah sering kali terjadi kecelakaan kerja yang
salah satunya dapat menimbulkan risiko mengalami dermatitis kontak akibat kerja dan
pembahasan ketiga yaitu personal hygiene yang pada jurnal nya partisipan nya mempunyai
riwayat personal hygiene yang tidak baik dimana kebiasaan ini sangat berkaitan dengan
kejadian dermatitis karena kebersihan diri seseorang bisa menghambat transmisi virus dan
penyakit, meminimalisir kontak dengan senyawa beracun, melaksanakan tindakan preventif
alergi kulit, keadaan kulit, serta kepekaan kulit atas senyawa beracun, supaya jauh dari
penyakit kulit karena bekerja dan pembahasan terakhir yaitu tentang menggunakan APD
dimana tidak satupun pekerja bengkel motor yang menjadi responden yang menggunakan
sarung tangan untuk melindungi tangan pekerja dari pajanan langsung dengan bahan kimia,
sehingga hal ini sangat mempengaruhi peningkatan risiko kejadian dermatitis kontak pada
pekerja bengkel motor. Sehingga di tarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara lama kontak, masa kerja, riwayat atopi dan personal hygiene dengan
kejadian dermatitis kontak tangan.

Jurnal penelitian La Ode Alifariki, Adius Kusnan, dan Siada dengan judul jurnal
“Determinan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Di Kota Kendari” dimana
pada jurnal ini membahas dengan pembahasan pertama yaitu hubungan lama kontak dengan
kejadian dermatitis kontak, memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja
biasanya tidak disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan
biasanya terjadi penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu
berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan dan penyakit.
Pembahasan kedua yaitu hubungan riwayat penyakit kulit dengan kejadian dermatitis kontak,
berdasarkan hasil penelitian dari 19 responden yang tidak memiliki riwayat penyakit kulit
dan mengalami dermatitis kontak sebanyak 28 responden, hal ini disebabkan karena beberapa
responden memiliki tingkat sensitifitas pada kulit kemudian didukung lama bekerja dalam
sehari dan personal hygiene yang buruk dan dari analisis fisher exact test di dapat kan bahwa
tidak ada hubungan antara riwayat penyakit kulit dengan kejadian dermatitis kontak pada
pekerja bengkel motor di Wilayah kerja Kota Kendari tahun 2018. Lalu pembahasan ketiga
yaitu hubungan personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak, berdasarkan hasil
observasi dengan responden ditemukan bahwa dominan pekerja bengkel tidak menggunakan
air mengalir ketika mencuci tangan, pekerja mengeringkan tangan menggunakan pengering
tetapi pengering yang digunakan masih dalam kondisi kotor, kondisi ini secara teoritis akan
meningkatkan kecenderungan atau peluang munculnya dermatitis kontak. Pembahasan
terakhir yaitu hubungan pemakaian APD dengan kejadian dermatitis kontak, penggunan
sarung tangan dapat mencegah penyakit akibat kerja khususnya keluhan gangguan kulit
karena dapat melindungi tangan sehingga tidak kontak langsung dengan sampah yang
mengakibatkan penggunaan sarung tangan yang rendah disebabkan oleh rasa ketidaknyaman
pekerja yang merasa risih dan panas apabila digunakan. Dengan kesimpulan kejadian
dermatitis berhubungan dengan lama kontak, riwayat penyakit kulit, personal hygiene dan
penggunaan APD.

Pada jurnal terakhir yaitu jurnal penelitian Trisna Jayati, Fluorina Oryza, dan Astrina
Aulia dengan jurnal “Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) Pada Pekerja Bengkel Motor Di PT. Acapella Honda” membahas tentang yang
pertama yaitu hubungan pengetahuan dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD),
asumsi peneliti menyatakan bahwa pekerja bengkel motor yang mengetahui pentingnya
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) akan cenderung menggunakan alat pelindung diri
saat bekerja, sehingga akan dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit akibat kerja dan
gangguan kesehatan yang berasal dari saat bekerja. Pengetahuan pekerja tentang APD
mencakup manfaat, penggunaan APD dan resiko tidak menggunakan APD. Pembahasan
kedua yaitu hubungan sikap dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), asumsi peneliti
menyatakan bahwa sikap merupakan faktor risiko atau kecenderungan terjadinya sebuah
perilaku. Jika, bersikap negatif maka perilaku akan cenderung tidak menggunakan alat
pelindung diri, namun pekerja bengkel motor memiliki sikap positif masih ada perilaku yang
tidak menggunakan alat pelindung diri dan hal ini dapat dikarenakan adanya kebiasaan
bekerja tanpa menggunakan APD. Oleh karena itu positif atau negatif tergantung individu,
sikap ini dapat dimantapkan juga oleh pengetahuan, kebijakan, dan juga pengawasan.
Pembahasan ketiga yaitu hubungan pelatihan keselamatan dengan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD), asumsi peneliti menyatakan bahwa pelatihan merupakan salah satu
bentuk proses pendidikan memperoleh pengalaman-pengalaman belajar yang akhirnya akan
merubah perilaku mereka. Dalam melakukan pelatihan keselamatan upaya yang dilakukan
hanya belajar secara otodidak. Pembahasan terakhir yaitu hubungan pengawasan dengan
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), asumsi peneliti menyatakan bahwa penyebab
langsung terjadinya kecelakaan adalah tindakan dan kondisi yang tidak aman. Penyebab
langsung ini timbul karena pengawasan jelek dari pihak manajemen. Pengawasan ini sangat
penting karena perilaku para pekerja bengkel motor terhadap penggunaan alat pelindung diri
ada perbedaan antara pengawasan yang baik dan tidak baik. Pengawasan tersebut dilakukan
oleh pemilik bengkel dan pengawasannya dilakukan setiap hari. Dengan hasil penelitian yang
salah satunya yaitu terdapat hubungan anatara pengetahuan dan penggunaan APD pada
pekerja bengkel motor PT. Acapella Honda tahun 2020, dapat disimpulkan bahwa dengan
melakukan pendidikan kesehatan mengenai K3 ini akan membuat para pekerja lebih sadar
akan keselamatan dan kesehatannya selama bekerja dimulai dari hal yang sederhana yaitu
melakukan personal hygiene mencuci tangan setelah melakukan kontak dengan bahan kimia.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pendidikan kesehatan terkait penerapan K3 di lingkungan pekerja
bengkel tersebut pegawai telah mengetahui pentingnya penerapan K3 dan apa saja jenis-jenis
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Hazard pada pekerja bengkel serta mencuci tangan 6
langkah untuk mengurangi dermatitis kontak.
Dengan adanya pendidikan kesehatan yang telah dilaksanakan, mahasiswa dapat
menambah wawasan, pengalaman praktik, beradaptasi dan menjalin hubungan dengan
kelompok sasaran, dan para pengambil kebijakan di dalam masyarakat.
6.2 Saran
Berdasarkan kegiatan Project Pendidikan Kesehatan di atas, maka perlu disarankan
untuk pemilik bengkel untuk mulai membiasakan para pekerja melakukan personal hygiene
mencuci tangan setelah selesai bekerja dan memperhatikan keselamatan kerja para pekerja
agar terhindar dari penyakit akibat kerja yang muncul akibat tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) sarung tangan yang mengakibatkan para pekerja kontak langsung
dengan bahan-bahan kimia dalam rentan waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA

KESELAMATAN KERJA dalam bidang OTOMOTIF (sepeda motor). (2014, September 4).
Retrieved Januari 29, 2022, from Teknik Otomotif: https://dunia-otomotif-
mobil.blogspot.com/2014/09/keselamatan-kerja-dalam-bidang-otomotif.html

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Otomotif. (2020). Retrieved Januari 29, 2022,
from sekolahkami.com: https://www.sekolahkami.com/2019/04/-k3-dalam-bidang-
otomotif.html

DISNAKERTRANS, P. (202, Januari 4). PENGERTIAN DAN PENTINGNYA KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA. Retrieved Januari 29, 2022, from DISNAKERTRANS
Provinsi Banten: https://disnakertrans.bantenprov.go.id/Berita/topic/288

Fitriyanti, E. (2018). BAB II, 6.

Hadi, A., Pamudji, R., & Rachmadianty, M. (2021). Artikel Penelitian. HUBUNGAN FAKTOR
RESIKO KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA TANGAN PEKERJA BENGKEL
MOTOR DI KECAMATAN PLAJU, 16-17.

Huda, F. A. (2017, November 20). Pengertian dan Langkah-Langkah Metode Pembelajaran


Ceramah Bervariasi. Retrieved Januari 30, 2022, from Fatkhan.web.id:
https://fatkhan.web.id/pengertian-dan-langkah-langkah-metode-pembelajaran-ceramah-
bervariasi/

Prasko, S. M. (n.d.). Metode dalam Penyuluhan. Retrieved Januari 30, 2022, from P17:
http://prasko17.blogspot.com/2011/08/metode-dalam-penyuluhan.html

Shiva. (2017). 7. BAB II, 11-12.

Unknow. (2015). Pembahasan Tentang Metode ceramah dalam pembelajaran. Retrieved Januari
30, 2022, from AROXX: http://aroxx.blogspot.com/2015/01/pembahasan-tentang-
metode-ceramah-dalam.html
LAMPIRAN
Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN


UPAYA PENGURANGAN RESIKO PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK) DAN
HAZARD PADA PEKERJA BENGKEL “RESTU BENGKEL” DI DESA BENGKEL
“Personal Hygiene Mencuci Tangan Untuk Mengurangi Resiko Dermatitis Kontak”

Pokok Bahasan : Pengurangan Resiko Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Hazard
Sub Pokok Bahasan : Personal Hygiene Mencuci Tangan Untuk Mengurangi Resiko
Dermatitis Kontak
Sasaran : Pekerja Bengkel “Restu Bengkel”
Tempat : Desa Bengkel, Kec. Labuapi, Kab. Lombok Barat
Waktu : 13.30 WITA
Jam : 20 Menit
Tanggal : 24 Januari 2022
Penyuluh : Mahasiswa/i STIKES YARSI Mataram
1. Tujuan Umum
Tujuan umum survei ini adalah untuk mengetahui aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) pada pekerja Bengkel “Restu Bengkel” di Desa Bengkel.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami pekerja Bengkel “Restu Bengkel”
di Desa Bengkel.
b. Untuk mengetahui tentang keluhan atau penyakit yang dialami yang berhubungan dengan
pekerjaan para pekerja Bengkel “Restu Bengkel” di Desa Bengkel.
c. Untuk mengetahui sumber-sumber resiko Penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK)
terhadap pekerja Bengkel “Restu Bengkel” di Desa Bengkel.
d. Untuk mengetahui upaya penerapan K3 yang dijalankan oleh Bengkel “Restu Bengkel” di
Desa Bengkel.
3. Materi Penyuluhan
a. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
b. Pengertian Penyakit Akibat Kerja (PAK)
c. Sumber Dermatitis Kontak di Bengkel
d. Langkah-Langkah Mencuci Tangan menurut WHO
e. Perbedaan antara Hand Sanitizer dan Sabun saat Mencuci Tangan
4. Metode
a. Ceramah atau Pemberian Materi
b. Demonstrasi
c. Tanya Jawab
5. Media
a. Leaflet
6. Job Description
a. Julian Ade Kantari : Moderator
b. Eka Rima Melati S : Pemateri
c. Nurul Aulia Pratiwi : Evaluator
d. Dzakwan Afif : Demonstrator
e. Syahrul Dwi P : Konsumsi dan Pembagian Leaflet
7. Kegiatan Penyuluhan
No. Tahapan Pelaksanaan
1. Tahap Pembukaan - Moderator memperkenalkan seluruh anggota
kelompok terlebih dahulu
- Moderator menyampaikan tujuan
- Moderator menanyakan kesediaan para
pekerja
- Moderator melakukan kontrak waktu
2. Tahap Kerja - Anggota kelompok melakukan pemeriksaan
kesehatan (tensi) para pekerja
- Pemateri memberikan pre-test mengenai K3,
PAK, dan Hazard
- Anggota membagikan leaflet materi dan
konsumsi
- Pemateri mulai menjelaskan mengenai K3,
PAK, dan Hazard (macam-macamnya,
penyebab nya, dan cara menghindarinya/cara
mengurangi kejadiannya)
- Kedua anggota sambil mendemonstrasikan
cara melakukan personal hygiene (mencuci
tangan) kepada para pekerja dengan air
mengalir dan hand sanitizer
- Pemateri memberikan kesempatan para
pekerja untuk bertanya mengenai materi
- Pemateri memberikan post test mengenai
materi yang disampaikan
3. Tahap Penutup - Semua anggota melakukan
pendokumentasian bersama para pekerja
- Pemateri melakukan evaluasi
8. Evaluasi
Memberikan pra-test dan post test dan membuka sesi tanya jawab untuk mengetahui seberapa
jauh pemahaman peserta penyuluhan.
Lampiran 2

ANGGARAN BIAYA PENYULUHAN

No Keterangan Jenis/Satuan Jumlah Harga


1 Alat Demonstrasi Sabun Cair 1 botol kecil Rp. 20.000
2 Konsumsi Jajanan Kotak 5 kotak Rp. 25.000
3 Print Proposal 120 lembar Rp. 40.000
4 Print Leaflet 5 lembar Rp. 15.000
5 Print Laporan Evaluasi 20 lembar Rp. 10.000
Total Rp. 110.000
Lampiran 3
PERTANYAAN DAN POINT PAST TEST DAN POST TEST

IDENTITAS PEKERJA “RESTU BENGKEL”


No Nama Umur Alamat Pend. Jenis
Terakhir Kelamin
1 Syarif 35 Desa Bengkel, Kec. SMA Laki-Laki
Labuapi, Kab. Lombok
Barat
2 Rozi 32 Desa Bengkel, Kec. SMA Laki-Laki
Labuapi, Kab. Lombok
Barat
3 Wawan 27 Desa Bengkel, Kec. SMA Laki-Laki
Labuapi, Kab. Lombok
Barat

No Daftar Pertanyaan Nilai


Pra-Test Post Test
Syarif Rozi Wawan Syarif Rozi Wawan
1 Apakah yang di maksud 10 10 10 25 30 30
dengan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) ?
2 Apa yang dimaksud 10 10 10 25 25 25
Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dan Kecelakaan
Akibat Kerja ?
3 Apa saja jenis penyakit 10 10 10 30 30 30
akibat kerja yang bisa
terjadi di bengkel ?
4 Apa saja jenis kecelakaan 15 15 25 30 30 30
kerja yang bisa terjadi di
bengkel ?
5 Darimana sumber 10 10 10 30 30 30
dermatitis di bengkel ?
6 Bagaimana cara 15 15 15 30 30 30
melakukan personal
hygiene mencuci tangan 6
langkah ?
Ket :
10 : Tidak bisa menjawab
15 : Bisa menjawab tetapi hanya sedikit
25 : Bisa menjawab dan hampir mendekati
30 : Sudah bisa menjawab lengkap
Lampiran 4

DOKUMENTASI

Dokumentasi Observasi Bengkel

Posisi saat bekerja Kondisi lantai bengkel selama Kondisi atap luar
bekerja bengkel

Dokumentasi Pendidikan Kesehatan

Melakukan Pendidikan Kesehatan bersama Mengajarkan Personal Hygiene mencuci


Pekerja Bengkel dengan media menggunakan tangan 6 langkah setelah selesai bekerja
Leaflet dengan menggunakan sabun cair

Melakukan foto bersama dengan para pekerja dan pemilik Restu Bengkel
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27

Artikel Penelitian

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DERMATITIS


KONTAK PADA TANGAN PEKERJA BENGKEL MOTOR DI
KECAMATAN PLAJU

Al Hadi1, Raden Pamudji2, Melinda Rachmadianty3


1
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
2
Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
3
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Submitted: February 2021 Accepted:June 2021 Published: June 2021

ABSTRAK

Dermatitis kontak adalah suatu keadaan inflamasi atau radang non infeksi pada kulit yang diakibatkan oleh
senyawa yang kontak dengan kulit yang bersifat iritan atau alergen. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara lama kontak, masa kerja, riwayat penyakit kulit, riwayat atopi, riwayat
personal hygiene, dan riwayat penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel
motor di Kecamatan Plaju. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif analitik dengan pendekatan cross
sectional yang dilakukan pada pekerja bengkel di Kecamatan Plaju kota Palembang. Jumlah sampel
sebanyak 30 pekerja dengan total sampling. Pada penelitian didapatkan 27 orang (90,0%) pekerja yang
mengalami dermatitis kontak dan 3 orang (10,0%) pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak. Ada
hubungan antara lama kontak (p=0,009, CI 1.070-1.390, mean 1.233), masa kerja (p=0,005, CI 1.050-
1.350, mean 1.200), riwayat atopi (p=0,009, CI 1.070-1390, mean 1.233), dan personal hygiene (p=0,002,
CI 1.030-1.310, mean 1.167) dengan kejadian dermatitis kontak. Tidak ada hubungan antara riwayat
penyakit kulit (p=0,537, CI 1.180-1.550, mean 1.367) dan penggunaan APD (p=0,548, CI 1.210-1.590,
mean 1.400) dengan kejadian dermatitis kontak.

Kata Kunci: dermatitis kontak, lama kerja, masa kerja, riwayat penyakit kulit, riwayat atopi, personal
hygiene, penggunaan APD

ABSTRACT

Contact dermatitis is a condition of inflammation or non-infectious inflammation of the skin caused by


compounds in contact with the skin that are irritants or allergens. This study was conducted to determine
the relationship between length of contact, length of service, history of skin disease, history of atopy,
personal hygiene history, and history of PPE use with the incidence of contact dermatitis among motorbike
repair workers in Plaju District. This study used a quantitative analytic design with approach cross
sectional which was carried out on workshop workers in Plaju District, Palembang city. The sample size
was 30 workers, taken by total sampling. Results showed that 27 workers (90%) experienced contact
dermatitis and 3 workers (10%) did not. There was a correlation between duration of contact (p=0,009, CI
1.070-1.390, mean 1.233), working period (p=0,005, CI 1.050-1.350, mean 1.200), history of atopi
(p=0,009, CI 1.070-1390, mean 1.233), and personal hygiene (p=0,002, CI 1.030-1.310, mean 1.167) with
contact dermatitis. There was no correlation between history of skin diseases (p=0,537, CI 1.180-1.550,
mean 1.367) and use of PPE (p=0,548, CI 1.210-1.590, mean 1.400) with contact dermatitis.

Keywords: contact dermatitis, length of work, working period, history of skin diseases, history of atopy,
personal hygiene, use of PPE

Korespondensi: abdulhadi17073@gmail.com

13 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27

Artikel Penelitian

Pendahuluan yaitu tahap induksi (sensitivitasi) dan


Kulit merupakan organ pemisah tahap elisitasi.2
antara bagian di dalam tubuh dengan Gejala DKI sangat beragam,
lingkungan di luar tubuh. Kulit secara bergantung pada sifat iritan. Dermatitis
terus menerus terpajan terhadap faktor kontak iritan akut disebabkan oleh iritan
lingkungan, berupa fisik, kimiawi kuat, misalnya larutan asam sulfat dan
maupun biologik. Oleh karena itu hidroklorid atau basa kuat, misalnya
apabila terjadi kerusakan yang natrium dan kalium hidroksida.
melampaui kapasitas toleransi daya Reaksinya terbatas hanya pada tempat
penyembuhan maka akan terjadi kontak. Kulit terasa pedih, panas, rasa
penyakit. Penyakit kulit akibat kerja terbakar, kelainan yang terlihat berupa
(occupational dermatitis) merupakan eritema edema, bula, mungkin juga
suatu peradangan kulit yang diakibatkan nekrosis. Tepi kelainan berbatas tegas,
oleh suatu pekerjaan seseorang.1 dan pada umumnya asimetris. Dermatitis
Dermatitis kontak adalah respons kontak iritan kronik kumulatif
dari kulit dalam bentuk peradangan yang disebabkan oleh kontak berulang dengan
dapat bersifat akut maupun kronik, iritan lemah (misalnya deterjen, sabun,
karena pajanan dari bahan iritan maupun pelarut, tanah, bahkan juga air) gejala
alergen eksternal yang mengenai kulit. klasik berupa kulit kering, disertai
Dermatitis Kontak dibagi menjadi skuama, eritema, yang lambat laun kulit
Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dan menjadi tebal dengan likenifikasi yang
Dermatitis Kontak Alergen (DKA). difus. Bila kontak terus berlangsung
Dermatitis kontak iritan merupakan akhirnya kulit dapat retak seperti luka
reaksi inflamasi lokal pada kulit yang iris (fisura), misalnya pada kulit tumit.
bersifat non imunologik, ditandai Sedangkan pada dermatitis kontak iritan
dengan adanya eritema dan edema subyektif juga disebut dengan DKI
setelah terjadi pajanan bahan kontaktan sensori, karena kelainan kulit tidak
dari luar. Sedangkan dematitis kontak terlihat namun pasien merasa seperti
alergik didasari oleh reaksi imunologis tersengat (pedih) atau terbakar (panas)
berupa reaksi hipersensitivitas tipe setelah berkontak dengan bahan kimia
lambat (tipe IV). Ada dua tahap dalam tertentu.8
terjadinya dermatitis kontak alergik, Gejala DKA pada umumnya pasien
mengeluh gatal. Kelainan kulit

14 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27

Artikel Penelitian

bergantung pada tingkat keparahan dan Dermatitis kontak dapat terjadi pada
lokasi dermatitisnya. Pada stadium akut hampir semua jenis pekerjaan. Penyakit
dimulai dengan bercak eritematosa ini menyerang pekerja yang sering
berbatas tegas kemudian diikuti edema, terpapar dengan bahan-bahan yang
papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel bersifat toksik maupun alergik.15 Pekerja
atau bula dapat pecah menyebabkan di bengkel motor merupakan salah satu
erosi dan eksudasi (basah). Dermatitis pekerja yang memiliki risiko besar untuk
kontak alergi akut di tempat tertentu. terpapar bahan kimia sehingga memiliki
misalnya kelopak mata, penis, skrotum, risiko mengalami berbagai masalah
lebih didominasi oleh eritema dan kulit, misalnya Dermatitis Kontak
edema. Pada DKA kronis terlihat kulit Akibat Kerja (DKAK).3 Dermatitis
kering, berskuama, papul, likenifikasi kontak akibat kerja dapat memberikan
dan mungkin juga fisur, berbatas tidak gangguan ringan hingga berat dalam
tegas. Dermatitis kontak alergi dapat beraktivitas sehari-hari bagi penderita,
meluas ke tempat lain, misal dengan cara sehingga dapat menurunkan angka
autosensitasi.8 produktivitas pada pekerja. Padahal di
Di Indonesia, prevalensi dermatitis lain sisi produktivitas sangatlah dituntut
mencapai angka 6,78%. Prevalensi dalam bekerja.10
dermatitis kontak sangat bervariasi, Kecamatan Plaju adalah salah satu
sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja kecamatan yang berada di Kota
merupakan dermatitis kontak, baik iritan Palembang. Kecamatan Plaju memiliki
maupun alergik. Penyakit kulit akibat lokasi yang sangat strategis karena dekat
kerja yang merupakan dermatitis kontak dengan berbagai universitas di kota
sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena Palembang. Lokasi yang strategis ini
infeksi kulit dan 2,1% penyakit kulit telah dimanfaatkan banyak orang untuk
karena sebab lain.1 Data studi mendirikan suatu usaha. Contoh usaha-
epidemiologi di Indonesia usaha yang terdapat di Kecamatan Plaju
memperlihatkan bahwa 97% dari 389 yaitu percetakan, kos, toko alat tulis,
kasus adalah dermatitis kontak. Enam rumah makan, dan bengkel. Bengkel
puluh enam koma tiga (66,3%) di merupakan salah satu usaha informal
antaranya adalah DKI dan 33,7% adalah yang berada di Kecamatan Plaju.
DKA.1 Keberadaan bengkel di Kecamatan Plaju
sangat menguntungkan bagi pengusaha

15 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27

Artikel Penelitian

bengkel, mahasiswa, dan masyarakat. menarik lainnya yang perlu diperhatikan


Keuntungan bagi mahasiswa dan adalah adanya DKI dapat meningkatkan
masyarakat yaitu dapat memperbaiki kejadian DKA. Hal tersebut terjadi
kendaraan mereka dengan jarak yang akibat adanya gangguan fungsi sawar
tidak terlalu jauh dari kampus maupun kulit yang terjadi sebelumnya akan
dari rumah, sedangkan keuntungan bagi meningkatkan penetrasi alergen.
pengusaha bengkel banyak pelanggan Dermatitis kontak awalnya terdapat pada
seperti mahasiswa dan masyarakat yang area kulit yang terpajan. Namun dalam
menggunakan jasa bengkel. Bengkel perkembangannya, dapat menyebar ke
yang menjadi lokasi penelitian di tempat lain yang lebih jauh, baik dengan
Kecamatan Plaju ini adalah bengkel kontak yang tidak disengaja, atau dalam
yang bergerak dalam bidang perbaikan kondisi tertentu, misalnya
dan penggantian suku cadang motor. autosensitisasi.12
Pada dasarnya kegiatan di bengkel Salah satu faktor yang berpengaruh
terbagi atas perbaikan dan penggantian terhadap kejadian dermatitis kontak pada
suku cadang dan semua kegiatan ini pekerja bengkel adalah personal hygiene
menggunakan bahan kimia. dan pemakaian Alat Pelindung Diri
Penegakkan diagnosis kasus (APD). Personal hygiene yang baik bagi
dermatitis memerlukan beberapa pekerja bengkel di antaranya adalah
tahapan seperti anamnesis, pemeriksaan mencuci tangan sebelum melakukan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. pekerjaan, mencuci tangan sesudah
Informasi yang perlu diketahui saat melakukan pekerjaan, mencuci tangan
anamnesis berupa gejala utama (nyeri, sesuai dengan 6 (enam) langkah menurut
gatal, eritema, rasa terbakar, dan rasa WHO, menyiapkan kain khusus untuk
tidak nyaman), onset gejala, riwayat mengelap tangan setelah mencuci
alergi, riwayat pekerjaan, riwayat tangan, mencuci pakaian kerja dan
terpapar faktor iritan, dan riwayat mandi setiap selesai bekerja, serta
pengobatan. Pemeriksaan fisik membersihkan sarung tangan dan sepatu
berdasarkan efloresensi kulit yang jika menggunakan. Pekerja bengkel
terlihat seperti adanya makula eritema dikategorikan memiliki Personal
berbatas tegas, hiperkeratosis, fisura, hygiene baik jika memenuhi minimal
vesikel, penampilan epidermis yang tiga kriteria yang sudah disebutkan
mengkilap, kering atau melepuh.11 Hal sebelumnya. Selain itu seorang pekerja

16 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27

Artikel Penelitian

bengkel harusnya menggunakan APD temperatur ruangan dan faktor mekanik


yang baik yaitu dengan menggunakan (tekanan, gesekan, luka). Faktor endogen
sepatu kerja, baju kerja yang menutupi adalah faktor-faktor yang berasal dari
seluruh badan, tangan, dan kaki, serta dalam diri individu yaitu faktor genetik,
sarung tangan kerja. Pekerja bengkel jenis kelamin, umur, ras, lokasi kulit
dikategorikan memiliki riwayat yang terpapar, riwayat atopi, riwayat
penggunaan APD baik jika memenuhi penyakit kulit, dan riwayat alergi.5
minimal tiga kriteria yang sudah Undang-Undang Nomor 11 Tahun
disebutkan sebelumnya. Pekerja bengkel 2020 tentang Cipta Kerja Pasal 17 bab
non formal sering kali tidak IV mengenai waktu kerja dan istirahat
menggunakan Alat Pelindung Diri dijelaskan bahwa waktu kerja buruh
(APD). Saat bekerja mereka hanya idealnya adalah 8 (delapan) jam dalam 1
menggunakan baju kaos, celana pendek (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam
dan sandal jepit. Selain itu, kebersihan dalam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima)
pekerja bengkel selama bekerja sangat hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Ini
sulit untuk dijaga. Pekerja selalu artinya maksimal lama kontak pekerja
menggunakan oli untuk memperbaiki bengkel dalam sehari bekerja adalah 8
sepeda motor, oli yang menempel pada jam.
kulit sangat sulit dibersihkan, sehingga Pekerja dengan lama bekerja ≤ 2
mereka membersihkan kulit yang tahun dapat menjadi salah satu faktor
terkena oli dengan menggunakan bensin. yang mengindikasikan bahwa pekerja
Hal ini meningkatkan risiko terjadinya tersebut belum memiliki pengalaman
kejadian dermatitis kontak akibat kerja.4 yang cukup dalam melakukan pekerjaan.
Selain personal hygiene dan Jika pekerja ini masih sering ditemui
penggunaan APD, beberapa faktor yang melakukan kesalahan dalam prosedur
mempengaruhi kejadian dermatitis penggunaan bahan kimia, maka hal ini
kontak adalah faktor eksogen dan berpotensi meningkatkan angka kejadian
endogen. Faktor eksogen adalah faktor- dermatitis kontak pada pekerja dengan
faktor yang berasal dari luar seperti lama bekerja ≤ 2 tahun. 2
karakteristik bahan kimia, karakteristik Sampai saat ini, belum ada data
paparan yakni lama paparan per hari, yang melaporkan gambaran kejadian
masa kerja, jenis pekerjaan, frekuensi dermatitis kontak pada tangan dan
paparan serta faktor lingkungan seperti hubungan faktor risiko dengan kejadian

17 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27

Artikel Penelitian

dermatitis kontak pada tangan pekerja nomor 17/EC/KBHKI/FK-


bengkel motor di Kecamatan Plaju kota UMP/XI/2020. Analisis data bivariat
Palembang sehingga mendorong peneliti menggunakan uji Fisher’s Exact.
untuk melakukan penelitian ini. Variabel pada penelitian ini
adalah: Dermatitis kontak, lama kontak,
Metode Penelitian masa kerja, riwayat penyakit kulit,
Penelitian ini adalah penelitian riwayat atopi, personal hygiene, dan
kuantitatif analitik dengan pendekatan penggunaan APD. Dermatitis kontak
cross sectional yang dilakukan di adalah keadaan inflamasi atau infeksi
Kecamatan Plaju Kota Palembang pada pada kulit yang diakibatkan radang oleh
bulan Oktober hingga Desember 2020. senyawa yang kontak dengan kulit.
Semua populasi pekerja bengkel di Lama kontak adalah lama waktu
Kecamatan Plaju dipilih secara total responden kontak dengan bahan kimia
sampling. Kemudian, subjek yang dalam satu hari kerja. Masa Kerja adalah
terpilih disesuaikan dengan kriteria lamanya seseorang bekerja di bengkel
inklusi yaitu pekerja bengkel yang dari awal masuk sampai pada saat waktu
melakukan kontak langsung dengan penelitian. Riwayat penyakit kulit adalah
bahan kimia yang ada di bengkel, serta peradangan pada kulit dengan gejala
memenuhi kriteria eksklusi seperti berupa gatal, rasa terbakar, kemerahan,
pekerja memiliki riwayat dermatitis bengkak, pembentukan lepuh kecil pada
kronik sebelum bekerja di bengkel dan kulit, kulit bersisik, kulit kering, dan
yang tidak menyelesaikan pengisian penebalan pada kulit atau kelainan kulit
kuesioner. lainnya yang sebelumnya pernah atau
Pengambilan data dilakukan sedang diderita oleh pekerja sebelum
dengan pengisian kuesioner dan lembar bekerja di bengkel. Riwayat atopi adalah
pemeriksaan fisik yang telah disetujui penyakit pada pekerja yang mempunyai
dan ditegakkan diagnosis oleh dokter riwayat kepekaan dalam keluarganya
Spesialis Kulit dan Kelamin. Penelitian atau diturunkan dari keluarganya, seperti
ini telah mendapatkan surat keterangan asma, rhinitis alergi, atau dermatitis
layak etik dari Komisi Bioetika, atopi. Personal hygiene adalah
Humaniora, dan Kedokteran Islam kebiasaan pekerja untuk membersihkan
Fakultas Kedokteran Universitas tangan enam langkah sesuai anjuran
Muhammadiyah Palembang dengan WHO sebelum dan setelah bekerja, dan

18 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27

Artikel Penelitian

mencuci pakaian yang digunakan setelah Kecamatan Plaju yaitu sebanyak 35


bekerja. Riwayat penggunaan APD orang. Pada penelitian ini sampel dipilih
adalah penggunaan sarung tangan, secara total sampling. Sampel lalu
seragam dan sepatu oleh pekerja bengkel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan
saat melakukan tugasnya. eksklusi. Pada penelitian ini didapatkan
jumlah sampel yang memenuhi kriteria
Hasil Penelitian inklusi yaitu sebanyak 30 orang.
Berdasarkan data awal
didapatkan bahwa pekerja bengkel di
Tabel 1. Karakteristik Responden dan hasil analisis bivariat
Karakteristik Responden Jumlah Persentase Nilai RP
(orang) (%) p (95% CI)
Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak 27 90
DKA 12
DKI 15
Bukan Dermatitis Kontak 3 10
Lama Kontak
> 8 Jam 23 76,7 0,009 1.233
≤ 8 Jam 7 23,3 (1.070-1.390)
Masa Kerja
> 2 Tahun 24 80,0 0,005 1.200
≤ 2 Tahun 6 20,0 (1.050-1.350)
Riwayat Penyakit Kulit
Ada 19 63,3 0,537 1.367
Tidak Ada 11 36,7 (1.180-1.550)
Riwayat Atopi
Ada 23 76,7 0,009 1.233
Tidak Ada 7 23,3 (1.070-1.390)
Personal hygiene
Tidak Baik 25 83,3 0,002 1.167
Baik 5 16,7 (1.030-1.310)
Penggunaan APD
Tidak Baik 18 60,0 0,548 1.400
Baik 12 40,0 (1.210-1.590)

Responden yang menderita yang tidak menderita dermatitis kontak


dermatitis kontak di bagian tangan yaitu sebanyak 3 orang (10,0%). Data
sebanyak 27 orang (90,0%), lebih dari 27 responden yang mengalami
banyak dibandingkan dengan responden dermatitis kontak, 15 responden

19 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27

Artikel Penelitian

mengalami DKI dan 12 responden Responden pada penelitian lebih


mengalami DKA. banyak responden yang memiliki
Onset lama kontak per hari pada riwayat atopi sebanyak 23 orang
responden penelitian lebih banyak pada (76,7%), dibandingkan dengan
onset lebih dari delapan jam sebanyak 23 responden yang tidak memiliki riwayat
orang (76,7%), dibandingkan dengan atopi berjumlah 7 orang (23,3%). Nilai
responden dengan onset lama kontak p=0,009 menunjukkan bahwa riwayat
kurang dari atau sama dengan delapan atopi memiliki hubungan bermakna
jam sebanyak 7 orang (23,3%). Nilai dengan kejadian dermatitis kontak.
p=0,009 menunjukkan bahwa lama Responden pada penelitian lebih
kontak memiliki hubungan bermakna banyak responden yang memiliki
dengan kejadian dermatitis kontak. riwayat personal hygiene yang tidak baik
Onset masa kerja pada responden sebanyak 25 orang (83.3%),
penelitian lebih banyak pada onset lebih dibandingkan dengan responden yang
dari dua tahun sebanyak 24 orang memiliki riwayat personal hygiene yang
(80,0%), dibandingkan dengan baik berjumlah 5 orang (16,7%). Nilai
responden dengan onset masa kerja p=0,002 menunjukkan bahwa personal
kurang dari atau sama dengan dua tahun hygiene memiliki hubungan bermakna
sebanyak 6 orang (20,0%). Nilai dengan kejadian dermatitis kontak.
p=0,005 menunjukkan bahwa masa Responden pada penelitian lebih
kerja memiliki hubungan bermakna banyak yang memiliki riwayat
dengan kejadian dermatitis kontak. penggunaan APD yang tidak baik
Responden pada penelitian lebih sebanyak 18 orang (60,0%). Nilai
banyak responden yang memiliki p=0,548 menunjukkan bahwa
riwayat penyakit kulit, sebanyak 19 penggunaan APD tidak memiliki
orang (63,3%), dibandingkan dengan hubungan bermakna dengan kejadian
responden yang tidak memiliki riwayat dermatitis kontak.
penyakit kulit berjumlah 11 orang
(36,7%), nilai p=0,537. Menunjukkan Pembahasan
bahwa riwayat penyakit kulit tidak Tabel 1 menunjukkan bahwa
memiliki hubungan bermakna dengan partisipan yang menderita dermatitis
kejadian dermatitis kontak. kontak berjumlah 27 individu (90.0%),
sedangkan partisipan yang tidak

20 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27

Artikel Penelitian

menderita dermatitis kontak yaitu Hasil riset ini sejalan dengan


berjumlah 3 individu (10.0%). Data ini temuan riset yang dilaksanakan Witasari
menunjukkan bahwa pekerja bengkel tahun 2014 dalam penelitian yang
motor di Kecamatan Plaju yang memiliki dilaksanakan di RSUD Dr. Soetomo
dermatitis kontak lebih banyak Surabaya bahwa angka kejadian DKAK
dibandingkan dengan pegawai bengkel di Divisi Alergi dan Imunologi URJ
motor yang tidak memiliki dermatitis Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo
kontak. Surabaya periode tahun 2010-2012
terbanyak adalah DKI berjumlah 27
(54%) responden, sementara DKA
berjumlah 23 (46%) responden.6
Temuan observasi awal yang
dilaksanakan Putri dan Akifah di bulan
Desember 2016 atas pegawai bengkel
motor di Kota Kendari ditemukan 459
montir mekanik, pegawai yang
mengalami dermatitis dengan keluhan
luka, kulit kering, kemerahan, kulit

Gambar 1. Tangan responden yang mengelupas, serta rasa gatal pada kulit
mengalami dermatitis kontak iritan. seusai bekerja.4
Abnormalitas kulit akibat materi
Sebanyak 12 responden dari 27
yang mampu mengiritasi menyebabkan
pekerja bengkel di antaranya memiliki
gangguan sel secara fisik maupun
DKA dan 15 individu di antaranya
kimiawi. Materi iritan mengikis lapisan
terkena DKI. Keluhan yang paling
tanduk, denaturasi keratin,
banyak dialami oleh responden yang
menghilangkan lemak lapisan tanduk,
mengalami dermatitis kontak tangan
serta mengacaukan daya ikat kulit atas
adalah rasa gatal, rasa terbakar, kulit
air. Sebagian besar bahan iritan merusak
kemerahan, kulit mengelupas dan kulit
membran lemak keratinosit, meski
pecah-pecah yang terbatas didaerah
beberapa mampu memenetrasi membran
sekitar kulit yang bersentuhan langsung
sel serta menghancurkan lisosom,
dengan zat iritan yang ada di bengkel
mitokondria, maupun unsur inti. Jika
motor.
disandingkan dengan DKI, total

21 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27

Artikel Penelitian

penderita DKA lebih kecil karena hanya Latambaga Kabupaten Kolaka dengan
berdampak pada individu dengan kulit nilai p=0,027.
yang terlalu sensitif. DKA disebabkan Lama kontak adalah durasi
oleh materi kimiawi sederhana yang pegawai bersinggungan dengan senyawa
mempunyai berat molekul kecil (< 1000 kimia yang diukur dalam satuan jam
dalton), dikenal dengan hapten, memiliki setiap harinya. Setiap pegawai
sifat lipofilik, mudah bereaksi, serta mempunyai durasi kontak yang beragam
mampu memenetrasi stratum korneum sesuai dengan tanggung jawab individu.
dan mencapai sel epidermis internal. Durasi kontak yang semakin lama
Sistem pembentukan abnormalitas kulit dengan materi alergen ataupun iritan
pada DKA sesuai dengan sistem maka peradangan maupun inflamasi
imunitas yang diwakilkan oleh cell mungkin ditimbulkan dan menyebabkan
mediated immune response atau reaksi abnormalitas pada kulit. Durasi kontak
imunologik tipe IV, atau reaksii berpengaruh atas kemunculan dermatitis
hipersensitivitas tipe lambat. Respons ini kontak karena durasi bersinggungan
terlaksana lewat 2 fase, yakni fase dengan senyawa kimia yang lama akan
elisitasi serta fase sensitisasi. Hanya memenetrasi hingga ke lapisan terdalam
individu yang sudah menderita dan meningkatkan risiko dermatitis
sensitisasi yang bisa terkena DKA.7 kontak.1
Tabel 1 juga memperlihatkan Waktu kerja yang melebihi dari
bahwa responden dengan kontak kemampuan serta bertugas terlalu lama
melebihi 8 jam mempunyai indikasi akan menyebabkan kecondongan
mengalami kejadian dermatitis kontak mengalami kelelahan, fokus terganggu,
yang melebihi partisipan yang masalah kesehatan, berpotensi
mempunyai durasi singgungan kurang menyebabkan penyakit, serta terluka saat
dari atau sama dengan 8 jam (nilai p= bekerja. Dampak dari penurunan
0,009). konsentrasi dalam bekerja adalah sering
Hasil riset sesuai dengan studi kali terjadi kecelakaan kerja yang salah
Zania (2018) bahwa ada relasi antara satunya dapat menimbulkan risiko
durasi bersinggungan dengan penyakit mengalami dermatitis kontak akibat
dermatitis kontak yang dialami nelayan kerja.8
Kelurahan Induha Kecamatan

22 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27

Artikel Penelitian

Responden yang sudah bekerja lama kerja kejadian dermatitis kontak


selama lebih dari 2 tahun mempunyai juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti
indikasi mengalami kejadian dermatitis unsur mekanis contohnya aktivitas yang
kontak yang lebih banyak dibandingkan berpotensi menimbulkan lecet, gesekan,
dengan responden yang bekerja selama maupun tekanan pada kulit saat
setidaknya 2 tahun (nilai p=0,005). beraktivitas sehingga bisa mempertinggi
Sesuai dengan studi Putri & permeabilitas kulit atas senyawa iritan
Akifah, ada relasi antara durasi bertugas akibat stratum korneum yang rusak.
dengan kejadian dermatitis kontak pada Peningkatan permeabilitas kulit tersebut
pegawai bengkel otomotif dengan nilai p mengakibatkan senyawa kimia yang
value =0,05 namun terdapat perbedaan dimanfaatkan mudah memenetrasi kulit.
hasil data yaitu angka kejadian Pada pegawai yang mempunyai durasi
dermatitis kontak pada penelitian kerja >2 tahun maka akan semakin
tersebut lebih tinggi pada pekerja yang berbagai lecet, gesekan, serta tekanan
bekerja dengan masa kerja selama yang dialami pada kulit pekerja,
kurang dari atau sama dengan 2 tahun ditambah dengan penggunaan APD dan
(53%).4 Hasil penelitian juga tidak riwayat personal hygiene yang tidak baik
sesuai teori menurut Utomo bahwa maka akan semakin meningkatkan risiko
pekerja dengan durasi kerja kurang dari timbulnya dermatitis kontak pada
2 tahun mungkin menjadi salah satu pekerja bengkel yang bertugas lebih dari
aspek yang menandakan bahwa pegawai 2 tahun.5
terkait belum mempunyai pengalaman Hasil penelitian ini menunjukkan
yang memadai untuk bekerja. Apabila bahwa tidak ada hubungan antara
pegawai ini masih sering keliru saat riwayat penyakit kulit dengan dermatitis
menggunakan senyawa kimia, maka hal kontak pada pegawai bengkel (nilai
tersebut mempunyai kemungkinan p=0,537). Sejalan dengan penelitian
mempertinggi jumlah penyakit Zania bahwa tidak ada relasi antara
dermatitis kontak pada pegawai dengan riwayat penyakit kulit atas penyakit
durasi kerja minimal 2 tahun.5 dermatitis kontak pada nelayan dengan
Perbedaan hasil studi yang nilai p=0,980.1 Hasil penelitian
dilakukan dengan hasil penelitian Putri didukung oleh teori yang menyebutkan
& Akifah dan teori menurut Utomo bahwa pegawai yang terlebih dahulu
karena selain dipengaruhi oleh waktu atau sedang mengalami non dermatitis

23 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27

Artikel Penelitian

akibat kerja maupun penyakit kulit serta penyesuaian kadar lipid esensial
lainnya berpotensi terkena dermatitis kulit membuat kulit lebih kering dan
karena pekerjaan akibat sistem proteksi lebih sensitif.7
kulit yang melemah dari penyakit yang Tabel 1 memperlihatkan bahwa
dimiliki sebelumnya. Manfaat proteksi partisipan yang mempunyai riwayat
yang melemah itu contohnya absensi personal hygiene yang tidak baik
lapisan pelindung kulit, kerusakan pada mempunyai indikasi mengalami
kelenjar keringat dan minyak serta kejadian dermatitis kontak yang lebih
perbedaan pH kulit.1 banyak dibandingkan dengan responden
Tabel 1 menunjukkan bahwa yang mempunyai riwayat personal
responden yang mempunyai riwayat hygiene yang baik (nilai p=0,002).
atopi mempunyai indikasi mengalami Sejalan dengan penelitian Sabrina bahwa
kejadian dermatitis kontak yang lebih terdapat relasi signifikan antara personal
banyak dibandingkan dengan responden hygiene dengan kejadian dermatitis
yang tidak mempunyai riwayat atopi kontak. Hal tersebut disebabkan karena
(nilai p=0,009). Hasil penelitian ini tidak kebersihan diri seseorang bisa
sesuai dengan studi Nuraga & Lestari menghambat transmisi virus dan
yakni tidak terdapat relasi yang berarti penyakit, meminimalisir kontak dengan
antara riwayat atopi dengan penyakit senyawa beracun, melaksanakan
dermatitis kontak dengan nilai tindakan preventif alergi kulit, keadaan
p=0,1999.9 Riwayat atopi pada kejadian kulit, serta kepekaan kulit atas senyawa
dermatitis berhubungan erat dengan beracun, supaya jauh dari penyakit kulit
hambatan pada peran sawar kulit yang karena bekerja, pegawai disarankan
disebabkan oleh penurunan fungsi untuk menjaga kebersihan diri saat
genetik yang mengatur amplop keratin bertugas, contohnya dengan mencuci
(filagrin dan lorikrin), volume seramid tangan sebelum dan sesudah bekerja
yang menurun dan peningkatan enzim serta membasuh bagian tubuh yang
proteolitik serta trans-epidermal-water kontak dengan senyawa berbahaya dan
loss (TEWL). Penyesuaian sawar kulit memakai pakaian bersih selama
menimbulkan kenaikan daya serap serta menjalankan tugas. 13
hipersentivitas. Kenaikan pada TEWL Hasil penelitian ini melaporkan
serta pelemahan kapabilitas bahwa tidak ada hubungan antara
penampungan air (skin capacintance) penggunaan APD dengan kejadian

24 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27

Artikel Penelitian

dermatitis kontak (nilai p=0,548). terhindar dari kontak langsung dengan


Sejalan dengan penelitian Sabrina bahwa senyawa beracun.1
tidak terdapat hubungan signifikan Tidak satupun pekerja bengkel
antara penggunaan APD dengan motor yang menjadi responden yang
kejadian dermatitis kontak pada pekerja menggunakan sarung tangan untuk
bengkel di kelurahan Merdeka Kota melindungi tangan pekerja dari pajanan
Medan dengan nilai p=1,000. Hal ini langsung dengan bahan kimia, sehingga
terjadi karena kejadian dermatitis tidak hal ini sangat mempengaruhi
hanya dipengaruhi oleh pemakaian APD peningkatan risiko kejadian dermatitis
saja namun juga kerentanan kulit pekerja kontak pada pekerja bengkel motor.
bengkel terhadap zat iritan. Sebaiknya pekerja bengkel harus
Namun penelitian Putri menggunakan sarung tangan khusus
melaporkan bahwa terdapat hubungan untuk melindungi tangan dari pajanan
antara penggunaan APD dengan langsung bahan kimia.
kejadian dermatitis kontak pada pekerja Perbedaan hasil juga disebabkan
bengkel motor dengan nilai p=0,007). oleh kesesuaian APD yang dipakai
Angka kejadian dermatitis kontak pada pekerja. APD yang sesuai standar sudah
penelitian tersebut lebih tinggi pada sepatutnya bisa memperkecil
pekerja yang memiliki riwayat probabilitas pegawai mengalami
penggunaan APD yang tidak baik. Hasil dermatitis kontak. Jika pegawai masih
yang dilaporkan oleh Putri yaitu merasakan singgungan dengan senyawa
responden yang memiliki riwayat beracun meskipun sudah memakai APD,
penggunaan APD yang tidak baik (95%) hal tersebut mengindikasikan bahwa
mempunyai indikasi mengalami APD yang dipakai tidak memenuhi
kejadian dermatitis kontak yang lebih standar proteksi terhadap kulit. Selain itu
banyak dibandingkan dengan responden kebersihan dari APD itu sendiri juga
yang memiliki riwayat penggunaan APD sangat perlu diperhatikan.
yang baik (5%) yang mengalami Contoh tindakan preventif yang
dermatitis kontak.4 bisa dilaksanakan untuk meminimalisir
Pemakaian APD adalah contoh dermatitis kontak yakni dengan
metode untuk memperkecil probabilitas menggunakan alat pelindung diri (APD)
dermatitis kontak akibat kerja, karena saat beraktivitas. APD berguna untuk
dengan memanfaatkan APD bisa memberikan proteksi bagi sebagian

25 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27

Artikel Penelitian

maupun seluruh tubuh pekerja dari Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.


3(3):1-8.
bahaya yang mungkin mengancam. APD
2. Lestari F dan Utomo. 2007. Formation
yang dimaksud dapat berupa pakaian, of methane-air open flame on the
surface of a porous ceramic plate.
sepatu, serta sarung tangan khusus kerja.
Jurnal Makara. 11(2):61-68.
Selain APD, perilaku yang wajib 3. Hardianty S, Tarigan L, dan Salmah
U. 2015. Faktor-faktor yang
dilakukan yakni menjaga higienitas serta
berhubungan dengan gejala dermatitis
kesehatan pribadi untuk menghindari kontak pada pekerja bengkel di
Kelurahan Merdeka Kota Medan
penyakit dermatitis kontak. 14
Tahun 2015. Lingkungan dan
Kesehatan Kerja. 4(1):21-22.
4. Putri SA, Nirmala F, dan Akifah.
Simpulan dan Saran
2017. Faktor-faktor yang
Terdapat 27 pekerja bengkel yang berhubungan dengan gejala dermatitis
kontak pada pekerja bengkel motor di
mengalami dermatitis kontak tangan dari
wilayah Kota Kendari tahun 2016.
30 pekerja bengkel yang menjadi Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat. 2(6):1-10.
responden penelitian. Ada hubungan
5. Rahma GA, Setyaningsih Y, dan
yang signifikan antara lama kontak, Jayanti S. 2017. Analisis hubungan
faktor eksogen dan endogen terhadap
masa kerja, riwayat atopi dan personal
kejadian dermatitis akibat kerja pada
hygiene dengan kejadian dermatitis pekerja penyamakan kulit PT. Adi
Satria Abadi Piyungan, Bantul. Jurnal
kontak tangan. Tidak ada hubungan yang
Kesehatan Masyarakat. 5(5): 173-
signifikan antara riwayat penyakit kulit 183.
6. Witasari D dan Sukanto H. 2014.
sebelumnya dengan dengan kejadian
Dermatitis kontak akibat kerja :
dermatitis kontak tangan pada pekerja penelitian retrospektif. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit Dan Kelamin.
bengkel motor di Kecamatan Plaju.
26(3):161-167.
7. Sularsito. 2018. Dermatitis. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ke-
Ucapan Terima Kasih
7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Penulis mengucapkan terima kasih 8. Rosdiana. 2019. Hubungan stres
kerja, jam kerja, dan kelelahan kerja
kepada pihak bengkel yang berkenan
dengan tingkat konsentrasi pada
menjadi mitra penelitian ini. pekerja pengguna komputer di PT.
Telekomunikasi Witel Medan. Jurnal
Kesehatan Global. 3(2):131-141.
Daftar Pustaka 9. Nuraga W, Lestari F, dan
1. Zania E, Junaid, dan Ainurafiq. 2018. Kurniawidjaja L. 2008. Dermatitis
Faktor-faktor yang berhubungan kontak pada pekerja yang terpajan
dengan kejadian Dermatitis Kontak dengan bahan kimia di Perusahaan
pada nelayan di Kelurahan Induha Industri Cibitung Jawa Barat. Makara
Kecamatan Latambaga Kabupaten Kesehatan. 12(2):63-69.
Kolaka tahun 2017. Jurnal Ilmiah 10. Budiarisma PY dan Suryawati N.

26 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27

Artikel Penelitian

2019. Profil dermatitis kontak akibat keselamatan kerja.


kerja pada karyawan pencucian Yogyakarta:Graha Ilmu.
mobil dan sepeda motor di Kota 14. Fielrantika S dan Dhera A. 2017.
Denpasar Selatan pada tahun 2016. Hubungan karakteristik pekerja,
E-Jurnal Medika. 8(3). kelengkapan dan higienitas apd dengan
11. Iswara WI, Darmada I, dan Rusyati kejadian dermatitis kontak (Studi kasus
L. 2016. Edukasi dan di Rumah Kompos Jambangan
Surabaya). The Indonesian Journal of
penatalaksanaan dermatitis kontak
Occupational Safety and Health.
iritan kronis di RSUP Sanglah
6(1):16-26.
Denpasar Bali tahun 2014/2015. E- 15. Adly. 2015. Hubungan antara lama
Jurnal Medika Udayana. 5(8):2014- kontak karyawan bengkel cuci
2017. kendaraan bermotor dengan kejadian
12. Sulistyaningrum SK, Widaty S, dermatitis kontak akibat kerja di
Triestianawati W, dan Daili ESS. Kecamatan Banjarsari Kota
2011. Dermatitis kontak iritan dan Surakarta. [Skripsi]. Universitas
alergik pada geriatri. MDVI. 38(1): Muhammadiyah Surakarta,
29-40. Surakarta.
13. Widayana W. 2014. Kesehatan dan

27 e-ISSN 2776-8147
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah


Alamat Website: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM

Determinan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel di Kota Kendari

La Ode Alifariki1, Adius Kusnan2, Saida3


1
Departemen Keperawatan Kesehatan Komunitas, Fakultas Kedokteran, Univ Halu Oleo, Kendari, Indonesia
2
Departemen Epidemiologi, Fakultas Kedokteran, Univ Halu Oleo, Kendari, Indonesia
3
Departemen Keperawatan Kesehatan Komunitas, Fakultas Kedokteran, Univ Halu Oleo, Kendari, Indonesia

INFORMASI A B S T R A C T
Korespondensi: One of the problems in occupational health is occupational diseases. Occupational
ners_riki@yahoo.co.id disease is a disease caused by a job or work environment. Occupational disease that
often occurs is contact dermatitis. Contact dermatitis is dermatitis caused by material
DOI Artikel: or substance that sticks to the skin. The study results of the Indonesian Ministry of
Health in 2016 for informal workers were 44.2%. Allergic contact dermatitis. Like-
wise, in 2017 the 2017 Profile of Worker Health Problems in Indonesia obtained
50.5% of work related to work, one of which was skin disorders of 5.3%. This study
aims to determine the factors associated with the incidence of contact dermatitis in
motorbike workshop workers in Kendari City 2018. This study was quantitative with
cross sectional study design. The populations in this study were all The mechanics of
motorcycle workshop in Kendari city in 2016, amounting to 459 people. The sam-
ples in this study were 58 people. The Results showed that, there was a relationship
between long contact and symptoms of contact dermatitis with ρ value = 0.000, there
Keywords: was no relationship between a history of skin disease and symptoms of contact derma-
Dermatitis Incident, Work titis with ρ value = 0.174, there was relationship between personal hygiene and symp-
Period, Skin Disease Histo- toms of contact dermatitis with ρ value = 0.026, and there was a relationship between
ry, Personal Hygiene, The the use of PPE and symptoms of contact dermatitis with ρ value 0,003.
use of PPE

31
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019

Pendahuluan kulit, kondisi kulit dan sensitifitas terhadap bahan


Terjadinya penyakit yang berhubungan dengan kimia. Adanya riwayat penyakit kulit sebelumnya
pekerjaan dan penyakit akibat kerja sering terjadi dapat menghasilkan dermatitis yang parah akibat
pada pekerja, terutama pada kelompok pekerja sektor membiarkan iritan dengan mudah memasuki dermis.
informal. Salah satu masalah dalam kesehatan kerja Menggunakan APD dapat terhindar dari cipratan
adalah penyakit akibat kerja. Penyakit Akibat Kerja bahan kimia dan menghindari kontak langsung
yaitu penyakit yang disebabkan oleh perkerjaan dengan bahan kimia (Lestari dan Utomo, 2007,
atau lingkungan kerja (Kepmenakertrans Nomor Sumantri, 2008, Suryani, 2011).
609 Tahun 2012). Penyakit akibat kerja yang sering Terjadinya dermatitis kontak dapat juga di sebabkan
terjadi adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak oleh tiga faktor yaitu faktor kimiawi, faktor mekanis/
adalah dermatitis disebabkan bahan atau substansi fisik, faktor biologis. Dari faktor-faktor tersebut,
yang menempel pada kulit (Djuanda, 2011). faktor yang paling banyak disebabkan karena faktor
Insiden dari penyakit kulit akibat kerja di beberapa kimiawi. Penyebab dermatitis kontak alergi adalah
negara adalah sama, yaitu 50-70 kasus per 100.000 alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan
pekerja pertahun (Fathiya, 2011). Health and Safety berat kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut
Executive/HSE dalam Budiyanto (2010) menyatakan bahan kimia sederhana (Anies, 2005 dalam Astrianda,
bahwa antara tahun 2001 sampai 2002 terdapat 2012).
sekitar 39.000 orang di Inggris terkena penyakit Dermatitits kontak pada pekerja bengkel motor
kulit yang disebabkan oleh pekerjaan atau sekitar diakibatkan oleh paparan penggunaan air aki (asam
80% dari seluruh penyakit akibat kerja. Di Amerika sulfat), serta produk minyak bumi seperti minyak
Serikat, 90% klaim kesehatan akibat kelainan kulit pelumas, bensin, serta cairan pendingin. Accu zuur
pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak. (H2SO4 pekat) merupakan salah satu contoh bahan
Konsultasi ke dokter kulit sebesar 4-7% diakibatkan kimia yang dapat menimbulkan dermatitis kontak
oleh dermatitis kontak. Dermatitis tangan mengenai pada pekerja bengkel motor (Hardianty dkk, 2015).
2% dari populasi dan 20% wanita akan terkena Pada pekerja bengkel motor didapatkan hasil bahwa
setidaknya sekali seumur hidupnya. Anak-anak sebesar 65,7% pekerja bengkel motor menderita
dengan dermatitis kontak 60% akan positif hasil uji dermatitis kontak akibat kerja, dari pekerja yang
tempelnya (Astrianda, 2012). menderita dermatitis kontak memiliki kebiasaan
Pravalensi dari dematitis kontak tidak diketahui mencuci tangan yang buruk. Pekerja yang memiliki
secara pasti, tetapi dari hasil survei sebelumnya kebiasaan mencuci tangan yang buruk memiliki
menunjukkan proporsi yang bermakna penyakit risiko untuk mengalami dermatitis kontak akibat
terkait pekerjaan hampir 50% disebabkan oleh kerja 18,791 kali lebih besar daripada pekerja yang
cedera akibat kerja, dan yang paling sering terkena memiliki kebiasaan mencuci tangan yang baik
adalah tangan. Dermatitis kontak memberikan beban (Nurzakky, 2011).
ekonomik yang bermakna. Dari seluruh penderita Pekerja di bengkel motor merupakan salah satu
dermatitis kontak, 80% disebabkan karena dermatitis pekerja yang memiliki resiko besar untuk terpapar
kontak iritan, sedangkan 10-20% dermatitis kontak bahan kimia. Salah satunya adalah masalah yang
alergik.(Sumantri dkk, 2008). terjadi pada kulit yaitu dermatitis kontak akibat
Terjadinya dermatitis kontak akibat kerja pada kerja. Pada tahun 2013, jumlah penderita dermatitis
umumnya dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti kontak di kota Kendari yang dilaporkan sebanyak
faktor masa kerja, lama kontak, personal hygiene, 13.966 kasus(8,77%). Terjadi peningkatan jumlah
riwayat penyakit kulit dan penggunaan APD, dari kasus penderita dermatitis kontak pada tahun 2013.
faktor tersebut dapat diketahui bahwa pekerja dengan Pada tahun 2015 jumlah penderita dermatitis kontak
lama bekerja ≤ 2 tahun dapat menjadi salah satu faktor dilaporkan sebanyak 13.151 kasus penderita atau
yang mengindikasikan bahwa pekerja tersebut belum setara dengan 7,63%, angka ini jauh menurun bila
memiliki pengalaman yang cukup dalam melakukan dibandingkandengan tahun 2013. Pada tahun 2016
pekerjaannya. Personal hygiene dilihat dari kebersihan merupakan tahun dengan angka penderita dermatitis
perorangan pekerja dapat mencegah penyebaran kontak terendah dalam beberapa tahun terakhir,
kuman dan penyakit, mengurangi paparan pada bahan jumlah penderita dermatitis kontak di kota Kendari
kimia dan kontaminasi, melakukan pencegahan alergi dilaporkan sebanyak 2.459 kasus atau setara dengan

32
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019

2,75% (Dinkes Kota Kendari, 2017). ini semua berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 59
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan pada responden (100%).
bulan Agustus tahun 2018, jumlah bengkel motor b. Variabel Penelitian
di Wilayah Kota Kendari terdapat 198 bengkel, Tabel 2 Distribusi variabel penelitian
diantaranya bengkel formal terdapat 12 bengkel, dan Variabel Jumlah (n) Persentase
bengkel non formal terdapat 186 bengkel, sedengkan (%)
pekerja bengkel motor di Wilayah Kota Kendari Kejadian dermatitis
terdapat 459 pekerja mekanik, beberapa pekerja Dermatitis 47 79,7
mengeluhkan rasa gatal pada kulit, kulit tangan Tidak dermatitis 12 20,3
mengelupas, muncul kemerahan, kulit kering dan Lama kontak
luka pada tangan setelah bekerja. Selain itu terdapat Berisiko 37 62,7
5 orang pekerja bengkel motor yang mengalami Tidak berisiko 22 37,3
dermatitis kontak setelah mereka terpapar atau Riwayat penyakit kulit
kontak dengan bahan kimia. Berisiko 40 67,8
Metode Tidak berisiko 19 32,3
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional Personal hygiene
dengan pendekatan cross sectional study Tidak baik 45 76,3
(Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian Baik 14 23,7
ini adalah semua pekerja bengkel di Kota Kendari. Penggunaan APD
Sedangkan sampel adalah sebagian pekerja bengkel di Tidak lengkap 52 88,1
di bengkel motor di Wilayah Kota Kendari. Adapun Lengkap 7 11,9
teknik pengambilan sampel dengan menggunakan
teknik proportional random sampling 59 responden. Berdasarkan tabel di atas semua yang bekerja di
Data diolah dengan program SPSS 16.0 for windows bengkel motor, lebih banyak kategori berisiko yaitu
untuk penyajian data dalam bentuk tabel dan narasi 62,7%. Sebagian besar responden yang bekerja di
berdasarkan variabel yang diteliti. Data dianalisi bengkel motor 67,8% berisiko mempunyai riwayat
dengan univariat dan bivariat (Chi square dan phi penyakit kulit. Personal hygiene pada responden di
test) pada batas kemaknaan α = 0,05 (Arikunto, bengkel motor Kota Kendari hampir semua tidak
2010). baik, yaitu 76,3%. Sebagian besar pekerja bengkel
Hasil Penelitian kurang memperhatikan kebersihan tubuh mereka.
1.1.1 Analisis Univariat Hampir 100% pekerja bengkel motor yang tidak
Pada tahap ini dilakukan analisis distribusi frekwensi menggunakan APD pada saat bekerja yaitu sebesar
berdasarkan masing-masing variabel, yang sajikan 88,1%. Sebagian besar pekerja bengkel motor
dalam bentuk tabel distribusi sebagai berikut: mengalami dermatitis kontak yaitu sebesar 79,7%.
a. Karakteristik Responden
d. Analisis Bivariat
1) Usia
Distribusi Responden Menurut Usia Pada Pekerja
a) Hubungan Lama Kontak dengan Kejadian
Tabel 1 Bengkel Motor di Wilayah Kerja Kota Kendari Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di
Tahun 2018 Wilayah Kerja Kota Kendari Tahun 2018.
No Usia (Tahun) Jumlah (n) Persentase (%)
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa, 37 responden
1 15–30 46 78,0
berisiko berdasarkan lama kontak, 94,6% menderita
2 31–45 13 22,0
dermatitis kontak dan yang tidak mengalami kejadian
Total 59 100
dermatitis kontak sebanyak 5,4%. Berdasarkan
analisis fisher exact test, diperoleh hasil ρ value = 0,000
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 59 responden dengan menggunakan α = 0,05. Oleh karena ρ value
(100%), mayoritas usia responden yang bekerja di < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada hubungan antara
bengkel motor berusia 15-30 sebanyak 78,0%. lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak pada
2) Jenis Kelamin pekerja bengkel motor di Wilayah kerja Kota Kendari
Distribusi jenis kelamin responden dalam penelitian tahun 2018.

33
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019

Hubungan Lama Kontak dengan Kejadian Dermatitis Wilayah kerja Kota Kendari tahun 2018.
Tabel Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kerja
3 Kota Kendari Tahun 2018 Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Dermatitis
Tabel 5 Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kerja Kota
Kendari Tahun 2018
Dermatitis
Jumlah Dermatitis
Lama Ya Tidak ρ value Jumlah
No Tidak
Kontak Dermatitis ρ value
n % n % n % No Personal dermatitis
Hygiene
1 Berisiko 35 94,6 2 5,4 37 100 n % n % n %

Tidak 1 Berisiko 39 86,7 6 13,3 45 100


2 12 54,5 10 45,5 22 100 0,000
berisiko
Tidak
2 8 57,1 6 42,9 14 100 0,026
Total 47 79,7 12 20,3 59 100 berisiko
Total 47 79,7 12 20,3 59 100

b) Hubungan Riwayat Penyakit Kulit dengan


Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel
Motor di Wilayah Kerja Kota Kendari Tahun 2018 f ) Hubungan Penggunaan APD dengan
Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel
Hubungan Riwayat Penyakit Kulit dengan Kejadian Dermatitis
Tabel 4 Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kerja Kota
Motor di Wilayah Kerja Kota Kendari Tahun 2018
Kendari Tahun 2018
Dermatitis Hubungan Penggunaan APD dengan Kejadian Derma-
Tabel 6 titis Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah
Tidak Jumlah
Riwayat Dermatitis ρ value
Kerja Kota Kendari Tahun 2018
No Penyakit dermatitis
Kulit Dermatitis
n % n % n %
Tidak Jumlah
Dermatitis ρ value
1 Berisiko 34 85 6 15 40 100 No Penggu- dermatitis
Tidak naan APD n % n % n %
2 13 68,4 6 31,6 19 100 0,174
berisiko
Total 47 79,7 12 20,3 59 100 Tidak
1 45 86,5 7 13,5 52 100
lengkap
0,003
2 Lengkap 2 28,6 5 71,4 7 100
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa, 40 responden Total 47 79,7 12 20,3 59 100
berisiko berdasarkan riwayat penyakit kulit, 85%
menderita dermatitis kontak dan yang tidak Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa, 52 responden
mengalami kejadian dermatitis kontak sebanyak 6%. tidak baik berdasarkan penggunaan APD, 86,5%
Berdasarkan analisis fisher exact test, diperoleh hasil menderita dermatitis kontak dan yang tidak
ρvalue = 0,174 dengan menggunakan α = 0,05. Oleh mengalami kejadian dermatitis kontak sebanyak 7%.
karena ρvalue > 0,05, maka H0 diterima yaitu tidak Berdasarkan analisis fisher exact test, diperoleh hasil
ada hubungan antara riwayat penyakit kulit dengan ρ value = 0,003 dengan menggunakan α = 0,05. Oleh
kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel karena ρ value < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada
motor di Wilayah kerja Kota Kendari tahun 2018. hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian
dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di
d) Hubungan Personal Hygiene dengan Wilayah kerja Kota Kendari tahun 2018.
Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel
Motor di Wilayah Kerja Kota Kendari Tahun 2018 Pembahasan
1. Hubungan lama kontak dengan Kejadian
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa, 45 responden Dermatitis Kontak
tidak baik berdasarkan personal hygiene dan 86,7%
menderita dermatitis kontak dan yang tidak Pada paparan akut, biasanya respon mukosa terhadap
mengalami kejadian dermatitis kontak sebanyak 6%. pelumas menyebabkan kerusakan kulit, iritasi dan
Berdasarkan analisis fisher exact test, diperoleh hasil ρ rambut kulit mudah rontok karena kerusakan
value = 0,026 dengan menggunakan α = 0,05. Oleh akar. Ditandai dengan mulainya reaksi akut pada
karena ρ value < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada permukaan punggung tangan, jari, dan kaki, dapat
hubungan antara personal hygiene dengan kejadian berkembang kemudian menjadi gangguan kulit, yang
dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di disebut dengan perifoliculate papules. Pada beberapa
34
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019

individu dapat menyebabkan sensitisasi kulit. disebabkan oleh banyak bengkel yang mempunyai
Sedangkan pada paparan kronik yang berulang atau jumlah tenaga kerja banyak sehingga dalam
dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan mengerjakan pekerjaan bengkel sering bergantian
kerusakan pada kulit, misalnya menyebabkan sehingga lama kontak dengan bahan kimia tersebut
dermatitis, dan efek seperti pada paparan akut. berkurang dan hal inilah kemudian yang menyebabkan
para pekerja tidak menderita dermatitis kontak.
Lamanya seorang bekerja dengan baik dalam sehari
pada umumnya 8 jam. Memperpanjang waktu kerja Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lestari
lebih dari kemampuan lama kerja biasanya tidak dan Utomo (2008) yang menunjukkan bahwa
disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja terdapat hubungan yang bermakna antara lama
yang optimal, bahkan biasanya terjadi penurunan kontak dengan kejadian dermatitis kontak (p-value
kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu 0,003). Hasil penelitian Lestari dan Utomo (2008)
berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya menunjukkan bahwa pekerja yang berkontak lebih
kelelahan, gangguan kesehatan dan penyakit. lama cenderung lebih banyak menderita dermatitis
kontak daripada pekerja dengan jangka waktu
Dari 37 responden yang mempunyai riwayat lama paparan lebih singkat.
kontak > 8 jam/hari, 94,6% menderita dermatitis
kontak dan yang tidak mengalami kejadian dermatitis Sejalan pula dengan penelitian dari Putri Syahriana
kontak sebanyak 5,4%. Berdasarkan analisis fisher yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan
exact test, diperoleh hasil ρvalue = 0,000 dengan dengan keluhan kelainan pada pekerja bengkel
menggunakan α = 0,05. Oleh karena ρvalue < 0,05, kendaraan Bermotor di kelurahan Binjai, Medan,
maka H0 ditolak yaitu ada hubungan antara lama dimana hasil penelitiannya menjelaskan bahwa ada
kontak dengan kejadian dermatitis kontak pada hubungan antara lama kerja dengan keluhan kelainan
pekerja bengkel motor di Wilayah kerja Kota Kendari kulit.
tahun 2018.
1. Hubungan Riwayat Penyakit Kulit dengan
Menurut Hudyono (2002), pekerja yang berkontak Kejadian Dermatitis Kontak
dengan bahan kimia menyebabkan kerusakan sel kulit Pada penelitian ditemukan bahwa sebagian besar
lapisan luar, semakin lama berkontak dengan bahan responden yang bekerja di bengkel motor 67,8%
kimia maka akan semakin merusak sel kulit lapisan mempunyai riwayat penyakit kulit. Hasil wawancara
yang lebih dalam dan memudahkan untuk terjadinya ditemukan bahwa dominan para pekerja yang
dermatitis. Kontak dengan bahan kimia yang sakit rutin melakukan pengobatan sehingga tidak
bersifat iritan atau alergen secara terus menerus akan mempengaruhi terjadinya penyakit dermatitis kontak
menyebabkan kulit pekerja mengalami kerentanan lagi.
mulai dari tahap yang ringan sampai tahap yang berat. Berdasarkan hasil penelitian dari 19 responden yang
tidak memiliki riwayat penyakit kulit dan mengalami
Lama kontak dengan bahan kimia yang terjadi akan dermatitis kontak sebanyak 28 responden (68,4%),
meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat hal ini disebabkan karena beberapa responden
kerja. Semakin lama kontak dengan bahan kimia, memiliki tingkat sensitifitas pada kulit kemudian
maka peradangan atau iritasi kulit dapat terjadi didukung lama bekerja dalam sehari dan personal
sehingga menimbulkan kelainan kulit. Pengendalian hygiene yang buruk.
risiko, yaitu dengan cara membatasi jumlah dan lama Berdasarkan analisis fisher exact test, diperoleh hasil
kontak yang terjadi perlu dilakukan. Misalnya seperti ρvalue = 0,174 dengan menggunakan α = 0,05. Oleh
upaya pengendalian lama kontak dengan bahan kimia karena ρvalue > 0,05, maka H0 diterima yaitu tidak
dengan menggunakan terminologi yang bervariasi ada hubungan antara riwayat penyakit kulit dengan
seperti Occupational Exposure Limits (OELs) atau kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel
Threshold Limit Values (TLVs) yang dapat diterapkan motor di Wilayah kerja Kota Kendari tahun 2018.
bagi pekerja yang melakukan kontak dengan bahan Tidak adanya hubungan antara riwayat penyakit
kimia selama rata-rata 8 jam per hari. kulit pada pekerja bengkel motor dengan kejadian
Adanya pekerja yang mempunyai lama kontak > 8 dermatitis kontak, kemungkinan disebabkan karena
jam dan tidak menderita dermatitis kontak dapat dominan pekerja bengkel melakukan pengobatan

35
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019

penyakitnya di Dokter setelah muncul penyakit kulit lainnya, agar keluarga terhindar dari kontaminasi.
tersebut. Sebab lain adalah setelah para pekerja pernah Sebaiknya pakaian dicuci setelah satu kali pakai atau
menderita penyakit kulit maka pada tubuh pekerja minimal dicuci sebelum di pakai kembali.
tersebut akan muncul antibody sehingga hal ini akan
menjadi benteng pertahanan jika ada faktor allergen Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat
yang sama masuk ke dalam tubuh pekerja bengkel. responden yang mempunyai status personal hygiene
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian baik tetapi menderita dermatitis kontak sebanyak
Kurniawidjaja dkk (2008) bahwa berdasarkan hasil 57,1%, hal ini dapat disebabkan oleh kebiasaan para
uji Chi-Square, dengan tingkat signifikansi 5%, pekerja yang kurang memperhatikan kondisi fisik
diperoleh nilai p 0,199. Hal ini menunjukkan bahwa mereka seperti pada saat pulang dari tempat kerja
tidak ada perbedaan yang signifikan antara adanya langsung baring dan tertidur tanpa memperhatikan
riwayat atopi dengan tidak ada riwayat atopi terhadap kebersihan dirinya. Hal ini dikarenakan para pekerja
terjadinya dermatitis kontak. merasa lelah dan mengantuk, dan tanpa disadari
Penelitian ini sejalan dengan penelitian lainnya kebiasaan tersebut dapat menyebabkan kulit rentan
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan cepat terkena gangguan.
dermatitis kontak pada perkerja bagian processing Berdasarkan analisis fisher exact test, diperoleh hasil
dan filling PT.Cosmar Indonesia Tanggerang Selatan ρ value = 0,026 dengan menggunakan α = 0,05. Oleh
yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan karena ρ value < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada
yang signifikan antara riwayat penyakit kulit dengan hubungan antara personal hygiene dengan kejadian
kejadian dermatitis kontak dengan p-value 0,501 dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di
dimana diketahui bahwa jumlah petani rumput laut Wilayah kerja Kota Kendari tahun 2018.
yang memiliki riwayat penyakit kulit lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah petani rumput laut Salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah
yang tidak memiliki riwayat penyakit kulit. mencuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan ini
2. Hubungan Personal Hygiene dengan seharusnya dapat mengurangi potensi penyebab
Kejadian Dermatitis Kontak dermatitis akibat bahan kimia yang menempel
setelah bekerja, namun pada kenyataannya potensi
Personal hygiene yang diterapkan oleh pekerja masih untuk terkena dermatitis itu tetap ada. Kesalahan
kurang baik. Pekerja seharusnya memiliki kesadaran dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah
untuk menjaga dan merawat kebersihan dirinya satu penyebabnya. Misalnya kurang bersih dalam
masing- masing. Pada kategori pekerja dengan mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa
personal hygiene yang baik, pekerja diharuskan bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit
memenuhi kriteria untuk dapat menjaga kebersihan pekerja. Pemilihan jenis sabun cuci tangan juga dapat
dirinya. Jika dalam permasalahan personal hygiene berpengaruh terhadap kebersihan sekaligus kesehatan
ini tidak terdapat perbedaan proporsi yang bermakna kulit pekerja. Sebaiknya memilih sabun cuci tangan
mungkin terdapat beberapa kekurangan dalam yang dapat menghilangkan bahan kimia tangan
menjaga kebersihan diri. namun tidak merusak lapisan pelindung tangan.
Berdasarkan hasil observasi dengan responden Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
ditemukan bahwa dominan pekerja bengkel tidak lainnya mengenai faktor kebersihan perorangan
menggunakan air mengalir ketika mencuci tangan, dengan lingkungan terhadap kejadian dermatitis
pekerja mengeringkan tangan menggunakan pengering di Kabupaten Wajo tahun 2015, dinyatakan bahwa
tetapi pengering yang digunakan masih dalam variabel kebiasaan mencuci tangan (p=0,000),
kondisi kotor, pakaian yang digunakan juga jarang kebiasaan mandi (p=0,000), kebersihan pakaian
dicuci. Kondisi ini secara teoritis akan meningkatkan (p=0,000) berhubungan dengan kejadian dermatitis.
kecenderungan atau peluang munculnya dermatitis
kontak. Berdasarkan hasil observasi terhadap pakaian 3. Hubungan Penggunaan APD dengan
yang dikenajkan oleh para pekerja bengkel di Kota Kejadian Dermatitis Kontak
Kendari bahwa dominan pakaian yang digunakan Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa perkerja
terdapat noda oli, dan lainnya. Pencucian pakain yang menggunakan APD dengan baik masih lebih
juga perlu dipisahkan dari dari baju anggota keluarga sedikit dibandingkan dengan yang kurang baik
36
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019

dalam memakai APD. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian dermatitis kontak (positif ) adalah 8,556.
perilaku penggunaan APD oleh pekerja masih kurang Artinya pekerja yang kadang-kadang memakai APD
baik. Masih banyak pekerja yang melepas APD mempunyai risiko mengalami dermatitis kontak
ketika sedang bekerja. Jika hal ini dilakukan maka 8,556 kali lebih besar dari pekerja yang selalu
kulit menjadi tidak terlindungi dan bahan kimia menggunakan APD.
menjadi lebih mudah kontak dengan kulit. Melihat Sejalan pula dengan penelitian Kurniawidjaja dkk
fenomena ini, maka perlu adanya suatu usaha (2008) bahwa berdasarkan hasil uji korelasi spearman’s
promosi yang dilakukan oleh pihak manajemen rho menunjukkan korelasi positif (r=0,395; p=0,002)
untuk meningkatakan kesadaran pekerja dalam antara kebiasaan menggunakan APD dengan
menggunakan APD. kasus dermatitis kontak dimana semakin sering
Pekerja yang mengeluh gatal-gatal dan bentol- menggunakan APD semakin jarang terjadi dermatitis
bentol disebabkan karena pekerja kontak langsung kontak.
setiap harinya dengan sampah ketika mengangkat Kesimpulan
sampah tanpa menggunakan alat pelindung diri Kejadian dermatitis berhubungan dengan lama
seperti sarung tangan yang kedap air. Penggunan kontak, riwayat penyakit kulit, personal hygiene dan
sarung tangan dapat mencegah penyakit akibat kerja penggunaan APD.
khususnya keluhan gangguan kulit karena dapat
melindungi tangan sehingga tidak kontak langsung
dengan sampah. Penggunaan sarung tangan yang Saran
rendah disebabkan oleh rasa ketidaknyaman pekerja Bagi pekerja bengkel motor yang mempunyai
yang merasa risih dan panas apabila digunakan. riwayat penyakit kulit agar menghindari pekerjaan
Berdasarkan analisis fisher exact test, diperoleh hasil yang berkontak langsung dengan bahan kimia dan
ρ value = 0,003 dengan menggunakan α = 0,05. Oleh melakukan aktivitas di bengkel seperti seperti isi
karena ρ value < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada angin, dan melayani penjualan spare part motor agar
hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian mengurangi risiko terkena dermatitis.
dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di
Wilayah kerja Kota Kendari tahun 2018. Daftar Pustaka
Menurut Daryanto (2007), pakaian kerja yang Amrin, Nurhamdayati A. 2015. Faktor-faktor yang
digunakan dapat mengurangi penyakit akibat kerja. Berhubungan dengan Kejadian Stress Kerja
Kesehatan kulit tidak terlepas dari menjaga kebersihan pada Perawat di Ruang Inap BLUD Rumah
pakaian. Pemakaian pakaian kerja yang sesuai dengan Sakit Konawe Tahun 2015 (Skripsi). Fakultas
syarat tempat kerja maka dapat mengurangi terjadinya Kesehatan Masyarakat Universits Halu Oleo
penyakit akibat kerja. Pemakaian sepatu boot sebagai Kendari.
pengaman kaki bagi pekerja harus diperhatikan Astrianda. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
terutama pemilihan bahan sepatu di daerah kerja Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada
yang cocok dengan kondisi kerja. Dalam hal ini Pekerja Bengkel Motor Di Wilayah Kecamatan
sepatu kerja yang cocok digunakan adalah berbahan Ciputat Timur Tahun 2012. (Skripsi).
karet atau kulit, namun dominan tidak digunakan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan,
oleh pekerja bengkel motor saat bekerja sepanjang Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
hari. Jakarta. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/
Masih adanya responden yang mempunyai kebiasaan bitstream/123456789/25961/1/Astrianda-fkik.
menggunakan APD tetapi menderita dermatitis pdf.
kontak dapat diakibatkan oleh faktor lain seperti Aswar, Ewin. 2016. Faktor-faktor yang Berhubungan
personal hygiene yang kurang baik dan juga lama dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bengkel
kontak dengan bahan iritan atau kimia yang lamase Mobil Kota Kendari Tahun 2016 (Skripsi).
hingga tetap berisiko menderita dermatitis kontak. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universits Halu
Penelitian Nuraga (2006), juga menyebutkan bahwa Oleo Kendari. http://sitedi.uho.ac.id/uploads_
besarnya risiko kelompok pekerja yang kadang- sitedi/F1D310171_sitedi_abstrak.pdf.
kadang menggunakan APD dibandingkan dengan Budiyanto, Cakro. 2010. Penyakit Kulit di
kelompok pekerja yang menggunakan APD terhadap Industri Percetakan. http://ackogtg.wordpress.

37
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019

com/2101/12/10/penyakit-kulit-di-industri- Teknik Mesin FT, Universitas Negeri Yogyakarta.


percetakan/#more-475. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
Cahyawati, Imma Nur. 2010. Faktor Yang Volume 20, Nomor 2, Oktober 2011.
Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Pada Irawan, Irvan Ade. 2014. Faktor-Faktor Yang
Nelayan Yang Bekerja di Tempat Pelelangan Ikan Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis
(Tpi) Tanjungsari Kecamatan Rembang. (skripsi) Kontak Iritan Pada Pekerja Bagain Premix Di PT.
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri X Cirebon. Jurnal Kesehatan Masyarakat.Vol.2,
Semarang. No.2. Februari 2014.
Daulay, rini Andriani. 2016. Faktor-Faktor Yang Kashani, Nassiri Mansour, Kashani Nassiri Hassan
Berhubungan Dengan Terjadinya Dermatitis Mohammad, Ghafari Mostafa. 2016. Evaluation
Kontak Pada Pekerja Di Pabrik Tahu Desa Suka Of Occupational Allergic Contact Dermatitis
Maju Binjai Tahun 2016. (Tesis), Universitas and its Related Factors in Iran. Med J Islam
Sumatera Utara, Medan. Repub Iran 2016 (28 Desember). Vol. 30: 468.
Djuanda, A. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Kokandi, Amal A. 2017. Hand Dermatitis Between
Edisi Keempat. Cetakan Kedua. Jakarta: Balai Nurses At The University Hospital in Saudi
Penerbit FKUI. Arabia. Penelitian Biomed 2017; 28 (15): 6687-
Djuanda, Suria & Sri Adi Sularsito. 2002. Dermatitis, 6692. www.biomedres.info
dalam: Ilmu Penyakit Kulit danKelamin Edisi Kondarus, Danggur. 2006. Keselamatan Kesehatan
Ketiga, editor: Adhi Djuanda. Jakarta : Balai Kerja ”Membangun SDM Pekerja Yang Sehat,
Penerbit FK UI. Produktif, dan Kompetitif ”. Jakarta.
Erliana. 2008. Hubungan Karakteristik Individu Lestari, F. dan Utomo H.S. 2007. Faktor-Faktor
dan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak
Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan pada Pekerja di PT Pantja Press Industry. Jurnal.
Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Paving Makara, Kesehatan, Vol. 11, No. 2, Desember
Block CV. F. Lhoksumawe. (Skripsi) Universitas 2007: 61-68. http://journal.ui.ac.id/index.php/
Sumatera Utara. health/article/download/257/253.
Fatma, Lestari, Hari Suryo Utomo, 2007, Faktor- Lestari, Ira Cinta. 2008. Penyakit Kulit Akibat
Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kerja. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/
Kontak pada Pekerja di PT Inti Pantja bitstream/123456789/25961/1/Astrianda-fkik.
PressIndustri, Depok: FKM UI. pdf.
Fathiya, Inda. 2011. Dermatitis Kontak Iritan dengan Lestari, Tara. 2009. Hubungan Accu Zuur dan
Sekunder infeksi Ec Sabun. Berbagai Faktor Resiko dengan Kejadian
Ferdian, Riska. 2012. Faktor-faktor Yang Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Bengkel
Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Mobil. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas
Kontak Pada Pekerja Pembuat Tahu Di Wilayah Indonesia. Jakarta. http://repository.uinjkt.
Ciputat dan Ciputat Timur.Fakultas Kedokteran ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/
Dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Astrianda-fkik.pdf.
Syarif Hidayatullah, Jakarta. Nicholson, P. 2010. Evidence-Based Guidelines:
Hanum, Zulfa Novia. 2012. Faktor-faktor yang Occupational Contac Dermatitis and Urticaria.
Berhubungan dengan Dermatitis Kontak pada London: Occup. Med. Occupational Medicine,
Stylist dan Kapster di Wilayah Kecematan Volume 60, Issue 7, 1 October 2010, Pages 502–
Ciputat Timur Tahun. 504. https://doi.org/10.1093/occmed/kqq075.
Hardianty S., Tarigan L., Salmah U. 2015. Faktor- Nuraga, Fatma Lestari dan L. Meily Kurniawidjaja.
Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala 2008. Dermatitis Kontak Pada Pekerja yang
Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Di Terpajan dengan Bahan Kimia di Perusahaan
Kelurahan Merdeka Kota Medan Tahun 2015. Industri OtomotifKawasan Industri Cibitung
Vol 3 (4). Page 1-9. Jawa Barat. Makara Kesehatan, volume 12 No.
Hargiyarto, P. 2011. Analisis Kondisi Dan 2 : 63-69.
Pengendalian Bahaya Di Bengkel/Laboratorium Nuraga, Wisnu. 2006. Faktor-faktor yang
Sekolah Menengah Kejuruan. Jurusan Pendidikan Mempengaruhi Kejadian Dermatitis Kontak

38
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019

Pada Pekerja yang Terpajan dengan Bahan Kimia Kesehatan Kerja (HIPERKES). Edisi Kedua.
di PT Moric Indonesia. Tesis. Fakultas Kesehatan Cetakan Pertama. CV Sagung Seto, Jakarta.
Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. http:// Suma’mur., 2009. Hygiene perusahaan dan kesehatan
repository.ui.ac.id/contents/ kerja(hiperkes), Jakarta: CV Sagung Seto.
Nursyamri. 2015. Faktor Risiko Kejadian Dermatitis Suryani, F. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Kontak Alergi pada Pekerja Rumput Laut di Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bagian
Wilayah Kerja Puskesmas Lasepang, Kabupaten Processing Dan Filling PT. Cosmar Indonesia
Bantaeng Tahun. Tanggerang Selatan Tahun 2011. Fakultas
Nurzakky, Muhammad. 2011. Pengaruh Kebiasaan Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Mencuci Tangan Terhadap Kejadian Dermatitis Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kontak Akibat Kerja pada Tangan Pekerja http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/
Bengkel diSurakarta. Fakultas Kedokteran, bitstream/123456789/1821/1/FEBRIA%20
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. SURYANI-FKIK.PDF
Paendong M. Ristya, Pandaleke Herry, Mawu Utomo, Hari Suryo. 2007. Faktor-Faktor Yang
Ferra. Gambaran Kejadian Dermatitis Kontak Berhubungan Dengan DermatitisKontak Pada
Akibat Kerja pada Petugas Cleaning Service di Pekerja di Bagian Produksi dan Quality Control
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Mando. Fakultas PT. Inti PantjaPress Industri. Skripsi. Universitas
Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi Manado. Indonesia Depok. http://repository.uinjkt.
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 5, Nomor 2, Juli- ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/
Desember 2017. Astrianda-fkik.pdf.
Prasetyo, Ambang Dwi. 2014. Faktor-faktor yang Xinwang, Lin-Feng, Zhao Da-yu, dan Shen Yi-wei.
Berhubungan dengan Dermatitis Kontak Iritan 2016. Prevalence and Clinical Features of Atopic
pada Tangan Pekerja Konstruksi yang Terpapar Dermatitis in China.. Hindawi. Volume 2016,
Semen di PT. Wijaya Kusuma Contractors. ID Artikel 2.568.301, 6 halaman.
Profil Data Kesehatan 2017. dinkes.bantulkab.go.id/
data/hal/1/8/23/48-profil-kesehatan-2017.
Ruhdiat, Rudi. 2006. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Dermatitis Kontak Akibat
kerja Pada Pekerja Laboratorium Kimia di PT
Sucofindo Area Cibitung Bekasi. Tesis. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Siregar, RS. 1996. Dermatitis Akibat Kerja. Cermin
Dunia Kedokteran No. 107 . (skripsi) Jakarta.
Situmeang, Suryani M Florence. 2008. Analisa
Dermatitis Kontak pada PekerjaPencuci Botol
di PT X Medan. Tesis. Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sonny J. R. Kalangi, Histofisiologi Kulit 2013.
Bagaian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal
Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen,
November 2013, hlm. S12-20.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan.
Alfabeta. Bandung.
Sumantri, Hertanti Trias Febriani, dan Sriwahyuni
T Musa. 2008. Dermatitis Kontak. Yogyakarta.
Fakultas Farmasi UGM.
Suria, Djuanda dan Sri Adi S. 2003. Ilmu Penyakit
Kulit Dan Kelamin, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Suma’mur P.K. 2014. Higiene Perusahaan dan

39
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI


(APD) PADA PEKERJA BENGKEL MOTOR DI PT. CAPELLA HONDA

Trisna Jayati1, Fluorina Oryza2, Astrina Aulia3


1,2,3Politeknik ‘Aisyiyah Sumatera Barat

trisnajayati@gmail.com, fluorina91@gmail.com, astrinaaulia@gmail.com

ABSTRAK
Alat Pelindung Diri (APD) di lingkungan kerja adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melidungi seluruh/ sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakan kerja. Terjadinya kecelakaan kerja di bengkel motor sering
menimbulkan resiko bahaya misalnya asap bengkel,bahan kimia, kebisingan, bahaya api,
terjatuh, gangguan pernafasan dan penglihatan karena tidak menggunakan alat pelindung diri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat
pelindung diri (APD) dan diketahuinya hubungan antara pengetahuan, sikap, pelatihan
keselamatan dan pengawasan dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja
bengkel motor di PT. Capella Honda Tahun 2020. Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif
dengan menggunakan desain Cross Sectional yang dilaksanakan pada bulan Mei 2020. Populasi
dalam penelitian ini sebanyak 40 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total
sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data untuk bivariat dengan uji
chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel pengetahuan
dengan Pvalue=0,031 dan OR=6,067 dan (CI 95%= 1,361-27,049), sikap dengan Pvalue=0,012 dan
OR=7,286 dan (CI 95%=1,737-30,555), pelatihan keselamatan dengan Pvalue=0,032 dan OR=0,032
dan (CI 95%=1,350-21,144), pengawasan dengan Pvalue=0,041 dan OR=0,041 (CI 95%= 1,270-
19,685) dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja bengkel motor di Capella
Honda Tahun 2020. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan bermakna antara
pengetahuan, sikap, pelatihan keselamatan dan pengawasan dengan penggunaan alat
pelindung diri (APD) serta saran perlu adanya kebijakan secara tertulis seperti surat keputusan
maupun bentuk kebijakan terutama dengan manajemen kebijakan dan lebih sering lagi
mensosialisasikan kebijakan terutama mengenai penggunaan alat pelindung diri agar
mempengaruhi sikap pekerja lebih disiplin memakai alat pelindung diri.
Kata Kunci : Bengkel Motor, Alat Pelindung Diri

ABSTRACT
Personal Protective Equipments (PPE) in the work environment is a set of tools used by workers to protect
all/ most of his body against the possibility of any potential dangers/ accident. Accidents work in a
motorcycle workshops often generates the risk of harm for example smoke workshop, chemicals, noise,
danger fire, fell, respiratory disorders and sight because they did not use the self protection. Research aims
to understand factors that deals with a personal protective equipments (PPE) and it knew the relationship
between knowledge, attitude, training safety and supervision with the use of a personal protective
equipments (PPE) on workers motorbike workshop in district kampar left 2020 The kind of research this is
analytic quantitative by using design research cross sectional that was held in may 2020 in district
kampar left 2020. Population in this study some 40 people. Sampling techniques used is a technique total
of sampling. a measuring instrument used is the questionnaire. Data analysis to bivariate by test chi-
square .The research results show that there was a correlation between variables knowledge with

375
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)

Pvalue=0,031 and OR = 6,067 and ( CI 95 % = 1,361-27,049 ), attitude with Pvalue=0,012 OR = 7,286


and ( CI 95 % = 1,737-30,555 ), training safety with and OR = 0,032 and ( CI 95 % = 1,350-21,144 ) ,
supervision with Pvalue=0,041 and OR = 0,041 ( CI 95 % = 1,270-19,685 with the use of a personal
protective equipments (PPE) on workers motorbike workshop in district left 2020 .The conclusion of this
research is there was a correlation meaningful between knowledge, attitude, training safety and
supervision with the use of a personal protective equipments (PPE) and advice need to there was a policy
in writing such as a decree and forms of especially with management policy and more often socialize policy
especially over the use of a protective self that affect attitude workers more disciplined wearing instrument
protective self.
Keywords: Motorcycle workshops, Personal Protective Equipments (PPE) .

PENDAHULUAN Internasional Labour Organization (ILO)


tahun 2015, diseluruh dunia setiap hari
Menurut Occupational Safety and terjadi 6.000 kecelakaan kerja fatal di dunia.
Health Administration (OSHA), Alat Angka kecelakaan kerja di Indonesia dari
Pelindung Diri (APD) diartikan sebagai tahun 2011-2015 cukup tinggi, dimana
alat yang digunakan untuk melindungi kejadian kasus kecelakaan kerja pada tahun
pekerja dari luka atau penyakit yang 2011 terjadi 9.891 kasus, tahun 2012
diakibatkan oleh adanya kontak sebanyak 21.735 kasus, tahun 2013
dengan bahaya (hazard) di tempat kerja, sebanyak 35.917 kasus, tahun 2014
baik yang bersifat kimia, biologis, sebanyak 53.319 kasus dan tahun 2015
radiasi, elektrik, mekanik dan lainnya. sebanyak 50.089 kasus (BPJS
Dalam undang-undang keselamatan Ketenagakerjaan Tahun 2015).
kerja No.1 Tahun 1970 tertulis tentang Angka kecelakaan yang melibatkan
keharusan yang dilakukan oleh tenaga kerja di Provinsi Riau tahun 2016
perusahaan untuk melakukan usaha berjumlah 1.291 kasus, baik yang
pencegahan terjadinya kecelakaan kecelakaan ringan maupun berat. Dari
diantaranya menyediakan APD. angka itu, terdata sebanyak 225 orang
Banyak upaya yang dapat pekerja wafat (meninggal dunia) (Akibat
dilakukan untuk menjamin dan Kecelakaan Kerja di Riau, yang Wafat
melindungi keselamatan dan kesehatan Sebanyak 225 orang Pekerja, 2016).
tenaga kerja di tempat kerja seperti Kecelakaan kerja dapat terjadi karena
penggunaan APD. APD merupakan disebabkan beberapa faktor antara lain
kelengkapan yang wajib digunakan adanya faktor lingkungan dan manusia.
saat bekerja sesuai bahaya dan risiko Faktor lingkungan terkait dengan
kerja untuk menjaga keselamatan peralatan, kebijakan, pengawasan,
pekerja itu sendiri dan orang di peraturan, dan prosedur kerja mengenai
sekelilingnya dari potensi bahaya pelaksanaan K3, sedangkan faktor manusia
kecelakaan kerja pada tempat kerja. yaitu pengetahuan dan perilaku atau
Penggunaaan APD tergolong masih kebiasaan kerja yang tidak aman seperti
rendah sehingga resiko terjadinya tidak menggunakan APD (Suma’mur,
kecelakaan kerja yang dapat 2009).
membahayakan pekerja cukup besar Untuk mencegah kecelakaan kerja
(Buntarto, 2015). sangatlah penting diperhatikannya
“Keselamatan Kerja”. Hindarkanlah
Angka kecelakaan kerja menurut
melamun dan sikap tidak peduli dalam

376
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)

bekerja. Janganlah berbuat suatu tenaga kerja bengkel masih banyak tenaga
kebodohan yang mempengaruhi terjadinya kerja yang masih belum lengkap
kecelakaan. Pada hierarki pengendalian menggunakan alat pelindung diri seperti
risiko dalam upaya pencegahan kecelakaan masker, sarung tangan, kacamata, safty
5 tahap, salah satunya adalah penggunaan shoes saat bekerja dan pekerja tersebut
alat pelindung diri. Alat pelindung diri pernah mengalami luka-luka pada tangan,
berperan penting terhadap kesehatan kerja. sakit mata, gangguan pernapasan dan
(Sucipto, 2014). terjatuh di lingkungan kerja. apabila tidak
Alat Pelindung Diri (APD) di segera ditanggulangi maka dapat berisiko
lingkungan kerja adalah seperangkat alat besar kerugian bagi pekerja dan bengkel itu
yang digunakan oleh tenaga kerja untuk sendiri.
melindungi seluruh atau sebagian Berdasarkan uraian di atas, maka
tubuhnya terhadap kemungkinan adanya peneliti tertarik mengangkat masalah ini
potensi bahaya atau kecelakaan kerja. alat untuk dijadikan bahan penelitian yang
ini lebih sering digunakan ditempat kerja, berjudul “Faktor yang Berhubungan
namun juga dibutuhkan pula untuk dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri
melindungi diri dalam kegiatan sehari-hari. (APD) pada Pekerja Bengkel Motor PT.
APD tidak mencegah insiden bahaya, tetapi Capella Honda Kecamatan Kampar Kiri.
mengurangi akibat dari kecelakaan yang
akan terjadi (Kurniawati, 2013). METODE PENELITIAN
Bengkel motor merupakan salah satu Jenis penelitian ini bersifat survey
usaha yang bergerak di bidang perbaikan, analitik dengan pendekatan cross sectional.
mengganti yang baru atau rusak, Penelitian ini dilaksanakan di bengkel
memperbaiki dan bertujuan untuk motor di PT.Capella Honda. Populasi
merubah sesuatu menjadi lebih baik dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja
sehingga masa benda bisa bertahan dalam bengkel motor di Kampar dari bulan
jangka panjang atau lebih lama. Selama Agustus-Desember 2020. Teknik
proses ini berlangsung sering pengambilan sampel dilakukan dengan
menimbulkan risiko bahaya misalnya luka- Total Sampling dengan jumlah sampel
luka tangan, debu, asap knalpot atau CO. sebanyak 40 responden. Proses selama
Untuk menghindari hal tersebut salah satu persiapan, pengambilan data, penelitian
upaya pencegahan yang dapat dilakukan dan Publikasi telah mendapat persetujuan
yaitu dengan cara menggunakan APD. dari bengkel motor di PT.Capella Honda
Berdasarkan hasil penelitian Instrumen pengumpulan data pada
Noviandry (2013) terdapat Hubungan penelitian ini adalah dengan menggunakan
antara Pengetahuan, Sikap, Pelatihan, dan Kuesioner memuat pertanyaan-pertanyaan
Pengawasan dengan Penggunaan Alat untuk menggali informasi tentang variabel
Pelindung Diri pada Industri Pengelasan dependen (Penggunaan APD) dan variabel
Informal di Kelurahan Gondrong, independen (pengetahuan, sikap, pelatihan,
Kecematan Cipondoh, Kota Tanggerang pengawasan). Menggunakan analisis
Tahun 2013. Univariat dan Bivariat dengan
Berdasarkan Survey awal yang penulis menggunakan uji Chi Square.
lakukan di Bengkel motor di PT. Capella
Honda dilakukan wawancara kepada 13

377
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)

HASIL PENELITIAN Karakteristik responden pada pekerja


bengkel motor PT.Capella Honda Tahun
Analisis Univariat
2020 terdiri dari umur, pendidikan dan
Analisis univariat yang dilakukan masa kerja.
dengan menganalisis hasil dari tiap-tiap Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa
variabel peneliti yang terdiri dari mayoritas pekerja bengkel motor >25 tahun
penggunaan APD, pengetahuan, sikap, sebanyak 22 orang (55,0), pekerja bengkel
pengawasan dan pelatihan keselamatan. motor dengan pendidikan SMA sebanyak
Karakteristik Responden 25 orang (62,5%) dan pekerja bengkel
motor masa kerja > 3 tahun sebanyak 29
orang (72,5%).
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Karakteristik Pada Pekerja Bengkel Motor PT.Capella Honda
Tahun 2020

Keterangan Frekuensi (n=40) %


Umur
< 25 tahun 18 45,0
≥ 25 tahun 22 55,0
Pendidikan
SD 8 20,0
SMP 7 17,5
SMA 25 62,5
Masa Kerja
< 3 tahun 11 27,5
> 3 tahun 29 72,5

Variabel Dependen dan Independen (42,5%). Proporsi pekerja bengkel motor


berdasarkan sikap dimana sikap negatif
Variabel independen terdiri dari
sebanyak 21 orang (52,5%) sedangkan yang
pengetahuan, sikap, pelatihan keselamatan
memiliki sikap positif sebanyak 19 orang
dan pengawasan. Sedangkan variabel
(47,5%). Proporsi pekerja bengkel motor
dependen adalah penggunaan APD.
berdasarkan pelatihan keselamatan dimana
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa
pelatihan keselamatan tidak pernah
pekerja bengkel motor yang tidak
sebanyak 22 orang (55%) sedangkan yang
mnggunakan APD sebanyak 24 orang
memiliki pelatihan keselamatan pernah
(60%) dan menggunakan APD sebanyak 16
sebanyak 18 orang (45%). Proporsi pekerja
orang (40%). Proporsi pekerja bengkel
bengkel motor berdasarkan pengawasan
motor berdasarkan pengetahuan dimana
dimana pengawasan tidak ada sebanyak 24
pengetahuan tinggi sebanyak 23 orang
orang (60%) sedangkan yang memiliki
(57,5%) sedangkan yang memiliki
pengawasan ada sebanyak 16 orang (40%).
pengetahuan rendah sebanyak 17orang

378
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Dependen
dan Independen Pada Pekerja Bengkel Motor PT.Capella Honda Tahun 2020

No Variabel Frekuensi %
(n=40)
1 Penggunaan APD
Tidak Menggunakan APD 24 60,0
Menggunakan APD 16 40,0
2 Pengetahuan
Rendah 17 42,5
Tinggi 23 57,5
3 Sikap
Negatif 21 52,5
Positif 19 47,5
4 Pelatihan Keselamatan
Tidak Pernah 22 55,0
Pernah 18 45,0
5 Pengawasan
Tidak Ada 24 60,0
Ada 16 40,0

Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis untuk sebanyak 10 (43,4%) dengan tidak


melihat hubungan antara variabel menggunakan APD.
independen dengan variabel dependen. Hasil uji statistik diperoleh
Variabel independen terdiri dari Pvalue=0,031 atau P<0,05 artinya bahwa
pengetahuan, sikap, pelatihan keselamatan, ada hubungan pengetahuan terhadap
dan pengawasan. Sedangkan variabel penggunaan alat pelindung diri (APD)
dependen adalah penggunaan Alat pada pekerja bengkel motor serta didapat
Pelindung Diri (APD). OR=6,067 dan 95% Confidence Interval
Hubungan Pengetahuan dengan (CI)=1,361-27,049 artinya pekerja bengkel
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) motor dengan berpengetahuan rendah
Pada tabel 6 dapat diketahui bahwa berpeluang 6 kali untuk tidak
dari 17 orang pekerja bengkel motor yang menggunakan APD dibandingkan dengan
berpengetahuan rendah terdapat 14 orang pekerja bengkel motor yang memiliki
(82,4%) dengan tidak menggunakan APD, pengetahuan tinggi.
sedangkan dari 23 orang pekerja bengkel
motor yang berpengetahuan tinggi

Tabel 6

379
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)

Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja
Bengkel Motor PT.Capella Honda Tahun 2020

Alat Pelindung Diri


(APD)
Pvalu OR
Pengetahua Tidak Total
Mengguna e (95%CI)
n Mengguna
kan
kan
n % n % n %
Rendah 14 82,4 3 17, 17 100
6 6,067
Tinggi 10 43,5 13 56, 23 100 0,031 (1,361-
5 27,049)
Total 24 60,0 16 40, 40 100
0

Hubungan Sikap dengan Penggunaan ada hubungan sikap terhadap penggunaan


Alat Pelindung Diri (APD) alat pelindung diri (APD) pada pekerja
Pada tabel 7 dapat diketahui bahwa bengkel motor serta didapat OR=7,286 dan
dari 21 orang pekerja bengkel motor yang 95% Confidence Interval (CI)=1,737-30,555
sikap negatif terdapat 17 orang (81%) artinya pekerja bengkel motor dengan
dengan tidak menggunakan APD, sikap negatif berpeluang 7 kali untuk tidak
sedangkan dari 19orang pekerja bengkel menggunakan APD dibandingkan dengan
motor yang sikap positif sebanyak 7 pekerja bengkel motor yang memiliki sikap
(36,8%) dengan tidak menggunakan APD. positif.
Hasil uji statistik diperoleh
Pvalue=0,012 atau P<0,05 artinya bahwa
Tabel 7
Hubungan Sikap dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Bengkel
Motor PT.Capella Honda Tahun 2020
Alat Pelindung Diri
(APD)
Pvalu OR
Tidak Total
Sikap Mengguna e (95%CI)
Mengguna
kan
kan
n % n % n %
Negatif 17 81,0 4 19, 21 100
0 7,286
Positif 7 36,8 1 63, 19 100 0,012 (1,737-
2 30,555)
Total 24 60,0 16 40, 40 100
0

380
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)

Hubungan Pelatihan Keselamatan dengan ada hubungan pelatihan keselamatan


Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) terhadap penggunaan alat pelindung diri
Pada tabel 8 dapat diketahui bahwa (APD) pada pekerja bengkel motor serta
dari 22 orang pekerja bengkel motor didapat OR=5,343 dan 95% Confidence
pelatihan keselamatan yang tidak pernah Interval (CI)=1,350-21,144 artinya pekerja
terdapat 17 orang (77,3%) dengan tidak bengkel motor dengan pelatihan
menggunakan APD, sedangkan dari 18 keselamatan yang tidak pernah berpeluang
orang pekerja bengkel motor yang 5 kali untuk tidak menggunakan APD
pelatihan keselamtan pernah sebanyak 7 dibandingkan dengan pekerja bengkel
(38,9%) dengan tidak menggunakan APD. motor memiliki pelatihan keselamatan
Hasil uji statistik diperoleh yang pernah.
Pvalue=0,032 atau P<0,05 artinya bahwa

Tabel 8
Hubungan Pelatihan Keselamatan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada
Pekerja Bengkel Motor PT.Capella Honda Tahun 2020

Alat Pelindung Diri


(APD)
Pelatihan Pvalu OR
Tidak Total
Keselamata Mengguna e (95%CI)
Mengguna
m kan
kan
n % n % n %
Tidak 17 77,3 5 22, 22 100
Pernah 7 5,343
Pernah 7 38,9 11 61, 18 100 0,032 (1,350-
1 21,144)
Total 24 60,0 16 40, 40 100
0

Hubungan Pengawasan dengan ada hubungan pelatihan keselamatan


Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) terhadap penggunaan alat pelindung diri
Pada tabel 8 dapat diketahui bahwa (APD) pada pekerja bengkel motor serta
dari 22 orang pekerja bengkel motor didapat OR=5,343 dan 95% Confidence
pelatihan keselamatan yang tidak pernah Interval (CI)=1,350-21,144 artinya pekerja
terdapat 17 orang (77,3%) dengan tidak bengkel motor dengan pelatihan
menggunakan APD, sedangkan dari 18 keselamatan yang tidak pernah berpeluang
orang pekerja bengkel motor yang 5 kali untuk tidak menggunakan APD
pelatihan keselamtan pernah sebanyak 7 dibandingkan dengan pekerja bengkel
(38,9%) dengan tidak menggunakan APD. motor memiliki pelatihan keselamatan
Hasil uji statistik diperoleh yang pernah.
Pvalue=0,032 atau P<0,05 artinya bahwa

Tabel 9

381
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)

Hubungan Pengawasan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja
Bengkel Motor PT.Capella Honda Tahun 2020
Alat Pelindung Diri
(APD)
Pvalu OR
Pengawasa Tidak Total
Mengguna e (95%CI)
n Mengguna
kan
kan
n % n % n %
Tidak Ada 18 75,0 6 25, 24 100
0 5,000
Ada 6 37,5 10 62, 16 100 0,041 (1,270-
5 19,685))
Total 24 60,0 16 40, 40 100
0

Pada tabel 9 dapat diketahui bahwa penggunaan alat pelindung diri (APD)
dari 24 orang pekerja bengkel motor yang pada pekerja bengkel motor serta didapat
pengawasan tidak ada terdapat 18 orang OR=5,00 0dan 95% Confidence Interval
(75%) dengan tidak menggunakan APD, (CI)=1,270-19,685 artinya pekerja bengkel
sedangkan dari 16 orang pekerja bengkel motor dengan pengawasan tidak ada
motor yang pengawasan ada sebanyak 6 berpeluang 5 kali untuk tidak
(37,5%) dengan tidak menggunakan APD. menggunakan APD dibandingkan dengan
Hasil uji statistik diperoleh pekerja bengkel motor memiliki
Pvalue=0,041 atau P<0,05 artinya bahwa pengawasan yang ada.
ada hubungan pengawasan terhadap

PEMBAHASAN menggunakan APD dibandingkan dengan


Hubungan Pengetahuan dengan pekerja bengkel motor yang memiliki
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pengetahuan tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tentang Menurut teori Notoatmodjo (2012)
hubungan pengetahuan dengan pengetahuan (Knowledge) merupakan
penggunaan alat pelindung diri (APD) hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
pada pekerja bengkel motor PT.Capella melakukan pengindraan terhadap suatu
Honda Tahun 2020, didapat hasil uji objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
statistik Chi Square diperoleh P pancaindra manusia, yakni indra
value=0,031< α (0,05) maka disimpulkan penglihatan, pendengaran, penciuman,
Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
hubungan antara pengetahuan penggunaan manusia diperoleh melalui mata dan
alat pelindung diri (APD) pada pekerja telinga. Pengetahuan atau kognitif
bengkel motor PT.Capella Honda Tahun merupakan domain yang sangat penting
2020 dengan nilai OR= 6,067 dan CI 95%= dalam membentuk tindakan seseorang
1,361-27,049 yang artinya pekerja bengkel (Over Behaviour).
motor dengan berpengetahuan rendah Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
berpeluang 6 kali untuk tidak penelitian yang dilakukan oleh

382
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)

Berdasarkan penelitian Wahyuni (2015) (2013) diketahui bahwa pekerja yang


Hasil uji statistik (Chi Squere) di peroleh bersikap setuju yang menggunakan Alat
nilai P value 0,022 yang berarti P value < Pelindung Diri (APD) lebih banyak yaitu 24
0,05 dapat disimpulkan bahwa ada orang (58,5%) dari pada pekerja yang
hubungan pengetahuan terhadap bersikap tidak setuju yang tidak
kepatuhan pekerja las dalam menggunakan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
alat pelindung diri. yaitu 7 orang (100%), dengan
Asumsi peneliti menyatakan bahwa menggunakan Uji Chi Squere (X²) pada
pekerja bengkel motor yang mengetahui variabel sikap di dapatkan P value yaitu
pentingnya penggunaan alat pelindung diri 0,003 yang berarti nilai P value< 0,05. Hal
(APD) akan cenderung menggunakan alat ini menyatakan terdapat hubungan antara
pelindung diri saat bekerja, sehingga akan sikap dengan penggunaan APD pada
dapat mengurangi risiko terjadinya industri pengelasan informal.
penyakit akibat kerja dan gangguan Asumsi peneliti menyatakan bahwa
kesehatan yang berasal dari saat bekerja. sikap merupakan faktor risiko atau
Pengetahuan pekerja tentang APD kecenderungan terjadinya sebuah perilaku.
mencakup manfaat, penggunaan APD dan Jika, bersikap negatif maka perilaku akan
resiko tidak menggunakan APD. cenderung tidak menggunakan alat
pelindung diri, namun pekerja bengkel
Hubungan Sikap dengan Penggunaan motor memiliki skap positif masih ada
Alat Pelindung Diri (APD) perilaku yang tidak menggunakan alat
Berdasarkan hasil penelitian tentang pelindung diri dan hal ini dapat
hubungan sikap dengan penggunaan alat dikarenakan adanya kebiasaan bekerja
pelindung diri (APD) pada pekerja bengkel tanpa menggunakan APD. Oleh karena itu
motor PT.Capella Honda Tahun 2020, positif atau negatif tergantung individu,
didapat hasil uji statistik Chi Square sikap ini dapat dimantapkan juga oleh
diperoleh P value = 0,012< α (0,05) maka pengetahuan, kebijakan, dan juga
disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima pengawasan.
artinya ada hubungan antara
sikappenggunaan alat pelindung diri Hubungan Pelatihan Keselamatan dengan
(APD) pada pekerja bengkel motor Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
PT.Capella Honda Tahun 2020 dengan nilai Berdasarkan hasil penelitian tentang
OR= 7,286 dan CI 95%= 1,737-30,555 yang hubungan pelatihan keselamatan dengan
artinya pekerja bengkel motor dengan penggunaan alat pelindung diri (APD)
sikap negatif berpeluang 7 kali untuk tidak pada pekerja bengkel motor PT.Capella
menggunakan APD dibandingkan dengan Honda Tahun 2020, didapat hasil uji
pekerja bengkel motor yang memiliki sikap statistik Chi Square diperoleh P value =
positif. 0,032< α (0,05) maka disimpulkan Ho
Menurut teori Notoatmodjo (2012), ditolak dan Ha diterima artinya ada
sikap adalah penilaian seseorang terhadap hubungan antara pelatihan
stimulus atau objek. Setelah seseorang keselamatanpenggunaan alat pelindung
mengetahui stimulus atau objek, proses diri (APD) pada pekerja bengkel motor
selanjutnya akan menilai atau bersikap PT.Capella Honda Tahun 2020 dengan nilai
terhadap stimulus atau objek kesehatan 5,343 dan 95% Confidence Interval
tersebut. (CI)=1,350-21,144 artinya pekerja bengkel
Hasil penelitian ini sesuai dengan motor dengan pelatihan keselamatan yang
penelitian yang dilakukan oleh Noviandry tidak pernah berpeluang 5 kali untuk tidak

383
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)

menggunakan APD dibandingkan dengan 0,041< α (0,05) maka disimpulkan Ho


pekerja bengkel motor memiliki pelatihan ditolak dan Ha diterima artinya ada
keselamatan yang pernah.. hubungan antara pengawasan
Menurut teori Noviandry (2013), denganpenggunaan alat pelindung diri
pelatihan adalah salah satu cara yang baik (APD) pada pekerja bengkel motor
untuk mempromosikan keselamatan di PT.Capella Honda Tahun 2020 dengan nilai
tempat kerja adalah dengan memberikan OR=5,000dan 95% Confidence Interval
pelatihan bagi pekerja. Pelatihan awal (CI)=1,270-19,685 artinya pekerja bengkel
keselamatan awal harus menjadi bagian motor dengan pengawasan tidak ada
proses orientasi pekerja baru. Pelatihan berpeluang 5 kali untuk tidak
selanjutnya diarahkan pada pembentukan menggunakan APD dibandingkan dengan
pengetahuan yang baru, spesifik yang lebih pekerja bengkel motor memiliki
dalam serta memperbaharui pengetahuan pengawasan yang ada.
yang sudah ada. Pelatihan memberikan Menurut Tardianto (2005), pengawasan
manfaat ganda dalam promosi adalah mendorong semangat bawahan
keselamatan. Pelatihan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas dalam arti yang luas.
meningkatkan pemahaman kerja terhadap Maksud dari pengawas adalah lapisan
hazard dan risiko. Dengan adanya pengawas dalam organisasi manajemen,
peningkatan kesadaran terhadap risiko, atau kepala-kepala dari organisassi yang
pekerja dapat menghindari kondisi tertentu ada dilapisan bawah. Mereka secara
dengan mengenali pajanan dan lansung mengatur bahan, sarana, mesin
modefikasinya dengan mengubah prosedur dan peralatan ditempat kerja. Pelaksanaan
kerja dengan lebih aman. tugas tersebut dengan pasti juga diberikan
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan tangggung jawab dan wewenang
penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni Hasil penelitian ini sejalan dengan
(2015) diperoleh adanya hubungan yang penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni
signifikan antara pelatihan keselamatan (2015) diperoleh bahwa adanya hubungan
dengan kepatuhan penggunaan alat yang sinifikan antara pengawasan dengan
pelindung diri yang ditunjukkan oleh nilai penggunaan APD yang ditunjukkan oleh
P value 0,030. nilai P value 0,024.
Asumsi peneliti menyatakan bahwa Asumsi peneliti menyatakan bahwa
pelatihan merupakan salah satu bentuk penyebab langsung terjadinya kecelakaan
proses pendidikan memperoleh adalah tindakan dan kondisi yang tidak
pengalaman-pengalaman belajar yang aman. Penyebab langsung ini timbul
akhirnya akan merubah perilaku mereka. karena pengawasan jelek dari pihak
Dalam melakukan pelatihan keselamatan manajemen. Pengawasan ini sangat penting
upaya yang dilakukan hanya belajar secara karena perilaku para pekerja bengkel motor
otodidak. terhadap penggunaan alat pelindung diri
ada perbedaan antara pengawasan yang
Hubungan Pengawasan dengan baik dan tidak baik. Pengawasan tersebut
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dilakukan oleh pemilik bengkel dan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengawasannya dilakukan setiap hari.
hubungan pengawasan dengan
penggunaan alat pelindung diri (APD)
pada pekerja bengkel motor PT.Capella
Honda Tahun 2020, di dapat hasil uji
statistik Chi Square diperoleh P value =

384
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)

diri;
KESIMPULAN DAN SARAN Pihak atasan/perusahaan sebaiknya
Kesimpulan lebik meningkatkan lagi pengawasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang terhadap pekerja terutama dalam hal
faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat pelindung diri ketika
penggunaan alat pelindung diri (APD) sedang melaksanakan pekerjaan.
pada pekerja bengkel motor PT.Capella DAFTAR PUSTAKA
Honda tahun 2020, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Buntarto, (2015). Panduan Praktis
Ada hubungan antara pengetahuan
Keselamatan Kesehatan dan Kerja Untuk
dengan penggunaan alat pelindung diri
Industri. Yogyakarta: Pustakabarupress.
(APD) pada pekerja bengkel motor
PT.Capella Honda tahun 2020; BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2015 dari:
Ada hubungan antara sikap dengan [http://www.bpjsketenagakerjaan. go.
penggunaan alat pelindung diri (APD) Id/berita kecelakaan kerja]. Diakses 02
pada pekerja bengkel motor PT.Capella Februari 2020.
Honda tahun 2020; Daryanto, D. (2010). Keselamatan Kerja
Ada hubungan antara pelatihan Peralatan Bengkel dan Perawatan Mesin.
keselamatan dengan penggunaan alat Jakarta: ALFABETA.
pelindung diri (APD) pada pekerja Detak Riau.com Tahun 2016.
bengkel motor PT.Capella Honda tahun [http://m.riau24.com/berita/baca/59855-
2020; waduh-kecelakaan-kerja-di-riau-yang-
Ada hubungan antara pengawasan
wafat-sebanyak-225-orang-pekerja/].
dengan penggunaan alat pelindung diri
(APD) pada pekerja bengkel motor Kurniawati, D. (2013). Taktis Memahami
PT.Capella Honda tahun 2020. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang
Teknologi Informasi, Surakarta: Aksarra
Saran Sinergi Media.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, Kurniawidjaja, L. M. (2010). Teori dan
beberapa saran yang dapat disampaikan Aplikasi Kesehatan Kerja, Jakarta: (UI-
peneliti antara lain: Press), 2010.
Bagi pekerja bengkel motor sebaiknya Kepmen RI NO 51/Men/1999, Tentang
lebih meningkatkan lagi pengetahuan Nilai Ambang Batas Fisika ditempat Kerja.
dan kesadaran mengenai pentingya
penggunaan alat pelindung diri untuk Notoatmodjo. (2010). Promosi Kesehatan
mejaga keselamatan dalam bekerja; Teori & Aplikasi, Jakarta: Rineka Cipta.
Perlu memberikan contoh dari atasan Notoatmodjo. (2011). Kesehatan
untuk melengkapi penggunaan APD Masyarakat: Ilmu dan Seni, Jakarta: Rineka
pada saat bekerja sehingga Cipta.
mempengaruhi sikap bagi bawahan Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan
untuk menggunakan APD saat bekerja; dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka
Sebaiknya pelatihan keselamatan Cipta.
diadakan langsung di lapangan serta
Noviandry, I. (2013). Faktor-Faktor yang
melibatkan seluruh pekerja lebih
Berhubungan Dengan Perilaku Pekerja
mengetahui sumber bahaya yang ada
Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri
bila tidak menggunakan alat pelindung
(APD) Pada Industri Pengelasan Informal

385
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)

di Kelurahan Gondrong, Kecematan Tardianto, T. (2005). Sistem Manajemen


Cipondoh, Kota Tangerang Tahun 2013. dan Standar Pemeriksaan Keselamatan dan
Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Kesehatan Kerja (K3). PB Panca Bhakti,
Islam Negri. Jakarta. (Online) Diakses Jakarta.
Tanggal 10 Februari Tahun 2020. Undang-Undang No 1 Tahun 1970
Muninjaya, A. A. (2011). Manajemen Tentang Keselamatan Kerja. (Online).
Kesehatan, Jakarta: EGC, 2011. Diakses Tanggal 04 April 2020.
Peraturan Undang-Undang tentang Vitriansya, B. (2012) Analisis Faktor-
Pemakaian Alat Pelindung Diri pasal 14 faktor yang mempengaruhi Perilaku
NO. 1 Tahun 1970 (2012). (Online). Diakses Pekerja Pengelasan Industri Informal
Tanggal 12 Maret 2020. Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) di Jalan Raya Bogor-Dermaga, Kota
Saputra, M. R. (2015). Faktor-Faktor Bogor 2011. Fakultas Kesehatan Masyarakat
yang Berhubungan Dengan Perilaku Universitas Indonesia, Jakarta. (Online)
Dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Diakses Tanggal 4 Maret Tahun 2020.
(APD) Pada Pekerja Pengolahan Buah
Sawit di PT Kebun Pantai Raja (KPR) Wahyuni, A.I. (2015). Faktor-Faktor
Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Kuantan Singingi Tahun 2015.Program Pekerja Las Dalam Penggunaan Alat
S1Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Pelindung Diri di PTPN V Sei Galuh
Hang Tuah Pekanbaru: Pekanbaru. Kabupaten Kampar Tahun 2015. Skripsi ini
tidak diterbitkan. Program S1Ilmu
Suma’mur, (2009). Higiene Perusahaan Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah
dan Kesehatan Kerja (HIPERKES) Jakarta. Pekanbaru: Pekanbaru.
Sagung Seto.
Sucipto, C. D. (2014). Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.

386

Anda mungkin juga menyukai