2021
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur
dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja Armanda (2006). Secara umum keselamatan kerja memiliki makna sebagai mengendalikan
kerugian dari kecelakaan (control of accident loss) dan kemampuan untuk mengidentifikasi
mengurangi dan mengendalikan resiko yang tidak bisa di terima (the ability to indetivy and
eliminate unacceptable risks).
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan selama 20 menit sebelum memulai materi diberikan 6
pertanyaan sebagai pra-test untuk mengetahui tingkat pengetahuan pekerja Restu Bengkel dan di
dapatkan total nilai keseluruhan dari ketiga peserta yaitu 30 point. Setelah diberikan materi dan
diberikan kembali 6 pertanyaan sebagai post test untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman
pegawai terkait materi yang kami berikan. Dari hasil keseluruhan keempat peserta didapatkan
point sebesar 90 point.
Dari hasil pra-test dan post test di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan pengetahuan
sebelum dilakukan materi dan sesudah dilakukan materi jauh perbandingannya. Peningkatan
pengetahuan ini menggambarkan keberhasilan tim melakukan penyuluhan dan pendidikan
kesehatan kepada pekerja Restu Bengkel di Desa Bengkel.
PELAKSANAAN PROGRAM
KELAYAKAN MAHASISWA
Dari banyak mata kuliah yang sudah di berikan kepada kami mahasiswa layak untuk
memberikan materi dan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat luas. Materi yang sudah diberikan pihak dosen dan kampus cukup sebagai bekal
kami melakukan penyuluhan dan pendidikan masyarakat.
BAB V
1. Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk ceramah yaitu bahan
tulisan peserta didik sehingga pesertadidik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil
ceramah.
2. Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahanyang terdapat dalam isi
pelajaran
3. Merangsang peserta didik untuk belajar mendiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu
melalui pemerkayaan belajar
4. Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara gamblang.
5. Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan prosedur -
prosedur yang harus ditempuh peserta didik. Alasan guru menggunakan metode ceramah
harus benar - benar dapat dipertanggung jawabkan.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pendidikan kesehatan terkait penerapan K3 di lingkungan pekerja
bengkel tersebut pegawai telah mengetahui pentingnya penerapan K3 dan apa saja jenis-jenis
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Hazard pada pekerja bengkel serta mencuci tangan 6
langkah untuk mengurangi dermatitis kontak.
Dengan adanya pendidikan kesehatan yang telah dilaksanakan, mahasiswa dapat
menambah wawasan, pengalaman praktik, beradaptasi dan menjalin hubungan dengan
kelompok sasaran, dan para pengambil kebijakan di dalam masyarakat.
6.2 Saran
Berdasarkan kegiatan Project Pendidikan Kesehatan di atas, maka perlu disarankan
untuk pemilik bengkel untuk mulai membiasakan para pekerja melakukan personal hygiene
mencuci tangan setelah selesai bekerja dan memperhatikan keselamatan kerja para pekerja
agar terhindar dari penyakit akibat kerja yang muncul akibat tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) sarung tangan yang mengakibatkan para pekerja kontak langsung
dengan bahan-bahan kimia dalam rentan waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
KESELAMATAN KERJA dalam bidang OTOMOTIF (sepeda motor). (2014, September 4).
Retrieved Januari 29, 2022, from Teknik Otomotif: https://dunia-otomotif-
mobil.blogspot.com/2014/09/keselamatan-kerja-dalam-bidang-otomotif.html
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Otomotif. (2020). Retrieved Januari 29, 2022,
from sekolahkami.com: https://www.sekolahkami.com/2019/04/-k3-dalam-bidang-
otomotif.html
Hadi, A., Pamudji, R., & Rachmadianty, M. (2021). Artikel Penelitian. HUBUNGAN FAKTOR
RESIKO KEJADIAN DERMATITIS KONTAK PADA TANGAN PEKERJA BENGKEL
MOTOR DI KECAMATAN PLAJU, 16-17.
Prasko, S. M. (n.d.). Metode dalam Penyuluhan. Retrieved Januari 30, 2022, from P17:
http://prasko17.blogspot.com/2011/08/metode-dalam-penyuluhan.html
Unknow. (2015). Pembahasan Tentang Metode ceramah dalam pembelajaran. Retrieved Januari
30, 2022, from AROXX: http://aroxx.blogspot.com/2015/01/pembahasan-tentang-
metode-ceramah-dalam.html
Lampiran 1
Pokok Bahasan : Pengurangan Resiko Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Hazard
Sub Pokok Bahasan : Personal Hygiene Mencuci Tangan Untuk Mengurangi Resiko
Dermatitis Kontak
Sasaran : Pekerja Bengkel “Restu Bengkel”
Tempat : Desa Bengkel, Kec. Labuapi, Kab. Lombok Barat
Waktu : 13.30 WITA
Jam : 20 Menit
Tanggal : 24 Januari 2022
Penyuluh : Mahasiswa/i STIKES YARSI Mataram
1. Tujuan Umum
Tujuan umum survei ini adalah untuk mengetahui aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) pada pekerja Bengkel “Restu Bengkel” di Desa Bengkel.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami pekerja Bengkel “Restu Bengkel”
di Desa Bengkel.
b. Untuk mengetahui tentang keluhan atau penyakit yang dialami yang berhubungan dengan
pekerjaan para pekerja Bengkel “Restu Bengkel” di Desa Bengkel.
c. Untuk mengetahui sumber-sumber resiko Penyebab Penyakit Akibat Kerja (PAK)
terhadap pekerja Bengkel “Restu Bengkel” di Desa Bengkel.
d. Untuk mengetahui upaya penerapan K3 yang dijalankan oleh Bengkel “Restu Bengkel” di
Desa Bengkel.
3. Materi Penyuluhan
a. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
b. Pengertian Penyakit Akibat Kerja (PAK)
c. Sumber Dermatitis Kontak di Bengkel
d. Langkah-Langkah Mencuci Tangan menurut WHO
e. Perbedaan antara Hand Sanitizer dan Sabun saat Mencuci Tangan
4. Metode
a. Ceramah atau Pemberian Materi
b. Demonstrasi
c. Tanya Jawab
5. Media
a. Leaflet
6. Job Description
a. Julian Ade Kantari : Moderator
b. Eka Rima Melati S : Pemateri
c. Nurul Aulia Pratiwi : Evaluator
d. Dzakwan Afif : Demonstrator
e. Syahrul Dwi P : Konsumsi dan Pembagian Leaflet
7. Kegiatan Penyuluhan
No. Tahapan Pelaksanaan
1. Tahap Pembukaan - Moderator memperkenalkan seluruh anggota
kelompok terlebih dahulu
- Moderator menyampaikan tujuan
- Moderator menanyakan kesediaan para
pekerja
- Moderator melakukan kontrak waktu
2. Tahap Kerja - Anggota kelompok melakukan pemeriksaan
kesehatan (tensi) para pekerja
- Pemateri memberikan pre-test mengenai K3,
PAK, dan Hazard
- Anggota membagikan leaflet materi dan
konsumsi
- Pemateri mulai menjelaskan mengenai K3,
PAK, dan Hazard (macam-macamnya,
penyebab nya, dan cara menghindarinya/cara
mengurangi kejadiannya)
- Kedua anggota sambil mendemonstrasikan
cara melakukan personal hygiene (mencuci
tangan) kepada para pekerja dengan air
mengalir dan hand sanitizer
- Pemateri memberikan kesempatan para
pekerja untuk bertanya mengenai materi
- Pemateri memberikan post test mengenai
materi yang disampaikan
3. Tahap Penutup - Semua anggota melakukan
pendokumentasian bersama para pekerja
- Pemateri melakukan evaluasi
8. Evaluasi
Memberikan pra-test dan post test dan membuka sesi tanya jawab untuk mengetahui seberapa
jauh pemahaman peserta penyuluhan.
Lampiran 2
DOKUMENTASI
Posisi saat bekerja Kondisi lantai bengkel selama Kondisi atap luar
bekerja bengkel
Melakukan foto bersama dengan para pekerja dan pemilik Restu Bengkel
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel Penelitian
ABSTRAK
Dermatitis kontak adalah suatu keadaan inflamasi atau radang non infeksi pada kulit yang diakibatkan oleh
senyawa yang kontak dengan kulit yang bersifat iritan atau alergen. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara lama kontak, masa kerja, riwayat penyakit kulit, riwayat atopi, riwayat
personal hygiene, dan riwayat penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel
motor di Kecamatan Plaju. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif analitik dengan pendekatan cross
sectional yang dilakukan pada pekerja bengkel di Kecamatan Plaju kota Palembang. Jumlah sampel
sebanyak 30 pekerja dengan total sampling. Pada penelitian didapatkan 27 orang (90,0%) pekerja yang
mengalami dermatitis kontak dan 3 orang (10,0%) pekerja yang tidak mengalami dermatitis kontak. Ada
hubungan antara lama kontak (p=0,009, CI 1.070-1.390, mean 1.233), masa kerja (p=0,005, CI 1.050-
1.350, mean 1.200), riwayat atopi (p=0,009, CI 1.070-1390, mean 1.233), dan personal hygiene (p=0,002,
CI 1.030-1.310, mean 1.167) dengan kejadian dermatitis kontak. Tidak ada hubungan antara riwayat
penyakit kulit (p=0,537, CI 1.180-1.550, mean 1.367) dan penggunaan APD (p=0,548, CI 1.210-1.590,
mean 1.400) dengan kejadian dermatitis kontak.
Kata Kunci: dermatitis kontak, lama kerja, masa kerja, riwayat penyakit kulit, riwayat atopi, personal
hygiene, penggunaan APD
ABSTRACT
Keywords: contact dermatitis, length of work, working period, history of skin diseases, history of atopy,
personal hygiene, use of PPE
Korespondensi: abdulhadi17073@gmail.com
13 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel Penelitian
14 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel Penelitian
bergantung pada tingkat keparahan dan Dermatitis kontak dapat terjadi pada
lokasi dermatitisnya. Pada stadium akut hampir semua jenis pekerjaan. Penyakit
dimulai dengan bercak eritematosa ini menyerang pekerja yang sering
berbatas tegas kemudian diikuti edema, terpapar dengan bahan-bahan yang
papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel bersifat toksik maupun alergik.15 Pekerja
atau bula dapat pecah menyebabkan di bengkel motor merupakan salah satu
erosi dan eksudasi (basah). Dermatitis pekerja yang memiliki risiko besar untuk
kontak alergi akut di tempat tertentu. terpapar bahan kimia sehingga memiliki
misalnya kelopak mata, penis, skrotum, risiko mengalami berbagai masalah
lebih didominasi oleh eritema dan kulit, misalnya Dermatitis Kontak
edema. Pada DKA kronis terlihat kulit Akibat Kerja (DKAK).3 Dermatitis
kering, berskuama, papul, likenifikasi kontak akibat kerja dapat memberikan
dan mungkin juga fisur, berbatas tidak gangguan ringan hingga berat dalam
tegas. Dermatitis kontak alergi dapat beraktivitas sehari-hari bagi penderita,
meluas ke tempat lain, misal dengan cara sehingga dapat menurunkan angka
autosensitasi.8 produktivitas pada pekerja. Padahal di
Di Indonesia, prevalensi dermatitis lain sisi produktivitas sangatlah dituntut
mencapai angka 6,78%. Prevalensi dalam bekerja.10
dermatitis kontak sangat bervariasi, Kecamatan Plaju adalah salah satu
sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja kecamatan yang berada di Kota
merupakan dermatitis kontak, baik iritan Palembang. Kecamatan Plaju memiliki
maupun alergik. Penyakit kulit akibat lokasi yang sangat strategis karena dekat
kerja yang merupakan dermatitis kontak dengan berbagai universitas di kota
sebesar 92,5%, sekitar 5,4% karena Palembang. Lokasi yang strategis ini
infeksi kulit dan 2,1% penyakit kulit telah dimanfaatkan banyak orang untuk
karena sebab lain.1 Data studi mendirikan suatu usaha. Contoh usaha-
epidemiologi di Indonesia usaha yang terdapat di Kecamatan Plaju
memperlihatkan bahwa 97% dari 389 yaitu percetakan, kos, toko alat tulis,
kasus adalah dermatitis kontak. Enam rumah makan, dan bengkel. Bengkel
puluh enam koma tiga (66,3%) di merupakan salah satu usaha informal
antaranya adalah DKI dan 33,7% adalah yang berada di Kecamatan Plaju.
DKA.1 Keberadaan bengkel di Kecamatan Plaju
sangat menguntungkan bagi pengusaha
15 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel Penelitian
16 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel Penelitian
17 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel Penelitian
18 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel Penelitian
19 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel Penelitian
20 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel Penelitian
Gambar 1. Tangan responden yang mengelupas, serta rasa gatal pada kulit
mengalami dermatitis kontak iritan. seusai bekerja.4
Abnormalitas kulit akibat materi
Sebanyak 12 responden dari 27
yang mampu mengiritasi menyebabkan
pekerja bengkel di antaranya memiliki
gangguan sel secara fisik maupun
DKA dan 15 individu di antaranya
kimiawi. Materi iritan mengikis lapisan
terkena DKI. Keluhan yang paling
tanduk, denaturasi keratin,
banyak dialami oleh responden yang
menghilangkan lemak lapisan tanduk,
mengalami dermatitis kontak tangan
serta mengacaukan daya ikat kulit atas
adalah rasa gatal, rasa terbakar, kulit
air. Sebagian besar bahan iritan merusak
kemerahan, kulit mengelupas dan kulit
membran lemak keratinosit, meski
pecah-pecah yang terbatas didaerah
beberapa mampu memenetrasi membran
sekitar kulit yang bersentuhan langsung
sel serta menghancurkan lisosom,
dengan zat iritan yang ada di bengkel
mitokondria, maupun unsur inti. Jika
motor.
disandingkan dengan DKI, total
21 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel Penelitian
penderita DKA lebih kecil karena hanya Latambaga Kabupaten Kolaka dengan
berdampak pada individu dengan kulit nilai p=0,027.
yang terlalu sensitif. DKA disebabkan Lama kontak adalah durasi
oleh materi kimiawi sederhana yang pegawai bersinggungan dengan senyawa
mempunyai berat molekul kecil (< 1000 kimia yang diukur dalam satuan jam
dalton), dikenal dengan hapten, memiliki setiap harinya. Setiap pegawai
sifat lipofilik, mudah bereaksi, serta mempunyai durasi kontak yang beragam
mampu memenetrasi stratum korneum sesuai dengan tanggung jawab individu.
dan mencapai sel epidermis internal. Durasi kontak yang semakin lama
Sistem pembentukan abnormalitas kulit dengan materi alergen ataupun iritan
pada DKA sesuai dengan sistem maka peradangan maupun inflamasi
imunitas yang diwakilkan oleh cell mungkin ditimbulkan dan menyebabkan
mediated immune response atau reaksi abnormalitas pada kulit. Durasi kontak
imunologik tipe IV, atau reaksii berpengaruh atas kemunculan dermatitis
hipersensitivitas tipe lambat. Respons ini kontak karena durasi bersinggungan
terlaksana lewat 2 fase, yakni fase dengan senyawa kimia yang lama akan
elisitasi serta fase sensitisasi. Hanya memenetrasi hingga ke lapisan terdalam
individu yang sudah menderita dan meningkatkan risiko dermatitis
sensitisasi yang bisa terkena DKA.7 kontak.1
Tabel 1 juga memperlihatkan Waktu kerja yang melebihi dari
bahwa responden dengan kontak kemampuan serta bertugas terlalu lama
melebihi 8 jam mempunyai indikasi akan menyebabkan kecondongan
mengalami kejadian dermatitis kontak mengalami kelelahan, fokus terganggu,
yang melebihi partisipan yang masalah kesehatan, berpotensi
mempunyai durasi singgungan kurang menyebabkan penyakit, serta terluka saat
dari atau sama dengan 8 jam (nilai p= bekerja. Dampak dari penurunan
0,009). konsentrasi dalam bekerja adalah sering
Hasil riset sesuai dengan studi kali terjadi kecelakaan kerja yang salah
Zania (2018) bahwa ada relasi antara satunya dapat menimbulkan risiko
durasi bersinggungan dengan penyakit mengalami dermatitis kontak akibat
dermatitis kontak yang dialami nelayan kerja.8
Kelurahan Induha Kecamatan
22 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel Penelitian
23 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel Penelitian
akibat kerja maupun penyakit kulit serta penyesuaian kadar lipid esensial
lainnya berpotensi terkena dermatitis kulit membuat kulit lebih kering dan
karena pekerjaan akibat sistem proteksi lebih sensitif.7
kulit yang melemah dari penyakit yang Tabel 1 memperlihatkan bahwa
dimiliki sebelumnya. Manfaat proteksi partisipan yang mempunyai riwayat
yang melemah itu contohnya absensi personal hygiene yang tidak baik
lapisan pelindung kulit, kerusakan pada mempunyai indikasi mengalami
kelenjar keringat dan minyak serta kejadian dermatitis kontak yang lebih
perbedaan pH kulit.1 banyak dibandingkan dengan responden
Tabel 1 menunjukkan bahwa yang mempunyai riwayat personal
responden yang mempunyai riwayat hygiene yang baik (nilai p=0,002).
atopi mempunyai indikasi mengalami Sejalan dengan penelitian Sabrina bahwa
kejadian dermatitis kontak yang lebih terdapat relasi signifikan antara personal
banyak dibandingkan dengan responden hygiene dengan kejadian dermatitis
yang tidak mempunyai riwayat atopi kontak. Hal tersebut disebabkan karena
(nilai p=0,009). Hasil penelitian ini tidak kebersihan diri seseorang bisa
sesuai dengan studi Nuraga & Lestari menghambat transmisi virus dan
yakni tidak terdapat relasi yang berarti penyakit, meminimalisir kontak dengan
antara riwayat atopi dengan penyakit senyawa beracun, melaksanakan
dermatitis kontak dengan nilai tindakan preventif alergi kulit, keadaan
p=0,1999.9 Riwayat atopi pada kejadian kulit, serta kepekaan kulit atas senyawa
dermatitis berhubungan erat dengan beracun, supaya jauh dari penyakit kulit
hambatan pada peran sawar kulit yang karena bekerja, pegawai disarankan
disebabkan oleh penurunan fungsi untuk menjaga kebersihan diri saat
genetik yang mengatur amplop keratin bertugas, contohnya dengan mencuci
(filagrin dan lorikrin), volume seramid tangan sebelum dan sesudah bekerja
yang menurun dan peningkatan enzim serta membasuh bagian tubuh yang
proteolitik serta trans-epidermal-water kontak dengan senyawa berbahaya dan
loss (TEWL). Penyesuaian sawar kulit memakai pakaian bersih selama
menimbulkan kenaikan daya serap serta menjalankan tugas. 13
hipersentivitas. Kenaikan pada TEWL Hasil penelitian ini melaporkan
serta pelemahan kapabilitas bahwa tidak ada hubungan antara
penampungan air (skin capacintance) penggunaan APD dengan kejadian
24 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel Penelitian
25 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel Penelitian
26 e-ISSN 2776-8147
OKUPASI: Scientific Journal of Occupational Safety & Health, Vol. 1, No.1, 13-27
Artikel Penelitian
27 e-ISSN 2776-8147
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019
INFORMASI A B S T R A C T
Korespondensi: One of the problems in occupational health is occupational diseases. Occupational
ners_riki@yahoo.co.id disease is a disease caused by a job or work environment. Occupational disease that
often occurs is contact dermatitis. Contact dermatitis is dermatitis caused by material
DOI Artikel: or substance that sticks to the skin. The study results of the Indonesian Ministry of
Health in 2016 for informal workers were 44.2%. Allergic contact dermatitis. Like-
wise, in 2017 the 2017 Profile of Worker Health Problems in Indonesia obtained
50.5% of work related to work, one of which was skin disorders of 5.3%. This study
aims to determine the factors associated with the incidence of contact dermatitis in
motorbike workshop workers in Kendari City 2018. This study was quantitative with
cross sectional study design. The populations in this study were all The mechanics of
motorcycle workshop in Kendari city in 2016, amounting to 459 people. The sam-
ples in this study were 58 people. The Results showed that, there was a relationship
between long contact and symptoms of contact dermatitis with ρ value = 0.000, there
Keywords: was no relationship between a history of skin disease and symptoms of contact derma-
Dermatitis Incident, Work titis with ρ value = 0.174, there was relationship between personal hygiene and symp-
Period, Skin Disease Histo- toms of contact dermatitis with ρ value = 0.026, and there was a relationship between
ry, Personal Hygiene, The the use of PPE and symptoms of contact dermatitis with ρ value 0,003.
use of PPE
31
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019
32
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019
2,75% (Dinkes Kota Kendari, 2017). ini semua berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 59
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan pada responden (100%).
bulan Agustus tahun 2018, jumlah bengkel motor b. Variabel Penelitian
di Wilayah Kota Kendari terdapat 198 bengkel, Tabel 2 Distribusi variabel penelitian
diantaranya bengkel formal terdapat 12 bengkel, dan Variabel Jumlah (n) Persentase
bengkel non formal terdapat 186 bengkel, sedengkan (%)
pekerja bengkel motor di Wilayah Kota Kendari Kejadian dermatitis
terdapat 459 pekerja mekanik, beberapa pekerja Dermatitis 47 79,7
mengeluhkan rasa gatal pada kulit, kulit tangan Tidak dermatitis 12 20,3
mengelupas, muncul kemerahan, kulit kering dan Lama kontak
luka pada tangan setelah bekerja. Selain itu terdapat Berisiko 37 62,7
5 orang pekerja bengkel motor yang mengalami Tidak berisiko 22 37,3
dermatitis kontak setelah mereka terpapar atau Riwayat penyakit kulit
kontak dengan bahan kimia. Berisiko 40 67,8
Metode Tidak berisiko 19 32,3
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional Personal hygiene
dengan pendekatan cross sectional study Tidak baik 45 76,3
(Notoatmodjo, 2010). Populasi pada penelitian Baik 14 23,7
ini adalah semua pekerja bengkel di Kota Kendari. Penggunaan APD
Sedangkan sampel adalah sebagian pekerja bengkel di Tidak lengkap 52 88,1
di bengkel motor di Wilayah Kota Kendari. Adapun Lengkap 7 11,9
teknik pengambilan sampel dengan menggunakan
teknik proportional random sampling 59 responden. Berdasarkan tabel di atas semua yang bekerja di
Data diolah dengan program SPSS 16.0 for windows bengkel motor, lebih banyak kategori berisiko yaitu
untuk penyajian data dalam bentuk tabel dan narasi 62,7%. Sebagian besar responden yang bekerja di
berdasarkan variabel yang diteliti. Data dianalisi bengkel motor 67,8% berisiko mempunyai riwayat
dengan univariat dan bivariat (Chi square dan phi penyakit kulit. Personal hygiene pada responden di
test) pada batas kemaknaan α = 0,05 (Arikunto, bengkel motor Kota Kendari hampir semua tidak
2010). baik, yaitu 76,3%. Sebagian besar pekerja bengkel
Hasil Penelitian kurang memperhatikan kebersihan tubuh mereka.
1.1.1 Analisis Univariat Hampir 100% pekerja bengkel motor yang tidak
Pada tahap ini dilakukan analisis distribusi frekwensi menggunakan APD pada saat bekerja yaitu sebesar
berdasarkan masing-masing variabel, yang sajikan 88,1%. Sebagian besar pekerja bengkel motor
dalam bentuk tabel distribusi sebagai berikut: mengalami dermatitis kontak yaitu sebesar 79,7%.
a. Karakteristik Responden
d. Analisis Bivariat
1) Usia
Distribusi Responden Menurut Usia Pada Pekerja
a) Hubungan Lama Kontak dengan Kejadian
Tabel 1 Bengkel Motor di Wilayah Kerja Kota Kendari Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di
Tahun 2018 Wilayah Kerja Kota Kendari Tahun 2018.
No Usia (Tahun) Jumlah (n) Persentase (%)
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa, 37 responden
1 15–30 46 78,0
berisiko berdasarkan lama kontak, 94,6% menderita
2 31–45 13 22,0
dermatitis kontak dan yang tidak mengalami kejadian
Total 59 100
dermatitis kontak sebanyak 5,4%. Berdasarkan
analisis fisher exact test, diperoleh hasil ρ value = 0,000
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 59 responden dengan menggunakan α = 0,05. Oleh karena ρ value
(100%), mayoritas usia responden yang bekerja di < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada hubungan antara
bengkel motor berusia 15-30 sebanyak 78,0%. lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak pada
2) Jenis Kelamin pekerja bengkel motor di Wilayah kerja Kota Kendari
Distribusi jenis kelamin responden dalam penelitian tahun 2018.
33
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019
Hubungan Lama Kontak dengan Kejadian Dermatitis Wilayah kerja Kota Kendari tahun 2018.
Tabel Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kerja
3 Kota Kendari Tahun 2018 Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Dermatitis
Tabel 5 Kontak Pada Pekerja Bengkel Motor di Wilayah Kerja Kota
Kendari Tahun 2018
Dermatitis
Jumlah Dermatitis
Lama Ya Tidak ρ value Jumlah
No Tidak
Kontak Dermatitis ρ value
n % n % n % No Personal dermatitis
Hygiene
1 Berisiko 35 94,6 2 5,4 37 100 n % n % n %
individu dapat menyebabkan sensitisasi kulit. disebabkan oleh banyak bengkel yang mempunyai
Sedangkan pada paparan kronik yang berulang atau jumlah tenaga kerja banyak sehingga dalam
dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan mengerjakan pekerjaan bengkel sering bergantian
kerusakan pada kulit, misalnya menyebabkan sehingga lama kontak dengan bahan kimia tersebut
dermatitis, dan efek seperti pada paparan akut. berkurang dan hal inilah kemudian yang menyebabkan
para pekerja tidak menderita dermatitis kontak.
Lamanya seorang bekerja dengan baik dalam sehari
pada umumnya 8 jam. Memperpanjang waktu kerja Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lestari
lebih dari kemampuan lama kerja biasanya tidak dan Utomo (2008) yang menunjukkan bahwa
disertai efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja terdapat hubungan yang bermakna antara lama
yang optimal, bahkan biasanya terjadi penurunan kontak dengan kejadian dermatitis kontak (p-value
kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu 0,003). Hasil penelitian Lestari dan Utomo (2008)
berkepanjangan akan menimbulkan terjadinya menunjukkan bahwa pekerja yang berkontak lebih
kelelahan, gangguan kesehatan dan penyakit. lama cenderung lebih banyak menderita dermatitis
kontak daripada pekerja dengan jangka waktu
Dari 37 responden yang mempunyai riwayat lama paparan lebih singkat.
kontak > 8 jam/hari, 94,6% menderita dermatitis
kontak dan yang tidak mengalami kejadian dermatitis Sejalan pula dengan penelitian dari Putri Syahriana
kontak sebanyak 5,4%. Berdasarkan analisis fisher yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan
exact test, diperoleh hasil ρvalue = 0,000 dengan dengan keluhan kelainan pada pekerja bengkel
menggunakan α = 0,05. Oleh karena ρvalue < 0,05, kendaraan Bermotor di kelurahan Binjai, Medan,
maka H0 ditolak yaitu ada hubungan antara lama dimana hasil penelitiannya menjelaskan bahwa ada
kontak dengan kejadian dermatitis kontak pada hubungan antara lama kerja dengan keluhan kelainan
pekerja bengkel motor di Wilayah kerja Kota Kendari kulit.
tahun 2018.
1. Hubungan Riwayat Penyakit Kulit dengan
Menurut Hudyono (2002), pekerja yang berkontak Kejadian Dermatitis Kontak
dengan bahan kimia menyebabkan kerusakan sel kulit Pada penelitian ditemukan bahwa sebagian besar
lapisan luar, semakin lama berkontak dengan bahan responden yang bekerja di bengkel motor 67,8%
kimia maka akan semakin merusak sel kulit lapisan mempunyai riwayat penyakit kulit. Hasil wawancara
yang lebih dalam dan memudahkan untuk terjadinya ditemukan bahwa dominan para pekerja yang
dermatitis. Kontak dengan bahan kimia yang sakit rutin melakukan pengobatan sehingga tidak
bersifat iritan atau alergen secara terus menerus akan mempengaruhi terjadinya penyakit dermatitis kontak
menyebabkan kulit pekerja mengalami kerentanan lagi.
mulai dari tahap yang ringan sampai tahap yang berat. Berdasarkan hasil penelitian dari 19 responden yang
tidak memiliki riwayat penyakit kulit dan mengalami
Lama kontak dengan bahan kimia yang terjadi akan dermatitis kontak sebanyak 28 responden (68,4%),
meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat hal ini disebabkan karena beberapa responden
kerja. Semakin lama kontak dengan bahan kimia, memiliki tingkat sensitifitas pada kulit kemudian
maka peradangan atau iritasi kulit dapat terjadi didukung lama bekerja dalam sehari dan personal
sehingga menimbulkan kelainan kulit. Pengendalian hygiene yang buruk.
risiko, yaitu dengan cara membatasi jumlah dan lama Berdasarkan analisis fisher exact test, diperoleh hasil
kontak yang terjadi perlu dilakukan. Misalnya seperti ρvalue = 0,174 dengan menggunakan α = 0,05. Oleh
upaya pengendalian lama kontak dengan bahan kimia karena ρvalue > 0,05, maka H0 diterima yaitu tidak
dengan menggunakan terminologi yang bervariasi ada hubungan antara riwayat penyakit kulit dengan
seperti Occupational Exposure Limits (OELs) atau kejadian dermatitis kontak pada pekerja bengkel
Threshold Limit Values (TLVs) yang dapat diterapkan motor di Wilayah kerja Kota Kendari tahun 2018.
bagi pekerja yang melakukan kontak dengan bahan Tidak adanya hubungan antara riwayat penyakit
kimia selama rata-rata 8 jam per hari. kulit pada pekerja bengkel motor dengan kejadian
Adanya pekerja yang mempunyai lama kontak > 8 dermatitis kontak, kemungkinan disebabkan karena
jam dan tidak menderita dermatitis kontak dapat dominan pekerja bengkel melakukan pengobatan
35
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019
penyakitnya di Dokter setelah muncul penyakit kulit lainnya, agar keluarga terhindar dari kontaminasi.
tersebut. Sebab lain adalah setelah para pekerja pernah Sebaiknya pakaian dicuci setelah satu kali pakai atau
menderita penyakit kulit maka pada tubuh pekerja minimal dicuci sebelum di pakai kembali.
tersebut akan muncul antibody sehingga hal ini akan
menjadi benteng pertahanan jika ada faktor allergen Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat
yang sama masuk ke dalam tubuh pekerja bengkel. responden yang mempunyai status personal hygiene
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian baik tetapi menderita dermatitis kontak sebanyak
Kurniawidjaja dkk (2008) bahwa berdasarkan hasil 57,1%, hal ini dapat disebabkan oleh kebiasaan para
uji Chi-Square, dengan tingkat signifikansi 5%, pekerja yang kurang memperhatikan kondisi fisik
diperoleh nilai p 0,199. Hal ini menunjukkan bahwa mereka seperti pada saat pulang dari tempat kerja
tidak ada perbedaan yang signifikan antara adanya langsung baring dan tertidur tanpa memperhatikan
riwayat atopi dengan tidak ada riwayat atopi terhadap kebersihan dirinya. Hal ini dikarenakan para pekerja
terjadinya dermatitis kontak. merasa lelah dan mengantuk, dan tanpa disadari
Penelitian ini sejalan dengan penelitian lainnya kebiasaan tersebut dapat menyebabkan kulit rentan
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan cepat terkena gangguan.
dermatitis kontak pada perkerja bagian processing Berdasarkan analisis fisher exact test, diperoleh hasil
dan filling PT.Cosmar Indonesia Tanggerang Selatan ρ value = 0,026 dengan menggunakan α = 0,05. Oleh
yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan karena ρ value < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada
yang signifikan antara riwayat penyakit kulit dengan hubungan antara personal hygiene dengan kejadian
kejadian dermatitis kontak dengan p-value 0,501 dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di
dimana diketahui bahwa jumlah petani rumput laut Wilayah kerja Kota Kendari tahun 2018.
yang memiliki riwayat penyakit kulit lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah petani rumput laut Salah satu hal yang menjadi penilaian adalah masalah
yang tidak memiliki riwayat penyakit kulit. mencuci tangan. Kebiasaan mencuci tangan ini
2. Hubungan Personal Hygiene dengan seharusnya dapat mengurangi potensi penyebab
Kejadian Dermatitis Kontak dermatitis akibat bahan kimia yang menempel
setelah bekerja, namun pada kenyataannya potensi
Personal hygiene yang diterapkan oleh pekerja masih untuk terkena dermatitis itu tetap ada. Kesalahan
kurang baik. Pekerja seharusnya memiliki kesadaran dalam melakukan cuci tangan dapat menjadi salah
untuk menjaga dan merawat kebersihan dirinya satu penyebabnya. Misalnya kurang bersih dalam
masing- masing. Pada kategori pekerja dengan mencuci tangan, sehingga masih terdapat sisa
personal hygiene yang baik, pekerja diharuskan bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit
memenuhi kriteria untuk dapat menjaga kebersihan pekerja. Pemilihan jenis sabun cuci tangan juga dapat
dirinya. Jika dalam permasalahan personal hygiene berpengaruh terhadap kebersihan sekaligus kesehatan
ini tidak terdapat perbedaan proporsi yang bermakna kulit pekerja. Sebaiknya memilih sabun cuci tangan
mungkin terdapat beberapa kekurangan dalam yang dapat menghilangkan bahan kimia tangan
menjaga kebersihan diri. namun tidak merusak lapisan pelindung tangan.
Berdasarkan hasil observasi dengan responden Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
ditemukan bahwa dominan pekerja bengkel tidak lainnya mengenai faktor kebersihan perorangan
menggunakan air mengalir ketika mencuci tangan, dengan lingkungan terhadap kejadian dermatitis
pekerja mengeringkan tangan menggunakan pengering di Kabupaten Wajo tahun 2015, dinyatakan bahwa
tetapi pengering yang digunakan masih dalam variabel kebiasaan mencuci tangan (p=0,000),
kondisi kotor, pakaian yang digunakan juga jarang kebiasaan mandi (p=0,000), kebersihan pakaian
dicuci. Kondisi ini secara teoritis akan meningkatkan (p=0,000) berhubungan dengan kejadian dermatitis.
kecenderungan atau peluang munculnya dermatitis
kontak. Berdasarkan hasil observasi terhadap pakaian 3. Hubungan Penggunaan APD dengan
yang dikenajkan oleh para pekerja bengkel di Kota Kejadian Dermatitis Kontak
Kendari bahwa dominan pakaian yang digunakan Berdasarkan hasil analisis terlihat bahwa perkerja
terdapat noda oli, dan lainnya. Pencucian pakain yang menggunakan APD dengan baik masih lebih
juga perlu dipisahkan dari dari baju anggota keluarga sedikit dibandingkan dengan yang kurang baik
36
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019
dalam memakai APD. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian dermatitis kontak (positif ) adalah 8,556.
perilaku penggunaan APD oleh pekerja masih kurang Artinya pekerja yang kadang-kadang memakai APD
baik. Masih banyak pekerja yang melepas APD mempunyai risiko mengalami dermatitis kontak
ketika sedang bekerja. Jika hal ini dilakukan maka 8,556 kali lebih besar dari pekerja yang selalu
kulit menjadi tidak terlindungi dan bahan kimia menggunakan APD.
menjadi lebih mudah kontak dengan kulit. Melihat Sejalan pula dengan penelitian Kurniawidjaja dkk
fenomena ini, maka perlu adanya suatu usaha (2008) bahwa berdasarkan hasil uji korelasi spearman’s
promosi yang dilakukan oleh pihak manajemen rho menunjukkan korelasi positif (r=0,395; p=0,002)
untuk meningkatakan kesadaran pekerja dalam antara kebiasaan menggunakan APD dengan
menggunakan APD. kasus dermatitis kontak dimana semakin sering
Pekerja yang mengeluh gatal-gatal dan bentol- menggunakan APD semakin jarang terjadi dermatitis
bentol disebabkan karena pekerja kontak langsung kontak.
setiap harinya dengan sampah ketika mengangkat Kesimpulan
sampah tanpa menggunakan alat pelindung diri Kejadian dermatitis berhubungan dengan lama
seperti sarung tangan yang kedap air. Penggunan kontak, riwayat penyakit kulit, personal hygiene dan
sarung tangan dapat mencegah penyakit akibat kerja penggunaan APD.
khususnya keluhan gangguan kulit karena dapat
melindungi tangan sehingga tidak kontak langsung
dengan sampah. Penggunaan sarung tangan yang Saran
rendah disebabkan oleh rasa ketidaknyaman pekerja Bagi pekerja bengkel motor yang mempunyai
yang merasa risih dan panas apabila digunakan. riwayat penyakit kulit agar menghindari pekerjaan
Berdasarkan analisis fisher exact test, diperoleh hasil yang berkontak langsung dengan bahan kimia dan
ρ value = 0,003 dengan menggunakan α = 0,05. Oleh melakukan aktivitas di bengkel seperti seperti isi
karena ρ value < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada angin, dan melayani penjualan spare part motor agar
hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian mengurangi risiko terkena dermatitis.
dermatitis kontak pada pekerja bengkel motor di
Wilayah kerja Kota Kendari tahun 2018. Daftar Pustaka
Menurut Daryanto (2007), pakaian kerja yang Amrin, Nurhamdayati A. 2015. Faktor-faktor yang
digunakan dapat mengurangi penyakit akibat kerja. Berhubungan dengan Kejadian Stress Kerja
Kesehatan kulit tidak terlepas dari menjaga kebersihan pada Perawat di Ruang Inap BLUD Rumah
pakaian. Pemakaian pakaian kerja yang sesuai dengan Sakit Konawe Tahun 2015 (Skripsi). Fakultas
syarat tempat kerja maka dapat mengurangi terjadinya Kesehatan Masyarakat Universits Halu Oleo
penyakit akibat kerja. Pemakaian sepatu boot sebagai Kendari.
pengaman kaki bagi pekerja harus diperhatikan Astrianda. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
terutama pemilihan bahan sepatu di daerah kerja Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada
yang cocok dengan kondisi kerja. Dalam hal ini Pekerja Bengkel Motor Di Wilayah Kecamatan
sepatu kerja yang cocok digunakan adalah berbahan Ciputat Timur Tahun 2012. (Skripsi).
karet atau kulit, namun dominan tidak digunakan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan,
oleh pekerja bengkel motor saat bekerja sepanjang Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
hari. Jakarta. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/
Masih adanya responden yang mempunyai kebiasaan bitstream/123456789/25961/1/Astrianda-fkik.
menggunakan APD tetapi menderita dermatitis pdf.
kontak dapat diakibatkan oleh faktor lain seperti Aswar, Ewin. 2016. Faktor-faktor yang Berhubungan
personal hygiene yang kurang baik dan juga lama dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bengkel
kontak dengan bahan iritan atau kimia yang lamase Mobil Kota Kendari Tahun 2016 (Skripsi).
hingga tetap berisiko menderita dermatitis kontak. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universits Halu
Penelitian Nuraga (2006), juga menyebutkan bahwa Oleo Kendari. http://sitedi.uho.ac.id/uploads_
besarnya risiko kelompok pekerja yang kadang- sitedi/F1D310171_sitedi_abstrak.pdf.
kadang menggunakan APD dibandingkan dengan Budiyanto, Cakro. 2010. Penyakit Kulit di
kelompok pekerja yang menggunakan APD terhadap Industri Percetakan. http://ackogtg.wordpress.
37
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019
38
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 4 (2) 2019
Pada Pekerja yang Terpajan dengan Bahan Kimia Kesehatan Kerja (HIPERKES). Edisi Kedua.
di PT Moric Indonesia. Tesis. Fakultas Kesehatan Cetakan Pertama. CV Sagung Seto, Jakarta.
Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. http:// Suma’mur., 2009. Hygiene perusahaan dan kesehatan
repository.ui.ac.id/contents/ kerja(hiperkes), Jakarta: CV Sagung Seto.
Nursyamri. 2015. Faktor Risiko Kejadian Dermatitis Suryani, F. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Kontak Alergi pada Pekerja Rumput Laut di Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bagian
Wilayah Kerja Puskesmas Lasepang, Kabupaten Processing Dan Filling PT. Cosmar Indonesia
Bantaeng Tahun. Tanggerang Selatan Tahun 2011. Fakultas
Nurzakky, Muhammad. 2011. Pengaruh Kebiasaan Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Mencuci Tangan Terhadap Kejadian Dermatitis Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kontak Akibat Kerja pada Tangan Pekerja http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/
Bengkel diSurakarta. Fakultas Kedokteran, bitstream/123456789/1821/1/FEBRIA%20
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. SURYANI-FKIK.PDF
Paendong M. Ristya, Pandaleke Herry, Mawu Utomo, Hari Suryo. 2007. Faktor-Faktor Yang
Ferra. Gambaran Kejadian Dermatitis Kontak Berhubungan Dengan DermatitisKontak Pada
Akibat Kerja pada Petugas Cleaning Service di Pekerja di Bagian Produksi dan Quality Control
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Mando. Fakultas PT. Inti PantjaPress Industri. Skripsi. Universitas
Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi Manado. Indonesia Depok. http://repository.uinjkt.
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 5, Nomor 2, Juli- ac.id/dspace/bitstream/123456789/25961/1/
Desember 2017. Astrianda-fkik.pdf.
Prasetyo, Ambang Dwi. 2014. Faktor-faktor yang Xinwang, Lin-Feng, Zhao Da-yu, dan Shen Yi-wei.
Berhubungan dengan Dermatitis Kontak Iritan 2016. Prevalence and Clinical Features of Atopic
pada Tangan Pekerja Konstruksi yang Terpapar Dermatitis in China.. Hindawi. Volume 2016,
Semen di PT. Wijaya Kusuma Contractors. ID Artikel 2.568.301, 6 halaman.
Profil Data Kesehatan 2017. dinkes.bantulkab.go.id/
data/hal/1/8/23/48-profil-kesehatan-2017.
Ruhdiat, Rudi. 2006. Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Dermatitis Kontak Akibat
kerja Pada Pekerja Laboratorium Kimia di PT
Sucofindo Area Cibitung Bekasi. Tesis. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Siregar, RS. 1996. Dermatitis Akibat Kerja. Cermin
Dunia Kedokteran No. 107 . (skripsi) Jakarta.
Situmeang, Suryani M Florence. 2008. Analisa
Dermatitis Kontak pada PekerjaPencuci Botol
di PT X Medan. Tesis. Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sonny J. R. Kalangi, Histofisiologi Kulit 2013.
Bagaian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal
Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen,
November 2013, hlm. S12-20.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan.
Alfabeta. Bandung.
Sumantri, Hertanti Trias Febriani, dan Sriwahyuni
T Musa. 2008. Dermatitis Kontak. Yogyakarta.
Fakultas Farmasi UGM.
Suria, Djuanda dan Sri Adi S. 2003. Ilmu Penyakit
Kulit Dan Kelamin, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Suma’mur P.K. 2014. Higiene Perusahaan dan
39
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
ABSTRAK
Alat Pelindung Diri (APD) di lingkungan kerja adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melidungi seluruh/ sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakan kerja. Terjadinya kecelakaan kerja di bengkel motor sering
menimbulkan resiko bahaya misalnya asap bengkel,bahan kimia, kebisingan, bahaya api,
terjatuh, gangguan pernafasan dan penglihatan karena tidak menggunakan alat pelindung diri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat
pelindung diri (APD) dan diketahuinya hubungan antara pengetahuan, sikap, pelatihan
keselamatan dan pengawasan dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja
bengkel motor di PT. Capella Honda Tahun 2020. Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif
dengan menggunakan desain Cross Sectional yang dilaksanakan pada bulan Mei 2020. Populasi
dalam penelitian ini sebanyak 40 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total
sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data untuk bivariat dengan uji
chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel pengetahuan
dengan Pvalue=0,031 dan OR=6,067 dan (CI 95%= 1,361-27,049), sikap dengan Pvalue=0,012 dan
OR=7,286 dan (CI 95%=1,737-30,555), pelatihan keselamatan dengan Pvalue=0,032 dan OR=0,032
dan (CI 95%=1,350-21,144), pengawasan dengan Pvalue=0,041 dan OR=0,041 (CI 95%= 1,270-
19,685) dengan penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja bengkel motor di Capella
Honda Tahun 2020. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan bermakna antara
pengetahuan, sikap, pelatihan keselamatan dan pengawasan dengan penggunaan alat
pelindung diri (APD) serta saran perlu adanya kebijakan secara tertulis seperti surat keputusan
maupun bentuk kebijakan terutama dengan manajemen kebijakan dan lebih sering lagi
mensosialisasikan kebijakan terutama mengenai penggunaan alat pelindung diri agar
mempengaruhi sikap pekerja lebih disiplin memakai alat pelindung diri.
Kata Kunci : Bengkel Motor, Alat Pelindung Diri
ABSTRACT
Personal Protective Equipments (PPE) in the work environment is a set of tools used by workers to protect
all/ most of his body against the possibility of any potential dangers/ accident. Accidents work in a
motorcycle workshops often generates the risk of harm for example smoke workshop, chemicals, noise,
danger fire, fell, respiratory disorders and sight because they did not use the self protection. Research aims
to understand factors that deals with a personal protective equipments (PPE) and it knew the relationship
between knowledge, attitude, training safety and supervision with the use of a personal protective
equipments (PPE) on workers motorbike workshop in district kampar left 2020 The kind of research this is
analytic quantitative by using design research cross sectional that was held in may 2020 in district
kampar left 2020. Population in this study some 40 people. Sampling techniques used is a technique total
of sampling. a measuring instrument used is the questionnaire. Data analysis to bivariate by test chi-
square .The research results show that there was a correlation between variables knowledge with
375
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
376
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
bekerja. Janganlah berbuat suatu tenaga kerja bengkel masih banyak tenaga
kebodohan yang mempengaruhi terjadinya kerja yang masih belum lengkap
kecelakaan. Pada hierarki pengendalian menggunakan alat pelindung diri seperti
risiko dalam upaya pencegahan kecelakaan masker, sarung tangan, kacamata, safty
5 tahap, salah satunya adalah penggunaan shoes saat bekerja dan pekerja tersebut
alat pelindung diri. Alat pelindung diri pernah mengalami luka-luka pada tangan,
berperan penting terhadap kesehatan kerja. sakit mata, gangguan pernapasan dan
(Sucipto, 2014). terjatuh di lingkungan kerja. apabila tidak
Alat Pelindung Diri (APD) di segera ditanggulangi maka dapat berisiko
lingkungan kerja adalah seperangkat alat besar kerugian bagi pekerja dan bengkel itu
yang digunakan oleh tenaga kerja untuk sendiri.
melindungi seluruh atau sebagian Berdasarkan uraian di atas, maka
tubuhnya terhadap kemungkinan adanya peneliti tertarik mengangkat masalah ini
potensi bahaya atau kecelakaan kerja. alat untuk dijadikan bahan penelitian yang
ini lebih sering digunakan ditempat kerja, berjudul “Faktor yang Berhubungan
namun juga dibutuhkan pula untuk dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri
melindungi diri dalam kegiatan sehari-hari. (APD) pada Pekerja Bengkel Motor PT.
APD tidak mencegah insiden bahaya, tetapi Capella Honda Kecamatan Kampar Kiri.
mengurangi akibat dari kecelakaan yang
akan terjadi (Kurniawati, 2013). METODE PENELITIAN
Bengkel motor merupakan salah satu Jenis penelitian ini bersifat survey
usaha yang bergerak di bidang perbaikan, analitik dengan pendekatan cross sectional.
mengganti yang baru atau rusak, Penelitian ini dilaksanakan di bengkel
memperbaiki dan bertujuan untuk motor di PT.Capella Honda. Populasi
merubah sesuatu menjadi lebih baik dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja
sehingga masa benda bisa bertahan dalam bengkel motor di Kampar dari bulan
jangka panjang atau lebih lama. Selama Agustus-Desember 2020. Teknik
proses ini berlangsung sering pengambilan sampel dilakukan dengan
menimbulkan risiko bahaya misalnya luka- Total Sampling dengan jumlah sampel
luka tangan, debu, asap knalpot atau CO. sebanyak 40 responden. Proses selama
Untuk menghindari hal tersebut salah satu persiapan, pengambilan data, penelitian
upaya pencegahan yang dapat dilakukan dan Publikasi telah mendapat persetujuan
yaitu dengan cara menggunakan APD. dari bengkel motor di PT.Capella Honda
Berdasarkan hasil penelitian Instrumen pengumpulan data pada
Noviandry (2013) terdapat Hubungan penelitian ini adalah dengan menggunakan
antara Pengetahuan, Sikap, Pelatihan, dan Kuesioner memuat pertanyaan-pertanyaan
Pengawasan dengan Penggunaan Alat untuk menggali informasi tentang variabel
Pelindung Diri pada Industri Pengelasan dependen (Penggunaan APD) dan variabel
Informal di Kelurahan Gondrong, independen (pengetahuan, sikap, pelatihan,
Kecematan Cipondoh, Kota Tanggerang pengawasan). Menggunakan analisis
Tahun 2013. Univariat dan Bivariat dengan
Berdasarkan Survey awal yang penulis menggunakan uji Chi Square.
lakukan di Bengkel motor di PT. Capella
Honda dilakukan wawancara kepada 13
377
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
378
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Dependen
dan Independen Pada Pekerja Bengkel Motor PT.Capella Honda Tahun 2020
No Variabel Frekuensi %
(n=40)
1 Penggunaan APD
Tidak Menggunakan APD 24 60,0
Menggunakan APD 16 40,0
2 Pengetahuan
Rendah 17 42,5
Tinggi 23 57,5
3 Sikap
Negatif 21 52,5
Positif 19 47,5
4 Pelatihan Keselamatan
Tidak Pernah 22 55,0
Pernah 18 45,0
5 Pengawasan
Tidak Ada 24 60,0
Ada 16 40,0
Analisis Bivariat
Tabel 6
379
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja
Bengkel Motor PT.Capella Honda Tahun 2020
380
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
Tabel 8
Hubungan Pelatihan Keselamatan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada
Pekerja Bengkel Motor PT.Capella Honda Tahun 2020
Tabel 9
381
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
Hubungan Pengawasan dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja
Bengkel Motor PT.Capella Honda Tahun 2020
Alat Pelindung Diri
(APD)
Pvalu OR
Pengawasa Tidak Total
Mengguna e (95%CI)
n Mengguna
kan
kan
n % n % n %
Tidak Ada 18 75,0 6 25, 24 100
0 5,000
Ada 6 37,5 10 62, 16 100 0,041 (1,270-
5 19,685))
Total 24 60,0 16 40, 40 100
0
Pada tabel 9 dapat diketahui bahwa penggunaan alat pelindung diri (APD)
dari 24 orang pekerja bengkel motor yang pada pekerja bengkel motor serta didapat
pengawasan tidak ada terdapat 18 orang OR=5,00 0dan 95% Confidence Interval
(75%) dengan tidak menggunakan APD, (CI)=1,270-19,685 artinya pekerja bengkel
sedangkan dari 16 orang pekerja bengkel motor dengan pengawasan tidak ada
motor yang pengawasan ada sebanyak 6 berpeluang 5 kali untuk tidak
(37,5%) dengan tidak menggunakan APD. menggunakan APD dibandingkan dengan
Hasil uji statistik diperoleh pekerja bengkel motor memiliki
Pvalue=0,041 atau P<0,05 artinya bahwa pengawasan yang ada.
ada hubungan pengawasan terhadap
382
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
383
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
384
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
diri;
KESIMPULAN DAN SARAN Pihak atasan/perusahaan sebaiknya
Kesimpulan lebik meningkatkan lagi pengawasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang terhadap pekerja terutama dalam hal
faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat pelindung diri ketika
penggunaan alat pelindung diri (APD) sedang melaksanakan pekerjaan.
pada pekerja bengkel motor PT.Capella DAFTAR PUSTAKA
Honda tahun 2020, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Buntarto, (2015). Panduan Praktis
Ada hubungan antara pengetahuan
Keselamatan Kesehatan dan Kerja Untuk
dengan penggunaan alat pelindung diri
Industri. Yogyakarta: Pustakabarupress.
(APD) pada pekerja bengkel motor
PT.Capella Honda tahun 2020; BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2015 dari:
Ada hubungan antara sikap dengan [http://www.bpjsketenagakerjaan. go.
penggunaan alat pelindung diri (APD) Id/berita kecelakaan kerja]. Diakses 02
pada pekerja bengkel motor PT.Capella Februari 2020.
Honda tahun 2020; Daryanto, D. (2010). Keselamatan Kerja
Ada hubungan antara pelatihan Peralatan Bengkel dan Perawatan Mesin.
keselamatan dengan penggunaan alat Jakarta: ALFABETA.
pelindung diri (APD) pada pekerja Detak Riau.com Tahun 2016.
bengkel motor PT.Capella Honda tahun [http://m.riau24.com/berita/baca/59855-
2020; waduh-kecelakaan-kerja-di-riau-yang-
Ada hubungan antara pengawasan
wafat-sebanyak-225-orang-pekerja/].
dengan penggunaan alat pelindung diri
(APD) pada pekerja bengkel motor Kurniawati, D. (2013). Taktis Memahami
PT.Capella Honda tahun 2020. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang
Teknologi Informasi, Surakarta: Aksarra
Saran Sinergi Media.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, Kurniawidjaja, L. M. (2010). Teori dan
beberapa saran yang dapat disampaikan Aplikasi Kesehatan Kerja, Jakarta: (UI-
peneliti antara lain: Press), 2010.
Bagi pekerja bengkel motor sebaiknya Kepmen RI NO 51/Men/1999, Tentang
lebih meningkatkan lagi pengetahuan Nilai Ambang Batas Fisika ditempat Kerja.
dan kesadaran mengenai pentingya
penggunaan alat pelindung diri untuk Notoatmodjo. (2010). Promosi Kesehatan
mejaga keselamatan dalam bekerja; Teori & Aplikasi, Jakarta: Rineka Cipta.
Perlu memberikan contoh dari atasan Notoatmodjo. (2011). Kesehatan
untuk melengkapi penggunaan APD Masyarakat: Ilmu dan Seni, Jakarta: Rineka
pada saat bekerja sehingga Cipta.
mempengaruhi sikap bagi bawahan Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan
untuk menggunakan APD saat bekerja; dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka
Sebaiknya pelatihan keselamatan Cipta.
diadakan langsung di lapangan serta
Noviandry, I. (2013). Faktor-Faktor yang
melibatkan seluruh pekerja lebih
Berhubungan Dengan Perilaku Pekerja
mengetahui sumber bahaya yang ada
Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri
bila tidak menggunakan alat pelindung
(APD) Pada Industri Pengelasan Informal
385
Jurnal Kesehatan Lentera ‘Aisyiyah, 4(1)
386