Anda di halaman 1dari 15

GAMBARAN DAN PERMASALAHAN K3 DI INDUSTRI MANUFAKTUR PT.

INDOFOOD
Tugas Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dosen Pengampu: Cornellis Novianus

Disusun oleh:
Kelompok 3
Lia Aulina 2205015001
Putri 2205015008
Khansa Nashiroh M 2205015017
Nurhaliza 2205015022

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2022
DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


1.2 Tujuan Penulisan Artikel

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB III: HASIL ARTIKEL YANG DIKAJI

3.1 Gambaran Tempat Kajian

3.2 Faktor Bahaya dan Potensi Bahaya

BAB IV: PEMBAHASAN

A. Faktor Bahaya dan Potensi Bahaya


B. Penerapan Keselamatan Kerja

BAB V: SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu persyaratan untuk
meningkatkan produktivitas kerja karyawan, dimana keselamatan dan kesehatan kerja juga
merupakan kebijakan yang dibuat pemerintah untuk melindungi tenaga kerja dan mengatur
hak-hak serta kewajiban pegawai tehadap perusahaan. Perlindungan terhadap tenaga kerja
merupakan suatu kewajiban yang harus diberikan oleh pihak perusahaan terhadap
pegawainya, sehingga pegawai dapat bekerja lebih tenang, aman, nyaman dan target produksi
dapat terpenuhi.
Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk melindungi para tenaga kerja,
meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan para pegawai, dan kinerja karyawan, tujuan-
tujuan tersebut dapat terlaksana apabila terjadi timbal balik antara para pegawai dan pihak
perusahaan sehingga masing-masing pihak mendapatkan keuntungan dari proses timbal balik
tersebut.
Proses timbal balik tersebut dapat terjadi apabila masing-masing pihak menyadari hak-
hak dan kewajiban masing-masing, baik dari pihak tenaga kerja atau pihak perusahaan, hak
dan kewajiban tenaga kerja yang diatur dalam UU NO 13 tahun 2003 tentang tenaga kerja
yang mencangkup keselamatan dan kesehatan kerja serta kewajiban yang lain dari
perusahaan kepada karyawannya.
Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai salah satu unsur perlindungan tenaga kerja dan
merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengembangan sumber daya manusia untuk
mendukung peningkatan kinerja pada perusahaan. Pada dasarnya program keselamatan
dibuat untuk menciptakan lingkungan dan perilaku kerja keselamatan dan kesehatan itu
sendiri serta membangun dan memepertahankan lingkungan kerja fisik yang aman dan
nyaman yang dapat mencegah terjadinya kecelakaan.
Permasalahan tentang program keselamatan dan kesehatan kerja hendaknya tidak hanya
merupakan suatu diskusi-diskusi akan tetapi penerapan manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang sudah menjadi suatu keharusan bagi setiap perusahaan untuk paling
tidak memberikan suatu apresiasi terhadap para pegawai atas apa yang telah mereka
kerjakan.
Penerapan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik akan berdampak pada
meningkatnya kualitas atau kesejahteraan hidup, produktivitas kerja dan motivasi kerja yang
kesemuanya merupakan keuntungan yang akan didapat baik oleh pegawai atau perusahaan.
Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja hendaknya dilaksankan tidak hanya
setengah-setengah akan tetapi secara menyeluruh dan direncakanakan secara matang tidak
hanya menyediakan peralatan keselamatan dan kesehatan akan tetapi fasilitas kesehatan dan
memberikan pengertian dan pelatihan bagaimana mengerjakan suatu pekerjaan dengan aman
dan sesuai prosedur.
Perusahaan sebenarnya telah memaksimalkan penerapan program sistem keselamatan dan
kesehatan kerja, tetapi dengan kurang adanya kedisiplinan kerja oleh karyawan yang kurang
teliti menjadikan kecelakaan kerja masih sering terjadi, walaupun bersifat ringan. Perusahaan
juga mengerti kondisi lingkungan yang kurang bersahabat karena faktor dari bahan produksi.
Untuk merubah persepsi tentang program keselamatan dan kesehatan kerja memang sangat
sulit, hal tersebut berkaitan dengan kemampuan keuangan perusahaan untuk memberikan
jaminan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap karyawannya yang berupa sertifikasi K3.
Karena semua jaminan tersebut tidaklah murah dan harus mengeluarkan biaya yang cukup
besar.
Kecelakaan dapat dicegah apabila karyawan secara sadar berfikir tentang keselamatan
kerja dan memenuhi aturan dari perusahaan. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
maka pihak perusahaan diharapkan memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja yang
telah ditetapkan dalam peraturan dan undang-undang ketenagakerjaan.
1.2 Tujuan Penulisan Artikel
1. Untuk Mengetahui penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan.
2. Mendata masalah- masalah tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan
dilakukan pencegahan dan pengendalian dalam proses produksi.
3. Mengamati dan mengkaji terhadap faktor bahaya di tempat kerja dan upaya
pencegahannya yang dilakukan perusahaan.
4. Sebagai pengenalan dan observasi terhadap aspek lingkungan kerja mengenai
penerapan Hygiene Perusahaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah perkembangan industri di Indonesia sangat pesat, Industrialisasi saat ini


menggunakan teknologi yang maju dan modern dibutuhkan suatu produk yang dapat
bersaing di pasar. Pekerjaan juga merupakan salah satu aset yang harus dimiliki
seseorang. Perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja secara langsung maupun tidak
langsung berpartisipasi langsung dalam menentukan kemajuan perusahaan. Hasilnya
adalah perkembangan teknologi yang lebih maju terjadinya bahaya yang dapat merugikan
perusahaan dan personel kerja Sebuah perusahaan memiliki peluang yang lebih maju
ketika sebuah perusahaan Ini memiliki tenaga kesehatan yang tinggi, jadi itu akan terjadi
peningkatan produktivitas. Konsekuensi dari usaha yang sering adalah kecelakaan di
tempat kerja adalah peristiwa yang tidak terduga, tidak diinginkan dan tidak terduga Pada
saat yang sama, kecelakaan kerja adalah kecelakaan kerja di perusahaan.
Industri manufaktur merupakan industri yang mengolah bahan baku menjadi
produk setengah jadi maupun produk jadi. Dan di dalam setiap proses produksi dan
aktifitas pekerjaan memiliki risiko dari bahaya yang ada. Di Indonesia, dalam dua tahun
terakhir, dilaporkan terjadi kenaikan kecelakaan kerja yang signifikan, yaitu naik sebesar
55.2% dari tahun sebelumnya, yakni sebanyak 114.000 kasus di tahun 2019 menjadi
177.000 kasus di tahun 2020. Berdasarkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional
(BPJS Kesehatan), kurang lebih setiap harinya sebanyak 12 pekerja di Indonesia
mengalami cacat permanen dimana kecelakaan kerja terbesar disumbang oleh sektor
manufaktur dan konstruksi sebesar 63,6%, sektor transportasi 9,3%, sector kehutanan
3,8%, pertambangan 2.6% dan sisanya sebesar 20,7%. Industri manufaktur pada tahun
2020 memiliki kontribusi yang tinggi dalam kecelakaan kerja bersamaan dengan
konstruksi yaitu sebesar 63,6% . Kecelakaan kerja ini sendiri dapat terjadi salah satunya
karena pengelolaan manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan
yang tidak dilaksanakan dengan baik. Salah satu upaya untuk mengurangi atau
menghilangkan bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja yaitu
diperlukan suatu manajemen risiko yang kegiatannya meliputi identifikasi bahaya,
analisis potensi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko, serta pemantauan dan
evaluasi.

BAB III

HASIL ARTIKEL YANG DIKAJI

3.1 Gambaran Tempat Kajian

PT. ISM adalah perusahaan yang bergerak dibidang makanan ringan yang khusus
memproduksi mie instan, dimana dalam setiap proses produksinya tidak lepas dari bahaya yang
dapat diakibatkan oleh mesin-mesin produksi alat angkat dan angkut, lingkungan kerja yang
panas atau dingin, kondisi tempat kerja dan lingkungan kerja dan faktor pendukung lainnya yang
dapat menimbulkan bahaya dan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan. Maka PT. ISM
menyadari bahwa perlu dan pentingnya penerapan K3 diperusahaan sehingga kerugian dapat
dicegah.

Salah satu penerapan K3 di PT. ISM yaitu dengan menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang bertujuan untuk pencapaian zero accident, peningkatan
kesehatan tenaga kerja dan mencegah terjadinya kerugian bagi perusahaan, sehingga selain
melindungi tenaga kerja dan orang lain yang berada di lingkungan kerja juga melindungi aset
perusahaan.

3.2 Faktor Bahaya dan Potensi Bahaya

1. Faktor Bahaya

PT. ISM memiliki faktor bahaya yang berupa faktor bahaya fisik seperti kebisingan, dan
penerangan.

a. Kebisingan

Jenis kebisingan yang ada di PT. Indofood ISM adalah kebisingan yang kontinu (dari mesin-
mesin produksi). Pengukuran kebisingan dengan menggunakan Sound Level Meter merk
Krisbrow KW 06-291. Dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa ada tempat kerja
yang melebihi intensitas kebisingan atau Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan dan
ada tempat kerja yang kurang dari intensitas kebisingan atau Nilai Ambang Batas (NAB) yang
diperkenankan, dengan waktu pemaparan 7,5 jam – 8,5 jam sehari dan 40 jam seminggu.
Sumber-sumber kebisingan berasal dari mesin-mesin produksi, mesin yang menghasilkan
kebisingan yang melebihi NAB berasal dari mesin scrape, sehingga tenaga kerja yang bekerja
pada mesin scrape diwajibkan untuk memakai ear muff secara terus menerus selama mesin
scrape beroperasi, namun mesin scrape hanya beroperasi pada saat tertentu saja. Selain itu tenaga
kerja juga memakai APD berupa penutup kepala, masker kain, sarung tangan dan sepatu boat.

b. Penerangan

Untuk memenuhi kebutuhan pencahayaan di PT. ISM menggunakan sumber penerangan alami
(lampu TL) dan buatan (jendela), warna dinding pada ruang produksi berwarna hijau namun
catnya sudah bladus sehingga tidak membantu untuk memantulkan sinar. Penerangan yang baik
sangat dibutuhkan untuk proses produksi di PT. ISM dengan waktu pemaparan 7,5-8,5 jam per
hari dan 40 jam seminggu sesuai dengan jam kerja dengan beban kerja sedang dan obyek kerja
bergerak sedang. Penggunaan penerangan buatan yaitu berupa lampu dibutuhkan pada siang
maupun malam hari. Pengukuran penerangan dilakukan pada tanggal12 Maret 2009 dengan
menggunakan alat lux meter merk Krisbow KW 06-291.
c. Tekanan Panas
Sumber tekanan panas selain berasal dari lingkungan kota semarang yang panas, namun juga
berasal dari proses produksi, yaitu pada bagian pressing dan frying dengan beban kerja sedang
dengan lama waktu pemaparan 7,5-8,5 jam sehari dan 40 jam seminggu, namun pada proses
frying tenaga kerja hanya melakukan pengecekan terhadap panel control sehingga tidak
sepenuhnya berada di ruang frying selama bekerja. Untuk mengurangi tekanan panas maka
perusahaan menyediakan air minum dalam galon yang bisa dikonsumsi setiap saat. Ventilasi
selain dari lubang blower juga berasal dari ventilasi alami. Pengukuran terhadap tekanan panas
belum dilakukan sepenuhnya oleh PT. ISM.
d. Getaran
Sumber getaran berasal dari mesin screw. Mesin screw diletakan pada papan seperti panggung
jadi tenaga kerja hanya terkena getaran pada saat penuangan tepung dalam screw. Selaim itu
usaha yang dilakuakan perusahaan untuk meminimalkan bahaya getaran terhadap tenaga kerja
yaitu dengan pemberian pelindung alat vital atau spotter dan juga pemberian makanan tambahan
berupa susu. Pengukuran terhadap getaran belum dilakukan sepenuhnya oleh PT. ISM.
Faktor bahaya yang berupa faktor bahaya kimia seperti :
a. Debu
Sumber debu berasal dari pembongkaran tepung dari truk, gudang tepung, gudang batubara, dan
pada saat penuangan tepung dalam screw. Namun PT. ISM belum melakukan pengukuran secara
khusus terhadap debu. Intensitas debu yang paling banyak pada pembongkaran tepung dari truk
ke gudang tepung. APD yang disediakan bagi tenaga kerja bongkar tepung yaitu masker kain.
Pengendalian secara khusus terhadap faktor bahaya debu belum dilakukan, masih banyak tenaga
kerja yang tidak mengenakan masker saat bekerja, namun tidak ada sosialisasi atau tindakan
tegas yang dilakukan perusahaan dengan alasan tenaga kerja bongkar tepung adalah tenaga kerja
out sourching.
b. Bahan-bahan Kimia
Dalam proses produksinya bahan-bahan kimia di PT. ISM tidak begitu menonjol, karena PT.
ISM hanya memproduksi mie (noodle) tanpa bumbu atau sauce sehingga hanya menggunakan
bahan bahan kimia relatif sedikit.

2. Potensi Bahaya

Potensi bahaya yang ada di PT. ISM dapat bersumber dari bahan kimia dan dari bahaya fisik.
Potensi bahaya yang bersumber dari bahan kimia antara lain :

a.Kebakaran

sumber potensi bahaya yang menyebabkan kebakaran dapat berasal darikonsleting listrik.

b. Peledakan

Sumber potensi bahaya yang dapat menimbulkan terjadinya ledakan adalah kerja boiler yang
menghasilkan suhu dan tekanan yang tinggi. Sedangkan potensi bahaya yang bersumber dari
bahaya fisik antara lain :

a. Terjatuh
Bisa terjadi pada tenaga kerja bagian pemeliharaan tanki-tanki minyak dan tanki air,
karena pemeriksaan kondisi tanki dengan cara memanjat tangga tanki, tenaga kerja
bagian sanitasi lingkungan saat bekerja di ketinggian, dan tenaga kerja bagian teknik saat
pengelasan di tempat yang tinggi.
b. Terjepit
Yang dapat menimbulkan bahaya terjepit misalnya pada bagian produksi (terjepit dengan
mesin produksi), gudang tepung dan gudang finish good.
c. Tertimpa
Dalam penumpukan hasil produksi di gudang finish good tenaga kerja berpotensi
tertimpa tumpukan box-box hasil produksi.
d. Tertabrak, dll.
Dalam proses produksi tidak lepas dari kegiatan angkat angkut untuk itu PT. ISM
menyediakan saran berupa forklift, loader, lorry dan truk untuk kegiatan distribusi.
Sarana ini berpotensi menimbulkan kecelakaan terhadap tenaga kerja dan orang lain yang
berada dilingkungan perusahaan yaitu tertabrak.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Faktor dan Potensi Bahaya

1. Faktor Bahaya

a) Faktor fisik

1) kebisingan

Menurut Kepmenaker 51/MEN/1999 tentang ambang kebisingan faktor fisik di tempat kerja 85
dB(A) maka kebisingan yang terdapat di PT. ISM, khususnya di penggilingan mie merupakan
intensitas yang melebihi ambang batas. Berdasarkan data primer, intensitas kebisingan diambil
dari PT. ISM khusus di penggilingan mie adalah 88,6dB(A), 87,6dB(A), 94,4dB(A). Suara yang
dirasakan oleh getaran media elastis sebagai rangsangan untuk telinga dan ketika suara tersebut
tidak diinginkan dinyatakan sebagai kebisingan.

2) Penerangan

Berdasarkan data primer dari pengukuran cahaya PT. ISM menentukan hasil pencahayaan pada
jalur 5 dan 12 bagian kompresi, menentukan hasil pengukuran 39,3 lux, 29,1 lux dan 27,1 - 18,9
lux pada jalur 1 bagian pendinginan, menentukan hasil pengukuran 20,9 - 10,3 lux Untuk
menyelesaikan pekerjaan, tenaga kerja harus melakukan gerakan tambahan, seperti berjongkok
untuk melihat lebih dekat ke panel display. Kemudian penerangan tentang PT. ISM, khususnya
di jalur 5 dan 12 bagian tekanan dan di bagian pendingin lini 1. Menurut PMP No. 07/1964, yaitu
“Kondisi kesehatan, kebersihan dan penerangan tempat kerja, yang menyatakan bahwa
penambahan penerangan buatan tidak cukup bila cahaya matahari tidak mencukupi”, maka PT.
ISM sesuai dengan PMP No. 07 1964 dimana cahaya buatan digunakan tetapi tidak sesuai
kebutuhan.

3) Tekanan Panas
PT. ISM belum melakukan pengukuran tekanan panas. Sehingga belum diketahui apakah hasil
valuasi akan lebih tinggi dari net worth atau lebih rendah dari NAB. Namun, data sekunder
menunjukkan bahwa tenaga kerja mengalami tekanan panas, terutama di bagian pengepresan dan
pemanggangan.

4) Getaran

Pengukuran getaran belum dilakukan di PT. ISM, namun dapat di ketahui dari data sekunder
pada mesin screw menghasilkan getaran yang cukup besar.

b. Bahaya kimia

1. Debu

Pengukuran intensitas debu di sekitar perusahaan tidak dilakukan, dan perusahaan kurang
memperhatikan masalah kesehatan para pekerja bagian pembongkaran tepung terigu karena para
pekerja bongkar tepung merupakan out sourching.

2. Bahan kimia

Karena PT. ISM tidak menggunakan bahan kimia berbahaya, sehingga pengukuran bahan kimia
tidak dilakukan. Namun, alat pelindung diri disediakan untuk pekerja yang bekerja dengan bahan
kimia, ini adalah Undang-Undang Keselamatan Kerja No. 01 Tahun 1970, Bab X, Subbab 14,
Subbab C, yang menyatakan “kewajiban para manajer, manajer mereka dan semua orang lain
yang datang ke tempat kerja untuk menyediakan semua alat pelindung diri yang diperlukan
secara Cuma cuma”. Selain penyediaan alat pelindung diri, pelaksanaan chemical labeling
(MSDS) juga dilakukan di bawah pengawasan bahan kimia yang merupakan persyaratan dari SK
No. Kep. 187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja.

2. Potensi Bahaya

Potensi bahaya terbesar yang ada di PT. ISM adalah kebakaran. Tindakan pengendalian yang
dilakukan agar tidak terjadi kebakaran adalah dengan penyediaan alat pemadam kebakaran yang
berupa Hydrant pilar, hydrant valve dan APAR, adanya prosedur keselamatan kerja, penyediaan
APD dan pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi tenaga kerja.
B. Penerapan Keselamatan Kerja

PT. ISM sangat memperhatikan keselamatan kerja tenaga kerjanya. Untuk melindungi tenaga
kerjanya dari faktor bahaya di tempat kerja agar tidak menyebabkkan kecelakaan, maka
perusahaan memiliki sistem pencegahan kecelakaan kerja dengan menyediakan :

1. Pengaman Mesin

Pengaman mesin yang dipasang pada pengaman mesin-mesin di PT. ISM berupa pagar
pengaman pada mesin yang terbuat dari bahan baku yang kuat dan tahan korosi yang disesuaikan
dengan tipe mesin yang ada.

2. Penanggulangan Kebakaran

Di PT. ISM potensi terhadap timbulnya kebakaran cukup tinggi, maka kewaspadaan terhadap
potensi bahaya kebakaran merupakan prioritas utama. Penanggulangan kebakaran dilakukan
dengan pemasangan alat pemadam kebakaran yakni hydrant (pilar dan valve) dan APAR.
Hydrant dipasang disetiap area yang berpotensi menimbulkan bahaya. Hydrant valve dipasang
didalam gedung sedangkan hydrant pilar serta siames connection berada dihalaman. Sedangkan
alat pemadam kebakaran jenis APAR diletakkan di titik rawan kebakaran. Jenis-jenis APAR
yang dipergunakan sebagai pemadam bahannya berupa dry chemical, CO2, BCF, AF 11 dan
HFC 227. Pemeriksaan APAR dilakukan setiap 2 minggu sekali.

3. Alat Pelindung Diri

Dalam penyediaan APD departemen GAS bertugas dalam pembeliannya, penggantian APD
dilakukan dalam 1 tahun sekali atau saat APD sudah tidak berfungsi lagi (rusak). Perawatan
APD dilakuakn oleh masing-masing bagian atau karyawan. APD yang disediakan oleh PT. ISM
adalah:

a. Safety Shoes

Terbuat dari baja, yang berfungsi untuk melindungi kaki dari kejatuhan, misalnya bagian
gudang, produksi, supply, dan operator forklift.
b. Masker Kain

Digunakan oleh tenaga kerja bagian produksi, bongkar tepung, gudang tepung, screw, pressing
dan gudang batubara.

c. Ear Muff atau Ear Plug

Berfungsi untuk melindungi tenaga kerja dari intensitas kebisingan yang melebihi NAB
kebisingan. Ear muff digunakan oleh tenaga kerja bagian penggilingan mie scrape sedangkan ear
plug digunakan oleh tenaga kerja bagian gudang batu bara.

d. Sarung tangan

Terbuat dari bahan kain dan kulit, yang berfungsi untuk melindungi tangan dan jari. Digunakan
oleh tenaga kerja teknik, workshop, utility, dan field.

e. Googles, kaca mata, dan face shield

Berfungsi untuk melindungi mata dan wajah saat grinding serta pekerjaan mengelas. Digunakan
oleh tenaga kerja bagian teknik dan workshop.

f. Mask respirator

Yang berfungsi untuk melindungi pernafasan tenaga kerja dari bahan-bahan kimia beracun.
Digunakan oleh tenaga kerja bagian teknik dan batubara.
BAB V

SARAN

1. Perlu dilakukan pengukuran terhadap intensitas getaran dilingkungan kerja, agar dapat
diketahui intensitas getaran yang melebihi NAB sehingga dapat dilakukan tindakan
perbaikan dengan segera.
2. Perlu adanya pengawasan khusus bagi tenaga kerja out sourching pada bagian bongkar
tepung, khususnya pada pemakaian APD (masker) karena perusahaan tidak
memperhatikan tenaga kerja bongkar tepung (out sourching).
DAFTAR PUSTAKA

https://www.fortuneidn.com/business/amp/friana/sejarah-dan-profil-perusahaan-indofood

http://www.jocosae.org/index.php/jocosae/article/view/8/7

file:///C:/Users/ghaut/Downloads/Utami%20Rusdarwati.pdf

Anda mungkin juga menyukai