Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

K3 LABORATORIUM

Disusun oleh :

NAMA : Santi Yuliana

NIM : 2030801033

Dosen Pengampu

Riri Novita Sunarti, M.Si

PRODI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan
tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti- nantikan syafaatnya di
akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya ,baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran ,sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan laporan praktikum sebagai tugas mata kuliah
Praktikum Kimia yang berjudul “Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Laboratorium”.

Saya tentu menyadari bahwa Laporan Praktikum ini jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, saya mengharapakan kritik serta saran dari pembaca untuk Laporan
Praktikum ini , supaya Laporan Praktikum ini nantinya dapat menjadi Laporan
Praktikum yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
Laporan Praktikum ini saya mohon maaf yang sebesar besarnya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen pengampu saya Ibu Riri Novita Sunarti, M.Si, yang telah
membimbing dalam mata kuliah ini.

Demikian, semoga Laporan Praktikum ini dapat bermanfaat. Terima kasih.


Saya ucapakan Wassalamualaikum wr wb.

Palembang, 12 November 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................3
B. Tujuan Praktikum ......................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi dan Tujuan Keselamatan Kerja....................................................................5
1.2 Sumber Terjadinya Kecelakaan di Laboratorium......................................................5
1.3 Bahaya Dalam Laboratorium..................................................................................11
1.4 Pengendalian Kecelakaan Kerja Di Laboratorium...................................................12
BAB III...............................................................................................................................17
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat..................................................................................................17
B. Alat dan Bahan.........................................................................................................17
BAB IV..............................................................................................................................18
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil.........................................................................................................................18
B. Pembahasan.............................................................................................................19
BAB V...............................................................................................................................20
PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................20
B. Saran........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu


bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Mengenai penjelasan undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang


Kesehatan telah mengamanatkan antara lain jamsostek khususnya yang termuat
dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja yang telah mengatur bahwa pengusaha wajib melaporkan
kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerjak kepada Kantor Departemen Tenaga
Kerja dan Badan Peyelengara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah
tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan tersebut mendapatkan surat keterangan
dokter yang menyatakan bahwa kondisi tenaga kerja tersebut sembuh, cacat atau
meninggal dunia seperti penelitian (Kharismawan, 2014) yang mengharuskannya
ada jamsostek bagi pekerja. Setiap tempat kerja harus pengembangan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. Dilaboratorium analis kesehatan melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan disekitarnya (Anonim, 2010).

Setelah mengetahui bagaimana cara kerja, prinsip kerja serta pengantar


kecelakaan kerja dan keamanan kerja di laboratorium maka dapat berguna bagi
kita sebagai panduan sebelum melakukan praktikum di laboratorium. Cara kerja
dan prinsip kerja di laboratorium ini merupakan langkah-langkah sebelum dan
sesudah kita melakukan praktikum agar selama proses praktikum tidak terjadi
kesalahan-kesalahan yang tidak di inginkan serta dapat menimbulkan kecelakaan

3
yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain (Salim, 2012). Untuk

keamanan kerja di laboratorium kita mengetahui bagaimana agar diri kita bisa
terhindar dari kecelakaan di laboratorium dan jika terjadi kecelakaan maka kita
sudah mengetahui bagaimana cara menanganinya. Dalam keamanan kerja hal
pertama yang harus di patuhi adalah kedisiplinan terhadap tata tertib serta aturan-
aturan yang ada di laboratorium agar tidak terjadinya kecelakaan (Subiantoro,
2011).

B. Tujuan praktikum
Adapun tujuan Praktikum dalam Laporan Praktikum ini adalah:

1. Mengetahui definisi dan tujuan dari keselamatan kerja.


2. Mengetahui sumber yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di
laboratorium.
3. Mengetahui bahaya dalam Laboratorium
4. Mengetahui pengendalian kecelakaan kerja di laboratorium.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi dan Tujuan Keselamatan Kerja


Sebagai seorang praktikan, sebelum melakukan praktikum kita terlebih
dahulu harus mengetahui bagaimana pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di laboratorium, agar kita dapat melaksanakan praktikum dengan aman
dan lancar. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan
penggunaan alat alat laboratorium, bahan dan proses praktikum, tempat praktikun
& lingkungannya serta cara-cara melakukan praktikum. Menurut (Salim, 2012)
keselamatan kerja menyangkut segenap proses Praktikum di laboratorium.
Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak
diharapkan yang terjadi pada saat praktikum sedang berlangsung. Oleh karena
dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam
bentuk perencanaan (Rahayuningsih, 2013).

Menurut (Syartini, 2010) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan


menciptakan terwujudnya pemeliharaan laboratorium serta juga tenaga kerja yang
baik. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini harus ditanamkan pada diri
masing-masing individu karyawan dengan cara penyuluhan dan pembinaan yang
baik agar mereka menyadari arti penting keselamatan kerja bagi dirinya maupun
untuk laboratorium dan bagi para pekerja.

1.2 Sumber Terjadinya Kecelakaan di Laboratorium

Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat
menimpa setiap pekerja. Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian baik bagi
pekerja dan pihak yang mempekerjakan. Oleh karena itu perlu dilakukan
identifikasi kecelakaan kerja guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut.
Melalui identifikasi bahaya kerja maka akan meminimalkan bahkan mencegah

5
bahaya melalui pengendalian bahaya kerja yang dilakukan sesuai hasil analisa
identifikasi bahaya kerja. Agar tindak lanjut penangan dari hasil identifikasi lebih
maksimal maka perlu dilakukan juga suatu penilaian risiko. Penilaian resiko
adalah metode sistematis dalam melihat aktivitas kerja, memikirkan apa yang
dapat menjadi buruk, dan memutuskan kendali yang cocok untuk mencegah
terjadinya kerugian, kerusakan, atau cidera di tempat kerja. Penilaian ini harus
juga melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk menghilangkan, mengurangi
atau meminimalkan resiko (Amanah, 2010).

Selain itu terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua golongan.


Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan (unsafe condition),
sedangkan golongan kedua adalah faktor manusia (unsafe action). Beberapa
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa faktor manusia menempati
posisi yang sangat penting terhadap kecelakaan kerja yaitu antara 80-85%
(Soyuno, 2013).

Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi dari


analisis terjadinya kecelakan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-
sebab terjadinya kecelakan kerja di labolatorium:

1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan


proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam
melakukan kegiatan
2. Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan labolatorium dan juga kurangnya
pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan labolatorium.
3. Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang
melakukan kegitan labolatorium.
4. Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan
perlengkapan perlindungan kegiatan labolatorium.
5. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya
harus ditaati.
6
6. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan
atau menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
7. Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan. (Suyono, 2013).

Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapan pun,
di manapun, dan dapat menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan.
Bahaya kerja di laboratorium dapat berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka,
cidera atau bahkan cacat, serta bahaya kesehatan mental seperti stres, syok,
ketakutan, yang bila intensitasnya meningkat dapat menjadi hilangnya kesadaran
(pingsan) bahkan kematian (Winarni, 2014).

Berasarkan kasus di rumah sakit Islam Yarsis Surakarta penyebab


kecelakaan kerja didasakan pada stress kerja dan kelelahan kerja. Dimana
berdasarkan hasil penelitian pada perawat diketahui bahwa pengukuran
kelelahan setelah kerja memiliki nilai rata-rata lebih besar dari pada kelelahan
sebelum kerja. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja harus menyelesaikan
beban tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Berdasarkan analisis univariat
pada variabel kelelahan kerja dapat diketahui bahwa untuk pengukuran sebelum
kerja dari 30 responden yang mengalami kelehan dalam keadaan normal,
sebanyak 13 orang (43,33%). Dan 17 orang (56,67%) berada dalam kategori
kelelahan ringan, dan tidak ada responden (0%) berada dalam kategori
kelelahan sedang dan berat. Sedangkan untuk pengukuran setelah bekerja dapat
diketahui bahwa dari 30 responden tidak ada yang mengalami kelehan dalam
keadaan normal (0%), sebanyak 22 orang (73,33%) berada dalam kategori
kelelahan ringan, 8 orang (26,67%) berada dalam kategori kelelahan sedang
dan tidak ada respon dan (0%) berada dalam kategori kelelahan berat
(Widyasari, 2010).

Selain itu hasil survei pendahulaun yang dilakukan di laboratorium RSUD dr.
Mohamad Saleh Kota Probolinggo diperoleh informasi bahwa laboratoium
tersebut memiliki berbagai potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan
7

kerja dan penyakit akibat kerja. Bahaya yang paling menonjol di laboratorium itu

adalah bahaya biologis yang berasal dari spesimen-spesimen pasien yang akan
diperiksa. Spesimen-spesimen tersebut antara lain darah, sputum dan urin. Dari
berbagai spesimen tersebut para petugas laboratorium bisa tertular berbagai
penyakit terutama yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh, seperti HIV,
hepatitis B, tuberculosis dan penyakit menular lainnya (Rahman, 2013).

Pengantar kecelakaan kerja ini sangat penting sebagai contoh pengujian


hipotesis dengan taraf signifikan (α) sebesar 5% menunjukkan bahwa: (1) terdapat
pengaruh yang positif pengetahuan K3 terhadap kesadaran berperilaku K3 siswa
kelas XII jurusan Teknik Pemesinan dan Teknik Instalasi Tenaga Listrik di lab.
CNC. Pengaruh pengetahuan terhadap kesadaran berperilaku K3 sebesar 0,149
(14,9%) dilihat dari nilai t hitung > t tabel (5,134 > 1,65508); (2) terdapat
pengaruh yang positif sikap terhadap kesadaran berperilaku K3. Pengaruh sikap
terhadap kesadaran berperilaku K3 sebesar 0,293 (29,3%) dilihat dari nilai t
hitung > t tabel (78,76 > 1,65508); dan (3) terdapat pengaruh yang positif
pengetahuan K3 dan sikap secara bersama-sama terhadap kesadaran berperilaku
K3 siswa kelas XII jurusan Teknik Pemesinan dan Teknik Instalasi Tenaga
Listrik di lab. CNC dan PLC SMK Negeri 3 Yogyakarta. Pengaruh
pengetahuan dan sikap secara bersama-sama terhadap kesadaran berperilaku K3
sebesar 0,352 (35,2%) dilihat dari F hitung > F tabel (40,147 > 3,06) (Ramadan,
2014).

Sumber bahaya dapat dibedakan menjadi sumber dari :

1. Perangkat/alat-alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korek


api, atau alat-alat logam.
2. Bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu (panas-dingin), suara,
8
gelombang elektromagnet, larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur,
bakteri, serbuksari atau racun gigitan serangga.
3. Proses kerja laboratorium, seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat
yang tidak tepat, atau faktor psikologi kerja (terburu-buru, takut dan lain-
lain) (Hidayati, 2011).

Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :

1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien.


2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium
itu sendiri.

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :

 Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah


bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium. Akibatnya :
 Ringan: memar
 Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dan lain-lain.
 Pencegahannya :
Pakai sepatu anti slip, jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu
longgar, hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan
licin) atau tidak rata konstruksinya dan pemeliharaan lantai dan tangga.
 Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan
desinfektan yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun.
Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama sama yaitu: oksigen,
bahan yang mudah terbakar dan panas. Akibatnya :
 Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat
 bahkan kematian.
 Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
 Pencegahannya :
Konstruksi bangunan yang tahan api, sistem penyimpanan yang baik dan
9
terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar, pengawasan terhadap
terjadinya kemungkinan timbulnya kebakaran didalam laboratoruim
(Anonim, 2010).
 Sistem tanda kebakaran :
 Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan
segera.
 Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara

Pengantar kecelakaan kerja ini dilakukan supaya dapat mengurangi dan


menghindari terjadinya kecelakan dilabolatorium supaya dapat dikurangi sampai
tingkat paling minimal jika setiap orang yang menggunakan labolatorium
mengetahui tanggung jawabnya. Menurut (Hidayati, 2011) berikut adalah orang
yang seharusnya bertanggug jawab terhadap keamanan labolatorium :

1. Lembaga atau staf labolatorium bertanggung jawab atas fasilitas


labolatorium yaitu kelengkapannya, pemeliharaan, dan keamanan
labolatorium.
2. Dosen atau guru bertanggung jawab didalam memberikan semua petunjuk
yang diperlukan kepada mahasiswa atau siswa termasuk didalamnya aspek
keamanan.
3. Mahasiswa atau siswa yang bertanggung jawab untuk mempelajari aspek
kesehatan dan keselamatan dari bahan-bahan kimia yang berbahaya, baik
yang digunakan maupun yang dihasilakan dari suatu reaksi, dan
keselamatan dari teknik dan prosedur yang akan dilakukannya. Dengan
demikian mahasiswa atau siswa dapat menyusun peralatan dan mengikuti
prosedur yang seharusnya, sehingga bahaya kecelakaan dapat dihindari
atau dikurangi.

Selain hal diatas dalam pengantar kecelakaan kerja kita harus mengetahui
pokok-pokok tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang
berguna untuk membantu dalam proses penanganan apabila terjadi kecelakaan
10

dilaboratorium. Pertolongan pertama pada kecelakaan dimaksudkan untuk


memberikan perawatan darurat bagi korban sebelum pertolongan yang lebih lanjut
diberikan ke dokter (Hudori, 2010). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan
dalam melakukan tindakan P3K yaitu :

1. Jangan panik tidak berarti boleh lamban.


2. Perhatikan pernafasan korba
3. Hentikan pendarahan.
4. Perhatikan tanda-tanda shock.
5. Jangan memindahkan korban terburu-buru.

1.3 Bahaya Dalam Laboratorium


Pemeriksaan bahaya pada laboratorium kimia telah diberikan panduannya
dalam Kode RIC dan Panduan ICheme serta di banyak buku lain tentang
keselamatan kerja laboratorum seperti yang ada di Buku “Hazards in the Chemical
Laboratory” yang ditulis oleh Bretherick tahun 1981. Bahaya-bahaya pada
laboratorium kimia meliputi substansi reaktif, substansi mudah terbakar, substansi
beracun, bahaya radiasi, bahaya listrik, bahaya mekanis, bahaya kondisi operasi
dan bahaya pelepasan air.
 Substansi reaktif: ketika substansi reaktif ini diangkat atau diproses, setiap
usaha harus dilakukan untuk menemukan informasi dari perilaku substansi
reaktif tersebut dan bagaimana cara mengendalikannya.
 Substansi mudah terbakar: banyak cairan dan gas yang dipakai di
laboratorium adalah mudah terbakar. Panduan untuk memakai bahan
mudah terbakar telah dibahas oleh NFPA termasuk NFPA 45 tentang
laboratorium
 Substansi beracun: Ketika substansi beracun dipakai, kita harus menyadari
3 rute masuk substansi beracun yaitu inhalasi, ingesti dan kontak kulit
serta efek yang ditimbulkan baik itu efek jangka pendek ataupun jangka
11
Panjang. Panduan pengendalian bahaya beracun ini telah ada pada Control
of Substance Hazardous to Health (COSHH) Regulations tahun 1988.
Bahaya pada nanomaterial dan nano tekhnolgi juga harus diperhatikan.
 Bahaya radiasi: Banyak bahaya radiasi yang muncul pada aktivitas di
laboratorium seperti aktivitas yang menggunakan alat dengan sumber
radioaktif seperti petunjuk level cairan, detektor gas kromatograf, detektor
kebocoran, alat anti static pada timbangan dan detektor kebakaran;
peralatan yang memproduksi voltase di atas 5 kV mungkin saja menjadi
sumber X-ray; peralatan dengan radiasi non-ionisasi seperti laser,
microwave dan peralatan ultraviolet serta infrared.
 Bahaya listrik: Personel bisa saja mendapatkan risiko tersetrum dalam
perbaikan kabel atau komponen yang belum dibumikan. Bahaya listrik
yang ada pada laboratorium berbeda dengan yang ada di industri, namun
tetap saja berbahaya jika tidak dilakukan pengendalian yang tepat.
 Bahaya mekanik: bahaya mekanik muncul dari alat-alat seperti mesin-
mesin bengkel, perkakas tangan dan energi, peralatan lifting, peralatan
yang berputar, dan mesin penekan. Kecelakaan sangat mungkin muncul
ketika personel laboratorium menggunakan peralatan yang mereka tidak
familiar.
 Bahaya operasional: bahaya yang terkait dengan temperature yang tinggi
atau paling rendah, cairan cryogenic, sumber tekanan tinggi (uap, udara,
gas bertekanan dan air), dan vakum.
 Bahaya pelepasan air: terlepasnya air misalnya dalam bentuk jet dapat
menimbulkan risiko korslet, kejutan termal, kemunculan gas dalam bentuk
jet serta reaksi air dengan zat kimia yang reaktif.

1.4 Pengendalian Kecelakaan Kerja Di Laboratorium


Hal-hal yang penting dalam mengantisipasi pengendalian kecelakan kerja
dilboratorium adalah untuk mengetahui aturan-aturan yang aman, bahaya-bahaya
12
yang mungkin dapat terjadi dan hal-hal yang perlu dilakukan jika terjadi suatu
kecelakaan. Menurut (Fathimahhayati, 2015) kecelakaan didalam laboaratorium
dapat dianalisis potensi bahayanya dengan Metode Job Safety Analysis (JSA)
sebagai upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di dalam laboratorium.
Berikut adalah aturan umum yang berkaitan dengan keamanan dilaboratorium:
1. Penataan ruangan yang baik sangatlah penting untuk keamanan kerja di
laboratorium. Ruangan perlu ditata dengan rapi, berikan tempat untuk
jalan lewat dan tempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
2. Setiap orang harus cukup akrab dengan lokasi dan perlengkapan darurat
seperti kotak P3K, pemadam kebakaran, botol cuci mata dan lain-lain.
3. Gunakan perlengkapan keamanan bila sedang melakukan eksperimen.
4. Sebelum mulai bekerja kenalilah dulu kemungkinan bahaya yang akan
terjadi dan ambil tindakan untuk mengurangi bahaya tersebut.
5. Berikan tanda peringatan pada setiap perlengkapan, reaksi atau keadaan
tertentu.
6. Eksperimen yang tanpa izin harus dilarang dan bekerja sendirian di
laboratorium juga perlu dicegah.
7. Gunakan tempat sampah yang sesuai untuk sisa pelarut, pecahan gelas,
kertas dan lain-lain.
8. Semua percikan dan kebocoran harus segera dibersihkan.
(Fathimahhayati, 2015)
Melaui kerja dengan berbagai bahan kimia korosif dan bahan dengan zat
warna, maka pengetahuan mengenai metode perlindungan pribadi dalam hal ini
sangatlah penting (Ramli, 2012). Sedangkan tujuan utama adalah untuk mencegah
kecelakaan, penting untuk menggunakan perlengkapan keselamatan pribadi
sebagai perlindungan untuk mencegah luka jika terjadi kecelakaan. Kajian
penerapan K3 dalam proses mengajar dilaboratorium harus dilakukan dengan
baik. Dimana fungsi dari keselamatan kerja yaitu antisipasi, identifikasi dan
evaluasi kondisi dari praktek berbahaya (Indriyani, 2014).

13
Beberapa perlengkapan pribadi yang biasa digunakan adalah:

1. Jas laboratorium (labjas) untuk mencegah kotornya pakaian. Pakaian


pelindung harus nyaman dipakai dan mudah untuk dilepaskan bila terjadi
kecelakaan atau pengotoran oleh bahan kimia.
2. Pelindung lengan, tangan, dan jari. Sarung tangan yang mudah
dikenakan dan dilepas merupakan prasyarat perlindungan tangan dan jari
dari panas, bahan kimia, dan bahaya lain. Sarung tangan karet diperlukan
untuk menangani bahan-bahan korosif seperti asam dan alkali. Sarung
tangan kulit digunakan untuk melindungi tangan dan jari dari benda-benda
tajam seperti pada saat bekerja di bengkel. Sarung tangan asbes diperlukan
untuk menangani bahan-bahan Sarung tangan karet perlu disimpan
dengan baik dan perlu ditaburi talk agar tidak lengket saat disimpan.
3. Pelindung Kaca mata pelindung digunakan untuk mencegah mata
dari percikan bahan kimia dan di laboratorium perlu disediakan paling
sedikit sepasang. Ideal setiap siswa memilikinya. Kacamata pelindung
harus nyaman dipakai dan cukup ringan. Kacamata pelindung perlu
dipakai bila bekerja dengan asam, bromin, amonia atau bila bekerja
dibengkel seperti memotong logam natrium, menumbuk, menggergaji,
menggerinda dan pekerjaan sejenis yang memungkinkan terjadinya
percikan ke mata.
4. Respirator dan lemari uap. Respirator sebaagai pelindung terhadapap gas,
uap dan debu yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Bila bekerja
dengan gas-gas beracun walaupun dengan jumlah sedikit, seperti khlorin,
bromine dan nitrogen dioksida maka perlu dilakukan dilemari uap dan
pelu ventilasi yang baik untuk melindungi dari keracunan. Kecelakaan
sering terjadi karena meninggalkan kran gas dalam keadaan terbuka. Kran
pengeluaran gas di dalam lemari uap harus selalu ditutup bila tidak
digunakan.

14
5. Sepatu pengaman. Sepatu khusus dengan bagian atas yang kuat dan solnya
yang padat harus dipakai saat bekerja dilaboratorium atau bengkel. Jangan
menggunakan sandal untuk menghindari luka dari pecahan kaca dan
tertimpanya kaki oleh benda-benda berat.
6. Layar pelindung. Digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari
bahan kimia dan alat-alat hampa udara.
(Wijayanti, 2014)
Menurut (Subiantoro, 2011) upaya keselamatan dan kesehatan kerja
laboratorium melingkupi pengelolaan sebelum aktivitas kerja (pre-activity), saat
kegiatan (in doing process) sampai dengan penangan resiko (risk taking action).
Ruang lingkup ini menjadi tanggung jawab guru, koordinator laboratorium dan
laboran secara bersama. Meski tidak sedikit atau sederhana dan berpotensi
menambah beban pekerjaan, namun tanggung jawab moral bagi terciptanya situasi
atau lingkungan yang nyaman dan memberi jaminan keselamatan bagi praktikan
adalah tujuan utama. Dalam Laboratorium juga terdapat limbah yang harus
ditanggualangi, ini merupakan salah satu cara supaya dalam pengantar kecelakaan
kerja dapat dikurangi.

Adapun langkah nyata yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah di


laboratorium:

1. Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah


digunakan, setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai
contoh: (hal ini paling sesuai untuk pelarut yang telah digunakan) Pelarut
organik seperti etanol, aseton, kloroform dan dietil eter dikumpulkan di
dalam laboratorium secara terpisah dan dilakukan di
2. Sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-
reaktan yang bereaksi secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu
berupa sisa bahan kimia. Selain menghemat bahan yang ada, hal ini juga

15
akan mengurangi limbah yang dihasilkan.
3. Pembuangan langsung dari laboratorium. Metode pembuangan langsung
ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air.
Bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air dibuang langsung melalui
bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang
mengandung asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru
bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam
berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd dan sebagainya, endapannya harus
dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.
4. Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat
diterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar racunnya rendah dan
tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar ditempat
yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
5. Pembakaran dalam Metoda pembakaran dalam insenerator dapat
diterapkan untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka
akan menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat toksik.
6. Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes
ke badan air. Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif
dan beracun.
(Salim, 2012).

16
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Tempat : Rumah ( Daring Online via Zoom)
Waktu : 11 November 2020

B. Alat dan Bahan


Alat :
 Jas Laboratorium
 Kacamata Keselamatan
 Sepatu Pengaman
 Pelindung Muka
 Masker
 Sarung Tangan
 Pelindung Telinga
Bahan :
Bahan yang digunakan dalam penelitian cara kerja K3 adalah bahan zat-
zat kimia yang memiliki bahan dan sifat masing-masing serta simbol
contohnya : simbol explosive terdiri dari nitrat memiliki sifat mudah
terbakar.

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Standar Laboratorium Analisis Kesehatan Pendidik Tenaga Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI Badan PPSDM Kesehatan Pusat Pendidik
Tenaga Kerja. Jakarta (Anonim, 2010).
2. Analisis Potensi Bahaya dengan Metode Job Safety Analysis (JSA)
Sebagai Upaya Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di
Laboraorium X. Fakultas Teknik Universitas Mulawarman. Samarinda.
Vol 4 No.1 Tekinfo (Fathimahhayati, 2015)
3. Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Ketersedian Alat Pelindung Diri
Terhadap Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja Petugas
Laboratorium. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta
(Wijayanti, 2014).
4. Cara Kerja Dilaboratorium. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STKIP) Arrahmaniyah. Depok (Winarni, 2014).

Melalui beberapa kumpulan jurnal diatas maka nanti digunakan sebagai


literatur dalam Laporan Praktikum K3 Laboratorium ini sehingga diperoleh cara
dalam mengantisipasi kecelakaan kerja tersebut. Adapun untuk menganalisis
potensi bahaya setiap pekerjaan dapat dilakukan dengan berbagai metode. Salah
satunya dengan menggunakan metode JSA (Job Safety Analysis)
(Fathimahhayati, 2015). Hasil JSA dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi
dalam rangka pengendalian potensi bahaya yang ada sehingga kesehatan dan
keselamatan kerja pada kegiatan di Laboratorium khususnya kegiatan dapat
tercapai dengan baik. JSA merupakan salah satu komponen dari komitmen pada
sistem manajemen kesehatan da keselamatan kerja, serta salah satu cara terbaik
untuk menentukan dan membuat prosedur kerja yang tepat.
Adapun langkah-langkah dalam melakukan JSA adalah berikut :
18
1. Mendeskripsikan langkah langkah kerja operator.
2. Mengidentifikasikan potensi bahaya yang ada didalam langkah-langkah
kerja operator tersebut.
3. Melakukan pengendalian potensi bahaya dengan memberikan solusi-
solusi pengerjaan pada pekerjaan operator JSA merupakan suatu proses
sederhana yang saling berhubungan dengan melibatkan empat langkah
dasar dibawah ini dalam berbagai penerapan :
4. Mengklasifikasikan kecelakaan kerja berdasarkan tempat terjadinya
kecelakaan kerja (Job selection).
5. Memisahkan kecelakaan ke dalam tahap-tahap pekerjaan (Job breakdown).
6. Mengidentifikasi bahaya (Hazard identification).

B. Pembahasan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan risiko adalah
dengan cara mengidentifikasi potensi bahaya yang ada dengan menggunakan
metode Job Safety Analysis (JSA). JSA adalah teknik yang berfokus pada tugas
pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya sebelum terjadi. Hal ini
berfokus pada hubungan antara pekerja, tugas, alat dan lingkungan kerja. Metode
JSA dapat dilakukan pada pekerja baru atau lama dengan risiko menengah
sampai tinggi, sehingga dapat dicapai kesehatan dan keselamatan kerja
(Fathimahhayati, 2015).

19
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dari hasil makalah yang telah di buat ini, dapat simpulkan bahwa:
2. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan penggunaan
alat alat laboratorium, bahan dan proses praktikum. Tujuanya adalah agar
kita dapat terhindar dari kecelakaan dan tidak terjadi gangguan kesehatan
pada pekerja dan lingkungan disekitarnya, serta melindungi diri dengan
APD.
3. Sumber terjadinya kecelakaan dilaboratorium diantanya kurangnya
pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia, kurangnya atau
tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan perlindungan
kegiatan laboratorium dan lain-lain.
4. Contoh kasus yang terjadi akibat kecelakaan kerja dilaboratoium yaitu di
Laboratorium Teknik Lingkungan UNDIP karena tidak tersedianya
prosedur K3, tidak tersedianya MSDS, APD, kelangkapan P3K dan alat
pemadam api. Sedangkan pada kasus dilaboratoium Teknik Sepeda Motor
SMKN 2 Kota Palembang kecelakan kerja disebabkan katagori acceptable
risk yaitu kebakaran, tersengat arus listrik, fatigue, mengangkat beban
berat, human error, minyak pelumas bekas, tangan masuk kemesin gerinda
dan lain-lain.
5. Pengendalian kecelakaan kerja dilaboratorium diantaranya sebelum mulai
bekerja kenalilah dulu kemungkinan bahaya yang akan terjadi dan ambil
tindakan untuk mengurangi bahaya tersebut

B. Saran
Disarankan kepada praktikan, dosen dan peneliti agar dapat mematuhi
prosedur keselamatan kerja di laboratorium dan harus mempelajari pengantar
kecelakaan kerja supaya dapat meminimalisir dan dapat menangani apabila terjadi
kecelakaan di laboratorium.
20
DAFTAR PUSTAKA
Fathimahhayati Lina, dkk. 2015. Analisis Potensi Bahaya dengan Metode Job
Safety Analysis (JSA) Sebagai Upaya Penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Di Laboraorium X. Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman. Samarinda. Vol 4 No.1 Tekinfo.
Suriansyah.2016.(kesehatan dan keselamatan kerja) pengantar kecelakaan kerja
di laboratorium.semarang,indonesia.
http://himatekkim.ulm.ac.id/id/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-
pengantar-kecelakaan-kerja-di-laboratorium/. 11 November 2020
Hati Shinta, W. 2015. Analisis Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada
Pembelajaran Di Laboratorium. Program Studi Teknik Mesin Politeknik
Negeri Batam. Riau.
Subiantoro Agung. 2011. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Laboratorium
Sains. Fakultas Mipa UNY. Yogyakarta.
Salim Abdul. 2012. Program Kerja Laboratorium IPA SMA Muhammadiyah 4
Bengkulu. Majelis Pendidik Dasar dan Menengah SMA Muhammadiyah
4. Bengkulu.
Anonim. 2010. Standar Laboratorium Analisis Kesehatan Pendidik Tenaga
Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI Badan PPSDM Kesehatan Pusat
Pendidik Tenaga Kerja. Jakarta.
Syartini, Titi. 2010. Penerapan SMK3 dan Upaya Pencegahan Kecelakaan di PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Cabang Semarang. UNS.
Surakarta
Wijayanti Nur. 2014. Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Ketersedian Alat
Pelindung Diri Terhadap Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Petugas Laboratorium. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta
Indrayani, dkk. 2014. Kajian Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
dalam Proses Belajar Mengajar Bengkel dan Laboratorium Politeknik
Negeri Sriwijaya. Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang. Vol. 10 No. 1 Pilar. ISSN: 1907-6975
21

Anda mungkin juga menyukai