Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI


LABORATORIUM

DISUSUN OLEH :
DEDE OKTAVIA KISHAR RANI
NPM : 16 05 002
DOSEN PEMBIMBING : M. DAUD, SKM.,S.Sos.,M.Kes

AKADEMI ANALIS KESEHATAN


PERGURUAN TINGGI WIDYA DHARMA
PALEMBANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Makalah ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit
kesulitan dan hambatan yang penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat
dari orang terdekat, sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu dan Ayah, atas semua doa dan bantuan finansial untuk
menyelesaikan makalah ini dan Penulis juga berterima kasih pada Bapak M.Daud,
SKM.,S.Sos.,M.Kes selaku Dosen mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang
telah memberikan tugas ini kepada Penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna sebagai referensi dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai K3 khususnya tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Laboratorium. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk
itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan memohon kritik serta saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Palembang, Maret 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4

C. Tujuan ............................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5

A. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) ........................................................................ 5

B. Laboratorium kesehatan dan Kecelakaan kerja .............................................................. 6

C. Penyebab Kecelakaan Kerja ........................................................................................... 9

D. Fasilitas di laboratorium ............................................................................................... 10

E. Alat pelindung diri dan peralatan keselamatan di Laboratorium. ................................. 10

F. Tata Tertib di Laboratorium.......................................................................................... 13

G. Pemeliharaan, Penyimpanan, dan Penggunaan Bahan Kimia ...................................... 14

H. Jenis Bahaya Akibat Kerja di Laboratorium ................................................................ 14

I. Lambang-lambang pada beberapa kemasan bahan kimia ............................................. 15

J. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja...................................... 15

K. Beberapa contoh kecelakaan kerja di laboratorium ...................................................... 17

BAB II PENUTUP ................................................................................................................... 19

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 19

B. Saran ............................................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa, dosen, dan peneliti melakukan
percobaan. Bekerja di laboratorium kimia tak akan lepas dari kemungkinan bahaya dari
berbagai jenis bahan kimia dan peralatan yang ada di dalamnya. Karena itu diperlukan
pemahaman dan kesadaran terhadap bahaya di laboratorium.Telah banyak terjadi kecelakaan
ataupun menderita luka serta kerusakan fasilitas kerja yang sangat mahal. Semua kejadian
ataupun kecelakaan di laboratorium sebenarnya dapat dihindari jika mereka selalu mengikuti
prosedur kerja yang aman di laboratorium.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan
dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerjadan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja
tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi Praktikan, tetap ijuga
dapat mengganggu proses Praktikum secara menyeluruh.
Keamanan laboratorium merupakan hal yang penting, sebagai upaya keselamatan dalam
melaksanakan pemeriksaan/praktikum di laboratorium, dengan tujuan melindungi
pekerja/praktikan dan orang disekitarnya dari resiko terkena gangguan kesehatan yang
ditimbulkan laboratorium.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kesehatan dan keselamatan kerja?
2. Apa tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja?
3. Apa itu laboratorium kesehatan?
4. Apa itu kecelakaan kerja?
5. Apa yang menyebabkan kecelakaan kerja di laboratorium?
6. Apa saja contoh kecelakan kerja di laboratorium dan cara pencegahannya?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu kesehatan dan keselamatan kerja
2. Mengetahui apa saja tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja
3. Mengetahui apa itu laboratorium kesehatan
4. Mengetahui apa itu kecelakaan kerja
5. Mengetahui hal-hal yang menyebabkan kecelakaan kerja di laboratorium
6. Mengetahui contoh kecelakan yang sering terjadi di laboratorium dan cara
pencegahannya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

1. Pengertian dari Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)


Menurut keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993
Adalah “upaya perlindungan untuk tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja agar selalu
dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara
aman dan efisien.”
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan perlindungan tenaga kerja dari segala
aspek yang berpotensi membahayakan dan sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit
akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan kerja,
dan karakteristik pekerja serta orang yang berada di sekelilingnya.
Tujuannya agar tenaga kerja mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan
yang tinggi sehingga menciptakan kesenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi.
Tidak ada sesuatu di tempat kerja yang terjadi secara kebetulan tetapi karena ada alasan-
alasan yang jelas dan dapat diperkirakan sebelumnya. Pengawasan terhadap alat maupun
terhadap pekerja harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.

2. Tujuan dari Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)


Tujuan K3 ”Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993
:mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga
akan tercapai suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman dengan keadaan
tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.”
Tujuan kesehatan kerja adalah:
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua
lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun
kesehatan sosial.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya
yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Beberapa pendapat para ahli tentang tujuan
dari keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :
”Menurut Gary J. Dessler (1993), untuk sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi
kerja yang aman dan sehat kepada setiap pekerja dan untuk melindungi sumber daya
manusia.”
”Menurut Suma’mur (1992), tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
b. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.”
”Menurut pendapat Suma’mur (1992), menyebutkan bahwa dalam aneka pendekatan
keselamatan dan kesehatan kerja antara lain akan diuraikan pentingnya perencanaan yang
tepat, pakaian kerja yang tepat, penggunaan alatalat perlindungan diri, pengaturan warna,

5
tanda-tanda petunjuk, label-label, pengaturan pertukaran udara dan suhu serta usaha-usaha
terhadap kebisingan.”
”Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993, tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang
aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai ; suasana lingkungan kerja yang aman,
sehat, dan nyaman dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas
kecelakaan.”

B. Laboratorium kesehatan dan Kecelakaan kerja


Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,
penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang bukan
berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan
dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya
kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai
kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :

1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien


2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu sendiri.

Pertolongan pertama pada kecelakaan kerja (FIRST AID) adalah usaha pertolongan
atau perawatan darurat pendahuluan di tempat kerja yg diberikan kepada seseorang yg
mengalami sakit atau kecelakaan yg mendadak. Tujuan dari pertolongan pertama ini adalah
menyelamatkan jiwa korban, menciptakan lingkungan yang aman, mencegah terluka atauu
sakit menjadi lebih buruk, mencegah kecacatan, mempercepat kesembuhan atau perwatan
penderita setelah dirujuk ke rumah sakit, melindungi korban yang tidak sadar, menenangkan
penderita atau korban yang terluka, mencarikan pertolongan lebih lanjut.
Pertolongan pertama pada kecelakaan kerja di laboratorium biasanya sangat
diperlukan pada saat terjadinya kecelakaan kerja ( keracunan, luka, percikan zat, tumpahnya
zat, dan kebakaran). Selain itu upaya-upaya preventif sangat diperlukan untuk mengurangi
terjadinya kecelakaan kerja agar korban yang ditimbulkan tidak meluas. Jenis-jenis bahaya
yang sering menimbulkan kecelakaan dalam laboratorium adalah :

1. Keracunan
Keracunan sebagai akibat penyerapan bahan-bahan kimia beracun atau toksik, seperti
ammonia, karbon monoksida, benzene, kloroform, dan sebagainya. Keracunan dapat
berakibat fatal ataupun gangguan kesehatan. Yang terakhir adalah yang lebih seringterjadi
baik yang dapat diketahui dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaruh jangka
panjang seperti pada penyakit hati, kanker, dan asbestois, adalah akibat akumulasi
penyerapan bahan kimia toksik dalam jumlah kecil tetapi terus-menerus.
Pertolongan pertama pada kecelakaan keracunan bahan kimia sebaiknya dilakukan
jika dokter belum juga tiba di lokasi keracunan tersebut. Adapun cara mengatasi keracunan
bahan kimia sebagai awal adalah pencegahan kontak bahan kimia dengan tubuh secepat
mungkin. Langkah-langkah untuk melakukannya adalah sebagai berikut:

 Cucilah bahan kimia yang masih kontak dengan tubuh (kulit, mata dan organ
tubuh lainnya)
 Usahakan penderita keracunan tidak kedinginan.

6
 Jangan memberikan minuman beralkohol kepada penderita karena akan
mempercepat penyerapan racun di dalam tubuh
 Jika sukar bernafas, bantu dengan pernafasan dari mulut ke mulut
 Segera bawa ke rumah sakit

Cara mengatasi keracunan bahan kimia juga dapat dilakukan dengan beberapa langkah
lain jika bahan kimia racun tersebut masuk melalui mulut, kulit atau keracunan akibat adanya
gas yang beracum beredar di sekeliling kita.

Cara mengatasi keracunan bahan kimia jika bahan racun masuk melalui mulut :
 Berilah minum berupa air atau susu 2 hingga 4 gelas.
 Jika korban keracunan sedang dalam keadaan pingsan, jangan memasukkan
sesuatu (berupa makanan/minuman) melalui mulutnya
 Masukkan jari telunjuk ke dalam mulut korban sambil menggerak-gerakkan jari di
bagian pangkal lidah dengan tujuan agar si korban muntah
 Jangan melakukan poin di atas jika korban keracunan minyak tanah, bensin, alkali
atau asam
 Berilah 1 sendok antidote dan segelas air hangat kepada korban Antidote itu
dalam keadaan serbuk dan terbuat dari 2 bagian arang aktif, 1 bagian magnesium
oksida dan 1 bagian asam tannat.

Cara mengatasi keracunan bahan kimia jika bahan racun melalui kulit :
 Cucilah bagian tubuh yang terkena dengan air bersih sedikitnya selama 15 menit.
 Lepaskan pakaian yang terkena bahan kimia
 Jangan mengoleskan minyak, mentega atau pasta natrium bikarbonat, kecuali
untuk keracunan yang lebih tinggi/tertentu lainnya

Cara mengatasi keracunan bahan kimia jika bahan racun berupa gas :
Untuk keracunan bahan kimia berupa gas maka sebaiknya memberikan udara segar sebaik-
baiknya. Dan untuk pencegahan keracunan bahan kimia berupa gas sebaiknya sejak awal
menggunakan masker. Sebab gas berupa klorin, hidrogen sulfida, fosgen, hidrogen sianida
adalah bahan kimia gas yang sangat beracun.
Jadi, sebelum bekerja dengan bahan kimia, sebaiknya harus mengetahu lebih dahulu cara
mengatasi keracunan bahan kimia tersebut untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak
diinginkan.

2. Luka Bakar
Kebakaran dan luka bakar sebagai akibat kurang hati-hati dalam menangani pelarut-
pelarut organik yang mudah terbakar seperti eter, aseton, alkohol, dan sebagainya. Hal yang
sama dapat diakibatkan oleh peledakan bahan-bahan reaktif seperti peroksida dan perklorat.
Pertolongan Pertama pada Luka Bakar adalah :
Bila mungkin segera bawa korban ke rumah sakit, apabila tidak mungkin dilakukan
rendam bagian tubuh yg terbakar dalam wadah berisi air dingin .
Apabila luka bakar luas atau derajat berat
 Jangan tarik/menarik pakaian yang melekat di luka
 Jangan memberi minyak gosok, pelumas, odol atau antiseptic
 Jangan memecah lepuh
 Jangan menolong sendiri, kirim ke rumah sakit

7
 Bila korban sadar berikan minum larutan garam (1/4 sendok teh tiap gelas 200cc),
berikan satu gelas tiap jam.
Luka bakar akibat zat kimia :
Terkena larutan asam
 kulit segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus
 dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya
 Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3
 kemudian cuci lagi dengan air
 Keringkan dan olesi dengan salep levertran.

Terkena logam natrium atau kalium


 Logam yang nempel segera diambil
 Kulit dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-20 menit
 Netralkan dengan larutan 1% asam asetat
 Dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau luka ditutup dengan kapas steril
atau kapas yang telah dibasahi asam pikrat.

Terkena bromin
 Segera dicuci dengan larutan amonia encer
 Luka tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3.

Terkena phospor
 Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-banyaknya
 Kemudian cuci dengan larutan 3% CuSO4.

Luka bakar akibat benda panas


 Diolesi dengan salep minyak ikan atau levertran
 Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau dikompres sampai rasa nyeri
agak berkurang.

3. Luka Kulit
Luka kulit sebagai akibat bekerja dengan gelas atau kaca ataupun karena tertusuk
benda tajamluka sering terjadi padatangan atau mata karena pecahan kaca.
Pertolongan Pertama pada Luka Karena Tertusuk Benda Tajam
 Cabut benda tersebut dengan hati-hati
 Dekontaminasi luka
 Desinfeksi luka
 Beri obat pada luka
 Beri pembalut pada luka agar tidak terkontaminasi
 Laporkan pada petugas
 Jika luka terlalu parah cari pertolongan medis

4. Kebakaran
Kebakaran dapat terjadi apabila suatu rekasi kimia antara bahan dengan oksigen yang
menghasilkan energi berupa panas dan cahaya (api). Panas akan merambat ke sekelilingnya
yang selanjutnya akan mempercepat pula kebakaran.
Berikut ini jenis-jenis kebakaran berdasarkan cara penanganannya :

8
a. Jenis A merupakan jenis kebakaran yang melibatkan bahan-bahan “biasa” yang
mudah terbakar seperti kayu, kertas, karet dan plastik (mengandung karbon). Untuk
mengatasinya digunakan alat pemadam kebakaran air, serbuk kering atau selimut api.
Jangan menggunakan air jika resiko bahaya listrik.
b. Jenis B merupakan jenis kebakaran yang melibatkan bahan yang mudah terbakar,
meliputi cairan, seperti minyak tanah, bensin, alkohol. Untuk mengatasinya gunakan
pemadam kebakaran jenis busa, cairan yang mudah menguap, karbon dioksida, serbuk
kering, selimut api atau pasir. Jangan menggunakan busa bila ada kemungkinan resiko
bahaya listrik, dan jangan sekali-sekali menggunakan air.
c. Jenis C bahan yang terbakar meliputi gas, misalnya metana, propana, acetilen, dan
butana.Untuk mengatasinya menutup zat yang dapat menimbulkan gas yang mudah
terbakar tersebut, dan dapat menggunakan pemadam kebakaran jenis BCF.
d. Jenis D kebakaran berasal dari logam (metal) yang mudah terbakar seperti natrium,
kalium, dan magnesium. Untuk cara mengatasinya dengan menggunakan pasir atau
selimut api.

5. Sengatan listrik
Terkena sengatan listrik atau kesetrum sangat berbahaya dan dapat menyebabkan
kematian seketika. Arus listrik yang melewati tubuh akan merusakkan jaringan tubuh seperti
saraf, otot, serta dapat mengacaukan kerja jantung. Pada korban tersengat (kesetrum) listrik
korban sering kali jatuh pingsan, mengalami henti napas, denyut jantung tak teratur atau bisa
jadi malah berhenti sama sekali, dan mengalami luka bakar yang luas.
Berikut ini yang harus anda lakukan untuk menangani korban yang tersengat listrik adalah :
a. Lihat keadaan sekitar dan kondisi korban
Perhatikan terlebih dahulu kondisi si korban dan sekitarnya. Lihat apakah korban
masih terhubung dengan aliran listrik atau tidak. Jangan terburu-buru langsung
menyentuh atau memegang si korban. Jika korban masih terhubung dengan listrik,
bisa jadi kita akan ikut kesetrum, walhasil kita jadi ikut menjadi korban.
b. Matikan sumber lisrik
Cari sumber listriknya dan matikan. Jika tidak bisa, singkirkan sumber listrik dari
tubuh korban menggunakan benda yang tidak mengantarkan listrik, semisal kayu,
plastik, atau karet.
c. Pindahkan korban
Jika lokasi kejadian tidak aman, pindahkan korban ke tempat lain, lalu segera bawa
korban ke pusat layanan medis terdekat. Bisa juga dengan menghubungi nomor
darurat agar si korban dijemput.
d. Lakukan perawatan
Sambil menuju atau menunggu bantuan medis datang, baringkan korban dalam posisi
telentang. Posisi kaki diatur agar lebih tinggi dari kepala untuk mencegah terjadinya
shock. Periksa pula pernapasan dan denyut jantungnya. Jika jantung atau napas
korban terhenti, Anda bisa melakukan tindakan cardio pulmonal resuscitation (CPR),
dengan catatan Anda menguasai teknik ini.

C. Penyebab Kecelakaan Kerja


Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi kedalam kelompok :
1. Kondisi berbahaya (unsave condition), yaitu tidak aman dari :
 Mesin, peralatan, bahan dan lain lain
 Lingkungan kerja
 Proses kerja
9
 Sifat pekerjaan
 Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsave action), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia,
yang dapat terjadi antara lain karena:
 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
 Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
 Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh
 Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik.

D. Fasilitas di laboratorium
1. Desain laboratorium harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai dengan
sirkulasi udara yang adekuat.
2. Desain laboratorium harus mempunyai pemadam api yang tepat terhadap bahan
kimia yang berbahaya yang dipakai.
3. Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat pembakar gas
yang terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
4. Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi tempat yang
aman dari bahaya kebakaran dapat disediakan bendung-bendung talam.
5. Dua buah jalan keluar harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan terpisah
sejauh mungkin.
6. Tempat penyimpanan di disain untuk mengurangi sekecil mungkin risiko oleh
bahan-bahan berbahaya dalam jumlah besar.
7. Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaam (P3K)

Bentuk lab umumnya persegi panjang tanpa sudut,hal ini untuk mencegah terjadinya
penumpukan debu atau partikel pengganggu lainnya yg dapat mengurangi tingkat kebersihan.

E. Alat pelindung diri dan peralatan keselamatan di Laboratorium.

1. Jas laboratorium
Jas laboratorium (lab coat) berfungsi melindungi badan dari percikan bahan kimia
berbahaya. Jenisnya ada dua yaitu jas lab sekali pakai dan jas lab berkali-kali pakai. Jas lab
sekali pakai umumnya digunakan di laboratorium bilogi dan hewan, sementara jas lab
berkali-kali pakai digunakan di laboratorium kimia.
Jas lab kimia bisa berupa:

 Flame-resistant lab coat – Jas lab yang bahannya dilapisi material tahan api. Jas
lab jenis ini cocok digunakan untuk mereka yang bekerja dengan peralatan atau
bahan yang mengeluarkan panas, misalnya peleburan sampel tanah, pembakaran
menggunakan tanur bersuhu tinggi, dan reaksi kimia yang mengeluarkan panas.
 100% cotton lab coat – Ini adalah jas lab yang biasanya digunakan di laboratorium
kimia umum (misalnya lab kimia pendidikan). Jas lab ini diperkirakan memiliki
umur pakai sekitar satu sampai dua tahun. Setelah melewati waktu pakai terebut,
jas ini rentan rusak karena pengaruh bahan kimia asam.
 Synthetic/cotton blends – Jas lab ini bisa terbuat dari 100% poliester atau campuran
poliester/cotton. Seperti halnya cotton lab coat, jas lab ini digunakan di
laboratorium kimia umum.
2. Kaca mata keselamatan

10
Percikan larutan kimia atau panas dapat membahayakan mata orang yang bekerja di
laboratorium. Oleh karena itu, mereka harus menggunakan kaca mata khusus yang tahan
terhadap potensi bahaya kimia dan panas. Kaca mata tersebut terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu clear safety glasses dan clear safety goggles.
Clear safety glasses merupakan kaca mata keselamatan biasa yang digunakan untuk
melindungi mata dari percikan larutan kimia atau debu. Sementara itu, clear safety
goggles digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia atau reaksi kimia
berbahaya.
Peralatan pelindung mata ini terdiri dari tiga tipe, yaitu:

 Direct vented goggles – Umumnya digunakan untuk melindungi mata dari debu,
namun tidak cocok untuk melindungi mata dari percikan atau uap bahan kimia.
 Indirect vented goggles – Cocok digunakan untuk melindungi mata dari kilauan
cahaya dan debu, namun tidak cocok untuk melindungi mata dari percikan
bahan kimia.
 Non-vented goggles – Baik digunakan untuk melindungi mata dari debu, uap,
dan percikan bahan kimia. Selai itu, kaca mata ini juga bisa digunakan untuk
melindungi mata dari gas berbahaya.
3. Sepatu
Sandal atau sepatu sandal dilarang digunakan ketika Anda bekerja di laboratorium.
Mengapa? Karena keduanya tidak bisa melindungi kaki Anda ketika larutan atau bahan kimia
yang tumpah.
Sepatu biasa umumnya sudah cukup untuk digunakan sebagai pelindung. Namun, di
laboratorium perusahaan besar, sepatu yang digunakan adalah sepatu keselamatan yang tahan
api dan tekanan tertentu. Selain itu, terkadang disediakan juga plastik alas sepatu untuk
menjaga kebersihan laboratorium jika sepatu tersebut digunakan untuk keluar dari
laboratorium.
Jenis sepatu di dalam laboratorium :
a. Sepatu Latex/Karet
Tahan bahan kimia dan memberikan daya tarik extra pada permukaan licin.
b. Sepatu Buthyl
Melindungi kaki terhadap ketone, aldehyde, alcohol, asam, garam, dan basa.
c. Sepatu Vinyl
Tahan terhadap pelarut, asam, basa, garam, air, pelumas dan darah.
d. Sepatu Nitrile
Tahan terhadap lemak hewan, oli, dan bahan kimia.
4. Pelindung muka
Seperti namanya, pelindung muka (face shield) digunakan untuk melindungi muka
Anda dari panas, api, dan percikan material panas. Alat ini biasa digunakan saat mengambil
alat laboratorium yang dipanaskan di tanur suhu tinggi, melebur sampel tanah di alat
peleburan skala lab, dan mengambil peralatan yang dipanaskan dengan autoclave.
5. Masker gas
Bahan kimia atau reaksi kimia yang dihasilkan bisa mengeluarkan gas berbahaya.
Oleh karena itu, masker gas sangat cocok digunakan oleh Anda sehingga gas berbahaya
tersebut tidak terhirup. Dilihat dari jenisnya, masker gas bisa berupa masker gas biasa yang
terbuat dari kain dan masker gas khusus yang dilengkapi material penghisap gas.
Masker gas biasa umumnya digunakan untuk keperluan umum, misalnya membuat larutan
standar. Sementara itu, masker gas khusus digunakan saat menggunakan larutan atau bahan
kimia yang memiliki gas berbahaya, misalnya asam klorida, asam sulfat, dan asam sulfida.
6. Kaos tangan

11
Kaos tangan (glove) melindungi tangan Anda dari ceceran larutan kimia yang bisa
membuat kulit Anda gatal atau melepuh. Macam-macam kaos tangan yang digunakan di lab
biasanya terbuat dari karet alam, nitril, dan neoprena.
Terkait kaos tangan yang terbuat dari karet alam, ada yang dilengkapi dengan serbuk khusus
dan tanpa serbuk. Serbuk itu umumnya terbuat dari tepung kanji dan berfungsi untuk
melumasi kaos tangan agar mudah digunakan.
7. Pelindung telinga
Alat pelindung diri yang terakhir adalah pelindung telinga (hear protector). Alat ini
lazim digunakan untuk melindungi teringa dari bising yang dikeluarkan perlatatan tertentu,
misalnya autoclave, penghalus sample tanah (crusher), sonikator, dan pencuci alat-alat gelas
yang menggunakan ultrasonik.
Setiap orang yang terpapar kebisingan dibatasi dari sisi waktu dan tingkat kebisingan. Batas
kebisingan yang diperbolehkan menurut Occupational Safety and Health Administration
(OSHA) adalah sebagai berikut:

 8 jam = 90 dB
 6 jam = 92 dB
 4 jam = 95 dB
 2 jam = 100 dB
 1 jam = 105 dB
 30 menit = 110 dB
 15 menit = 115 dB

Selain harus menggunakan alat pelindung diri, orang yang bekerja di laboratorium
kimia juga harus mengetahui peralatan keselamatan laboratorium (laboratory’s safety
equipment). Secara prinsip, peralatan tersebut digunakan bila terjadi situasi gawat darurat.
Berikut beberapa contoh standar peralatan tersebut.

8. Pembasuh mata
Pembasuh mata (eye wash) berfungsi membasuh mata yang terkena cairan kimia.
Cara kerjanya, basuh mata Anda dengan air yang mengalir dari alat itu untuk beberapa saat.
Saat membasuh, pastikan tangan Anda bersih sehingga tidak mengganggu mata Anda.
9. Fire blanket

12
Cairan kimia yang tumpah bisa saja menghasilkan api. Untuk memadamkannya, Anda
bisa menggunakan selimut api (fire blanket). Pastikan Anda menggunakan kaos tangan saat
menggunakan atau membersihkan alat tersebut.
10. Safety shower
Apa yang harus dilakukan jika badan Anda terkena tumpahan cairan kimia dengan
jumlah relatif banyak? Segeralah menuju safety shower dan guyur badan Anda dengan air
dari alat tersebut. Ini untuk membersihkan badan Anda dari larutan kimia sehingga badan
Anda terhindar dari cedera parah.
11. Spill neutralizers
Meskipun sudah berkerja dengan hati-hati, terkadang larutan kimia tumpah ke lantai.
Jika ini terjadi, spill neutralizers digunakan untuk menetralkan cairan kimia tumpah tersebut.
Perlengkapan keselematan laboratorium ini dilengkapi material asam dan basa. Sebagai
contoh, bila cairan yang tumpah itu asam, gunakan material basa untuk menetralkannya.
12. First aid kits
Kotak obat untuk pertolongan pertama (first aid kits) berguna bila terjadi kecelakaan
ringan, misalnya tangan tergores oleh suatu benda tajam. Kotak ini biasanya berisi obat luka,
gunting, perban, dan alkohol.
13. Alat pemadam api
Alat pemadam api ringan (fire extinguishers) berguna untuk memadamkan api ringan
yang terjadi karena kecelakaan kerja atau sumber lain. Sebagai contoh, Anda sedang
menggunakan tanur dan tiba-tiba tanur itu mengeluarkan api, cepatlah gunakan pemadam api
untuk memadamkannya. Dengan demikian, api tidak merembet ke mana-mana. Setelah api
padam, segera hubungi bagian keamanan atau bagian pemadam kebakaran di perusahaan
Anda untuk menginvestigasi lebih lanjut.
14. Pintu keluar darurat
Laboratorium sebaiknya dilengkapi juga dengan pintu keluar untuk mengantisipasi
keadaan darurat, misalnya gempa bumi dan kebakaran. Pintu ini khusus untuk digunakan
untuk keadaan darurat saja dan tidak boleh digunakan untuk keperluan umum. Oleh karena
itu, pintu tersebut biasanya didesain untuk tidak bisa dibuka dari luar laboratorium.
Selain itu, pintu tersebut dilengkapi juga dengan alarm sehingga bila dibuka akan
menghasilkan bunyi khusus. Bunyi ini terintegrasi dengan bagian keamanan sehingga bila
semakin sering dibuka, pihak keamanan akan memeriksa keadaan di sekitar pintu tersebut.
15. Ruang asam
Ruang asam (fume hood) digunakan untuk mengambil larutan kimia yang memiliki
gas berbahaya (aseton, asam sulfat, asam klorida, dan sebagainya) atau mereaksikan larutan-
larutan tersebut. Ruang asam ini dilengkapi dengan penghisap sehingga gas berbahaya yang
dikeluarkan larutan kimia akan dihisap dan dinetralkan sebelum dibuang ke lingkungan.

F. Tata Tertib di Laboratorium


Tata tertib ini penting untuk menjaga kelancaran dan keselamatan bekerja/praktikum di
dalam laboratorium. Berikut ini beberapa contoh tata tertib di laboratorium :
1. Alat-alat serta bahan yang ada di dalam laboratorium tidak diperkenankan diambil
keluar tanpa seizin guru.
2. Alat dan bahan harus digunakan sesuai dengan petunjuk praktikum yang diberikan.
3. Bekerja di laboratorium hendaknya memakai jas laboratorium.
4. Jika ada alat yang rusak atau pecah, hendaknya dengan segera dilaporkan.
5. Jika terjadi kecelakaan, sekalipun kecil, seperti kena kaca, terbakar, atau terkena
bahan kimia, hendaknya segera dilaporkan.

13
6. Etiket (label) bahan yang hilang atau rusak harus segera diberitahukan kepada guru,
agar dapat segera diganti.
7. Tidak diperkenankan makan, minum dan merokok di dalam laboratorium.
8. Setelah selesai percobaan, alat-alat hendaknya dikembalikan ke tempat semula dalam
keadaan bersih.
9. Buanglah sampah pada tempatnya.
10. Sebelum meninggalkan laboratorium, meja praktikum harus dalam keadaan bersih,
kran air dan gas ditutup, dan kontak listrik dicabut.
G. Pemeliharaan, Penyimpanan, dan Penggunaan Bahan Kimia
Untuk mencegah terjadinya bahaya yang tidak diinginkan, penyimpanan bahan kimia
perlu memperhatikan hal-hal berikut.
1. Botol-botol yang berisi bahan kimia disimpan pada rak atau lemari yang disediakan
khusus untuk itu.
2. Jangan mengisi botol-botol sampai penuh.
3. Jangan menggunakan tutup dari kaca untuk botol yang berisi basa, karena lama
kelamaan tutup itu akan melekat pada botol dan susah dibuka.
4. Semua peralatan/gelas kimia yang berisi bahan kimia harus diberi label yang
menyatakan nama bahan itu.
5. Bahan kimia yang dapat bereaksi hebat hendaknya jangan disimpan berdekatan.
6. Bahan-bahan kimia yang sangat beracun dan berbahaya hendaknya dibeli dalam
jumlah kecil dan tanggai pembeliannya dicatat.
7. Semua bahan persediaan bahan kimia secara teratur diteliti.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan zat-zat kimia, yaitu:


1. Tabung reaksi yang berisi zat kimia tidak boleh diarahkan ke wajah sendiri atau orang
lain.
2. Senyawa kimia tidak boleh dibaui.
3. Larutan kimia yang tertuang di meja praktikum atau di lantai dibersihkan segera
dengan cara asam pekat dinetralkan dahulu dengan serbuk NaHC03. Basa kuat
dinetralkan dahulu dengan serbuk NH4CI, kemudian ditambah air yang cukup.
4. Larutan pekat yang tidak terpakai harus dibuang setelah diencerkan dengan air
terlebih dahulu. Mulut tabung reaksi atau bejana, selama digunakan untuk
pencampuran atau pemanasan tidak boleh ditengok langsung.
5. Senyawa/zat kimia tertentu (asam kuat dan basa kuat) tidak boleh dicampur karena
akan terjadi reaksi yang dahsyat, kecuali sudah diketahui pasti tidak menimbulkan
bahaya.
6. Penggunaan pelindung wajah sangat diperlukan jika menangani zat-zat/senyawa-
senyawa kimia yang berbahaya, dan jangan mengembalikan zat/senyawa kimia yang
terlanjur tertuang untuk dikembalikan ke botol asalnya.
H. Jenis Bahaya Akibat Kerja di Laboratorium
Jika kalian bekerja/praktikum di laboratorium, seharusnya mengetahui bahaya akibat
penggunaan alat dan bahan tersebut. Bahaya akibat praktikum di laboratorium di antaranya
adalah:
1. Bahaya radioaktif, contoh: penyakit akibat terkena bahan radioaktif.

14
2. Bahaya api, contoh: luka terbakar api. Khusus pada kecelakaan akibat api, pada
umumnya akibat kelengahan manusia atau tidak sepengetahuan manusia.
3. Bahaya biologi, contoh: penyakit akibat menggunakan mikroorganisme/jasad renik.
4. Bahaya listrik, contoh: terkena arus listrik.
5. Bahaya mekanis, contoh akibat terkena alat- alat bergerak/berputar
I. Lambang-lambang pada beberapa kemasan bahan kimia
1. Iritasi, contoh: kloroform, alkohol, hidrogen peroksida.
2. Beracun, contoh: sianida, arsen, merkuri.
3. Mudah meledak, contoh: perklorat, permanganat.
4. Korosi, contoh: asam-asam anorganik dan basa kuat.
5. Radioaktif, contoh: uranium, plutonium, torium.
6. Mudah terbakar, contoh: gas metana, kerosin, belerang, fosfor, eter.

Berikut ini adalah beberapa lambang pada kemasan bahan kimia :

J. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja

Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau
asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab, harus
ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard di tempat kerja. Faktor
Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan sebagai penyebab timbulnya Penyakit
Akibat Kerja. Sebagai contoh antara lain debu silika dan Silikosis, uap timah dan keracunan
timah. Akan tetapi penyebab terjadinya akibat kesalahan faktor manusia juga (WHO).

15
Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)
sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973), Penyakit Akibat
Hubungan Kerja adalah “penyakit dengan penyebab multifaktorial, dengan kemungkinan
besar berhubungan dengan pekerjaan dan kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja
tersebut memperberat, mempercepat terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.
Pada beberapa contoh seperti instalasi atau laboratorium yang mengurusi masalah
kesehatan, penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya berkaitan dengan faktor
biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia (pemaparan dalam
dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, zat kimia/solvent yang
menyebabkan kerusakan hati; faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat pasien
salah); faktor fisik dalam dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi,
radiasi dll.); faktor psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat darurat,
karantina dll.)

1) Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang biaknya
strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci,
yang bersumber dari pasien, benda-benda yang terkontaminasi dan udara. Virus yang
menyebar melalui kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat
menginfeksi pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores
atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.
Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup tinggi. Secara
teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar, sebagai contoh dokter di RS
mempunyai risiko terkena infeksi 2sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang praktek
pribadi atau swasta, dan bagi petugas Kebersihan menangani limbah yang infeksiussenantiasa
kontak dengan bahan yang tercemar kuman patogen, debu beracun mempunyai peluang
terkena infeksi
Pencegahan :
1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan, epidemilogi dan
desinfeksi.
2. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dalam keadaan
sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk bekrja dengan bahan infeksius, dan
dilakukan imunisasi.
3. Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good Laboratory
Practice)
4. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang benar.
5. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan infeksius dan
spesimen secara benar.
6. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
7. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
8. Kebersihan diri dari petugas.

2) Faktor Kimia
Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan
obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan dalam
komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling karsinogen.
Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan
mereka.Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang
pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena
alergi (keton).Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, trhirup atau

16
terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan
korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada
daerah yang terpapar.
Pencegahan :
1. ”Material safety data sheet” (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada untuk
diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk mencegah
tertelannyabahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan, celemek, jas
laboratorium) dengan benar.
4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata dan lensa.
5. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.
3) Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan
kerja meliputi:
1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian
2. Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan, laboratorium, ruang
perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan
kecelakaan kerja.
3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja
4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.
5. Terkena radiasi
Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan, penggunaannya
meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang
menangani.
Pencegahan :
1. Pengendalian cahaya di ruang laboratorium.
2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup memadai.
3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi
4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5. Pelindung mata untuk sinar laser
6. Filter untuk mikroskop

K. Beberapa contoh kecelakaan kerja di laboratorium

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :


1. Terpeleset, biasanya karena lantai licin.
Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi dilaboratorium.
Akibat :
- Ringan  memar
- Berat  fraktura, dislokasi, memar otak, dll.
Pencegahan :
- Pakai sepatu anti slip
- Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
- Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atautidak rata
konstruksinya.
- Pemeliharaan lantai dan tangga
2. Mengangkat beban

17
Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat, terutama bilamengabaikan
kaidah ergonomi.Pengembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Laboratorium
Aanalais Kesehatan 5
Akibat : cedera pada punggung
Pencegahan :
- Beban jangan terlalu berat
- Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
- Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapipergunakanlah tungkai
bawah sambil berjongkok
- Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.
3. Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya
Hal ini merupakan pekerjaan sehari-hari di laboratorium
Akibat :
- Tertusuk jarum suntik
- Tertular virus AIDS, Hepatitis B
Pencegahan :
- Gunakan alat suntik sekali pakai
- Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakaitapi langsung
dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknyagunakan destruction clip).
- Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup
4. Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan desinfektanyang mungkin
mudah menyala (flammable) dan beracun.Kebakaran terjadibila terdapat 3 unsur
bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudahterbakar dan panas.
Akibat :
- Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat bahkan
kematian.
- Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahan :
- Konstruksi bangunan yang tahan api
- Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudahterbakar
- Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
- Sistem tanda kebakaran
- Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahayadengan segera
- Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secaraotomatis
- Jalan untuk menyelamatkan diri
- Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
- Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.

18
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,
penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang bukan
berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan
dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya
kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai
kepada yang paling berat. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :
a. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien
b. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu sendiri.
Kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan agar petugas, masyarakat dan lingkungan
saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera.Demikian
pula dengan pihak petugas kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran program K3
ini harus berpartisipasi secara aktif, bukanhanya sebagai obyek tetapi juga berperan sebagai
subyek.Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama
yang baik dari semua pihak.
Pertolongan pertama pada kecelakaan kerja di laboratorium biasanya sangat
diperlukan pada saat terjadinya kecelakaan kerja ( keracunan, luka, percikan zat, tumpahnya
zat, dan kebakaran). Selain itu upaya-upaya preventif sangat diperlukan untuk mengurangi
terjadinya kecelakaan kerja agar korban yang ditimbulkan tidak meluas.

B. Saran
Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak manajemen atau pengelola
kesehatan mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja
(K3). Saat memasuki laboratorium kimia sebaiknya menggunakan alat-alat pelindung diri
agar terhindar dari bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan didalam laboratorium. Apabila
terjadi kecelakaan kerja sebaiknya langsung melakukan pertolongan pertama pada korban.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://coklatline.blogspot.co.id/2015/06/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-kerja.html
http://www.perkuliahan.com/makalah-keselamatan-kerja-di-laboratorium/
http://santii.blog.uns.ac.id/2010/02/28/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3-laboratorium/
https://www.academia.edu/19466563/Makalah_K3_Penanganan_Kecelakaan_Kerja_di_Labo
ratorium_Kimia
http://dokumen.tips/documents/keselamatan-kerja-k3-laboratorium-kesehatan.html
https://www.slideshare.net/faridafsihotang/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-dilaboratorium-
kesehatan
http://dewiwulans.blogspot.co.id/2013/06/makalah-kesehatan-dan-keselamatan
kerja_2363.html

20

Anda mungkin juga menyukai