Disusun Oleh :
Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga dengan izin dan ridha-NyaPenulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “K3 (Keamanan dan Keselamatan Kerja)” dapat
terselesaikan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini Penulis susun demi
memenuhi tugas mata kuliah K3.
Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan Penulis sampaikan kepada dosen
pengasuh mata kuliah K3 dan kepada seluruh sahabat-sahabat seperjuangan yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis menyadari berbagai kelemahan, kekurangan
dan keterbatasan yang ada, sehingga tetap terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan dan
kekurangan disana sini dalam penulisan dan penyajian makalah ini. Oleh Karena itu, dengan
tangan terbuka, seraya kasih, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari para pembaca dalam rangka penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, kepada Tuhan YME jualah Penulis menyerahkan diri dan memohon taufik
hidayah-Nya, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar ............................................................................................................... ii
Daftar isi ........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah...................................................................................
B. Rumusan masalah............................................................................................
C. Tujuan penulisan masalah................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian K3 dan B3 ......................................................................................
B. Penerapan K3 dalam laboratorium ...................................................................
Manajemen Laboratorium ............................................................................
Peraturan kerja di laboratorium......................................................................
Penanggulangan Kecelakaan..........................................................................
Ventilasi dan Lemari Asam............................................................................
C. Penggolongan B3 .............................................................................................
D. Pengelolaan B3 .................................................................................................
Pengorganisasian (organizing) ......................................................................
Pelaksanaan (Actuating) ................................................................................
Pengendalian (Controlling) ...........................................................................
A. Latar Belakang
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi
bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara
menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas
kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika
kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari
beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai
faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam
penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan
kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya.
Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat
penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan
dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu
komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan
kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik(rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang
kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena
tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari
bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan
kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan
terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap
limbah.
Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis
dan karakteristik limbah. Karakteristik limbah dipengaruhi oleh ukuran partikel
(mikro), sifatnya dinamis, penyebarannya luas dan berdampak panjang atau lama.
Sedangkan kualitas limbah dipengaruhi oleh volume limbah, kandungan bahan
pencemar dan frekuensi pembuangan limbah.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4
yaitu limbah cair, limbah padat, limbah gas dan partikel serta limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun) Untuk mengatasi limbah diperlukan pengolahan dan
penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
pengolahan menurut tingkatan perlakuanpengolahan menurut karakteristik limbah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian K3 dan B3?
2. Bagaimana penerapan K3 dalam laboratorium?
3. Bagaimanakah penggolongan B3 di laboratorium?
4. Bagaimana cara pelolaan B3 dalam laboratorium?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian K3 dan B3.
2. Untuk mengetahui penerapan K3 di laboratorium.
3. Untuk mengetahui penggolongan B3 di laboratorium.
4. Untuk mengetahui cara pengelolaan B3 di laboratorium
BAB II
PEMBAHASAN
B. Penerapan K3 di Laboratorium
Pedoman kerja di laboratorium dapat berupa prosedur kerja dalam melakukan
suatu percobaan kimia, aturan kerja dan petunjuk pelaksanaan kerja di laboratorium.
Pedoman kerja berupa prosedur kerja mempunyai peranan penting dalam mewujudkan
keselaman kerja di laboratorium. Di dalam prosedur ini dapat diuraikan persiapan-
persiapan yang harus dilakukan sebelum bekerja di laboratorium, perlengkapan
keselamatan kerja yang harus digunakan, serta cara-cara bekerja di laboratorium yang
aman.
C. Manajemen Laboratorium
Menurut G. Terry pelaksanaan manajemen dikelompokkan menjadi 4, yaitu :
a. Perencanaan (Planning)
b. Organisasi (Organizing)
c. Pelaksaan (Actuating)
d. Pengawasan (Controlling)
a. Perencanaan (Planning)
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan
di masa mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini
adalah keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium. Dalam perencanaan,
kegiatan yang ditentukan meliputi :
a. apa yang dikerjakan
b. bagaimana mengerjakannya
c. mengapa mengerjakan
d. siapa yang mengerjakan
e. kapan harus dikerjakan
f. di mana kegiatan itu harus dikerjakan
Kegiatan laboratorium sekarang tidak lagi hanya di bidang pelayanan, tetapi sudah
mencakup kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan dan penelitian, juga metoda-
metoda yang dipakai makin banyak ragamnya; semuanya menyebabkan resiko
bahaya yang dapat terjadi dalam laboratorium makin besar. Oleh karena itu usaha-
usaha pengamanan kerja di laboratorium harus ditangani secara serius oleh
organisasi keselamatan kerja laboratorium.
b. Organisasi (Organizing)
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium dapat dibentuk
dalam beberapa jenjang, mulai dari tingkat laboratorium daerah (wilayah) sampai
ke tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik
secara langsung atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat
menempatkan pejabat yang terkait dalam organisasi ini di tingkat pusat (nasional)
dan tingkat daerah (wilayah),disamping memberlakukan Undang- Undang
Keselamatan Kerja.
c. Pelaksanaan (Actuating)
Fungsi pelaksanaan atau penggerakan adalah kegiatan mendorong semangat
kerja bawahan, mengerahkan aktivitas bawahan, mengkoordinasikan berbagai
aktivitas bawahan menjadi aktivitas yang kompak (sinkron), sehingga semua
aktivitas bawahan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium
sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap individu yang
bekerja dalam laboratorium wajib mengetahui dan memahami semua hal yang
diperkirakan akan dapat menjadi sumber kecelakaan kerja dalam laboratorium,
serta memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan
pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja tersebut. Kemudian mematuhi
berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani berbagai spesimen reagensia
dan alat-alat. Jika dalam pelaksanaan fungsi penggerakan ini timbul permasalahan,
keragu-raguan atau pertentangan, maka menjadi tugas manajer untuk mengambil
keputusan penyelesaiannya.
d. Pengawasan (Controlling)
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-
pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang
dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip
pokok, yaitu :
a. adanya rencana
b. adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan.
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi tentang
perlunya disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama
dilaboratorium. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, karena usaha
pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan
diabaikan. Dalam laboratorium perlu dibentuk pengawasan laboratorium yang
tugasnya antara lain :
1. memantau dan mengarahkan secara berkala praktek-praktek
laboratorium yang baik, benar dan aman.
2. memastikan semua petugas laboratorium memahami cara-cara
menghindari risiko bahaya dalam laboratorium.
3. melakukan penyelidikan / pengusutan segala peristiwa berbahaya atau
kecelakaan.
4. mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja
laboratorium.
5. melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan
mencegah meluasnya bahaya tersebut.
D. Peraturan kerja di laboratorium
Berikut ini adalah beberapa peraturan kerja apabila kita bekerja di dalam laboratorium
1. Dilarang bekerja sendirian di laboratorium, minimal ada asisten
yangmengawasi.
2. Dilarang bermain-main dengan peralatan laboratorium dan bahan Kimia.
3. Persiapkanlah hal yang perlu sebelum masuk laboratorium seperti buku
kerja, jenis percobaan, jenis bahan, jenis perlatan, dan cara membuang limbah
sisa percobaan.
4. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.
5. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah
segerakeringkan dengan lap basah.
6. Jangan membuat keteledoran antar sesama teman.
7. Pencatatan data dalam setiap percobaan selengkap-lengkapnya.
Jawablahpertanyaan pada penuntun praktikum untuk menilai kesiapan anda
dalammemahami percobaan.
8. Berdiskusi adalaha hal yang baik dilakukan untuk memahami lebih
lanjutpercobaan yang dilakukan (Tim Supervisi Ditjen Dikti, 2002).
Dengan mengikuti prosedur kerja, para pekerja dapat melakukan percobaan tahap
demi tahap secara benar sehingga percobaan akan berlangsung aman dan hasil
percobaan yang diperoleh akan memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Untuk
menanggulangi (mencegah) risiko terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium kimia,
perlu dibuat aturan kerja dan petunjuk pelakasaan kerja di laboratorium kimia. Potensi
bahaya kebakaran memiliki kebolehjadian terbesar di laboratorium kimia, maka
pemantauan terhadap sarana pemadam kebakaran mendapatkan prioritas utama.
Berikut ini adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya kebakaran di laboratorium
kimia:
1. Menyimpan cairan kimia yang mudah menyala dan cairan kimia yang mudah
terbakar dalam jumlah minimum.
2. Menutup rapat wadah cairan kimia yang mudah menyala dan cairan kimia yang
mudah terbakar, ketika sedang tidak digunakan.
3. Meminimalkan sumber api yaitu dengan tidak merokok di laboratorium
Pelatihan dan orientasi mengenai keselamatan kerja bagi pekerja di laboratorium
dan bagi mahasiswa yang akan melakukan kegiatan praktikum di laboratorium perlu
diadakan agar dapat bekerja dengan aman dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan
kerja di laboratorium. Materi pelatihan yang diberikan meliputi pengenalan
laboratorium dan tempat kerja, potensi bahaya yang ada di laboratorium, perlengkapan
keselamatan kerja serta cara-cara bekerja yang aman (Gunawan dan Prasuad 2004).
Simbol bahaya kimia adalah suatu piktogram berlatar belakang orange dengan garis
batas dan gambar berwarna hitam. Gambar yang terdapat dalam piktogram umumnya
menggambarkan sifat bahaya dari bahan yang dilabeli. Sifat bahaya tersebut misalnya
risiko ledakan dan kebakaran, risiko kesehatan dan keracunan, atau kombinasi
keduanya. Berikut ini 7 simbol bahan kimia berbahaya lengkap dengan gambar dan
keterangannya.
1. Explosive (Mudah Meledak)
Bahan kimia yang diberi simbol seperti gambar di atas adalah bahan yang mudah
meledak (explosive). Ledakan pada bahan tersebut bisa terjadi karena beberapa
penyebab, misalnya karena benturan, pemanasan, pukulan, gesekan, reaksi dengan
bahan kimia lain, atau karena adanya sumber percikan api. Ledakan pada bahan kimia
dengan simbol ini kadang kali bahkan dapat terjadi meski dalam kondisi tanpa
oksigen. Beberapa contoh bahan kimia dengan sifat explosive misalnya TNT,
ammonium nitrat, dan nitroselulosa. Bekerja dengan bahan kimia yang mudah
meledak membutuhkan pengalaman praktis sekaligus pengetahuan. Menghindari hal-
hal yang dapat memicu ledakan sangat penting dilakukan untuk mencegah risiko fatal
bagi keselamatan diri.
Bahan kimia yang diberi simbol seperti gambar di samping adalah bahan kimia yang
bersifat mudah menguap dan mudah terbakar melalui oksidasi (oxidizing). Penyebab
terjadinya kebakaran umumnya terjadi akibat reaksi bahan tersebut dengan udara yang
panas, percikan api, atau karena raksi dengan bahan-bahan yang bersifat reduktor.
Bekerja dengan bahan kimia oxidizing membutuhkan pengetahuan dan pengalaman
praktis. Jika tidak, risiko kebakaran akan sangat mungkin terjadi. Adapun beberapa
contoh bahan kimia dengan sifat ini misalnya hidrogen peroksida dan kalium
perklorat. Bila suatu saat Anda bekerja dengan kedua bahan tersebut, hindarilah
panas, reduktor, serta bahan-bahan mudah terbakar lainnya. Frase-R untuk bahan
pengoksidasi : R7, R8 dan R9.
3. Flammable (Mudah Terbakar)
Simbol bahan kimia di samping menunjukan bahwa bahan tersebut besifat mudah
terbakar (flammable). Bahan mudah terbakar dibagi menjadi 2 jenis yaitu Extremely
Flammable (amat sangat mudah terbakar) dan Highly Flammable (sangat mudah
terbakar. Bahan dengan label Extremely Flammable memiliki titik nyala pada suhu 0
derajat Celcius dan titik didih pada suhu 35 derajat Celcius. Bahan ini umumnya
berupa gas pada suhu normal dan disimpan dalam tabung kedap udara bertekanan
tinggi. Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar adalah R12. Bahan dengan
label Highly Flammable memiliki titik nyala pada suhu 21 derajat Celcius dan titik
didih pada suhu yang tak terbatas. Pengaruh kelembaban pada terbakar atau tidaknya
bahan ini sangat besar. Oleh karena itu, mereka biasanya disimpan pada kondisi
kelembaban tinggi. Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar yaitu R11. Adapun
beberapa contoh bahan bersifat flammable dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Zat terbakar langsung. Contohnya : aluminium alkil fosfor. Keamanan :
hindari kontak bahan dengan udara.
2. Gas amat mudah terbakar. Contohnya : butane dan propane. Keamanan :
hindari kontak bahan dengan udara dan sumber api.
3. Cairan mudah terbakar. Contohnya: aseton dan benzene. Keamanan : jauhkan
dari sumber api atau loncatan bunga api.
4. Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila
kena air atau api.
4. Toxic (Beracun)
Simbol bahan kimia disamping mengunjukan bahwa bahan tersebut adalah bahan
beracun. Keracunan yang bisa diakibatkan bahan kimia tersebut bisa bersifat akut dan
kronis, bahkan bisa hingga menyebabkan kematian pada konsentrasi tinggi.
Keracunan karena bahan dengan simbol di atas bukan hanya terjadi jika bahan masuk
melalui mulut. Ia juga bisa meracuni lewat proses pernafasan (inhalasi) atau melalui
kontak dengan kulit. Beberapa contoh bahan kimia bersifat racun misalnya arsen
triklorida dan merkuri klorida. Bekerja dengan bahan-bahan tersebut harus
memperhatikan keselamatan diri. Hindari kontak langsung dengan kulit, menelan,
serta gunakan selubung masker untuk mencegah uapnya masuk melalui pernafasan.
Simbol bahan kimia disamping sebetulnya terbagi menjadi 2 kode, yaitu kode Xn dan
kode Xi. Kode Xn menunjukan adanya risiko kesehatan jika bahan masuk melalui
pernafasan (inhalasi), melalui mulut (ingestion), dan melalui kontak kulit, contoh
bahan dengan kode Xn misalnya peridin. Sedangkan kode Xi menunjukan adanya
risiko inflamasi jika bahan kontak langsung dengan kulit dan selaput lendir, contoh
bahan dengan kode Xi misalnya ammonia dan benzyl klorida. Frase-R untuk bahan
berkode Xn yaitu R20, R21 dan R22, sedangkan untuk kode Xi yaitu R36, R37, R38
dan R41.
6. Corrosive (Korosif)
Simbol bahan kimia di samping menunjukan bahwa suatu bahan tersebut bersifat
korosif dan dapat merusak jaringan hidup. Karakteristik bahan dengan sifat ini
umumnya bisa dilihat dari tingkat keasamaannya. pH dari bahan bersifat korosif
lazimnya berada pada kisaran < 2 atau >11,5. Beberapa contoh bahan dengan simbol
ini misalnya belerang oksida dan klor. Jangan menghirup uap dari bahan ini, jangan
pula membuatnya kontak langsung dengan mata dan kulit Anda. Mereka juga bisa
menyebabkan iritasi. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35.
Simbol bahan kimia pada gambar di samping menunjukan bahwa bahan tersebut
berbahaya bagi lingkungan (dangerous for environment). Melepasnya langsung ke
lingkungan, baik itu ke tanah, udara, perairan, atau ke mikroorganisme dapat
menyebabkan kerusakan ekosistem. Beberapa contoh bahan dengan simbol ini
misalnya tetraklorometan, tributil timah klorida, dan petroleum bensin. Frase-R untuk
bahan berbahaya bagi lingkungan yaitu R50, R51, R52 dan R53. Demikianlah 7
simbol bahan kimia lengkap dengan keterangan dan gambarnya. Semoga bisa menjadi
pengetahuan baru yang bermanfaat bagi keselamatan Anda suatu saat nanti.
F. Penanggulangan Kecelakaan
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan yang dapat menyebabkan
luka atau kerugian pada manusia atau benda. Walaupun prosedur
kerja telah dibuat dan peralatan kerja tersedia lengkap, namun kecelakaan kerja terkadang
masih bisa terjadi.Untuk menanggulangi kecelakaan yang terjadi perlu dibuat prosedur
penanggulangannya. Berikut ini adalah prosedur penanggulangan kecelakaan kerja
(Ridwan,2004): prosedur penanggulangan kecelakaan terkena bahan kimia dan prosedur
penanggulangan kebakaran.
Prosedur penanggulangan kecelakaan terkena bahan kimia, antara lain jangan panik;
mintalah bantuan kepada orang yang berada di dekat anda; beritahu penanggungjawab
laboratorium jika terjadi kecelakaan; bersihkan bagian yang terkena bahan kimia dengan
air yang mengalir; jika cairan berbahaya tersedot (belum tertelan), segera muntahkan dan
kumur-kumur dengan air bersih dalam jumlah banyak. Selanjutnya minum larutan penetral
racun seperti susu dan segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapat perawatan
medis; Jika zat tertelan berikan zat penawar sesuai dengan jenis racun/ larutan yang
terminum, seperti:
1. Asam: diencerkan dengan minum banyak air diikuti dengan air sadah atau susu.
2. Kaustik alkalis: dilarutkan dengan minum banyak air diikuti dengan minum
cuka, lemon atau jus jeruk atau larutan asam laktat/ asam sitrat. Bisa juga dengan
minum susu.
3. Garam-garam dari logam berat : berikan susu atau putih telur.
4. Senyawa arsenik atau merkuri : berikan segera obat pemuntah satu sendok teh garam
atau ZnSO4 dalam segelas air panas.
H. Penggolongan B3
B3 dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yakni bahan berbahaya dan bahan
beracun. Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau
sensitif terhadap perubahan/kondisi lingkungan yang dengan sifatnya tersebut dapat
menimbulkan bahaya bagi lingkungannya.
Bahan kimia beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil menyebabkan
bahaya terhadap kesehatan manusia apabila terserap dalam tubuh melalui pernafasan,
tertelan, atau kontak melalui kulit. Bahan-bahan beracun dalam industri dapat digolongkan
seperti dalam Tabel 1.
Kekuatan racun (toksisitas) dari suatu bahan kimia dapat diketahui berdasarkan angka
LD50 (Lethal Dose 50) yaitu dosis (banyaknya zat racun yang diberikan kepada sekelompok
binatang percobaan sehingga menimbulkan kematian pada 50% dari binatang tersebut. LD50
biasanya dinyatakan dalam satuan bobot racun persatuan bobot binatang percobaan, yaitu
mg/Kg berat badan. Makin kecil angka LD50 makin toksik zat tersebut. Klasifikasi toksisitas
zat kimia berdasarkan LD50 dan contoh-contohnya ditunjukkan dalam Tabel 2.
I. Pengelolaan B3
Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian untuk mengelola B3 meliputi penetapan tugas dan wewenang
personil pengelola, pemakai, dan pengawas. Dalam pengorganisasian perlu
adanya koordinasi antar berbagai pihak yang berkepentingan dengan B3 tersebut.
Selain itu juga dilakukan penetapan persyaratan penyimpanan B3 dimana setiap jenis
bahan memiliki syarat penyimpanan tertentu. Persyaratan tersebut dapat dilihat pada
Tabel
Dalam penyimpanan B3 harus diketahui sifat-sifat berbagai jenis bahan kimia
berbahaya, dan juga perlu memahami reaksi kimia akibat interaksi dari bahan-bahan
yang disimpan. Interaksi dapat berupa tiga hal yaitu :
1. Interaksi antara bahan dan lingkungannya. Contoh: panas/percikan api yang
dapat menimbulkan kebakaran dan ledakan terutama untuk zat yang mudah
terbakar dan mudah meledak seperti pelarut organik dan peroksida
2. Interaksi antara bahan dan wadah, Contoh: Beberapa bahan kimia yang amat
korosif, seperti asam sulfat, asam khlorida, natrium hidroksida, dapat merusak
wadahnya. Kerusakan ini menyebabkan interaksi antar bahan sehingga
menimbulkan reaksi-reaksi berbahaya seperti kebakaran, ledakan atau
menimbulkan racun.
3. Interaksi antar bahan, Contoh: Interaksi antara zat oksidator dan reduktor dapat
menimbulkan ledakan dan kebakaran, sedangkan interaksi antara asam dan
garam dapat menimbulkan gas beracun. Oleh karena itu beberapa bahan yang
mungkin bereaksi harus dipisahkan dalam penyimpanannya.
Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan setiap kegiatan mulai dari pengelolaan (penyimpanan),
pemakaian dan pengawasan harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Prosedur harus digunakan untuk setiap kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan
B3 oleh semua personil, baik sebagai pengelola, pemakai maupun pengawas. Prosedur
yang telah ditetapkan harus telah teruji dan mengacu pada informasi yang telah ada
pada setiap bahan kimia. Informasi ini biasanya tercantum pada label yang
menjelaskan 4 hal terpenting, yaitu :
1. Nama bahan dan formula
2. Bentuk fisik yakni gas, cair, atau padat
3. Sifat fisik, yakni titik didih, titik lebur, berat jenis, tekanan uap, dan lain-lain
4. Sifat kimia dan bahaya yakni korosif, mudah terbakar, beracun dan lain-lain.
Untuk tujuan praktis, maka bahan bahan kimia berbahaya dibagi dalam tiga
kelompok besar yaitu :
1. Bahan beracun dan korosif
2. Bahan mudah terbakar
3. Bahan kimia reaktif
Penanganan B3 ini berdasarkan jenis bahan dapat dilihat seperti dalam Tabel, Selain
itu dalam melakukan kegiatan penanganan B3 harus tercatat dalam suatu rekaman
sehingga mudah untuk mengetahui status dan keberadaannya serta mudah untuk
dilakukan penelusuran.
Ikuti panduan umum ini saat menyimpan bahan kimia dan peralatan bahan kimia:
1. Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk masing-masing bahan kimia dan
kembalikan bahan kimia ke tempat itu setelah digunakan.
2. Simpan bahan dan peralatan di lemari dan rak khusus penyimpanan.
3. Amankan rak dan unit penyimpanan lainnya. Pastikan rak memiliki
bibirpembatas di bagian depan agar wadah tidak jatuh. Idealnya,
tempatkanwadah cairan pada baki logam atau plastik yang bisa
menampung cairan jika wadah rusak. Tindakan pencegahan ini utamanya
penting di kawasan yang rawan gempa bumi atau kondisi cuaca ekstrem
lainnya.
4. Hindari menyimpan bahan kimia di atas bangku, kecuali bahan kimia yang
sedang digunakan. Hindari juga menyimpan bahan dan peralatan di atas
lemari. Jika terdapat sprinkler, jaga jarak bebas minimal 18 inci
dari kepala sprinkler.
5. Jangan menyimpan bahan pada rak yang tingginya lebih dari 5 kaki (~1,5 m).
6. Hindari menyimpan bahan berat di bagian atas.
7. Jaga agar pintu keluar, koridor, area di bawah meja atau bangku, serta area
peralatan keadaan darurat tidak dijadikan tempat penyimpanan peralatan dan
bahan.
8. Labeli semua wadah bahan kimia dengan tepat. Letakkan nama pengguna dan
tanggal penerimaan pada semua bahan yang dibeli untuk membantu kontrol
inventaris.
9. Hindari menyimpan bahan kimia pada tudung asap kimia, kecuali bahankimia
yang sedang digunakan.
10. Simpan racun asiri (mudah menguap) atau bahan kimia pewangi pada lemari
berventilasi. Jika bahan kimia tidak memerlukan lemari berventilasi, simpan di
dalam lemari yang bisa ditutup atau rak yang memiliki bibir pembatas di
bagian depan.
11. Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari penyimpanan cairan yangmudah
terbakar yang disetujui.
12. Jangan memaparkan bahan kimia yang disimpan ke panas atau sinarmatahari
langsung.
13. Simpan bahan kimia dalam kelompok-kelompok bahan yang sesuai secara
terpisah yang disortir berdasarkan abjad.
14. Ikuti semua tindakan pencegahan terkait penyimpanan bahan kimia yang tidak
sesuai.
15. Berikan tanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan dan tanggung jawab
lainnya di atas kepada satu penanggung jawab utama dan satu orang cadangan.
Kaji tanggung jawab ini minimal setiap tahun.
Pengendalian (Controlling)
Pengendalian dalam manajemen B3 dapat dilakukan dengan inspeksi, audit
maupun pengujian mulai dari perencanaan, hingga pelaksanaan. Pengawasan ini
dapat dilakukan oleh manajemen yang memiliki tugas pengawasan terhadap
seluruh kegiatan organisasi maupun oleh manajemen yang lebih tinggi terhadap
manajemen di bawahnya sebagai pengawasan melekat, sehingga segala sesuatu
kegiatan yang berkaitan dengan B3 berjalan sesuai dengan kebijakan dan
peraturan/prosedur yang telah ditetapkan.
Setelah selesai melakukan suatu percobaan maka limbah bahan kimia yang
digunakan hendaknya dibuang pada tempat yang disediakan, jangan langsung
dibuang ke pembuangan air kotor (wasbak) karena dapat menimbulkan polusi
bagi lingkungan. Limbah zat organik harus dibuang secara terpisah pada tempat
yang tersedia agar dapat didaur ulang, limbah padat harus dibuang terpisah karena
dapat menyebabkan penyumbatan. Limbah cair yang tidak berbahaya dapat
langsung dibuang tetapi harus diencerkan dengan air secukupnya.
1. Buanglah limbah sisa bahan kimia setelah selesai pengamatan.
2. Buanglah limbah sesuai dengan kategori berikut :
a. Limbah cair yang tidak larut dalam air dan limbah beracun
harusdikumpulkan dalam botol penampung. Botol ini harus tertutup
dan diberi label yang jelas.
b. Limbah padat seperti kertas saring, lakmus, korek api, dan pecahan kaca
dibuang pada tempat sampah.
c. Sabun, deterjen dan cairan tidak berbahaya dalam air dapat
dibuang langusng melalui saluran air kotor dan dibilas dengan air
secukupnya.
3. Gunakan zat kimia secukupnya.
Prinsip pembuangan dan pengelolaan limbah laboratorium, antara lain:
1. Sebagian besar bahan kimia tidak diperbolehkan langsung dibuang ke dalam sistem
pengairan atau tempat pembuangan sampah.
2. Bahan kimia tertentu (seperti asam dan basa) dapat dibuang ke dalam sistem
pengairan, tetapi sebelumnya harus dinetralisasi kemudian dialirkan dengan air yang
cukup ke dalam sistem pengairan.
3. Limbah pelarut dalam jumlah kecil dapat dibuang dengan cara menguapkan di dalam
lemari asam.
4. Asam dan basa dapat dibuang ke sistem pengairan di bawah kondisi tertentu. Jika
asam atau basa tidak mengandung logam berat yang terlarut, asam dan basa dapat
dinetralisasi dan kemudian dialirkan ke dalam sistem pengairan dengan air
secukupnya. Asam dapat dinetralkan dengan natrium bikarbonat (baking soda) atau
natrium karbonat (soda ash). Basa dapat dinetralkan dengan asam asetat (cuka).
5. Eter bersifat sangat mudah menyala. Tidak diperbolehkan merokok atau
mendekatkan sumber api di dekat eter. Eter dapat bereaksi dengan udara membentuk
peroksida yang mudah meledak, sehingga eter tidak boleh disimpan dalam botol
gelas, tetapi disimpan dalam wadah logam untuk mencegah terbentuknya peroksida.
Untuk membuang eter dalam jumlah sedikit, dapat diuapkan di lemari asam (Black
dan Chris 1997).
6. Pada pembuangan limbah padat, tidak boleh dicampur dengan limbah cair.
7. Beberapa bahan kimia tidak boleh bercampur (disatukan) satu sama lainnya dalam
satu wadah pembuangan limbah. Hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi kimia di
antara bahan kimia tersebut, menghasilkan reaksi nyala segera setelah bahan kimia
tersebut bercampur atau mengemisikan gas beracun.
Berikut ini adalah beberapa bahan kimia yang tidak boleh bercampur satu sama
lainnya dalam satu wadah (Black dan Chris 1997):
Ammonia dengan halogen; Asam nitrat dengan asam asetat; Asam
nitrat dengan asam sulfat.
Etil asetat dengan basa kuat; Etilena glikol dengan asam sulfat; 1-butanol
dengan asam kuat; Kalium permanganat dengan asam sulfat, gliserol,
etilena glikol, benzaldehid.
Hidrogen peroksida dengan asam asetat, aseton, asam nitrat, asam sulfat,
natrium.
8. Beberapa bahan kimia dengan kategori yang kompatibel dapat disatukan dalam satu
wadah pembuangan limbah, di antaranya adalah (UniversitySafety Services 2006):
Pelarut organik yang dapat menyala (aseton, metanol, etanol, toluena, ksilena,
asetonitril, benzena); Pelarut halogen(halotan, metilen klorida, kloroform, karbon
tetraklorida, trikloroetana, trikloroetilena); Asamasam organik (asam format, asam
asetat, asam propionat).
9. Tidak semua bahan kimia aman (diperbolehkan) dibuang ke dalam sistem pengairan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan kerja di laboratorium merupakan upaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dan menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman di
laboratorium. Keselamatan kerja tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai cara, seperti
menyiapkan pedoman kerja, baik untuk tindakan pencegahan maupun penanggulangan
kecelakaan, menyediakan perlengkapan keselamatan secara lengkap, dan meningkatkan
pengetahuan pekerja (laboran, staf pengajar dan mahasiswa) melalui pelatihan-pelatihan
dan orientasi keselamatan kerja di laboratorium (Gunawan dan Prasuad, 2004).
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dapat diartikan semua bahan atau
senyawa baik padat, cair, maupun gas yang mempunyai potensi merusak terhadap
kesehatan manusia serta lingkungan akibat sifat-sifat yang dimiliki senyawa tersebut.
Limbah B3 umumnya mengandung berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai
sifat akumulatif dan beracun sehingga berbahaya bagi manusia menurut peraturan (PP)
Nomor : 85 tahun 1999 menyatakan bahwa limbah laboratorium termasuk dalam
kategori limbah berbahaya dan beracun.
Pelatihan dan orientasi mengenai keselamatan kerja bagi pekerja di laboratorium
dan bagi mahasiswa yang akan melakukan kegiatan praktikum di laboratorium perlu
diadakan agar dapat bekerja dengan aman dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan
kerja di laboratorium. Materi pelatihan yang diberikan meliputi pengenalan laboratorium
dan tempat kerja, potensi bahaya yang ada di laboratorium, perlengkapan keselamatan
kerja serta cara-cara bekerja yang aman (Gunawan dan Prasuad 2004).
B. Saran
Masih ada beberapa sumber yang mengambil dari internet. Diharapkan untuk ke
depanya mengambil sumber dari jurnal, buku, teks book atau e-book. Semoga pada penulisan
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Black, C & Chris, S. (1997). Hazardous waste disposal. Diambil pada 30 Januari
2006 dari http://www.sierranevada.edu/ life/safety/arthaz.htm#solvents
Harjanto, Nur Tri, dkk. 2008. Identifikasi Potensi Bahaya Non Radiasi di Instalasi
Radiometalurgi. Batan : Prosiding hasil-hasil penelitian EBN tahun 2008, ISSN 0854-
5561, PTBN-BATAN
Sumber: //www.ebiologi.com/2016/02/simbol-bahan-kimia-berbahaya.html