Anda di halaman 1dari 27

PENGOLAHAN LIMBAH

INDUSTRI KARET
Oleh :
Ikhsanul Sidiq
14140007
PENDAHULUAN
Secara umum yang disebut limbah adalah
bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
proses produksi, baik pada skala rumah tangga,
industri, pertambangan, serta limbah pertanian dan
sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa
Latar gas, debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis
limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya
Belakang dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (Limbah B3) Definisi dari limbah B3
berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa
(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3)
karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan
corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.
Produksi Bersih (Cleaner Production) merupakan
suatu strategi untuk menghindari timbulnya
pencemaran industri melalui pengurangan timbulan
limbah (waste generation) pada setiap tahap dari
proses produksi untuk meminimalkan atau
mengeliminasi limbah sebelum segala jenis potensi
pencemaran terbentuk. Istilah-istilah seperti
Pencegaha Pencemaran, Pengurangan pada sumber,
dan Minimasi Limbah sering disertakan dengan istilah
Produksi Bersih. Cleaner Production berfokus pada
usaha pencegahan terbentuknya limbah. Dimana
limbah merupakan salah satu indikator inefisiensi,
karena itu usaha pencegahan tersebut harus
dilakukan mulai dari awal (Waste avoidance),
pengurangan terbentuknya limbah (waste reduction)
dan pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui daur
ulang (recycle). Keberhasilan upaya ini akan
menghasilkan penghematan (saving) yang luar biasa
karena penurunan biaya produksi yang signifikan
sehingga pendekatan ini menjadi sumber pendapatan
(revenue generator).
Permintaan pasar dunia terhadap karet terus
meningkat setiap tahun. Keadaan ini mendorong
Indonesia untuk terus meningkatkan produktivitas
serta kualitas karet yang dihasilkan sehingga ekspor
Perumusan karet Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Selain

Masalah permintaan yang menguntungkan industry karet juga


menyumbangkan banyak permasalahan terhadap
lingkungan yang harus diperhatikan, yang terdiri dari
limbah padat, cair, maupun gas. Untuk itu perlu
diketahui faktor-faktor untuk menyelesaikan
permaasalahan tersebut, sehingga tinggimya
produktivitas industri karet sejalan dengan kebijakan
lingkungan yang berlaku.
PEMBAHASAN
Sumber limbah cair industri karet dapat
dikategorikan dari proses produksi dengan rincian
sebagai berikut:
1. Bahan baku olahan karet rakyat Bahan baku
karet rakyat berbentuk koagulum (bongkahan)
yang telah dibubuhi asamsemut, dan banyak
mengandung air dan unsur pengotor dari karet
baik disengaja maupun tidak disegaja oleh kebun
Sumber Limbah rakyat. Sumber limbahnya antara lain:
a. Penyimpanan koagulum
Industri Karet b. Sebelum produksi terlebih dulu karet disempot
air sehingga menghasilkan limbah
c. Pencacahan koagulum lalu di cuci dengan air lagi.
Proses peremahan dengan hammer mill juga
menghasilkan limbah cair, waaupun jumlahnya
relatif kecil2. Bahan baku berasal dari lateks
kebun. Dalam proses produksi untuk meghasilkan
karet digunakan air lebih sedikit, tetapi
mempunyai bahan kimia didalam air limbahnya.
Sumber limbahnya adalah dari proses pencacahan
dan peremahan.
Pengaruh tiap parameter terhadap lingkungan dapat
dijelaskan sebagai berikut:
I. BOD
BOD merupakan salah satu parameter limbah yang
memberi gambaran atas tingkat polusiair. Semakin
tinggi nilai BOD menunjukkan makin besar oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme merubah organik.
Makin tinggi kandungan bahan organik akan
menyebabkan makIn berkurangnya konsentrasi oksigen
terlarut di dalam air yang akhirnya berakibat kematian
berbagai biota air. Pengurangan konsentrasi oksigen
terlarut menyebabkan kondisi aerob bergeser ke
kondisi anaerob.
II. COD
COD mirip dengan BOD, bedanya oXigen yang
diperlukan merupakan oksigen kimiawi seperti O2 atau
oksidator lainnya untuk mengoksidasi secara kimia
bahan organik menjadi senyawa lain seperti gas metan,
amoniak, dan karbon dioksida. Nilai COD selalu lebih
tinggi dari pada nilai BOD karena hampir seluruh jenis
bahan organik dapat teroksidasi secara kimia termasuk
bahan organik yang teroksidasi secara biologis.
III. Padatan Terendap
Padatan terendap menunjukkan jenis padatan
yang terkandung di dalam cairan limbah yang mampu
mengendap di dasar cairan secara gravitasi dalam
waktu paling lama sekitar 1 jam.

IV. Padatan Tersuspensi


Padatan tersuspensi adalah padatan yang membentuk
suspensi atau koloid. Secara kasat mata padatan ini
terlihat mengapung atau mengambang serta
mengeruhkan air karena berat jenisnya relatif
rendah.
V. Padatan Terlarut
Padatan ini bersama-sama dengan suspensi koloid tidak
dapat dipisahkan secara penyaringan. Pemisahannya hanya
dapat dilakukan dengan proses oksidasi biologis atau
koagulasi kimia.

VI. Kandungan Nitrogen


Bentuk senyawa nitrogen yang paling umum adalah protein
amonia, nitrit dan nitrat. Ketiga jenis terakhir ini dihasilkan
dari perombakan protein, sisa tanaman dan pupuk yang
tersisa di dalam cairan limbah. Derajat Keasaman (pH)
Suatu cairan dikatan bersifat normal bila pH = 7. makin
rendah nilai pH artinya air makin bersifat asam, sebaliknya
makin tinggi bersifat basa.
Limbah cair karet merupakan air sisa produksi
dari pengolahan karet menjadi benang karet dan air
dari pembersihan alat/area. Limbah karet

Limbah Yang mengandung amoniak dan nitrogen total yang

Dihasilkan berbahaya apabila melewati batas standar yang telah


ditetapkan sehingga dapat mencemari air sungai dan
Industri Karet
lingkungan sekitarnya. Pengolahan limbah cair
tersebut dilakukan dengan menampungnya pada bak
penampungan limbah untuk kemudian diendapkan,
disaring dan sisanya dialirkan ke lingkungan
START

Collecting Reservoir
Equalisation Basin

Alkalization Basin
Sedimentasi Basin
Pengolahan Lifhting Pump Station
Air Limbah Neutralisasi Basin

Industri Karet Bak Aerasi Lagon

Thickening Basin

Diagfragma Pump Station (DPS)


dan Filter Press

Incenerator

END
Air buangan yang berasal dari pengolahan benang
karet dialirkan melalui saluran parit ke bak collecting
reservoir. Didalam bak collecting reservoir terdapat 3
1. Collecting sekat atau sisi dimana pada tiap-tiap pintu/ sekat
Reservoir tersebut ada terdapat saringan. Bak ini berguna
sebagai bak pengontrol sludge atau residu asam
asetat dan karet sehingga diharapkan waste water
yang akan mengalir ke proses selanjutnya terbebas
dari sludge dan karet tersebut.
Air buangan dari collecting reservoir dialirkan
kedalam bak Equalisation Basin. Proses ini bertujuan
untuk mengurangi atau mengembalikan variasi variasi
karakteristik air limbah agar segera tercapai kondisi yang
optimum pada proses pengolahan selanjutnya. Dengan
adanya bak equalisasi ini diharapkan debit aliran dan
beban pencemaran yang bervariasi dapat diubah menjadi
konstan atau mendekati konstan.
Fungsi bak equalisasi adalah :
2. Equalisation Meredam bahan akibat adanya fluktasi bahan organik
Basin yang dapat mengganggu proses biologis aerob.
Mengendalikan pH air limbah.
Mengurangi fluktasi debit air, sehingga bahan
homogen secara merata atau teratur diatur
pengalirannya menuju proses selanjutnya.
Mencegah terjadinya konsentrasi bahan bahan
homogen beracun yang tinggi memasuki unit
pengolahan biologis yang aerobic.
Pada bak equalisasi ini dilakukan aerasi agar
terjadinya homogenitas air limbah serta dapat terjadinya
pencapaian Biochemical Oxygen Demand (BOD) yang
diinginkan.
Setelah dari bak equalisasi, air kemudian
dipompakan kedalam bak alkalization basin. Proses
alkalisasi ini dilakukan untuk memisahkan logam berat
dari air limbah dengan menaikkan pH asam menjadi
basa. Dimana dalam hal ini air limbah mengandung
3. Alkalization
kadar zink yang tinggi, dan zink merupakan salah satu
Basin jenis logam yang mudah terikat dengan zat zat
lainnya.
Pada bak alkalization ini dilakukan pengandjusan
larutan caustic soda (penambahan NaOH 30%) dan
penambahan polielektrolit yang secara otomatis akan
membentuk endapan. Dan yang berupa sludge cair
akan dialirkan ke bak sedimentasi basin.
Air buangan yang berasal dari bak alkalization
akan dialirkan kedalam bak sedimentasi. Proses
sedimentasi ini bertujuan untuk mengendapkan fase
lumpur yang terdapat pada air limbah sebagai hasil
dari proses alkalisasi. Partikel air harus cukup besar
agar dapat diendapkan dalam jangka waktu tertentu.
Kecepatan pengendapan akan berbanding langsung
4. Sedimentasi dengan kuadrat diameter partikel partikelnya. Jika
Basin partikel membentuk aglomerat maka kecepatan akan
bertambah besar.
Bak sedimentasi ini berbentuk spiral atau dapat
dikatakan berbentuk lingkaran yang mempunyai 3
lapisan. Air limbah yang akan diolah akan masuk
kebagian tengah pada bak pengendapan, kemudian
dialirkan kebagian bawah dan kesamping. Pada waktu
air mengalir ke permukaan sludge akan jatuh ke dasar
bak secara gravitasi, kemudian air keluar melalui
saluran yang dipasang secara radial.
Air limbah dari bak sedimentasi akan dialirkan ke

5. Lifhting Pump Lifhting pump station, dimana lifhting pump station


Station
ini berfungsi sebagai post sementara untuk

pengumpulan phase cair. Kemudian air akan

dimasukkan kedalam neutralisasi Basin.


Bak netralisai dilakukan untuk menetralkan air
limbah dari pH 10 menjadi pH 7 (netral). Pada proses

6. Neutralisasi ini dilakukan pengadjusan dengan menambahkan asam

Basin sulfat 30%. Proses netralisasi ini bermanfaat untuk


proses biologi, dimana diperlukan pH air limbah
antara 6 - 8 sehingga tercapainya kondisi yang
optimum.
Air limbah kemudian dimasukkan ke dalam Bak
Aerasi Lagon. Fungsi dari bak aerasi lagon ini adalah
untuk menurunkan kadar COD dan BOD pada air
limbah. Bak aerasi ini terdiri dari 5 lagon, dimana
setiap lagon dilengkapi dengan aerator dengan jumlah
yang berbeda.
Adapun jumlah aerator pada tiap tiap lagon yaitu :
7. Bak Aerasi Lagon I terdapat 105 pcs aerator.
Lagon II terdapat 98 pcs aerator.
Lagon Lagon III terdapat 56 pcs aerator.
Lagon IV terdapat 56 pcs aerator.
Lagon V terdapat 56 pcs aerator
Dalam bak aerasi ini terjadi reaksi penguraian
zat organic yang terkandung di dalam air buangan
secara biokimia oleh mikroba yang menjadi gas karbin
monoksida dan sela yang baru. Jumlah
mikroorganisme dalam lagon akan bertambah banyak
dengan dihasilkannya sel sel yang baru.
Air buangan yang berasal dari lagon yang terakhir
yaitu lagon V yang akan dialirkan ke dalam bak
clarifier, dimana pada bak ini terdapat 3 lingkaran.
Prinsip kerja dari bak clarifier ini yaitu dengan
menggunakan system spuy.
Di dalam clarifier terjadi proses pengendapan,
yang dilakukan untuk memisahkan padatan tepung
atau kotoran kotoran yang mempunyai berat jenis
yang lebih rendah dari sludge akan di kembalikan ke
bak equalisasi.
Kemudian air di masukkan ke Post Aeration
I dan Post Aeration II. Dimana pada bak ini terjadi
penguraian yang berlangsung dalam kondisi cukup O2
yang berguna untuk kelangsungan kehidupan
mikroorganisme. Dari Post Aeration air buangan
dapat dibuang langsung kebadan sungai, yang
tentunya terlebih dahulu dianalisa di dalam
laboratorium.
Selanjutnya Sludge phase limbah yang berasal dari
8. Thickening
bak sedimentasi akan dimasukkan ke dalam bak
Basin
thickening.
Phase sludge kemudian akan di tarik ke dalam
9. Diagfragma
Diagfragma Pump Station, selanjutnya akan
Pump Station
(DPS) dan dimasukkan ke dalam Filter Press. Filter press

Filter berfungsi untuk mengepress kadar air dalam phase

Pressw2aq1 sludge, dan phase sludge dapat dibuang secara

langsung ke lingkungan.
Phase sludge juga dapat dibakar di Incenerator

10. Incenerator dengan suhu 800C. Dimana dari 100 kg phase sludge

setelah dibakar di incinerator akan berukuran

menjadi 30 kg, dengan kata lain mengurangi phase

sludge sebanyak 70%.


Baku mutu limbah cair karet sendiri diatur dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no.Kep-
51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Industri Lampiran B.VI.

BAKU MUTU
LIMBAH
CAIR KARET
PENUTUP
Pengolahan limbah dapat dikelompokkan kedalam
pengolahan dari sumbernya yang disebut sebagai
proses produksi bersih, dan pengelolaan saat limbah
tersebut keluar dari proses produksi. Pengolahan
limbah pendahuluan bertujuan untuk memisahkan zat
atau unsur padatan kasar yang ada dalam air limbah
KESIMPULAN dengan cara penyaringan untuk meminimalisasi
gangguan dalam proses pengolahan limbah berikutnya
Teknik pengelolaan air limbah secara efektif dan
efisien serta berkesinambunganharus dilaksanakan
dalam melakukan pengkajian dan inovasi penerapan
teknologi produksi bersih, untuk mendukung
terwujudnya undustri karet yang berdaya saing tinggi
dan berwawasan lingkungan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai