PENGOLAHAN LIMBAH
PERCOBAAN
ANAEROH
Hari : Sabtu
Kelompok :I
Praktikan : 1. Ni Wayan Aristya D (10411710000003)
2. Siti Nur Anisa (10411710000015)
3. Fikri Ramadhan (10411710000020)
4. Putri Selly Mudyawati (10411710000028)
Tanggal Percobaan : 18 April 2020
Tanggal Mengumpulkan :
Laporan
Asisten : Detva Firly Priadi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik dan zat anorganik).
4. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga terjadi
penyumbatan yang dapat menyebabkan banjir.
Menurut Suharto (2011), pengelompokan limbah berdasarkan bentuk atau wujudnya
dapat dibagi menjadi empat diantaranya yaitu: limbah cair, limbah padat, limbah gas dan
limbah suara. Limbah cair diklasifikasikan dalam empat kelompok diantaranya yaitu:
1. Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan dari
perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan perkantoran. Contohnya yaitu: air
sabun, air detergen sisa cucian, dan air tinja.
2. Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan
industri. Contohnya yaitu: sisa pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil, air dari industri
pengolahan makanan, sisa cucian daging, buah, atau sayur.
3. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari
berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke
dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan. Air limbah dapat merembes ke dalam
saluran pembuangan melalui pipa yang pecah, rusak, atau bocor sedangkan luapan dapat
melalui bagian saluran yang membuka atau yang terhubung ke permukaan. Contohnya yaitu:
air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), bangunan perdagangan dan industri,
serta pertanian atau perkebunan.
4. Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas
permukaan tanah. Aliran air hujan di permukaan tanah dapat melewati dan membawa
partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut limbah cair. Limbah cair
bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya.
Selain itu, ada juga bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air
harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika
dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia
tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan
buangan air.
II.1.2 Karakteristik Limbah
Menurut Soeprijanto (2006), menyatakan bahwa untuk mengetahui lebih luas tentang
air limbah, maka perlu kiranya diketahui juga secara detail mengenai karakterisitik
kandungan yang ada di dalam air limbah mempunyai sifat yang dapat dibedakan menjadi tiga
bagian besar diantaranya sifat fisik, sifat kimiawi dan sifat biologisnya.
Tabel II.1 Karakterisitk Air Limbah
Karakterisitik fisika Karakterisitik Kimia Karakterisitik Biologi
Bau Alkalinitas dan aciditas Protein
Rasa Ph Karbohidrat
Temperatur Nitrogen Lemak
Densitas Fosfat Surfactant
Warna Sulfur Volatil Organics ompounds
Kekeruhan (Turbidity) Oksigen
Padatan (Solids)
1. Karakterisitik Fisika
Krakterisitika fisika yang paling penting adalah kandungan padatan total yang
pada air limbah yang terdiri dari bahan yang dapat mengendap, mengapung, koloid dan
terlarut. Beberapa karakterisitika fisika limbah yaitu:
a. Bau
Bau dalam air limbah domestik biasanya disebabkan oleh gas-gas yang dihasilkan
dari dekomposisi organik atau bahan-bahan yang ditambahkan pada air limbah.
Karakterisitik bau air limbah septic biasanya berupa hidrogen sulfida yang dihasilkan
oleh mikroorganisme anaerobic yang mereduksi sulfat menjadi sulfida. Air limbah
industri bisa mengandung senyawa-senyawa yang berbau atau senyawa-senyawa yang
menghasilkan bau selama proses pengolahan berlangsung.
b. Temperatur
Temperatur air limbah biasanya lebih tinggi daripada air suplai karena
dipengaruhi oleh kegiatan industri. Temperatur air limbah akan mempengaruhi
kecerpatan reaksi, dan kehidupan air. Salah satu contohnya yaitu, air yang memiliki
suhu tinggi akan mempengaruhi kehidupan spesies ikna dalam air. Selain itu, oksigen
kurang dapt larut dalam air hangat daripada air dingin. Meningkatanya kecepatan
reaksis biokimia yang bersamaan dengan meningkatnya temperatur , dikombinasu
dengan berkurangnya dalam jumlah oksigen yang berada dalam air permukaan
sehingga dapat menyebabkan berkurangnya konsentrasi oksigne terlarut dalam musim
panas.
c. Densitas
Densitas adalah karakterisitik fisika air limbah yang penting karena daoat
menyebabaka arus densitas dalam tangki sedimentasi dan unit-unit pengolahan
lainnya. Densitas air limbah yang tidak mengandung kansungan tinggi memiliki
densitas yang sama dengan densitas air.
d. Warna
Warna dalam air limbah disebebkan oleh mineral-mineral terlarut, zat warna atau
asam-asam humik dari tanaman. Warna air disebabkan oleh bahan-bahan yang terlarut
atau koloid yang terikut dalam filtrat setelah melalui penyaringan 0,45 mm yang
dinamakan warna sebenarnya.
e. Kekeruhan (Turbidity)
Kekeruhan merupakan suatu pengukuran fisis transmisi sinar ke air dimana dapat
menunjukkan kualitas air yang berkaitan dengan residu dan koloid bahan suspensi.
Pengukuran kekeruhan didasarkan pada perbandingan intensitas sinar terbesar pada
sampel terhadap sinar yang disebarkan oleh suspensi sebagai reference dibawah
kondisi sama. Kekeruhan disebabkan oleh baha tersuspensi yang menyebar dan
menyerap cahaya.
f. Padatan (Solids)
Kandungan padatan dalam air limbah merupakan suatu parameter yang
siginifikan. Kandungan padatan total air/air limbah didefinisikan sebagai semua yang
tetap tinggal sebagai residu dalam proses penguapan pada suhu 103 sampai 105 oC.
2. Karakterisitik Kimia
Air limbah tentunya mengandung berbagai macam zat kimia. Bahan organik pada air
limbah dapat menghabiskan oksigen serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak
sedap pada penyediaan air bersih. Pengujian kimia yang utama adalah yang bersangkutan
dengan amonia bebas, nitrogen organik, nitrit, nitrat, fosfor organik dan fosfor anorganik.
3. Karakterisitik Kimia Organik (Biologi)
Pemeriksaan biologis di dalam air limbah untuk memisahkan apakah ada bakteri-bakteri
pathogen berada di dalam air limbah. Berbagai jenis bakteri yang terdapat di dalam air
limbah sangat berbahaya karena menyebabkan penyakit. Kebanyakan bakteri yang terdapat
dalam air limbah merupakan bantuan yang sangat penting bagi proses pembusukan bahan
organik.
2) Secara aerob
Pengolahan limbah secara aerob berarti yang dipergunakan adalah bakteri aerob yang
memerlukan oksigen bebas. Bakteri ini akan bekerja dengan baik pada pH sekitar 7
dengan suhu yang semakin tinggi sampai pada 40 derajat celcius. Oleh karena itu dalam
pengolahan limbah secara aerob harus dimasukkan oksigen dari udara secara kontinyu..
pengolahan limbah secara biologi yaitu dengan anaerob. Pengolahan limbah cair secara
anaerob berarti yang bekerja atau yang hidup adalah bakteri anaerob yang tidak memerlukan
oksigen bebas. Bakteri ini dapat bekerja dengan baik pada suhu yang semakin tinggi sampai
40 derajat celcius, pada pH sekitar 7. Bakteri ini juga akan bekerja dengan baik pada keadaan
yang gelap dan tertutup (Darsono, 2007).
Pada prinsipnya proses pengolahan secara anaerob adalah mengubah bahan organik dalam
limbah cair menjadi methane dan karbon monoksida tanpa adanya oksigen. Perubahan ini
dilakukan dalam dua tahap dengan dua kelompok bakteri yang berbeda. Pertama, zat organik
diubah menjadi asam organik dan alkohol yang mudah menguap. Kedua, melanjutkan
perombakan senyawa asam organik menjadi methane (Sianita, 2013).
Bakteri anaerob
Bahan Organik Asam organik + CO2+ H2O + Alkohol
Penghasil asam
Bakteri anaerob
Zat metana tidak dapat menarik oksigen. Agar proses pembusukan anaerob berfungsi
sangat memuaskan kadang-kadang ditambahkan nitrogen dan fosfor. Selama proses operasi,
udara tidak boleh masuk. Masuknya udara akan mempercepat produksi asam organik,
menambah karbondioksida tetapi mengurangi methane. Pengaturan keasaman sangat perlu
sebab zat methane sangat sensitif terhadap perubahan pH. Nilai pH diusahakan berkisar
antara 6 dan 8 agar perkembangan mikroorganisme sangat pesat. Namun pada kecepatan
produksi gas pengaruh variasi pH sangat nyata untuk lebih mengaktifkan kegiatan mikroba.
Temperatur sangat berpengaruh, kecepatan fermentasi meningkat bila temperatur mendekati
30 oC (Sianita, 2013).
Menurut Soeprijanto (2006), menyatakan bahwa Pada umunya proses penguraian bahan
organik menjadi bahan yang sederhana (gas metan dan karbondiakosida) dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu:
1. Proses hidrolisis
Mikroorganisme hidrolitik menguraikan senyawa-senyawa organic kompleks
menjadi molekul-molekul sederhana menggunakan air untuk memisahkan ikatan-
ikatan kimia diantara bahan-bahan. Hasil dari reaksi hidrolitik adalah molekul-
molekul sederhana dengan rantai pendek termasuk glukosa, asam amino, asam
organic, etanol, karbondioksida dan energi bagi bakteri yang melakukan fermentasi.
Pada tahap ini pH optimum adalah 6-7.
2. Proses acidogenesis
Proses dekomposisi bahan kimia seperti karbohidrat oleh enzim, bakteri, yeast,
atau mold dalam kondisi tidak ada oksigen.Hasil yang diperoleh dari proses hidrolisis
yang mudah larut ini kemudian dimetabolisme oleh aktivitas bakteri hydrolytic dan
nonhydrolytic. Hasil utama yang diperoleh dari proses ini dalam kultur campuran
adalah asetat, propionate, butirat, hydrogen dan CO2.
3. Proses acetogenesis
Pada tahap ini, produk fermentasi diubah menjadi senyawa asetat, asam-asam
lemak, CO2, dan hydrogen dari molekul-molekul sederhana yang tersedia oelh bakteri
acetogenic atau bakteri acetogen penghasil hydrogen. Namun, pertumbuhan jenis ini
akan terhambat jika terjadi akumulasi hydrogen.
4. Proses methanogenesis
Pada tahap ini terjadi pembentukan gas methane dari senyawa asetat, ataupun dari
hydrogen dan CO2 oleh bakteri methanogenic (methanogen). Dan salah satu fungsi
bakteri methanogen adalah mengurangi hydrogen seminimal mungkin di dalam
medium dengan menggunakan hydrogen untuk mereduksi CO 2 untuk mereduksi
produk akhir yang inert yaitu CH4. Proses methanogenesis terjadi optimum pada pH
sekitar netral yaitu 6,8 – 7,4 dan bila pH optimum turun menjadi 6,4 atau lebih
rendah, maka pembentukan gas methane dari hydrogen dan CO 2 akan
terhambat.Bakteri methanogenesis dapat terganggu oleh adanya akumulasi hydrogen.
Hydrogen merupakan hasil yang terbentuk oleh bakteri pembentuk hydrogen pada
tahap sebelumnya. Untuk mencegahnya bakteri methanogen menggunakan
menggunakan hydrogen untuk proses konversi Asam asetat ke bentuk methan.
Proses anaerob hanya terjadi dibawah kondisi anaerob yang strict (tidak ada oksigen
dan redox potensial sangat rendah). Proses memerlukan adaptasi biosolid yang spesifik dan
terutama kondisi-kondisi proses, yang berbeda besar dengan proses yang dibutuhkan untuk
pengolahan aerobic
pengendapan flok, material yang terdispersi, seperti sel bakteri dan flok kecil, menempel
pada permukaan flok.
Menurut Herlambang (1999), parameter yang umum digunakan dalam lumpur aktif
adalah sebagai berikut:
1) Mixed-liqour suspended solids (MLSS). Isi tangki aerasi dalam sistem lumpur aktif
disebut sebagai mixed liqour yang diterjemahkan sebagai lumpur campuran. MLSS
adalah jumlah total dari padatan tersuspensi yang berupa material organik dan mineral,
termasuk didalamnya adalah mikroorganisma. MLSS ditentukan dengan cara menyaring
lumpur campuran dengan kertas saring (filter), kemudian filter dikeringkan pada
temperatur 1050C, dan berat padatan dalam contoh ditimbang.
2) Mixed-liqour volatile suspended solids (MLVSS). Porsi material organik pada MLSS
diwakili oleh MLVSS, yang berisi material organik bukan mikroba, mikroba hidup dan
mati, dan hancuran sel. MLVSS diukur dengan memanaskan terus sampel filter yang
telah kering pada 600 - 6500C, dan nilainya mendekati 65-75% dari MLSS.
3) Food - to - microorganism ratio (F/M Ratio). Parameter ini merupakan indikasi beban
organik yang masuk kedalam sistem lumpur aktif dan diwakili nilainya dalam kilogram
BOD per kilogram MLSS per hari.
4) Hidraulic retention time (HRT). Waktu tinggal hidraulik (HRT) adalah waktu rata-rata
yang dibutuhkan oleh larutan influent masuk dalam tangki aerasi untuk proses lumpur
aktif; nilainya berbanding terbalik dengan laju pengenceran (D).
5) Umur lumpur (Sludge age). Umur lumpur adalah waktu tinggal rata-rata mikroorganisme
dalam sistem. Jika HRT memerlukan waktu dalam jam, maka waktu tinggal sel mikroba
dalam tangki aerasi dapat dalam hari lamanya. Parameter ini berbanding terbalik dengan
laju pertumbuhan mikroba
yang diperlukan agar buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia.
Dalam hal ini bahan buangan organik akan teroksidasi oleh oleh kalium bikromat atau
K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxydizing agent). Oksidasi terhadap bahan
buangan organik akan mengikuti reaksi berikut ini:
Reaksi tersebut perlu pemansan dan juga penaambahan katalisator perak sulfat
(Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik diperkirakan ada
insur klorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk
menghilangkan gangguan tersebut (Wardhana, 1995).
Klorida dapat mengganggu karena akan ikut teroksidasi oeh kalium bikromat sesuai dengan
reaksi berikut:
Pengukuran COD didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua bahan organik
dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan bantuan oksidator kuat (kalium
bikromat) dalam suasana asam. Dengan menggunakan kalium bikromat sebagai oksidator,
diperkirakan sekitar 95% - 100% bahan organik dapat dioksidasi (Effendi, 2003)
Uji COD biasanya menghasilkan nilau kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari pada
uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat
ikut teroksidasi dalam uji COD. Sebagai contoh, selulosa sering tidak terukur melalui uji
BOD karena sukar dioksidasi melalui reaksi bikimia, tetapi dapat terukur melalui uji COD
(Fardiaz,1992).
Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum reaksi
oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjaddi hijau.
Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik sama
dengan jumlah kalium bikromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti makin banyak
oksigen yang diperlukan ini berarti bahwa air lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan
buangan organik (Wardhana, 1995).
Analisa TSS
Analisa Total Suspended Solid ini bertujuan untuk mendapatkan hasil residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel 2 nanometer atau lebih
besar dari ukuran partikel koloidnya. Metode Analisa yang digunakan dalam contoh uji
sampel air limbah ini secara gravimetri. Pada prinsipnya analisa TSS ini yaitu contoh uji yang
telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang terlebih dahulu. Residu
yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103o C
sampai dengan 105o C. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS).
Untuk memperoleh estimasi TSS dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan
total (Abineri, 2015).
2016
BAB III
KESIMPULAN
1. Limbah cair organik dengan konsentrasi yang tinggi, dapat diolah secara biologi
menggunakan reaktor anaerobik tipe Fixed Bed atau reaktor anaerobik lekat diam.
2. Jenis teknologi ini tidak membutuhkan energi yang tinggi, rendah nutrien dan
produksi sludge rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Anna, Z. dan Malte, H. 1994. Effects of Ionic Strength on Bacterial Adhesion andStability of
Flocs in a Wastewater Activated Sludge System. America Societyfor Biology. United
State of America.