Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TEKNOLOGI

PENGOLAHAN LIMBAH

PERCOBAAN
ANAEROH

Hari : Sabtu
Kelompok :I
Praktikan : 1. Ni Wayan Aristya D (10411710000003)
2. Siti Nur Anisa (10411710000015)
3. Fikri Ramadhan (10411710000020)
4. Putri Selly Mudyawati (10411710000028)
Tanggal Percobaan : 18 April 2020
Tanggal Mengumpulkan :
Laporan
Asisten : Detva Firly Priadi

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA INDUSTRI


FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Perkembangan sektor perindustrian di indonesia memberikan dampak positif maupun
dampak negatif yang ditimbulkan yaitu limbah industri yang kandungan bahan organik
limbah cair cukup tinggi dapat merusak lingkungan. Dibutuhkan perlakuan khusus untuk
menurunkan bahan-bahan berbahaya tersebut sebelum dibuang ke badan air sehingga sesuai
dengan baku mutu limbah cair untuk kegiatan industri yang dikeluarkan oleh Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP- 51/MENKLH/10/1995 tanggal 23 Oktober
1995. Khususnya industri yang limbah cairnya mengandung bahan organik tinggi, diperlukan
suatu pengolahan yang tepat dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme.
Mikroorganisme ini dikondisikan secara terkontrol, sehingga aktivitasnya optimal untuk
mendegradasi bahan organik tersebut. Kondisi terkontrol yang dimaksud adalah kondisi
anaerob dimana mikroorganisme dapat hidup di lingkungan tanpa oksigen, mikroorganisme
yang memegang peranan penting yaitu bakteri Asetogenik dan Methanogenik. Bakteri
tersebut mengkonversi bahan organik primer atau sekunder menjadi gas. (Idriyati, 2005)
Proses pengolahan air limbah, khususnya yang mengandung pencemar senyawa
organik biodegradable yang tinggi, teknologi yang digunakan sebagian besar menggunakan
aktivitas mikroorganisme untuk menguraikan senyawa pencemar organik tersebut.. Proses
pengolahan air limbah secara biologis tersebut dapat dilakukan pada kondisi anaerobik dan
aerobik. proses biologis anaerobik digunakan untuk pengolahan air limbah dengan beban
BOD yang sangat tinggi. (Mufida, 2015)
Oleh karena itu, pada percobaan ini dilakukan proses pengolahan limbah secara
biologi dengan proses anaerob. Pada percobaan ini diharapakan dapat mengetahui proses
pengolahan limbah secara anaerob dan dapat mengetahui kualitas hasil olahan limbah cair
dengan metode anaerob.

I.2 Rumusan Masalah


Laporan Resmi Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah
3

Rumusan yang diambil dalam percobaan Pengolahan Limbah dengan Metode


Anaerob adalah :
1. Bagaimana cara untuk mempelajari removal bahan organic (glukosa) dengan
menggunakan lumpur aktif dari air sungai dalam keadaan anerobik.

I.3 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan Pengolahan Limbah dengan Metode Anaerobik ini adalah :
1. untuk mempelajari removal bahan organic (glukosa) dengan menggunakan lumpur
aktif dari air sungai dalam keadaan anerobik.

Laboratorium Teknologi Pengolahan


Limbah Departemen Teknik Kimia Industri
FV-ITS 2020
Laporan Resmi Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Pengertian limbah menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan.Limbah erat kaitannya dengan pencemaran, karena limbah inilah
yang menjadi substansi pencemaran lingkungan, karena itu, pengolahan limbah sangat
dibutuhkan agar tidak mencemari lingkungan. Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat
digolongkan menjadi empat bagian, yaitu: limbah cair, limbah padat, limbah gas/partikel, dan
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). (Putri Nilakandi, 2016)

II.1.1 Limbah Cair


Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan pencemar
yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari
sumber domestik (perkantoran, perumahan, dan perdagangan), sumber industri, dan pada saat
tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan, ataupun air hujan (Soeparman dan
Suparmin, 2002).
Menurut Chandra (2005), limbah cair merupakan salah satu jenis sampah. Adapun
sampah (waste) adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik yang
berasal dari rumah maupun sisa-sisa proses industri. Secara umum limbah cair dapat dibagi
menjadi :
1. Human excreta (feses dan urine)
2. Sewage (air limbah)
3. Industrial waste (bahan buangan dari sisa proses industri).
Menurut Soeparman dan Suparmin (2002), limbah cair bersumber dari aktivitas
manusia (human sources) dan aktivitas alam (natural sources). Beberapa aktivitas manusia
yang menghasilkan limbah cair diantaranya adalah aktivitas dalam bidang rumah tangga,
perkantoran, perdagangan, perindustrian, pertanian dan pelayanan jasa.
Menurut Chandra (2005), air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang benar
tentunya dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Dampak tersebut antara lain :
1. Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang
digunakan oleh manusia.
2. Mengganggu kehidupan dalam air, mematikan hewan dan tumbuhan air.

Laboratorium Teknologi Pengolahan


Limbah Departemen Teknik Kimia Industri
FV-ITS 2020
Laporan Resmi Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah
5

3. Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik dan zat anorganik).
4. Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga terjadi
penyumbatan yang dapat menyebabkan banjir.
Menurut Suharto (2011), pengelompokan limbah berdasarkan bentuk atau wujudnya
dapat dibagi menjadi empat diantaranya yaitu: limbah cair, limbah padat, limbah gas dan
limbah suara. Limbah cair diklasifikasikan dalam empat kelompok diantaranya yaitu:
1. Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan dari
perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan perkantoran. Contohnya yaitu: air
sabun, air detergen sisa cucian, dan air tinja.
2. Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan
industri. Contohnya yaitu: sisa pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil, air dari industri
pengolahan makanan, sisa cucian daging, buah, atau sayur.
3. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari
berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke
dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan. Air limbah dapat merembes ke dalam
saluran pembuangan melalui pipa yang pecah, rusak, atau bocor sedangkan luapan dapat
melalui bagian saluran yang membuka atau yang terhubung ke permukaan. Contohnya yaitu:
air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), bangunan perdagangan dan industri,
serta pertanian atau perkebunan.
4. Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas
permukaan tanah. Aliran air hujan di permukaan tanah dapat melewati dan membawa
partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat disebut limbah cair. Limbah cair
bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem prosesnya.
Selain itu, ada juga bahan baku mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air
harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika
dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia
tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan
buangan air.
II.1.2 Karakteristik Limbah
Menurut Soeprijanto (2006), menyatakan bahwa untuk mengetahui lebih luas tentang
air limbah, maka perlu kiranya diketahui juga secara detail mengenai karakterisitik

Laboratorium Teknologi Pengolahan


Limbah Departemen Teknik Kimia Industri
FV-ITS 2020
Laporan Resmi Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah
6

kandungan yang ada di dalam air limbah mempunyai sifat yang dapat dibedakan menjadi tiga
bagian besar diantaranya sifat fisik, sifat kimiawi dan sifat biologisnya.
Tabel II.1 Karakterisitk Air Limbah
Karakterisitik fisika Karakterisitik Kimia Karakterisitik Biologi
Bau Alkalinitas dan aciditas Protein
Rasa Ph Karbohidrat
Temperatur Nitrogen Lemak
Densitas Fosfat Surfactant
Warna Sulfur Volatil Organics ompounds
Kekeruhan (Turbidity) Oksigen
Padatan (Solids)

1. Karakterisitik Fisika
Krakterisitika fisika yang paling penting adalah kandungan padatan total yang
pada air limbah yang terdiri dari bahan yang dapat mengendap, mengapung, koloid dan
terlarut. Beberapa karakterisitika fisika limbah yaitu:
a. Bau
Bau dalam air limbah domestik biasanya disebabkan oleh gas-gas yang dihasilkan
dari dekomposisi organik atau bahan-bahan yang ditambahkan pada air limbah.
Karakterisitik bau air limbah septic biasanya berupa hidrogen sulfida yang dihasilkan
oleh mikroorganisme anaerobic yang mereduksi sulfat menjadi sulfida. Air limbah
industri bisa mengandung senyawa-senyawa yang berbau atau senyawa-senyawa yang
menghasilkan bau selama proses pengolahan berlangsung.
b. Temperatur
Temperatur air limbah biasanya lebih tinggi daripada air suplai karena
dipengaruhi oleh kegiatan industri. Temperatur air limbah akan mempengaruhi
kecerpatan reaksi, dan kehidupan air. Salah satu contohnya yaitu, air yang memiliki
suhu tinggi akan mempengaruhi kehidupan spesies ikna dalam air. Selain itu, oksigen
kurang dapt larut dalam air hangat daripada air dingin. Meningkatanya kecepatan
reaksis biokimia yang bersamaan dengan meningkatnya temperatur , dikombinasu
dengan berkurangnya dalam jumlah oksigen yang berada dalam air permukaan
sehingga dapat menyebabkan berkurangnya konsentrasi oksigne terlarut dalam musim
panas.
c. Densitas

Laboratorium Teknologi Pengolahan


Limbah Departemen Teknik Kimia Industri
FV-ITS 2020
Laporan Resmi Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah
7

Densitas adalah karakterisitik fisika air limbah yang penting karena daoat
menyebabaka arus densitas dalam tangki sedimentasi dan unit-unit pengolahan
lainnya. Densitas air limbah yang tidak mengandung kansungan tinggi memiliki
densitas yang sama dengan densitas air.
d. Warna
Warna dalam air limbah disebebkan oleh mineral-mineral terlarut, zat warna atau
asam-asam humik dari tanaman. Warna air disebabkan oleh bahan-bahan yang terlarut
atau koloid yang terikut dalam filtrat setelah melalui penyaringan 0,45 mm yang
dinamakan warna sebenarnya.
e. Kekeruhan (Turbidity)
Kekeruhan merupakan suatu pengukuran fisis transmisi sinar ke air dimana dapat
menunjukkan kualitas air yang berkaitan dengan residu dan koloid bahan suspensi.
Pengukuran kekeruhan didasarkan pada perbandingan intensitas sinar terbesar pada
sampel terhadap sinar yang disebarkan oleh suspensi sebagai reference dibawah
kondisi sama. Kekeruhan disebabkan oleh baha tersuspensi yang menyebar dan
menyerap cahaya.
f. Padatan (Solids)
Kandungan padatan dalam air limbah merupakan suatu parameter yang
siginifikan. Kandungan padatan total air/air limbah didefinisikan sebagai semua yang
tetap tinggal sebagai residu dalam proses penguapan pada suhu 103 sampai 105 oC.
2. Karakterisitik Kimia
Air limbah tentunya mengandung berbagai macam zat kimia. Bahan organik pada air
limbah dapat menghabiskan oksigen serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak
sedap pada penyediaan air bersih. Pengujian kimia yang utama adalah yang bersangkutan
dengan amonia bebas, nitrogen organik, nitrit, nitrat, fosfor organik dan fosfor anorganik.
3. Karakterisitik Kimia Organik (Biologi)
Pemeriksaan biologis di dalam air limbah untuk memisahkan apakah ada bakteri-bakteri
pathogen berada di dalam air limbah. Berbagai jenis bakteri yang terdapat di dalam air
limbah sangat berbahaya karena menyebabkan penyakit. Kebanyakan bakteri yang terdapat
dalam air limbah merupakan bantuan yang sangat penting bagi proses pembusukan bahan
organik.

Laboratorium Teknologi Pengolahan


Limbah Departemen Teknik Kimia Industri
FV-ITS 2020
Laporan Resmi Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah
8

II.1.3 Macam – Macam Pengolahan Limbah


Menurut Darsono (2007), berdasarkan sifat limbah cair, proses pengolahan limbah
cair dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
1) Proses fisika
Proses ini dilakukan secara mekanik tanpa penambahan bahan-bahan kimia. Proses ini
meliputi: penyaringan, pengendapan, dan pengapungan.
2) Proses kimia
Proses ini menggunakan bahan kimia untuk menghilangkan bahan pencemar.
3) Proses biologi
Menghilangkan polutan menggunakan kerja mikroorganisme.
Pada kenyataannya proses pengolahan ini tidak berjalan sendiri-sendiri, tapi sering
harus dilaksanakan dengan cara kombinasi (Darsono, 2007).
Menurut Darsono (2007), pengolahan limbah cair secara biologi pada dasarnya
menggunakan kerja mikroorganisme untuk menguraikan limbah menjadi bahan-bahan yang
sederhana. Pengolahan limbah cecara biologi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: anaerob dan
aerob.
1) Secara anaerob
Pengolahan limbah cair secara anaerob berarti yang bekerja atau yang hidup adalah
bakteri anaerob yang tidak memerlukan oksigen bebas. Bakteri ini dapat bekerja dengan
baik pada suhu yang semakin tinggi sampai 40 derajat celcius, pada pH sekitar 7. Bakteri
ini juga akan bekerja dengan baik pada keadaan yang gelap dan tertutup.

2) Secara aerob
Pengolahan limbah secara aerob berarti yang dipergunakan adalah bakteri aerob yang
memerlukan oksigen bebas. Bakteri ini akan bekerja dengan baik pada pH sekitar 7
dengan suhu yang semakin tinggi sampai pada 40 derajat celcius. Oleh karena itu dalam
pengolahan limbah secara aerob harus dimasukkan oksigen dari udara secara kontinyu..

II.1.4 Pengolahan Limbah Secara Anaerob


Pengolahan limbah cair secara biologi pada dasarnya menggunakan kerja
mikroorganisme untuk menguraikan limbah menjadi bahan-bahan yang sederhana. Salah satu

Laboratorium Teknologi Pengolahan


Limbah Departemen Teknik Kimia Industri
FV-ITS 2020
Laporan Resmi Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah
9

pengolahan limbah secara biologi yaitu dengan anaerob. Pengolahan limbah cair secara
anaerob berarti yang bekerja atau yang hidup adalah bakteri anaerob yang tidak memerlukan
oksigen bebas. Bakteri ini dapat bekerja dengan baik pada suhu yang semakin tinggi sampai
40 derajat celcius, pada pH sekitar 7. Bakteri ini juga akan bekerja dengan baik pada keadaan
yang gelap dan tertutup (Darsono, 2007).
Pada prinsipnya proses pengolahan secara anaerob adalah mengubah bahan organik dalam
limbah cair menjadi methane dan karbon monoksida tanpa adanya oksigen. Perubahan ini
dilakukan dalam dua tahap dengan dua kelompok bakteri yang berbeda. Pertama, zat organik
diubah menjadi asam organik dan alkohol yang mudah menguap. Kedua, melanjutkan
perombakan senyawa asam organik menjadi methane (Sianita, 2013).

Bakteri anaerob
Bahan Organik Asam organik + CO2+ H2O + Alkohol
Penghasil asam

Bakteri anaerob

Asam Lemak CHCO2NH3 + H2O+ energi


Pembentuk methane

Zat metana tidak dapat menarik oksigen. Agar proses pembusukan anaerob berfungsi
sangat memuaskan kadang-kadang ditambahkan nitrogen dan fosfor. Selama proses operasi,
udara tidak boleh masuk. Masuknya udara akan mempercepat produksi asam organik,
menambah karbondioksida tetapi mengurangi methane. Pengaturan keasaman sangat perlu
sebab zat methane sangat sensitif terhadap perubahan pH. Nilai pH diusahakan berkisar
antara 6 dan 8 agar perkembangan mikroorganisme sangat pesat. Namun pada kecepatan
produksi gas pengaruh variasi pH sangat nyata untuk lebih mengaktifkan kegiatan mikroba.
Temperatur sangat berpengaruh, kecepatan fermentasi meningkat bila temperatur mendekati
30 oC (Sianita, 2013).
Menurut Soeprijanto (2006), menyatakan bahwa Pada umunya proses penguraian bahan
organik menjadi bahan yang sederhana (gas metan dan karbondiakosida) dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu:
1. Proses hidrolisis
Mikroorganisme hidrolitik menguraikan senyawa-senyawa organic kompleks
menjadi molekul-molekul sederhana menggunakan air untuk memisahkan ikatan-
ikatan kimia diantara bahan-bahan. Hasil dari reaksi hidrolitik adalah molekul-
molekul sederhana dengan rantai pendek termasuk glukosa, asam amino, asam

Laboratorium Teknologi Pengolahan


Limbah Departemen Teknik Kimia Industri
FV-ITS 2020
Laporan Resmi Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah
10

organic, etanol, karbondioksida dan energi bagi bakteri yang melakukan fermentasi.
Pada tahap ini pH optimum adalah 6-7.
2. Proses acidogenesis
Proses dekomposisi bahan kimia seperti karbohidrat oleh enzim, bakteri, yeast,
atau mold dalam kondisi tidak ada oksigen.Hasil yang diperoleh dari proses hidrolisis
yang mudah larut ini kemudian dimetabolisme oleh aktivitas bakteri hydrolytic dan
nonhydrolytic. Hasil utama yang diperoleh dari proses ini dalam kultur campuran
adalah asetat, propionate, butirat, hydrogen dan CO2.
3. Proses acetogenesis
Pada tahap ini, produk fermentasi diubah menjadi senyawa asetat, asam-asam
lemak, CO2, dan hydrogen dari molekul-molekul sederhana yang tersedia oelh bakteri
acetogenic atau bakteri acetogen penghasil hydrogen. Namun, pertumbuhan jenis ini
akan terhambat jika terjadi akumulasi hydrogen.
4. Proses methanogenesis
Pada tahap ini terjadi pembentukan gas methane dari senyawa asetat, ataupun dari
hydrogen dan CO2 oleh bakteri methanogenic (methanogen). Dan salah satu fungsi
bakteri methanogen adalah mengurangi hydrogen seminimal mungkin di dalam
medium dengan menggunakan hydrogen untuk mereduksi CO 2 untuk mereduksi
produk akhir yang inert yaitu CH4. Proses methanogenesis terjadi optimum pada pH
sekitar netral yaitu 6,8 – 7,4 dan bila pH optimum turun menjadi 6,4 atau lebih
rendah, maka pembentukan gas methane dari hydrogen dan CO 2 akan
terhambat.Bakteri methanogenesis dapat terganggu oleh adanya akumulasi hydrogen.
Hydrogen merupakan hasil yang terbentuk oleh bakteri pembentuk hydrogen pada
tahap sebelumnya. Untuk mencegahnya bakteri methanogen menggunakan
menggunakan hydrogen untuk proses konversi Asam asetat ke bentuk methan.
Proses anaerob hanya terjadi dibawah kondisi anaerob yang strict (tidak ada oksigen
dan redox potensial sangat rendah). Proses memerlukan adaptasi biosolid yang spesifik dan
terutama kondisi-kondisi proses, yang berbeda besar dengan proses yang dibutuhkan untuk
pengolahan aerobic

II.1.5 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Anaerobik

Laboratorium Teknologi Pengolahan


Limbah Departemen Teknik Kimia Industri
FV-ITS 2020
Laporan Resmi Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah
11

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses anaerobik antara lain : waktu tinggal


hidraulik substrat didalam reaktor, laju pembebanan reaktor yang menyatakan jumlah
material organik dalam reaktor per unit volume reaktor per hari, pH adalah salah satu
parameter penting karena bakteri metan sangat sensitif terhadap perubahan pH harus selalu
dikondisikan pada rentang 6,5 – 7,5 akan tetapi proses masih dapat berjalan pada rentang pH
6,0 – 8,0 pH yang rendah dan berlebihnya produksi asam akan menjadi penghambat untuk
bakteri metanogenik, alkanitas pada proses anaerobic diperlukan untuk mempertahankan pH
agar tetap dalam rentang yang optimum sehingga bakteri metan dapat tumbuh dengan baik
dan dapat menghasilkan biogas, temperatur kondisi operasi, nutrisi adalah kebutuhan bakteri
anaerobik akan nutrien N dan P serta senyawa racun atau penghambat yang dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu penghambat fisik dan penghambat kimiawi seperti logam berat
(Indriyati, 2011).

II.1.6 Lumpur Aktif


Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi yang
pertama kali dilakukan di Ingris pada awal abad 19. Sejak itu proses ini diadopsi seluruh
dunia sebagai pengolah air limbah domestik sekunder secara biologi. Proses ini pada
dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik menjadi CO2
dan H2O, NH4. dan sel biomassa baru. Udara disalurkan melalui pompa blower (diffused)
atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki
penjernihan (Herlambang, 1999).
Anna dan Malte (1994) berpendapat keberhasilan pengolahan limbah secara biologi
dalam batas tertentu diatur oleh kemampuan bakteri untuk membentuk flok, dengan demikian
akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah. Lumpur aktif adalah ekosistem yang
komplek yang terdiri dari bakteri, protozoa, virus, dan organisme-organisme lain. Lumpur
aktif dicirikan oleh beberapa parameter, antara lain, Indeks Volume Lumpur (Sludge Volume
Index = SVI) dan Stirrd Sludge Volume Index (SSVI). Perbedaan antara dua indeks tersebut
tergantung dari bentuk flok, yang diwakili oleh faktor bentuk (Shape Factor = S)
(Herlambang, 1999).
Pada kesempatan lain Anna dan Malte (1997) menyatakan bahwa proses lumpur aktif
dalam pengolahan air limbah tergantung pada pembentukan flok lumpur aktif yang terbentuk
oleh mikroorganisme (terutama bakteri), partikel inorganik, dan polimer exoselular. Selama

Laboratorium Teknologi Pengolahan


Limbah Departemen Teknik Kimia Industri
FV-ITS 2020
Laporan Resmi Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah
12

pengendapan flok, material yang terdispersi, seperti sel bakteri dan flok kecil, menempel
pada permukaan flok.
Menurut Herlambang (1999), parameter yang umum digunakan dalam lumpur aktif
adalah sebagai berikut:
1) Mixed-liqour suspended solids (MLSS). Isi tangki aerasi dalam sistem lumpur aktif
disebut sebagai mixed liqour yang diterjemahkan sebagai lumpur campuran. MLSS
adalah jumlah total dari padatan tersuspensi yang berupa material organik dan mineral,
termasuk didalamnya adalah mikroorganisma. MLSS ditentukan dengan cara menyaring
lumpur campuran dengan kertas saring (filter), kemudian filter dikeringkan pada
temperatur 1050C, dan berat padatan dalam contoh ditimbang.
2) Mixed-liqour volatile suspended solids (MLVSS). Porsi material organik pada MLSS
diwakili oleh MLVSS, yang berisi material organik bukan mikroba, mikroba hidup dan
mati, dan hancuran sel. MLVSS diukur dengan memanaskan terus sampel filter yang
telah kering pada 600 - 6500C, dan nilainya mendekati 65-75% dari MLSS.
3) Food - to - microorganism ratio (F/M Ratio). Parameter ini merupakan indikasi beban
organik yang masuk kedalam sistem lumpur aktif dan diwakili nilainya dalam kilogram
BOD per kilogram MLSS per hari.
4) Hidraulic retention time (HRT). Waktu tinggal hidraulik (HRT) adalah waktu rata-rata
yang dibutuhkan oleh larutan influent masuk dalam tangki aerasi untuk proses lumpur
aktif; nilainya berbanding terbalik dengan laju pengenceran (D).
5) Umur lumpur (Sludge age). Umur lumpur adalah waktu tinggal rata-rata mikroorganisme
dalam sistem. Jika HRT memerlukan waktu dalam jam, maka waktu tinggal sel mikroba
dalam tangki aerasi dapat dalam hari lamanya. Parameter ini berbanding terbalik dengan
laju pertumbuhan mikroba

II.1.7 Metode Analisa


 Analisa COD
Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang
lebih cepat dibadingkan dengan uji BOD, yatu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan
oksidan yang disebut uji COD.Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen

Laboratorium Teknologi Pengolahan


Limbah Departemen Teknik Kimia Industri
FV-ITS 2020
Laporan Resmi Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah
13

yang diperlukan agar buangan yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia.
Dalam hal ini bahan buangan organik akan teroksidasi oleh oleh kalium bikromat atau
K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxydizing agent). Oksidasi terhadap bahan
buangan organik akan mengikuti reaksi berikut ini:

CaHbOc + Cr2O72-CO2 + H2O + Cr3+

Reaksi tersebut perlu pemansan dan juga penaambahan katalisator perak sulfat
(Ag2SO4) untuk mempercepat reaksi. Apabila dalam bahan buangan organik diperkirakan ada
insur klorida yang dapat mengganggu reaksi maka perlu ditambahkan merkuri sulfat untuk
menghilangkan gangguan tersebut (Wardhana, 1995).
Klorida dapat mengganggu karena akan ikut teroksidasi oeh kalium bikromat sesuai dengan
reaksi berikut:

6Cl- + Cr2O72+ + 14H+ 2Cl2 + 2Cr3+ + 7H2O

Pengukuran COD didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua bahan organik
dapat dioksidasi menjadi karbondioksida dan air dengan bantuan oksidator kuat (kalium
bikromat) dalam suasana asam. Dengan menggunakan kalium bikromat sebagai oksidator,
diperkirakan sekitar 95% - 100% bahan organik dapat dioksidasi (Effendi, 2003)
Uji COD biasanya menghasilkan nilau kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari pada
uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat
ikut teroksidasi dalam uji COD. Sebagai contoh, selulosa sering tidak terukur melalui uji
BOD karena sukar dioksidasi melalui reaksi bikimia, tetapi dapat terukur melalui uji COD
(Fardiaz,1992).
Warna larutan air lingkungan yang mengandung bahan buangan organik sebelum reaksi
oksidasi adalah kuning. Setelah reaksi oksidasi selesai maka akan berubah menjaddi hijau.
Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik sama
dengan jumlah kalium bikromat yang dipakai pada reaksi oksidasi, berarti makin banyak
oksigen yang diperlukan ini berarti bahwa air lingkungan makin banyak tercemar oleh bahan
buangan organik (Wardhana, 1995).
 Analisa TSS
Analisa Total Suspended Solid ini bertujuan untuk mendapatkan hasil residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel 2 nanometer atau lebih

Laboratorium Teknologi Pengolahan


Limbah Departemen Teknik Kimia Industri
FV-ITS 2020
Laporan Resmi Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah
14

besar dari ukuran partikel koloidnya. Metode Analisa yang digunakan dalam contoh uji
sampel air limbah ini secara gravimetri. Pada prinsipnya analisa TSS ini yaitu contoh uji yang
telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang terlebih dahulu. Residu
yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103o C
sampai dengan 105o C. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS).
Untuk memperoleh estimasi TSS dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan
total (Abineri, 2015).

II.2 Aplikasi Industri


Isolasi Bakteri Heterotrofik Anaerobik
Pada Pengolahan Air Limbah Industri Tekstil
Novarina Jrnaning Handayani*, Misbacbul Moenir, Nanifr Indali Setiaiiiagsib, Riznl
Awnludin Malik

Laboratorium Teknologi Pengolahan


Limbah Departemen Teknik Kimia Industri
FV-ITS 2020
Laporan Resmi Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah
15

2016

Industri tekstil di Indonesia banyak terdapat di beberapa daerah diantaranya terdapat


di daerah Bandung, industri yang menghasilkan devisa yang cukup tinggi bagi negara dan
dapat meningkatkan nilai GDP (Keane, 2008), selain itu banyaknya industri tekstil juga
berdampak pada tingginya penyerapan tenaga kerja lokal. Selain berdampak positif, industri
tekstil juga berdampak negatif yang berupa pembuangan air limbah yang apabila tidak
dikelola dengan baik dan benar berpotensi mencemari lingkungan. Saat ini pengolahan
air limbah industri tekstil banyak menggunakan sistem gabungan antara Fisika-Kimia
dan Biologi Lumpur Aktif.
Sampel sludge diambil dari reaktor anaerob IPAL dari industri tekstil terpilih
untuk selanjutnya dilakukan pengkayaan. Pengkayaan dilakukan dengan cara
menambahkan 1,6 ml asam sitrat sebagai perlakuan 1 dan 3,2 ml asam sitrat sebagai
perlakuan 2 pada 1 liter sludge anaerob yang diinkubasi selama 15 hari. Pengamatan
dilakukan pada hari ke 0, 4, 7, 11, dan 14.Setelah dilakukan pengkayaan bakteri pada
s/udge, maka selanjutnya dilakukan isolasi. Kemudian dilanjutkan dengan uji kemampuan
mendegradasi bahan cemaran dari air limbah industri tekstil yang mengandung amilum,
selulosa, minyak, dan pewarna indigo.
Setelah melalui tahapan isolasi dan uji kemampuan mendegradasi bahan cemaran dari
air limbah industri tekstil yang mengandung amilum, selulosa, minyak dan pewarna indigo,
maka didapatkan 29 (dua puluh sembilan) isolate bakteri. Dari 29 (dua puluh sembilan) isolat
tersebut di pilih 12 (dua belas) isolat bakteri berdasarkan 3 peringkat tertinggi dalam
kemampuan mendegradasi. Bakteri yang mampu mendegradasi amilum adalah BDLA 5,
BDLA 4, BDLA 6, mendegradasi selulosa adalah BDLC 2, BDLC 5, BDLC 1, mendegradasi
minyak adalah BDLP 3, BDLP 1, BDLP 2, dan mendegradasi warna indigo adalah BDLW 3,
BDLW 7, BDLW 2.

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan yang diambil dalam percobaan Pengolahan Limbah dengan Metode


Anaerob adalah :

Laboratorium Teknologi Pengolahan


Limbah Departemen Teknik Kimia Industri
FV-ITS 2020
Laporan Resmi Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah
16

1. Limbah cair organik dengan konsentrasi yang tinggi, dapat diolah secara biologi
menggunakan reaktor anaerobik tipe Fixed Bed atau reaktor anaerobik lekat diam.

2. Jenis teknologi ini tidak membutuhkan energi yang tinggi, rendah nutrien dan
produksi sludge rendah.

DAFTAR PUSTAKA
Anna, Z. dan Malte, H. 1994. Effects of Ionic Strength on Bacterial Adhesion andStability of
Flocs in a Wastewater Activated Sludge System. America Societyfor Biology. United
State of America.

Laboratorium Teknologi Pengolahan


Limbah Departemen Teknik Kimia Industri
FV-ITS 2020
Laporan Resmi Praktikum Teknologi Pengolahan Limbah
17

Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC
Darsono, V.(2007).Pengolahan Limbah Cair Tahu Secara Anaerob dan Aerob, Jurnal
Teknologi Industri. Vol IX No.1 Hlm. 9 – 20
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakartalogi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, BPPT.
Fardiaz, S., 1992, “Polusi Air dan Udara”, Yogyakarta: Kanisius, Hal 19-28.
Herlambang, A., and Wahjono, H. D., 1999, “Teknologi Pengolahan Limbah Tekstil dengan
Sistem Lumpur Aktif” Jakarta: Kelompok Tekno
Indriyati., 2005, PENGOLAHAN LIMBAH CAIR ORGANIK SECARA BIOLOGI
MENGGUNAKAN REAKTOR ANAEROBIK LEKAT DIAM, Jakarta.
Mufida, D.K. 2015. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan
Menggunakan Kombinasi Sistem Anaerobik-Aerobik pada Pabrik Tahu “Duta”
Malang.
Nilakandi, Putri. 2016. KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH HOTEL PESERTA PROPER
DAN NON PROPER DI KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI.
Suharto.Ign. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Air dan Udara. Yogyakarta: CV. Andi
Offset
Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta: UGC.
Wardhana, A.W., 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi II, hal. 35, Andi Offset,
Yogyakarta.

Laboratorium Teknologi Pengolahan


Limbah Departemen Teknik Kimia Industri
FV-ITS 2020

Anda mungkin juga menyukai