Anda di halaman 1dari 32

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/362429399

Bab-4 KOAGULASI

Book · August 2022

CITATIONS READS

0 1,370

3 authors, including:

Benny Syahputra Hermin Poedjiastoeti


Universitas Islam Sultan Agung Universitas Islam Sultan Agung
28 PUBLICATIONS   5 CITATIONS    16 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Benny Syahputra on 03 August 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BAB

IV KOAGULASI

4.1. Pendahuluan
Sumber air baku tidak semuanya mempunyai kualitas yang baik, bahkan
seringkali terdapat partikel-partikel di dalam air yang menyebabkan air menjadi
tidak jernih serta mengganggu bagi kesehatan jika dikonsumsi, beberapa
partikel akan sangat lama mengalami pengendapan, bahkan ada yang sampai
bertahun-tahun lamanya.

4.1.1. Deskripsi
Koagulasi merupakan upaya memperoleh air jernih dari sumber air baku
yang memiliki kekeruhan tertentu adalah dengan menggunakan bahan kimia
bersifat reagen yang mampu mengubah sifat larutan menjadi air yang tidak
mengandung unsur yang tidak dikehendaki antara lain solid tersuspensi, koloid
dan partikel halus lain yang terlarut dalam air seperti mineral dan ion elemen
kimia. Perancangan koagulasi menjadi sangat penting mengingat air baku
mempunyai ukuran partikel yang beragam, ukuran partikel tersebut
mempengaruhi lama tidaknya pengendapan. Sebelum perlakuan koagulasi,
pengendapan yang terjadi pada partikel akan sangat lama, sehingga perlu
adanya proses koagulasi untuk mempercepat pengendapan tersebut.

4.1.2. Relevansi
Dalam pengolahan air minum, koagulasi sangat diperlukan terutama
sumber air baku yang memiliki kekeruhan (turbiditas) tertentu, sehingga
nantinya air baku yang akan dikonsumsi menjadi aman. Materi yang diberikan
pada bab ini akan membantu mahasiswa didalam menentukan seberapa besar
dosis koagulan yang diperlukan dalam proses koagulasi, membantu
menentukan jenis-jenis impeller, menentukan dimensi bak koagulasi, serta hal-
hal lain yang berkaitan dengan koagulasi. Pada akhir bab ini, mahasiswa akan
menemukan contoh perhitungan rancangan koagulator yang dapat diterapkan
pada instalasi pengolahan air minum.

4.1.3. Tujuan Instruksional Khusus (Kompetensi Dasar)

Koagulasi 84
Dengan diberikannya teori tentang koagulasi diharapkan mahasiswa
mampu menjelaskan tentang koagulasi berikut perancangannya di dalam
bangunan pengolahan air minum.

4.2. Penyajian
Bab ini berisi teori dasar tentang koagulasi berikut perancangannya.
Penyajian bab ini dilakukan secara bertahap, dimulai dari pengertian koagulasi,
jenis koagulan, tipe bak koagulasi, simulasi koagulasi dengan jartest, serta
perancangan koagulasi dalam bangunan pengolahan air minum.

4.2.1. Uraian
A. Pengertian Koagulasi
Dalam pengolahan air baku khususnya pada air yang keruh diperlukan
penjernihan yang sesuai dengan selera bagi pengguna air olahan tersebut
menjadi air minum. Upaya memperoleh air jernih dari sumber air baku yang
memiliki kekeruhan tertentu adalah dengan menggunakan bahan kimia bersifat
reagen yang mampu mengubah sifat larutan menjadi air yang tidak
mengandung unsur yang tidak dikehendaki antara lain solid tersuspensi, koloid
dan partikel halus lain yang terlarut dalam air seperti mineral dan ion elemen
kimia. Koagulasi dan flokulasi adalah proses kimia yang lazim dilakukan pada
penjernihan air baik dalam skala kecil maupun besar.
Koagulasi dapat diartikan sebagai berikut :
a. Penambahan dan pengadukan cepat koagulan yang menghasilkan
destabilisasi koloid dan suspended solid (Reynolds, 1982),
b. Menghilangkan kestabilan koloid dengan prinsip netralisasi melalui
penambahan koagulan elektrolit (JICA, 1974),
c. Destabilisasi muatan koloid dan suspended solid termasuk bakteri
dan virus oleh koagulan (Kawamura, 1991).

Pengadukan cepat ini dilakukan dalam waktu yang singkat, biasanya


kurang dari 1 menit. Dalam waktu yang singkat setelah adanya penambahan
koagulan dan pengadukan cepat terjadi reaksi fisika-kimia yang menghasilkan
mikroflok dengan proses destabilisasi. Tujuan pengadukan cepat adalah untuk
mempercepat dan menyeragamkan penyebaran zat kimia/koagulan melalui air
yang diolah. (Kawamura, 1991), juga bertujuan memperbesar ukuran partikel
padat yang ada pada air baku sehingga mempercepat sedimentasi dan
mempermudah filtrasi, dengan memperbesar ukuran partikel, berarti

85 Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum


memperpendek settling time (waktu pengendapan) yang diperlukan untuk
pemisahan.
Batasan koagulasi dan flokulasi dapat diartikan sebagai penambahan
reagen kimia pembentuk jonjot (flok) dalam air baku guna memisahkan koloid
yang tidak mengendap dan koagulasi adalah dicampurkannya koagulan dengan
mengadukan secara cepat guna mendestabilkan koloid dan solid tersuspensi
yang halus, dan masa inti partikel kemudian membentuk jonjot mikro (micro
floc). Flokulasi adalah pengadukan perlahan terhadap larutan jonjot mikro yang
menghasilkan jonjot besar dan kemudian mengendap secara cepat (lihat Bab
tentang Flokulasi). Jonjot yang terjadi kemudian diendapkan dengan bak
pengendap yang disebut clarifier. Dari clarifier ini jonjot dipisahkan secara
penapisan, selanjutnya air disaring dengan saringan pasir cepat atau lambat.
Jenis koagulan umumnya dipergunakan garam besi (Fe) atau garam alumina
(Al) dalam senyawa kimia Fe(SO4) atau Al2(SO4)3, dan kadang-kadang
dipergunakan senyawa polielektrolit sebagai pembantu koagulan. Di pasar
bahan kimia di atas dikenal sebagai bahan penjernih dengan nama dagang
tawas.
Dalam penjernihan secara tradisional dipergunakan koagulan nabati,
yaitu dengan menggunakan bijih kelor yang hasilnya cukup baik, apabila
dipergunakan untuk penyimpanan air yang tidak terlalu lama (maksimum 5 hari)
lebih dari itu air akan terpengaruh oleh sifat larutan organik nabati dan berbau.
Air baku mempunyai ukuran partikel yang beragam, ukuran partikel
tersebut mempengaruhi lama tidaknya pengendapan. Sebelum perlakuan
koagulasi, pengendapan yang terjadi pada partikel akan sangat lama, sehingga
perlu adanya proses koagulasi untuk mempercepat pengendapan tersebut.

Koagulasi 86
Tabel 4.1. Berbagai Ukuran Partikel pada Air Baku
Kelompok Material Diameter Partikel Kecepatan
(mm) pengendapan
Kerikil 10 0,73 meter/detik
Pasir Kasar 1,0 0,23 meter/detik
0,5 193,84 meter/jam
Pasir halus 0,25 97,53 meter/jam
0,1 29,26 meter/jam
Silt 0,05 10,61 meter/jam
0,005 0,14 meter/jam
Fine clay 0,001 0,005 meter/jam
0,0001 0,0005 meter/jam
(Sumber : Mariappan, 2005

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan pengadukan yang


optimal adalah (Kawamura, 1991) :
a. Jenis koagulan yang akan dilarutkan
b. Jumlah dan karakteristik zat kimia sebagai koagulan
c. Kondisi setempat
d. Karakteristik air baku
e. Tipe chemical diffuser
f. Headloss yang tersedia untuk kecepatan pengadukan
g. Variasi aliran
h. Jenis dampak proses
i. Harga

B. Koagulan
Sebagaimana telah dijelaskan di atas aluminium sulfat atau tawas adalah
koagulan yang paling banyak diperlukan, yaitu dengan alasan harganya yang
murah. Akan tetapi besi sulfat memiliki sifat penggunaan lebih menguntungkan
dibanding tawas, karena efektifnya dalam kisaran (range) pH yang besar.
Pada proses pelunakan air sadah, soda kapur juga bersifat sebagai
koagulan karena terjadinya jonjot berat atau presipitat yang bersifat koagulasi
dan flokulasi menghasilkan kalsium karbonat dan magnesium hidroksid.
Pada proses koagulasi kadang-kadang diperlukan koagulasi pembantu
yang dapat diperoleh dari daur ulang flok atau dengan menambahkan senyawa
polielektrolit guna menghasilkan pengendapan cepat.
87 Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum
Faktor berpengaruh yang diperhatikan dalam koagulasi dan flokulasi,
yakni kekeruhan suspended solid, pH, suhu, komposisi kationik, anionik dan
konsentrasi, lama adukan selama koagulasi dan flokulasi termasuk dosis
koagulasi, sifat koagulasi dan koagulasi pembantu.
Selanjutnya untuk menentukan ketepatan dosis dan koagulasi, perlu
dilakukan analisis jar test yang dikerjakan di laboratorium.
Dalam analisis lab ini perlu dilakukan pilot plant, guna memahami lebih
jauh tentang proses kimia terhadap rencana pengolahan air dengan koagulasi.
Jenis koagulan yang sering digunakan dalam pengolahan air minum adalah :
a. Alumunium Sulfat (Alum)
b. Ferrous Sulfate (FeSO4)
c. Ferric Sulfate dan Ferric Chloride
d. Sodium Aluminate

1. Alumunium Sulfat (Alum)


Aluminium sulfate [Al2 (SO4)3] di pasaran tersedia dalam bentuk padat
maupun cair. Penggunaan alum bentuk cair biasanya terbatas pada unit
pengolah limbah yang lokasinya relatif dekat dengan produsen alum.
Alum bentuk padat untuk dapat digunakan sebagai koagulan harus
berbentuk powder atau granular dan dicampur dengan air (dilarutkan) dahulu
sebelum ditambahkan kedalam air baku. Dalam pembuatan larutan alum untuk
pengolah minum sebaiknya digunakan air panas, untuk mempercepat pelarutan
alum.
Alum dalam suasana air netral akan membentuk flok yang mempunyai
susunan kimia : 5 Al2 O3 .3 SO3 , sedangkan alum dalam suasana air basa akan
membentuk flok yang mempunyai susunan kimia : Al (OH)3 . Alum dapat
digunakan sebagai koagulan tunggal maupun digunakan bersama bahan lain,
misalnya sodium-aluminate Na Al O2.
Alum dalam suasana air netral akan membentuk flok yang mempunyai
susunan kimia : 5 Al2 O3 . 3SO3

5 Al2 (SO4)3 + 12 H2O  5 Al2 O3 . 3 SO3 + 12 H2SO4


( larut ) ( tidak larut ) ( larut )

Alum dalam suasana air basa akan membentuk flok yang mempunyai
susunan kimia : Al (OH)3

Koagulasi 88
Al2 (SO4)3 + 3 Ca (HCO3)2  2 Al (OH)3 + 3 CaSO4 + 6 CO2
( larut ) ( larut ) ( tidak larut ) ( larut ) ( larut )
Al2(SO4)3 + 3 Mg (HCO3)2  2 Al (OH)3 + 3 MgSO4 + 6 CO2
( larut ) ( larut ) ( tidak larut ) ( larut ) ( larut )

2. Ferrous Sulfate (FeSO4)


Ferrous Sulfate mempunyai rumus kimia Fe So4 . 7 H2O dikenal dengan
nama copperas. Seperti aluminium sulfate, ferrous sulfate bereaksi dengan air
basa membentuk flok :
Fe SO4 + Ca ( HCO3 )2  Ca SO4 + Fe ( HCO3 )2
( larut ) ( larut ) ( larut ) ( larut )
Fe ( HCO3 )2  Fe ( OH )2 + 2 CO2
( larut ) (larut sebagian) ( larut )
4 Fe ( OH )2 + O2 + 2 H2O  4 Fe ( OH )3
( larut sebagian ) ( larut ) ( tidak larut )

3. Ferric Sulfate dan Ferric Chloride


Ferric Chloride dapat digunakan untuk flokulasi air dengan suasana
asam (pH. 5,0). Ferric Sulfate dapat dipakai untuk koagulasi air. Sistem
campuran koagulan ini dibuat dari chlorine dan fero sulfate dengan
perbandingan 1 : 8. Koagulasi dengan koagulan ini dapat dikenakan pada air
dengan pH rendah (asam ), yaitu air dengan pH. 3,8 sampai 4,7.
6 FeSo4 + 3 Cl2  2 Fe2 ( SO4 )3 + 2 FeCl3

Ferric sulfate dan Ferric Chloride merupakan campuran yang sama-sama


mempunyai sifat dapat membentuk flok.

Fe2 ( SO4 )3 + 3 Ca ( HCO3 )2  2 Fe ( OH )3 + 3 Ca SO4 + 6 CO2


2 Fe Cl3 + 3 Ca ( HCO3 )2  2 Fe ( OH )3 + 3 Ca Cl2 + 6 CO2

4. Sodium Aluminate
Sodium aluminate tersedia di pasaran dalam bentuk cair maupun padat
(powder). Sodium bentuk cair aluminate biasanya berupa larutan dalam air

89 Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum


dengan berbagai konsentrasi. Sodium aluminate bentuk padat biasanya
terdapat impurities berupa sodium carbonate dan caustic soda (sodium
hydroxide ).
Sodium aluminate berfungsi sebagai koagulan digunakan bersama
aluminium sulfate. Flok yang dihasilkan sama dengan flok hasil koagulasi oleh
aluminium sulfate sendiri. Yang berbeda adalah bahwa aluminium sulfate
adalah koagulan asam, sedangkan sodium aluminate merupakan koagulan
basa.
6 Na AlO2 + Al2 ( SO4 )3 . 18 H2O  8 Al ( OH )3 + 3 Na2 SO4 + 2O
( larut ) ( larut ) ( tidak larut ) ( larut )

2 Na AlO2 + CO2 + 3 H2O  Na2 CO3 + 2 Al ( OH )3


( larut ) ( larut ) ( larut ) ( tidak larut )

Tabel 4.2. Dosis Koagulan

Koagulan pH Optimum Dosis mg/l


Aluminium sulfat 5,5 – 8,0 5,15 – 8,5
Natrium aluminat - 3,4 – 24
Ferri sulfat 5,5 – 11 8,5 – 51
Ferri klorida 5,5 – 11 8,5 – 51
Ferro sulfat 8,5 – 11 5,1 - 51
Sumber : Tjokrokusumo, 1995

C. Koagulan Pembantu
Agar terjadi koagulasi optimum dengan pengendapan jonjot yang lebih
cepat, diperlukan koagulasi pembantu (coagulant aid). Kapur tohor termasuk
dalam koagulasi pembantu sebagaimana dapat dilihat pada reaksi koagulasi di
atas. Demikian pula soda abu termasuk dalam koagulasi pembantu,
kesemuanya ini dikarenakan dalam koagulasi diperlukan suasana alkalis atau
basis.
Senyawa polyelektrolit yang memiliki muatan ion negatif atau positif,
dapat merubah kestabilan koloid sehingga mempercepat terjadi endapan flok
merupakan pembantu koagulan yang baik.
Polyelektrolit dapat jenis alami atau nabati seperti aci (kanji) atau gom
polishacarida, disamping itu juga terdapat jenis-jenis kimia organik sintetik.

Koagulasi 90
Silikat aktif adalah jenis pembantu koagulan kimia anorganik. Dosis
pembantu koagulasi ini berkisar antara 0,3 mg/l.

D. Pembubuhan Koagulan
Koagulan dapat dibubuhkan baik dalam keadaan Kristal maupun larutan
sesuai dengan dosis hasil analisis jar test.
Pembubuhan dalam bentuk kristal relatif lebih mudah akan tetapi pada
jenis-jenis kimia yang higroskopis masih dianjurkan dalam bentuk larutan. Hal
ini dipilih berdasarkan pendapat tentang agar terjaganya kadar koagulan sesuai
yang direncanakan, sehingga bisa diperoleh koagulasi yang optimal dengan
endapan yang terbesar hasil penurunan koloid.
Akan tetapi dengan sistem larutan harus disiapkan dua bak larutan yaitu
yang pertama untuk pelarutan sedang yang kedua guna mempersiapkan bahan
koagulasi dengan konsentrasi yang tetap dan penyalur melalui kran penyalur
yang terukur baik sehingga dapat bereaksi secara sempurna dengan air yang
dikoagulasi. Kapur biasanya dibubuhkan dalam bentuk kristal sedang efektifitas
pencampuran dilakukan atas dasar keahlian atau dipasang satu alat yang
diRancangan untuk maksud tersebut. Dalam upaya menghasilkan gaya kapur
menghasilkan Ca(OH)2 kadang-kadang diperlukan proses pemanasan guna
menghasilkan kemurnian CaO yang bereaksi.

E. Tipe bak koagulasi


a. Pengaduk mekanis, didalam mencampur koagulan dengan air, alat ini
menggunakan padel yang digerakkan oleh motor penggerak
b. Deflektor plate mixer, alat ini bekerja dengan memanfaatkan pancaran
air yang keluar dari deflektor. Air yang masuk melalui inlet, kemudian
dipancarkan oleh deflektor dimana didekat deflektor dibubukan
koagulan dengan demikian pencampuran dapat berlangsung.

Parameter Rancangan untuk pengadukan cepat adalah waktu


pengadukan (t) dan gradien kecepatan (G). Untuk mendapatkan flok yang baik
dilakukan pengadukan yang bertahap dan gradien kecepatannya makin lama
makin menurun. Nilai G dirumuskan sebagai berikut :
0.5
 P 
G    (4-1)
  .V 

91 Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum


Untuk pengadukan cepat dengan static mixer besarnya P dapat diperoleh
melalui persamaan (Kawamura, 1991) :
P  Qwh (4-2)
 0,009(N  1)Q 2 S  0,1  (4-3)
h 
 
N
 D4 
dimana :
P = energi pengadukan, (Watt = N.m/s)
 = viskositas absolut air (N.s/m ) = 1,336.10 N.s/m pada 10° C
2 -3 2

3
V = volume zona pengadukan (m )
3
Q = debit aliran (m /s)
3
w = berat air = 1000,15615 kg/m
h = tekanan jatuh (m)
S = specific gravity = 1,00
N = jumlah elemen pengadukan
Kestabilan koloid dalam larutan tergantung dari keseimbangan gaya tarik
menarik dan tolek menolak muatan ion. Gaya tarik menarik disebabkan oleh
gaya Van der Waals, sedang gaya tolak menolak disebabkan oleh gaya
elektrostatik dari dispersi koloidal. Kekuatan dari gaya diukur dengan zeta
potensial (Z).

Gambar 4.1. Perubahan Sifat Koloid dari Stabil Menjadi Tidak Stabil

4qd
Z (4-4)
D
dimana :
Z = zeta potensial
q = muatan listrik per satuan luas

Koagulasi 92
d = tebal lapisan sekeliling gesekan pada saat muatan bekerja
D = konstanta dielektrik

Tekanan / potensial ini mengukur muatan partikel koloid tanpa


menghiraukan jarak dimana muatan terjadi. Semakin besar zeta potensial akan
semakin besar tolak menolak antara koloid dan karenanya semakin stabil
suspensi koloid, demikian pula masuknya ikatan air semakin menstabilkan
koloid. Koloid hidrofilik memiliki permukaan lapisan dibagian luar batas lapisan
ikatan air, sedang koloid hidrofobik berada didekat batas bagian luar lapisan
tetap.
Penambahan dan pengadukan cepat koagulan akan menyebabkan
destabilisasi koloid dan partikel halus yang tersuspensi. Stabilitas koloid
tergantung pada gaya tarik menarik (gaya Van der Waals) dan gaya tolak
menolak karena elektrostatik. Pada air tanah dan air permukaan, umumnya
koloid bermuatan negatif. Destabilisasi koloid hidrobofik pada koagulasi terjadi :
1. Penurunan zeta potensial dengan adsorpsi dan netralisasi muatan
(koagulasi electro kinetic), yaitu penambahan hydrolyzing ion yang
bermuatan berlawanan (Al3+, Fe3+ atau polimer organik). Zeta
potensial adalah potensial permukaan partikel yang terukur.
2. Adsorpsi dan pembentukan jembatan antar partikel
3. Presipitasi dari koagulan akan menyapu koloid `

93 Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum


Gambar 4.2. Diagram Koagulasi Alum dan Hubungannya dengan Zeta
Potensial
(Sumber : AWWA, 1990)

F. Destabilisasi / Koagulasi
Dalam proses koagulasi selain terjadi reaksi kimia yang sangat kompleks
juga terjadi koagulasi elektrokinetik, perikinetik dan ortho kinetik.
Latar belakang koagulasi adalah terjadinya reduksi zeta potensial, berubahnya
gaya tarik menarik Van der waals yang mengakibtkan tidak adanya
keseimbangan antara gaya tolak menolak akibat elektro-statik zeta potensial
dan gaya tarik menarik Van der Waals.
Langkah-langkah proses kimia koagulasi dilakukan sebagai berikut:
Pembubuhan koagulan – terjadi disosiasi – hidrolisis ion metal – terjadi muatan
positif ion kompleks hydrosol dan – metalik.

Koagulasi 94
Koagulan yang biasa digunakan adalah garam alumina atau nama
dagang tawas, Al2(SO4)2, atau garam besi, Fe2 (SO4)3.
Hidroso-metalik yang terbentuk spesies bentuk kompleks dengan
+2
senyawa Meq(OH)P . Sedang pada garam alumina, beberapa polimer
-3 -4 -4 -5
berbentuk seperti Al6(OH)15 , Al7(OH)17 , Al8(OH)20 , dan Al15(OH)34 , pada
-4 -5
garam besi polimer yang terbentuk diantaranya Fe2(OH)2 , Fe2(OH)4 .
Kompleks hidroso metalik adalah polyvalen, bermuatan positif yang
tinggi, dan kemudian diadsorbsi pada permukaan lokolid bermuatan negatif,
mereduksi zeta potensial pada saat koloid dalam keadaan destabilisasi.
Partikel yang didestabilkan dengan kompleks hidroso metalik yang
diserap menggumpal disebabkan oleh gaya tarik menarik gaya Van der Waals.
Gaya ini dibantu oleh pengadukan air yang perlahan. Pada proses
penggumpalan sifat pengadukan sangat penting karena akan menyebabkan
partikel destabilisasi pecah dan menyatu.
Penggumpalan dari partikel destabilisasi timbul dikarenakan oleh adanya
jembatan interpartikulat yang menyebabkan interaksi kimia antara gugus reaksi
pada partikel destabilisasi. Pengadukan disini penting karena terjadinya
kontraksi interpartikulat.
Dosis koagulan sengaja dibuat berlebihan dimaksudkan untuk menghasilkan
kompleks hydroso-metalik positif yang diperlukan.
Ekses dari kompleks ini akan menyebabkan polimerisasi berlanjut sampai
terbentuk metalikhidroksid yang tidak larut Al(OH)3 atau Fe(OH)3 dan larutan
menjadi super pekat oleh hydroksida.
Pada pembentukan metalik hidroksid terjadi ikatan (enmesh) koloid
negatif dengan endapan yang dikenal dengan presipitat atau “sweep
coagulation” (koagulasi silang). Pendapat semula bahwa reduksi zeta potensial
terjadi akibat reduksi ion metal dari garam koagulan, sekarang tercermati
bahwa kejadian dasarnya adalah akibat adsorbs muatan positif kompleks
hidroso-metalik yang diperbesar. Species dari kompleks ion polyvalen metalik
lebih efektif pada koagulasi dispersi koloidal daripada kompleks monovalen,
sehingga garam metalik polyvalen selalu digunakan dalam koagulasi.
Pada suspensi koloidal yang encer kecepetan koagulasi sangat rendah
disebabkan oleh kecilnya konsentrasi partikulat yang menyebabkan
ketidakmampuan kontak sejumlah interpartikulat.
Cara mengatasinya yaitu dengan melakukan arus balik endapan dalam
upaya mengkondisikan sifat-sifat koagulasi seperti dijelaskan di atas.
Penambahan koagulan berlebihan bahkan akan menstabilkan koloid.

95 Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum


Koagulasi koloid oleh polimer organik terjadi akibat interaksi kimia yang
dikenal dengan bridging. Polimer memiliki gugus yang bisa terionisasi seperti
karboksil, amino dan sulfonik, dan gugus ini mengikat bagian atau gugus reaktif
pada permukaan koloid.
Dalam koagulasi ada sebutan :
a. Koagulasi electro kinetic, yaitu koagulasi hasil reduksi zeta potensial;
b. Koagulasi peri kinetic, yaitu koagulasi yang dihasilkan oleh kontak
interpartikel dari gerakan Brown;
c. Koagulasi orthokinetic, yaitu koagulasi yang dihasilkan oleh kontak
interpartikel dari gerakan fluida akibat adukan.

Dengan demikian menurut para ahli, koagulasi yang sempurna sangat


penting, karena perlu diciptakan jonjot yang besar dan cepat mengendap agar
segera dapat dipisahkan dari air. Penguasaan terhadap teori koagulasi menjadi
sangat penting untuk spesialisasi teknik lingkungan khusus pada penanganan
air.

G. Jar Test
Analisis tentang optimasi penggunaan koagulan sebagai destabilator
koloid dilakukan dengan percobaan jar test.
Hasil analisis laboratorium ini sangat membantu operasi koagulasi
termasuk proses kimia yang terjadi dalam koagulasi.
Dalam analisis ini tidak hanya akan dipantau tentang besar dan kecilnya
putaran, dosis koagulan, waktu pengendapan, kekeruhan, besar dan kecilnya
flok saat pengadukan cepat dan perlahan akan tetapi juga pH air permukaan
setelah koagulasi. Selanjutnya dari jar test ini akan ditetapkan apa yang disebut
gradien kecepatan G, dan waktu kontak. G = m/det/m.det = tidak berdimensi,
parameter yang diperlukan pada disain pengadukan cepat dan flokulasi.
Penggunaan koagulan optimum dapat dilakukan dengan metode
pengujian koagulasi flokulasi dengan cara jar test , termasuk prosedur umum
untuk mengevaluasi pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-bahan
terlarut, koloid, dan yang tidak dapat mengendap dalam air dengan
menggunakan bahan kimia dalam proses koagulasi-flokulasi, yang dilanjutkan
dengan pengendapan secara gravitasi.
Uji koagulasi-flokulasi dengan Jar Test ini dilaksanakan untuk
menentukan dosis bahan-bahan kimia, dan persyaratan yang digunakan untuk

Koagulasi 96
memperoleh hasil yang optimum. Variabel-variabel utama yang dikaji sesuai
dengan yang disarankan, termasuk:
a. Bahan kimia pembantu
b. pH
c. Temperatur
d. Persyaratan tambahan dan kondisi campuran.

Metode uji ini digunakan untuk mengevaluasi berbagai jenis koagulan


dan koagulan pembantu pada proses pengolahan air bersih dan air Iimbah.
Pengaruh konsentrasi koagulan dan koagulan pembantu dapat juga dievaluasi
dengan metode ini.
Peralatan yang diperlukan terdiri dari: Pengaduk, Gelas Kimia, Rak
Pereaksi. Bahan kimia dan bahan pembantu, digunakan untuk larutan dan
suspensi pengujian, kecuali koagulan pernbantu dapat dipersiapkan setiap
akan digunakan dengan membuat larutan sampai mencapai konsentrasi 10
gr/L. Koagulan pembantu, dalam perdagangan tersedia berbagai macam
koagulan pembantu atau polielektrolit.
Prosedur pengujian:
a. Masukkan volume contoh uji yang sama (1000 mL) kedalam masing-
masing gelas kimia. Tempatkan gelas hingga baling-baling pengaduk
berada 6,4 mm dari dinding gelas. Catat temperatur contoh uji pada
saat pengujian dimulai.
b. Letakkan bahan (kimia) uji pada pereaksi.
c. Operasikan pengaduk muIti posisi pada pengadukan cepat dengan
kecepatan kira-kira 120 rpm. Tambahkan larutan atau suspensi pada
setiap penentuan dosis yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Kurangi kecepatan sampai pada kecepatan minimal, untuk menjaga
keseragaman partikel flok yang terlarut melalui pengadukan lambat
selama 20 menit.
e. Setelah pengadukan lambat selesai, angkat baling-baling dan lihat
pengendapan partikel flok.
f. Setelah 15 menit pengendapan, catat bentuk flok pada dasar gelas
dan catat temperatur contoh uji, Dengan menggunakan pipet atau
siphon, keluarkan sejumlah cairan supernatan yang sesuai sebagai
contoh uji untuk penentuan warna, kekeruhan, pH dan analisis
lainnya.

97 Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum


g. Ulangi langkah (a) sampai (f) di atas sampai semua variabel penentu
terevaluasi. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti prosedur
berpasangan 3 dan 3 jar dianjurkan

Gambar 4.3. Jar Test

H. Pengadukan Cepat dan Flokulasi


Agar terjadi dispersi atau pencampuran yang sempurna dalam proses
koagulasi, pengadukan cepat dan intensif sangat diperlukan. Kontak antara
koagulan dengan koloid secara intensif adalah tujuan utama pada operasi
pengadukan, sehingga dengan demikian pada saat air meninggalkan bak
pengadukan cepat, sudah terjadi mikroflok atau jonjot mikro semaksimal
mungkin. Jonjot mikro kemudian mulai aglomerisasi (membentuk masa besar)
menjadi partikel lebih besar di bak flokulasi. Hasil proses penjonjotan
tergantung pada waktu dan tingkat pengadukan yang dilakukan, yang
mempengaruhi hasil kepekaan, besar jonjot dan kecepatan mengendap.
Flokulasi dilakukan dengan berbagai cara, yaitu (1) pengadukan mekanik, (2)
pengadukan pneumatic, dan (3) bak baffle.

Koagulasi 98
(a) (b) (c)

Gambar 4.4. Tipe Flokulasi (a) Pengadukan Mekanik, (b) Pneumatic, dan (c) Baffle

Pengadukan ini memerlukan parameter yang berlaku pada satuan


operasi, yaitu besar gaya yang mempengaruhi air yang diukur dengan gradien
kecepatan.
Gradien kecepatan diukur dengan contoh sebagai berikut:
Dua partikel berada dalam jarak 0,05 ft dengan masing-masing memiliki
kecepatan saling berlawanan dengan jarak 2 fps (feet per second), besar
gradien kecepatan adalah 2 dibagi 0,05 atau 40 fps/ft.
Persamaan kecepatan gradient untuk mekanikal dan pneumatic adalah :
0.5 0.5
 P  W 
G       (4-5)
 .V   
G = Kecepatan gradien fps/ft atau det-1
W = gaya yang dikenakan pada air per satuan volume bak, ft-lb/det-ft3
P = gaya yang dikenakan pada air ft-lb/det
V = volume bak ft3
µ = viskositas absolut air, lb-force-det/ft2 (pada 50oF, µ = 2.73 X 10-5 lb.det/ft2)

sedangkan persamaan gradien kecepatan untuk bak baffle adalah :


hL
G (4-6)
T
dimana :
 = berat jenis air, 62,4 lb/ft3
hL = headloss karena gesekan, turbulensi dan sebagainya.
T = waktu detensi
Optimum GT ditentukan guna mengetahui jumlah partikel yang terurai
99 Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum
I. Jenis-jenis Impeller
Jenis-jenis impeller dari pengaduk mekanik yang biasa digunakan pada
pengolahan air minum adalah turbine impeller, paddle impeller, dan propeller
impeller

Gambar 4.5. Jenis-jenis Pengadukan (mixing)

a. Turbine Impeller
1. Turbine impeller memiliki sekitar 4 -6 blade
2. Bak pencampur biasanya benbentuk sirkuler atau persegi
3. Kedalaman cairan adalah 1 – 1,25 kali diameter atau lebar bak
4. Diameter impeller biasanya 30 – 50 % diameter atau lebar bak
5. Impeller biasanya dinaikkan dengan jarak 1 kali diameter impeller
dari dasar bak
6. Kisaran kecepatan impeller adalah 10 – 150 rpm
7. Baffle kecil dilebarkan kesamping 10 % dari diameter atau lebar
bak

Koagulasi 100
Stator
Rotor

Tampak atas
Dt

Straight Vaned Vaned Curved Shrounded


Blade Disc Disc Blade Blade with
Stator
Tampak Samping

Gambar 4.6. Tipe-tipe Impeller dari Jenis Turbine

b. Paddle Impeller
1. Paddle impeller biasanya memiliki 2 – 6 blade
2. Diameter paddle biasanya 50 – 80 % dari diameter atau lebar
bak
3. Lebar paddle biasanya 1  1 dari diameter paddle
6 10
4. Diletakkan pada jarak 1 - ½ kali diameter paddle dari bawah
permukaan bak
5. Kecepatan paddle berkisar antara 20 – 150 rpm

Wt

½Dt

Dt
2 blade 6 blade

Gambar 4.7. Tipe-tipe Impeller dari Jenis Paddle

101 Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum


c. Propeller Impeller
1. Propeller impeller memiliki sekitar 2 -3 blade
2. Maksimum diameter impeller adalah ± 18 inchi
3. Kecepatan impeller antara 400 – 1750 rpm

Standard 3 balde Weedless Guarded

Gambar 4.8. Tipe-tipe Impeller dari Jenis Propeller

Gradien kecepatan pada pengadukan cepat dan hubungannya dengan waktu


detensi dapat dibaca pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Waktu detensi dan Gradien kecepatan pada Pengadukan Cepat

Waktu detensi (det) G (fps/ft) atau det-1


20 1000

30 900

40 790

> 50 700

Sumber : Reynolds, 1982

Waktu detensi biasanya dipergunakan antara 20-60 detik, namun ada


pula yang menggunakan waktu 10 detik atau 2 – 5 menit. Kedalam bak persegi
biasanya 1 – 1,25 kali lebar bak atau diameter bak sirkuler.

Koagulasi 102
Pengadukan secara putar dibedakan antara turbin, dan pengaduk pedal
sebagaimana terlihat pada gambar di atas.
Diameter pengaduk biasanya berkisar antara 30 – 50% diameter tanki
atau lebar bak, sedang kedudukan pengaduk, yakni setinggi diameter
pengaduk (impeller).
Kecepatan putar yaitu antara 10 – 150 rpm dan aliran akan mengalir
secara radial dan keluar seperti Nampak pada gambar di atas.Baffle kecil yang
terpasang setinggi 0,1 kali lebar tanki atau diameter akan mengurangi vorteksi
(vortexing) dan aliran rotasi tetapi memperbesar gaya aduk pada air, dan
menghasilkan turbulensi yang diinginkan dalam operasi. Jenis turbin banyak
disukai karena menghasilkan turbulensi, gesekan (shear) gradien kecepatan
yang tinggi. Pengaduk pedal biasanya dipasang dua atau empat daun pedal,
dipasang secara vertical atau mendatar (pitched).
Diameter pengaduk pedal antara 5 – 60% diameter tanki atau lebar bak,
sedang lebar daun 1/6 – 1/10 diameter. Tinggi jarak pedal dari alas bak 1,5
diameter pedal (lihat gambar).Kecepatan pedal antara 20 – 150 rpm dan masih
diperlukan baffle guna menghilangkan vorteksi dan rotasi, kecuali pada adukan
yang sangat perlahan.
Model pedal tidak seefisien model turbin karena rendahnya turbulensi
yang ditimbulkan. Selanjutnya berbagai jenis popeler ditampilkan dengan
maksud pengembangan teknis pengadukan yang lebih baik. Gaya yang
berpengaruh dari berbagai jenis pengaduk terkait dengan angka Re, yaitu
penentuan turbulensi yang terjadi.
Angka NRe > 10.000 adalah aliran turbulen.
Gaya yang diperlukan dengan menggunakan impeller pada tanki baffle
adalah:
K T n 3 Di 
5

P (4-7)
g

dimana
P = gaya ft-lb/det
KT = konstanta impeller untuk aliran turbulen
n = kecepatan putar, rps
Di = diameter impeller,ft.
 = densitas cairan lb/ft3
g = percepatan gravitasi 9,28 m/det2 atau 32,17 ft/det2

103 Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum


Jika aliran adalah laminar (NRE = < 10 – 20), maka gaya yang diperlukan
dengan menggunakan impeller pada tanki baffle ataupun bukan baffle adalah:
K L n 2 Di 
3

P (4-8)
g
dimana:
KL = konstanta impeller untuk aliran laminar
µ = viscositas absolut dari larutan, lb-massa (berat/ft.det).
Angka Reynold untuk impeller adalah
Di n
2

N RE  (4-9)

Dalam pengadukan, gaya juga dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya
baffle baik pada suasana aliran laminar maupun turbulen.
Di bawah ini adalah tabel tentang harga konstanta pada tanki baffle dengan
empat baffle pada dinding tanki dengan lebar 10% dari tanki. Lihat Tabel 4.3.
Pencampuran secara pneumatic menggunakan tanki yang dilengkapi
dengan aerasi. Waktu detensi dan gradien kecepatan memiliki kekuatan yang
sama sebagaimana dipakai pada pengadukan cepat mekanis. Dengan memilih
Rancangan gradien kecepatan G, dapat ditentukan gaya yang diperlukan
dengan rumus atau dengan grafik. Sedang volume V bak dihitung dari
kecepatan aliran dan waktu detensi T.

Tabel 4.4. Nilai Konstanta KL dan KT Pada Persamaan 4-7 dan 4-8

Tipe impeller KL KT
Propeler, 1,3 daun 41,0 0,32
Propeler , 2,3 daun 43,5 1,00
Turbin, 4 daun datar, vaned disc 71,0 6,30
Turbin, 6 daun datar, vaned disc 71,0 6,30
Turbin, 6 daun lekuk 70,0 4,80
Turbin, 6 daun sudut 45o 70,0 1,65
Shrouded turbine, 6 daun lekuk 97,5 1,08
Shrouded turbine, dengan stator, tanpa baffle 172,5 1,12
Pedal pelat, 2 daun (pedal tungga),Dt/W t = 4 43,0 2,25
Pedal plat, 2 daun, Dt/Wt = 6 36,5 1,60
Pedal plat, 2 daun, Dt/Wt = 8 33,0 1,15
Pedal plat, 4 daun, Dt/Wt = 6 49,0 2,75
Pedal plat, 6 daun, Dt/Wt = 6 71,0 3,82
Sumber : Reynolds, 1982

Koagulasi 104
Udara yang dimasukkan atau disemburkan dapat dihitung dengan rumus
berikut :
 h  34 
P  81,5Ga log  (4-10)
 34 
dimana:dd
P = gaya, ft.lb/sec
Ga = aliran udara pada operasi suhu dan tekanan, cfm
h = kedalaman ke difuser, ft
Tanki baffle dewasa ini kurang diminati penggunaannya, dengan alasan teknis,
yaitu terjadinya variasi yang besar pada kecepatan aliran sehingga tidak
mungkin mengatur gradien kecepatan.

J. Kriteria Rancangan untuk Koagulasi


Secara umum koagulator dibagi menjadi dua, yaitu yang mendapatkan
energi dari luar yang biasa disebut energi mekanis, dan unit yang
menggunakan energi dari dalam air yang diolah, disebut unit pengolah hidrolis.

Tabel 4.5. Kriteria Rancangan untuk Koagulator

No. Parameter Nilai Pustaka


1. Headloss pada 0,3 – 0,6 m Fair at al,1968; dan
koagulator hidrolis Kawamura, 1991
2. Waktu detensi (td) 2 – 5 menit Metcalf and Eddy, 2004
3. Kecepatan aliran > 0,5 m/detik AWWA, 1990
4. Gradien kecepatan (G)
td = 0,5-1 det 3000 – 5000 det-1 AWWA, 1990
-1
td = 10-30 det 700 – 1000 det
td = 30-60 det 400 – 800 det-1
5. G x td 15.000 – 30.000 AWWA, 1990
4. Ketinggian pipa 0,3 m di atas titik Schulz and Okun, 1984
pendispersi koagulan paling turbulen
5. Kedalaman 1–3m Mariappan, 2005
6. Revolution per minute 100 Mariappan, 2005
(RPM) blade
3
7. Daya yang dibutuhkan 0,041 KW/ 1000 m /hari Mariappan, 2005
(0,25 HP/MGD)

105 Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum


K. Perhitungan Rancangan Koagulator

Bila diketahui debit air baku (Q) = 198,96 liter/detik


3
= 0,199 m /detik
Kriteria Rancangan terpilih :
td = 2 menit
-1
G = 400 det

3 3
maka, kapasitas (V) = 0,199 m /detik x 2 menit x 60 detik/menit = 23,88 ≈ 24 m
Dimensi bak dapat disesuaikan ketersedian lahan, asalkan panjang x lebar x
kedalaman = 24 m3
Dimensi bak :
Panjang = 3,52 m
Lebar = 3,52 m
Kedalaman = 1,92 m + 0,2 m (freeboard)

Tenaga motor :
P = G2.µ.V -
pada 50oF, µ = 2.73 X 10-5 lb.det/ft2 (dikonversi menjadi kg-det/m2)
µ = 2.73 x 10-5 lb.det/ft2 x 0,4535 kg/lb x 0,093 ft2/m2
= 0,115 x 10-5 kg-det/m2
P = (400 det-1)2. 0,115 x 10-5 kg-det/m2 . 24 m3
= 4,416 kg-m/det

Perhitungan impeler
P = ½.Cd.ρ.A.V3
Cd = koefisien besarnya 1,8
P = Tenaga motor penggerak
ρ = Masa jenis besarnya 1000 kg/m 3
A = Luas blade, ukuran (10 x 15) m 2 dipasang 1 blade
= 1 x 10 x 15 = 150 m 3
G = Gradien kecepatan besarnya 400/det
3
C = kapasitas volume besarnya 24 m
K = konstanta kecepatan 0,25
n = Rotasi (putaran) blade 30 rpm
3
V = 0,00898 cm /det

Koagulasi 106
Perhitungan :
P1 = G2.µ.V
P2 = ½ Cd.ρ.A.V3
P1 = P2
2 ½ 3
G .µ.V = .Cd.ρ.A.V
3 G 2 .µ.V  µ
V = v
½.Cd.  .A. 
V = 2G .V. 
2
3

Cd.A
2G 2 .V. 
3
  2. .r.n 
1  k    
  60  Cd.A
3
  2. .r.n  A.Cd = 2 G2. V.‫ט‬
1  k  60 
  
3
A. Cd.r3 1  k  2. .r.n  = 2 G2. V.‫ט‬
 
  60 
2 G 2 . V.
r3  3
  2 .n 
A. Cd.1 - k  
  60 
2 (400) 2 . (24x 10 6 )cm 3 .0,00898cm 3 / det
r3  3
  188,4 
15.000 cm 2 . (1,8).1 - 0,25 
  60 
6,89664.1010
r3  3
  188,4 
27.000.0,75 
  60 
6,89664.1010
r3 
352643,99995
3
r = 195569,5
r = 57,8 rpm
≈ 58 rpm
A
Panjang blade 
2L
Lebar = 50 cm, dibuat 2 blade

107 Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum


15.000 cm 2 = 150 cm
P
2x 50 cm

Dimensi blade :
Panjang = 150 m
Lebar = 50 cm

4.2.2. Latihan
a. Satu bak segi empat pengaduk cepat berukuran kedalaman 1,5 kali
lebar bak, yang direncanakan guna melayani aliran air 1000 liter
perdetik. Gradien kecepatan 200 m/det/m, waktu detensi 40 detik dan
bekerja pada suhu 10o. Ditanyakan (1) Ukuran bak; dan (2) Gaya yang
diperlukan.
Jawab:
1000l m3
V = Q.T = x x 40 det  40m 3
det 1000l
Lebar = L
Panjang = P
P=L
Volume = panjang x lebar x tinggi
40 m3 = (L)(L)(1,5L)
40 m3 = 1,5 L3
40m 3
L3
1.5
L = 2,99 m
Berarti tinggi bak = 1,5 x 2,99 m
= 4,48 m
dari rumus (4-5) W (gaya) = G2 µ, maka
= (200 det-1)2 x 2.73 x 10-5 lb.det/ft2
= 1,092 ft-lb/det-ft3

4.3. Penutup
pengadukan cepat (koagulasi) bertujuan untuk mempercepat dan
menyeragamkan penyebaran zat kimia/koagulan melalui air yang diolah juga
bertujuan memperbesar ukuran partikel padat yang ada pada air baku sehingga
mempercepat sedimentasi dan mempermudah filtrasi, dengan memperbesar

Koagulasi 108
ukuran partikel, berarti memperpendek settling time (waktu pengendapan) yang
diperlukan untuk pemisahan, sehingga air baku relatif lebih jernih dari yang
sebelumnya.

4.3.1. Tes Formatif


Satu bak segi empat pengaduk cepat berukuran kedalaman 1,25 kali
lebar bak, yang direncanakan guna melayani aliran air 2 juta gallon per
hari (MGD). Gradien kecepatan 790 fps/ft, waktu detensi 40 detik dan
o o
bekerja pada suhu 50 F (10 ), dan kecepatan tangkai turbin 100 rpm.
Tentukan :
a. Dimensi bak
b. Gaya yang diperlukan (Housepower).
c. Diameter Impeller jika menggunakan vaned disc impeller dengan 4
daun datar yang bekerja dan tanki mempunyai 4 baffle vertical.
Diameter impeller menjadi 30 sampai 50 % dari lebar tanki
d. Diameter impeller jika tidak menggunakan baffle vertical.
e. Udara yang diperlukan jika menggunakan pengadukan pneumatic
dan diffuser adalah 0,5 ft di atas dasar tanki

4.3.2. Umpan Balik


Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada
pada bahasan berikut ini, hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian
gunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi
dalam bab ini
Rumus :
 Jawaban yang benar
Tingkat penguasaan   100%
5
Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah :
90% - 100% : baik sekali
80% - 89 % : baik
70% - 79% : cukup
60% - 69% : kurang
0% - 59% : gagal

4.3.3. Tindak Lanjut


Jika anda mencapai tingkat kepuasaan 80 % keatas, maka anda dapat
meneruskan dengan kegiatan belajar pada bab selanjutnya, tetapi jika tingkat
penguasaan anda belum mencapai 80%, maka anda harus mengulangi
109 Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum
kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang belum anda kuasai.
Untuk mencapai pemahaman tersebut anda dapat menghubungi dosen
pengampu diluar waktu kuliah.

4.3.4. Kunci Jawaban Tes Formatif


6 3
V = Q.T = 2 x10 gal x 1menit x 1 ft 40 det  123,79 ft 3
1440menit 60 det ik 7,48 gal
a. Dimensi bak adalah :
3
L x L x 1,25L = 123,79 ft
3 3
1,25 L = 123,79 ft
1/ 3
 123,79 ft 3 
Lebar bak L    = 4,63 ft

 1,25 
Berarti tinggi bak (T) = 1,25 x 4,63 ft
= 5,79 ft
Dengan menggunakan L = 4,63 ft dan T = 5,79 ft
Volume : panjang x lebar x tinggi
Panjang = lebar, maka
Volume = (4,63 ft)2 x 5,79 ft = 124,12 ft3

b. Gaya yang diperlukan


Dari rumus (4-5) W (gaya) = G2 µ, maka
-1 2 -5 2
= (790 det ) x 2.73 x 10 lb.det/ft
= 17,04 ft-lb/det-ft3
17,04 ft - lb
P= x124,12 ft 3 = 2.115 ft-lb/det
det  ft 3

P = 2.115 ft - lb x det
xhp = 3,85 hp
det 550 ft  lb
c. Kecepatan impeller (n) adalah 100 rpm atau 100/60 = 1,667 rps.
Diasumsikan alirannya adalah turbulen. Berdasarkan tabel 4.3, KT =
6,30. Viskositas pada suhu 50oF adalah 1,310 centipoise, jadi
viskositas dalam lb-massa (berat) adalah :
6,72x 10 -4 lb/ft - det
µ =1,310 centipoise x  8,803x10 4 lb / ft  det
1centipoise
maka persamaan gaya dapat menentukan diameter impeller
sebagai berikut :

Koagulasi 110
K n 3 Di 
5

P T
g

ft 3
Di  
Pg
1 / 5 =  2.115 ft - lb 32,17 ft
x x x x 1/ 5
K T n 3 det det 2 6,30 1,667rps3 62,4lb

Di = 2,53 ft  Di/L = 2,53/ 4,63 = 0,55 atau 55 %

Check bilangan Reynolds (NRe)

Di n = 1,667 2,53 ft  ft  det


2
2
62,4lb ft 3 = 756.363
N RE  x x x x
 det 8,803x10 lb  ft  62,4lb
4 3

= 756.363 >>> 10.000, jadi alirannya adalah turbulen

d. Jika tidak menggunakan baffle vertical, gaya yang diperlukan


adalah 75 % dari tanki baffle, oleh karena itu gaya yang dibutuhkan
adalah sama besarnya. Nilai KT = 0,75 x 6,30 = 4,725. Diameter
impeller yang diberikan adalah :

Di   1 / 5 = 
Pg ft 3
2.115 ft - lb 32,17 ft
x x x x 1/ 5
K T n 3 det det 2 4,725 1,667rps3 62,4lb

Di = 2,68 ft  Di/L = 2,68/ 4,63 = 0,58 atau 58 %

e. Jika pengadukan menggunakan pneumatic, persamaan gaya untuk


menyemburkan udara adalah sebagai berikut :
 h  34 
P  81,5Go log 
 34 
Go = P / 81,5
 h  34 
log  
 34 
dan h = 5,79 ft – 0,50 ft = 5,29 ft, jadi
Go = 2.115 / 81,5 = 413 cfm
 5,29  34 
log 
 34 
111 Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum
Aliran udara yang dibutuhkan adalah pada saat kondisi sedang
beroperasi

4.3.5. Rangkuman
Akhirnya mahasiswa telah menyelesaikan bab ini, dari hasil pembahasan
ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan :
a. pengadukan cepat (koagulasi) bertujuan untuk mempercepat dan
menyeragamkan penyebaran zat kimia / koagulan melalui air yang
diolah juga bertujuan memperbesar ukuran partikel padat yang ada
pada air baku sehingga mempercepat sedimentasi dan
mempermudah filtrasi, dengan memperbesar ukuran partikel, berarti
memperpendek settling time (waktu pengendapan) yang diperlukan
untuk pemisahan,
b. Jenis koagulan banyak ragamnya, sehingga harus disesuaikan
dengan kebutuhan serta alasan teknis lainnya.
c. Simulasi koagulasi dapat dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan alat bernama jar test

DAFTAR PUSTAKA

1. American Water Work Association (AWWA), 1990. Water Treatment Plant


Design. McGraw-Hill. Toronto
2. Fair, G.M., J.C. Geyer, D.A. Okun. 1968. Water and Wastewater
Engineering, Volume 1: Water Supply and Wastewater Removal. John Wiley
& Sons, Inc: New York.
3. Kawamura, Susumu. 1991. Integrated Design of Water Treatment Facilities.
John Wiley & Sons, Inc : Canada.

4. Mariappan, P. 2005. Water Treatment Methods for Community Water


Supply – Some Guidelines. India.
5. Metcalf and Eddy, 2004. Waste Water Engineering Treatment and Reuse.
Mc Graw-Hill, Inc. Singapura.
6. Reynolds, Tom D.1982. Unit Operations and Processes in Environmental
Engineering. Wadsworth, Inc : Belmont, California.
7. Schulz, Christoper R., Okun, Daniel. D, 1984. Surface Water Treatment for
Communities in Developing Countries, John Wiley & Sons, Inc, New York.

Koagulasi 112
8. Tjokrokusumo, KRT, 1998, Pengantar Enjiniring Lingkungan, STTL YLH,
Yogyakarta.

SENARAI
1. Clarifier adalah nama lain dari bak sedimentasi, biasanya berbentuk segi
empat atau melingkar dengan aliran horizontal. Secara spesifik clarifier
dikenal juga sebagai solids-contact clarifier, upflow solids-contact clarifier,
atau upflow sludge-blanket clarifier yang merupakan kombinasi koagulasi,
flokulasi, dan sedimentasi dengan single basin.
2. Detention time adalah waktu yang diperlukan dalam jumlah kecil air untuk
melalui tanki. Secara matematis, detention time mempunyai rumus
t = V/Q, dimana "t" adalah detention time, "V" volume tanki, and "Q" adalah
debit.

3. Gradien kecepatan (velocity gradient) adalah ukuran intensitas pengadukan


pada flokulasi atau koagulasi
4. Impeller adalah daun pengaduk yang digunakan pada proses kogulasi dan
flokulasi yang biasa digunakan pada pengolahan air minum. Impeller dibagi
menjadi tiga, yaitu : turbine impeller, paddle impeller, dan propeller impeller
5. Jar test adalah alat yang digunakan untuk menguji konsentrasi bahan kimia
koagulan pada ruang pengadukan cepat (flash mix chamber).
6. RPM adalah singkatan dari revolution per minute, atau putaran pengaduk
per menit, putaran ini akan berbeda pada pengadukan cepat dan
pengadukan lambat.
7. Settling time adalah waktu yang diperlukan untuk mengendapkan partikel.
8. Zeta potential adalah ukuran besarannya muatan listrik yang berada
disekitar partikel koloid. Zeta potential mempunyai gaya tolak menolak
diantara partikel di dalam air. Zeta potential mempunyai lebih muatan
negatif, muatan partikelnya lebih kuat dan mempunyai gaya tolak menolak
diantara partikel, selanjutnya diperlukan koagulan untuk menghasilkan flok.

113 Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai