KATA PENGANTAR
Ungkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku penyelenggara Pelatihan
Komisioning Instalasi Pengolahan Air (IPA) dapat menyelesaikan review seluruh Modul
Mata Pelatihan tersebut. Review dilakukan sebagai respon terhadap perkembangan
peraturan perundang-undangan dan kondisi faktual di lapangan.
Pelatihan Komisioning Instalasi Pengolahan Air (IPA) ini bertujuan agar Aparatur Sipil
Negara (ASN) sebagai peserta mampu melakukan penilaian keandalan kinerja IPA yang
baru dibangun pada setiap proses, unit operasi, dan mekanikal elektrikal sesuai dengan
perencanaan, serta memberikan rekomendasi perbaikan yang diperlukan, dengan waktu
pembelajaran selama 7 hari (on class) dan 6 hari (off class) dengan Jumlah Jam
Pelajaran (JP) sebanyak 134 JP.
Modul Mata Pelatihan Pelaksanaan Jar Test dan Penentuan Bahan Kimia ini merupakan
salah satu mata pelatihan dari pelatihan tersebut yang memberikan pemahaman
mengenai pelaksanaan jar test dan penentuan bahan kimia yang meliputi: peralatan,
aplikasi, prosedur, evaluasi, frekuensi jar testing, perhitungan debit pembubuhan,
penentuan konsumsi khlor/dosis kaporit, penentuan debit pembubuhan, pengukuran debit
pembubuhan, contoh penentuan daya pengikat khlor (DPK), dan contoh perhitungan
kebutuhan bahan kimia.
Buku ini terdiri dari Pendahuluan, 11 (sebelas) materi pokok (Peralatan, Aplikasi,
Prosedur, Evaluasi, Frekuensi jar testing, Perhitungan debit pembubuhan, Penentuan
konsumsi khlor/dosis kaporit, Penentuan debit pembubuhan, Pengukuran debit
pembubuhan, Contoh penentuan daya pengikat khlor (DPK), dan Contoh perhitungan
kebutuhan bahan kimia), dan Penutup. Modul ini disusun secara sistematis agar peserta
pelatihan dapat mempelajari materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran diarahkan
pada peran aktif peserta pelatihan.
Kami menyadari bahwa modul ini masih banyak kekurangan, baik pada isi, bahasa,
maupun penyajiannya. Kami sangat mengharapkan adanya tanggapan berupa kritik dan
saran guna penyempurnaan modul ini. Semoga modul ini bermanfaat khususnya bagi
peserta Pelatihan Komisioning Instalasi Pengolahan Air (IPA).
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak terkait atas bantuan dan
kerjasamanya yang baik. Semoga modul ini dapat memberikan manfaat bagi kelancaran
proses belajar-mengajar, sehingga keinginan untuk mewujudkan ASN yang profesional
dan memiliki kompetensi yang handal dapat dicapai dengan baik.
DAFTAR ISI
Gambar
Gambar 1.1 Bagian-bagian Penting Dari Sebuah Jar Tester.............................................. 5
Gambar 3.1 Grafik Penentuan Dosis Optimum Koagulan ............................................... 15
Gambar 3.2 Grafik Penentuan Batas-Batas Ph Optimum ............................................... 16
Gambar 4.1 Sifat Pengulangan Jar Test Urutan Percobaan Penetapan Dosis ................ 20
Gambar 6.1 ..................................................................................................................... 26
Gambar 11.1 ................................................................................................................... 37
Tabel
Tabel 6.1 Hubungan Antara Densitas dan Konsentrasi Larutan
(Bahan Kimia Produk Murni Dalam Gram / Liter Larutan Pada 15o C) ............................ 24
Tabel 11.1 Kebutuhan Bahan Kimia Kapasitas 20 L/DTK ............................................... 42
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jar test adalah suatu metode untuk mengevaluasi proses koagulasi/flokulasi. Apabila
percobaan dilakukan secara tepat, informasi yang berguna akan diperoleh untuk
membantu operator instalasi dalam mengoptimasi proses koagulasi, flokulasi dan
pengendapan, serta bagi para ahli teknik (engineer) dalam merancang bangun
instalasi pengolahan air yang baru, atau memperbaiki instalasi yang ada.
Untuk jar test, penetapan standarisasi, prosedur tetap merupakan syarat untuk
mendapatkan hasil-hasil yang mempunyai arti.
B. Deskripsi Singkat
C. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melaksanakan jar test dan
penentuan bahan kimia.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta mampu:
2.1 Menjelaskan peralatan
2.2 Menjelaskan aplikasi
2.3 Melaksanakan prosedur
2.4 Mampu melaksanakan evaluasi
2.5 Melaksanakan frekuensi jar testing
2.6 Melakukan perhitungan debit pembubuhan
2.7 Menentukan konsumsi khlor/dosis kaporit
2.8 Melakukan penentuan debit pembubuhan
2.9 Melakukan pengukuran debit pembubuhan
2.10 Melakukan contoh penentuan daya pengikat khlor (DPK)
2.11 Melakukan contoh perhitungan kebutuhan bahan kimia.
1. Peralatan
a. Peralatan
2. Aplikasi
a. Aplikasi
3. Prosedur
a. Persiapan Umum
b. Pengambilan Air Baku
c. Penentuan Dosis Alum Sulfat Optimum
d. Penentuan pH Optimum
4. Evaluasi
a. Dosis Bahan Kimia Optimum
b. Pengaturan pH
c. Pembentukan Flok
5. Frekuensi Jar Testing
a. Frekuensi Jar Testing
6. Perhitungan Debit Pembubuhan
a. Perhitungan Debit Pembubuhan
7. Penentuan Konsumsi Khlor/Dosis Kaporit
a. Penentuan Konsumsi Khlor/Dosis Kaporit
8. Penentuan Debit Pembubuhan
a. Penentuan Debit Pembubuhan
9. Pengukuran Debit Pembubuhan
a. Pengukuran Debit Pembubuhan
10. Contoh Penentuan Daya Pengikat Khlor (DPK)
a. Pengukuran Debit Pembubuhan
11. Contoh Perhitungan Kebutuhan Bahan Kimia
a. Contoh Penentuan Daya Pengikat Khlor (DPK)
b. Contoh Perhitungan Kebutuhan Kimia
c. Praktikum Jar Test
MATERI POKOK 1
PERALATAN
A. Peralatan
Beraneka ragam rancangan peralatan jar test (jar tester), dewasa ini tersedia di
pasaran. Rancangan yang spesifik untuk memonitor dan mengontrol yang akurat dari
berbagai proses yang ada/tersedia.
B. Latihan
C. Rangkuman
MATERI POKOK 2
APLIKASI
A. Aplikasi
Jar tester dapat digunakan untuk merancang suatu instalasi pengolahan air, untuk
menentukan intensitas pengadukan, periode pengadukan cepat dan lambat, periode
sedimentasi, jenis dan jumlah bahan kimia yang akan digunakan, serta lokasi
aplikasinya.
Pada instalasi pengolahan yang ada, jar tester terutama digunakan untuk
menentukan kondisi operasional optimum untuk berbagai kualitas air baku,
khususnya dosis bahan kimia yang tepat, sementara untuk parameter proses lainnya,
kondisi aktual dalam instalasi pengolahan, disimulasikan.
Dalam rangka memonitor pengaruh variasi suatu parameter proses tertentu pada
proses-proses koagulasi/flokulasi/pengendapan, parameter-parameter lainnya harus
dibuat bernilai sama, untuk semua tabung yang digunakan dalam studi perbandingan.
Sebagai contoh, jika jar test dilakukan untuk menentukan dosis optimum koagulan
(alum sulfat) untuk air baku tertentu, kondisi proses berikut ini harus dibuat sama
pada semua tabung, yaitu:
1. Contoh air baku
2. Temperatur
3. pH
4. Konfigurasi rotor (dan stator)
5. Konfigurasi tabung
6. Intensitas pencampuran
7. Periode pencampuran
8. Periode sedimentasi
Jika tujuan dari jar test adalah untuk menentukan intensitas pengadukan optimum,
maka terhadap berbagai tabung, digunakan berbagai rotor dan stator yang berbeda.
Semua parameter proses, termasuk dosis alum, harus mempunyai nilai yang sama
dalam semua tabung.
Untuk instalasi pengolahan yang ada, jar test sering digunakan untuk menentukan
dosis optimum bahan kimia, untuk koagulasi/flokulasi, khususnya dosis optimum
koagulan dan bahan kimia “conditioning” untuk koreksi pH, untuk kualitas-kualitas air
yang berbeda.
Semua variabel-variabel proses lainnya, pada umumnya dijaga pada nilainya yang
tetap dan sesuai dengan kondisi operasional IPA yang dipakai. Prosedur untuk
melaksanakan jar test, di bawah beberapa kondisi, diuraikan secara singkat pada
materi tentang “Prosedur”.
B. Latihan
1. Sebutkan kegunaan dari jar test pada instalasi pengolahan yang ada!
2. Apa saja kondisi proses yang harus dibuat sama pada semua tabung , jika jar test
dilakukan untuk menentukan dosis optimum koagulan (alum sulfat) untuk air baku
tertentu?
3. Apa kegunaan yang memungkinkan dari berbagai tabung jar tester?
C. Rangkuman
Jar tester dapat digunakan untuk merancang suatu instalasi pengolahan air, untuk
menentukan intensitas pengadukan, periode pengadukan cepat dan lambat, periode
sedimentasi, jenis dan jumlah bahan kimia yang akan digunakan, serta lokasi
aplikasinya.
Pada instalasi pengolahan yang ada, jar tester terutama digunakan untuk
menentukan kondisi operasional optimum untuk berbagai kualitas air baku,
khususnya dosis bahan kimia yang tepat, sementara untuk parameter proses
lainnya, kondisi aktual dalam instalasi pengolahan, disimulasikan.
MATERI POKOK 3
PROSEDUR
A. Prosedur
Koagulasi dan flokulasi merupakan hasil penambahan alum sulfat/tawas ke dalam air
baku dibawah kondisi pengadukan cepat dan pengadukan lambat yang berurutan.
Alum sulfat bersifat asam, maka dengan menambahkan bahan kimia ini kedalam air
baku,pH air baku tersebut akan turun.
Dalam rangka penyelidikan pengaruh khusus alum sulfat maupun pH, terhadap
proses koagulasi/flokulasi dengan pertolongan jar tester, hanya satu variabel pada
suatu saat yang dirubah: baik konsentrasi alum sulfat maupun pH. Karena itu dua
penelitian perbandingan harus dilakukan, yaitu: pertama adalah dosis alum sulfat
terhadap berbagai tabung dibuat berbeda, sementara pH dijaga konstan (untuk
kondisi air baku tertentu, pH tidak dibuat konstan) dan kedua, adalah pH dalam setiap
tabung, dibuat berbeda, sementara pembubuhan alum sulfat dilakukan dalam dosis
yang sama.
Prosedur percobaan untuk menentukan dosis alum sulfat optimum dan nilai pH untuk
koagulasi/flokulasi dari suatu air baku tertentu diberikan dibawah ini.
Dimisalkan bahwa percobaan menggunakan suatu jar tester dengan empat tabung
yang masing-masing diberi tanda A, B, C dan D.
1. Persiapan Umum
a) Penyiapan larutan alum sulfat
Dibuat larutan alum sulfat 1% (berat/volume), dengan melarutkan 10 gram
alum, Al2(SO4)3.18H2O ke dalam aquadest, jadikan satu liter larutan , 1 ml
larutan ini ekivalen dengan 10 mg.
b) Penyiapan larutan soda kostik, NaOH
Dibuat larutan soda kostik 0,36% (berat/volume) dengan melarutkan 3,6
gram soda kostik, kedalam aquadest, jadikan satu liter larutan.
Catatan:
Besarnya variasi dosis diatas, untuk air baku dengan kekeruhan < 500 NTU, jika
kekeruhan lebih besar lagi, maka variasi dosis harus lebih besar (mungkin
kelipatan dua), atau lebih kecil maka variasi dosis kecil dengan interval 5 mg.
Catatan:
Jika dosis alum dua kali lipat, maka demikian pula untuk dosis soda kostik.
Penambahan NaOH tidak direkomendasikan untuk pH air baku > 7, atau pada
dosis koagulan yang tidak terlalu tinggi.
a) Atur kecepatan motor sampai 100 – 150 rpm untuk pengadukan cepat
dengan waktu 30 – 60 detik atau sesuai dengan kondisi operasi IPA yang
dipakai.
b) Memasukkan secara serentak bahan-bahan kimia (alum dan soda kostik)
kedalam masing-masing jar, waktu pengadukan cepat dihitung, mulai dari
saat bahan-bahan kimia dimasukkan. Hitung waktu yang dibutuhkan.
c) Amati dan catat saat flok pertama mulai “dapat” terlihat.
Catatan:
Dalam hal mensimulasi kondisi proses yang sebenarnya pada suatu instalasi
pengolahan, suatu periode pengadukan cepat yang berbeda dapat dilakukan.
a) Setelah pengadukan cepat berjalan 30 – 60 detik (sesuai dengan waktu
yang ditentukan), turunkan kecepatan (intensitas) pengadukan sampai 30 –
50 rpm, lakukan proses flokulasi ini selama 15 – 20 menit.
b) Pada saat flokulasi berlangsung, amati ukuran flok dengan membandingkan
ukurannya, dengan gambar-ukuran flok (gambar5), kemudian catat misalnya
diambil untuk setiap interval waktu 5 menit sampai waktu flokulasi berakhir
(pengaturan interval tergantung kebutuhan).
Catatan:
Catatan:
Dalam rangka mensimulasi kondisi proses yang sebenarnya pada suatu instalasi
pengolahan air, maka periode pengendapan yang berbeda dapat diterapkan.
a) Ambil contoh air secara siphon atau dengan menggunakan slang plastik
secara hati-hati.
b) Usahakan pengambilan contoh air seragam (jumlah, posisi pengambilan dll)
untuk setiap jar.
c) Periksa pH, alkalinitas dan turbidity, untuk setiap contoh yang diambil, catat
hasil dan buat grafik hubungan antara dosis alum dengan turbidity (lihat data
hasil analisa pada form 1).
d) Tentukan dosis optimum alum secara grafis, dengan cara sebagai berikut
(lihat gambar 3.1):
1) tarik garis tangen = 1 (sudut = 45o)
2) buat garis sejajar garis tangen = 1, yang pertama menyinggung kurva
disatu titik
3) tarik garis dari titik singgung ke bawah, sehingga akan menunjukkan
dosis optimum yang diperoleh. Dosis alum ini adalah dosis alum
optimum sebagai hasil dari jar test pertama.
Catatan:
Untuk dosis alum yang terpilih, peningkatan dosis alum 1 mg/L, akan
mengakibatkan penurunan kekeruhan sebesar 1 NTU.
Untuk dosis alum yang lebih tinggi, dampaknya pada kehilangan kekeruhan
akan menurun, secara bertahap. Pemilihan dosis optimum dengan cara
diatas, berdasarkan kriteria ekonomis dan perlu diuji selanjutnya, atas
penyesuaian teknis dalam tes-tes berikut.
Bila tidak mungkin untuk menggambarkan garis tangen dalam grafik, hal ini
berarti bahwa koagulasi/flokulasi air baku, tidak lengkap dan tes harus
dilaksanakan, dengan merubah dosis alum dan atau nilai pH.
4. Penentuan pH Optimum
Percobaan ini dilakukan apabila pH air baku relatif rendah (<6).
a) Semua bagian peralatan jar tes, harus dibersihkan sepenuhnya, sebelum
penentuan pH optimum dimulai.
b) Siapkan tabung dengan kode A’ ; B’ ; C’ ; dan D’. Isi masing-masing tabung
dengan 1 liter air baku
c) Siapkan dosis alum optimum untuk setiap jar, sebesar nilai yang diperoleh
percobaan 4.3., misalnya X mg/L dengan memasukkan larutan alum,
kedalam tabung pembubuh.
d) Siapkan larutan basa (yang sesuai dengan bahan kimia yang digunakan di
instalasi, atau dengan menggunakan NaOH) dengan konsentrasi 1% (1 ml –
1 mg, dimana cara pembuatannya sama dengan yang telah diterangkan
sebelumnya).
e) Buat variasi dosis bahan basa (yang diperkirakan akan menetralisasi 0; 20 ;
50 dan 100% dari produksi keasaman dari dosis alum, masukkan masing-
masing kedalam tabung pembubuh.
f) Langkah seterusnya yang diperoleh sama dengan percobaan 4.3
g) Catat hasil yang diperoleh pada form 2 (pada lampiran)
h) Buat grafik hubungan antara pH dengan turbidity. Kemudian tentukan pH
optimum, dengan cara sebagai berikut (lihat gambar 3.2) :
1) Tarik garis sejajar sumbu horizontal pada grafik, untuk kekeruhan
sebesar 5 NTU dan kekeruhan 2 NTU lalu baca nilai pH pada
perpotongan garis-garis dengan grafik.
2) Batas-batas pH, dimana kekeruhan diantara 2 – 5 NTU,
dipertimbangkan sebagai batas-batas optimum untuk koagulasi/flokulasi.
B. Latihan
C. Rangkuman
Alum sulfat bersifat asam, maka dengan menambahkan bahan kimia ini kedalam air
baku,pH air baku tersebut akan turun.
Dalam rangka penyelidikan pengaruh khusus alum sulfat maupun pH, terhadap
proses koagulasi/flokulasi dengan pertolongan jar tester, hanya satu variabel pada
suatu saat yang dirubah: baik konsentrasi alum sulfat maupun pH. Karena itu dua
penelitian perbandingan harus dilakukan, yaitu: pertama adalah dosis alum sulfat
terhadap berbagai tabung dibuat berbeda, sementara pH dijaga konstan (untuk
kondisi air baku tertentu, pH tidak dibuat konstan) dan kedua, adalah pH dalam
setiap tabung, dibuat berbeda, sementara pembubuhan alum sulfat dilakukan dalam
dosis yang sama.
MATERI POKOK 4
EVALUASI
Percobaan yang dijelaskan pada materi II dan III, umumnya memberikan hasil yang
memuaskan untuk perkiraan pendahuluan dosis koagulan optimum dan batas-batas
pH untuk koagulasi/flokulasi.
Sebagai contoh, jika sekarang percobaan untuk menentukan dosis alum optimum
(lihat percobaan 3.3) akan diulangi, sambil menerapkan nilai pH optimum (lihat
percobaan 3.4), akan diperoleh dosis optimum sekitar 0,8 x mg alum sulfat per liter
air baku. Hal ini akan menghasilkan penghematan pemakaian alum sulfat sebesar
20%.
Seri 2 : X – 30%; X – 20% ; X – 10% dan X mg/L alum, dalam tabung A’’ ; B’’ ; C’’ dan
D’’ secara berurutan.
Dari percobaan seri 2 ini, diperoleh dosis optimum baru : “Y” mg/L alum.
Seri 3 : Y – 10% ; Y – 5% ; Y dan Y + 5% mg/L alum, didalam tabung A’’’ ; B’’’ ; C’’’ ;
dan D’’’ secara berurutan.
Dari percobaan seri 3 ini, diperoleh dosis optimum baru : “Z” mg/L alum.
Pada instalasi pengolahan, debit pembubuhan larutan alum sekarang dapat dihitung,
sebagai berikut:
Dimana:
qA = debit pembubuhan larutan alum (L/menit)
Q = debit air baku (L/detik)
tA = dosis alum optimum (mg/L)
CA = konsentrasi larutan alum (mg/mL)
B. Pengaturan pH
Dengan penambahan alum, keasaman air bertambah besar dan mempunyai karakter
agresif terhadap material yang digunakan dalam bangunan pengolahan, sistem
transmisi dan sistem distribusi.
Hal ini sebaiknya akan menimbulkan masalah operasi dan pemeliharaan serta biaya
untuk perbaikan dan pergantian. Pengaruh sekunder, kemungkinan korosi pada
sistem dan kualitas air harus juga diperhitungkan. Karena itu pengaturan pH lebih
lanjut, harus dilakukan setelah sedimentasi atau filtrasi (hal ini bisa dilakukan
sebelum atau sesudah proses penyaringan/filtrasi).
Gambar 4.1 Sifat Pengulangan Jar Test Urutan Percobaan Penetapan Dosis
C. Pembentukan Flok
Baik selama atau setelah jar testing, sejumlah pengamatan perlu dibuat untuk
menaksir efisiensi proses pengolahan. Setelah tahap awal dari flokulasi, umumnya 1
menit setelah pembubuhan bahan kimia, pertumbuhan flok-flok yang pertama dapat
terlihat.
Selama percobaan berlangsung, flok-flok yang sangat halus ini, secara perlahan
ukurannya bertambah besar, sementara air diantara flok-flok tampak jernih.
Pada percobaan yang dilakukan secara baik, air yang jernih akan terlihat setelah 3,5
sampai 5 menit, jika hal demikian tidak nampak, maka merupakan indikasi yang pasti
bahwa pembubuhan bahan kimia atau pH tidak tepat.
Pertumbuhan flok-flok dapat ringan dan halus atau padat. Flok-flok ringan dan halus,
cenderung mempunyai karakteristik pengendapan yang tidak baik dan
dipertimbangkan tidak diinginkan, karena merapuhannya. Bahkan gangguan yang
kecil akan merusak flok-flok tersebut.
Umumnya tipe flok-flok ringan/halus diamati dalam kombinasi dengan flok-flok “pentol
jarum” (pin point flock) yang tertinggal didalam air, setelah flok-flok yang besar telah
mengendap.
Flok-flok dengan sebutan ”pentol jarum” ini, merupakan flok-flok yang berukuran
sangat kecil dengan diameter dibawah 0,5 mm yang mana tidak akan bergabung
kembali menjadi senyawa yang lebih besar.
D. Latihan
1. Mengapa percobaan jar test seringkali memerlukan seri percobaan lebih banyak?
2. Apa yang terjadi bila ada penambahan alum pada pengaturan Ph?
3. Bagaimana karakteristik flok-flok ringan dan halus?
E. Rangkuman
Baik selama atau setelah jar testing, sejumlah pengamatan perlu dibuat untuk
menaksir efisiensi proses pengolahan. Setelah tahap awal dari flokulasi, umumnya 1
menit setelah pembubuhan bahan kimia, pertumbuhan flok-flok yang pertama dapat
terlihat.
Selama percobaan berlangsung, flok-flok yang sangat halus ini, secara perlahan
ukurannya bertambah besar, sementara air diantara flok-flok tampak jernih.
MATERI POKOK 5
FREKUENSI JAR TESTING
Frekuensi jar testing sangat tergantung pada variasi dan fluktuasi kualitas air baku
(kekeruhan, jenis zat-zat tersuspensi dan koloidal). Umumnya langsung sebelum atau
seketika, setelah menjalankan unit koagulasi/flokulasi, suatu jar test dengan suatu
contoh air baku yang representatif, harus dilakukan dalam rangka penetapan dosis
optimum, dari bahan kimia yang digunakan.
Selama operasi normal dan memuaskan dari unit koagulasi/flokulasi, jar test harus
dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam sehari.
Jika hasil penjernihan tidak memuaskan, frekuensi jar testing harus diperbesar,
dalam rangka penetapan kondisi yang tepat untuk menghasilkan air dengan kualitas
air yang dapat diterima.
B. Latihan
C. Rangkuman
Frekuensi jar testing sangat tergantung pada variasi dan fluktuasi kualitas air baku
(kekeruhan, jenis zat-zat tersuspensi dan koloidal). Umumnya langsung sebelum atau
seketika, setelah menjalankan unit koagulasi/flokulasi, suatu jar test dengan suatu contoh
air baku yang representatif, harus dilakukan dalam rangka penetapan dosis optimum,
dari bahan kimia yang digunakan.
MATERI POKOK 6
PERHITUNGAN DEBIT PEMBUBUHAN
Untuk mendapatkan pembubuhan yang tepat, data berikut harus ditentukan secara
reguler:
1. Debit air baku , Q (l/dt) diukur memakai alat ukur air baku pada aliran masuk
(inlet), “weir” pelimpah, dll.
2. Konsentrasi larutan yang dibuat, S (% berat) atau C (mg/ml)
3. Dosis optimum, X (mg/l)
4. Densitas larutan , d (kg/l atau gr/ml)
Untuk mendapatkan nilai densitas larutan zat kimia dalam kaitannya dengan
konsentrasi larutan dapat dilihat pada tabel berikut.
Gambar 6.1
B. Latihan
1. Apa saja data yang harus ditentukan secara regular untuk mendapatkan
pembubuhan yang tepat?
2. Bagaimana cara mencari formula debit pembubuhan?
C. Rangkuman
Untuk mendapatkan pembubuhan yang tepat, data berikut harus ditentukan secara
reguler:
1. Debit air baku , Q (l/dt) diukur memakai alat ukur air baku pada aliran masuk
(inlet), “weir” pelimpah, dll.
2. Konsentrasi larutan yang dibuat, S (% berat) atau C (mg/ml)
3. Dosis optimum, X (mg/l)
4. Densitas larutan , d (kg/l atau gr/ml)
MATERI POKOK 7
PENENTUAN KONSUMSI KHLOR/DOSIS KAPORIT
Rumus :
B. Latihan
C. Rangkuman
MATERI POKOK 8
PENENTUAN DEBIT PEMBUBUHAN
Dimana :
Q = debit Instalasi ( l/dt )
X = dosis Kaporit ( mg/l )
S = konsentrasi larutan Kaporit ( % )
d = densitas larutan Kaporit ( kg/l )
60 = konversi dari detik ke menit
10–6 = konversi dari mg ke kg
Atau:
Dimana:
Q = debit Instalasi ( l/dt )
X = dosis Kaporit ( mg/l )
B. Latihan
C. Rangkuman
Dimana :
Q = debit Instalasi ( l/dt )
X = dosis Kaporit ( mg/l )
S = konsentrasi larutan Kaporit ( % )
d = densitas larutan Kaporit ( kg/l )
60 = konversi dari detik ke menit
10–6 = konversi dari mg ke kg
MATERI POKOK 9
PENGUKURAN DEBIT PEMBUBUHAN
Keterangan:
tp = waktu/saat awal pembubuhan kaporit
td = waktu tinggal air di reservoir (perbedaan waktu saat air masuk ke reservoir dan
saat keluar reservoir)
B. Latihan
C. Rangkuman
MATERI POKOK 10
CONTOH PENENTUAN DAYA PENGIKAT KHLOR (DPK)
Catatan:
1. Sediakan 1 buah tangki untuk membuat larutan dan 2 buah tangki untuk
pembubuhan larutan.
2. Konsentrasi larutan kaporit yang dibuat berkisar antara 0,2 – 0,5 % → – 5 kg/m3
larutan. Konsentrasi larutan (C) = 2 – 5 mg/ml.
3. Setelah larutan siap dibuat, diamkan larutan selama 4 – 6 jam, untuk memberi
kesempatan lumpur/bagian yang tidak larut, mengendap.
4. Dianjurkan larutan disiapkan satu hari sebelum dibubuhkan.
B. Latihan
C. Rangkuman
MATERI POKOK 11
CONTOH PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN KIMIA
Gambar 11.1
Perhitungan:
Pembubuhan larutan kaporit = 3 ml/l = 3 mg/l Ca(OCl)2
Sisa Khlor dengan waktu kontak tertentu (misal) = 0,7 mg/l Cl2
Form 1
I = II = III = IV = V = VI =
Form 2
Batas pH optimum :
Dosis :
…………………
Keterangan :
Analais :
Form 3
DATA HASIL JAR – TEST
2. Desinfektan
Kadar klor aktif dalam Kaporit : %
Pembubuhan Kaporit : mg/l Ca(OCl)2
= mg/l Cl2
Waktu kontak : menit
Sisa Klor : mg/l Cl2
Daya Pengikat Klor (DPC) : = mg/l Cl2
Dosis Kons Debit pembubuhan bahan kimia Stroke Kebutuhan bahan kimia
No. (ppm) . Lar. (L/dtk) L/jam L/menit pompa kg/bln kg/thn Keterangan
1 1 (%)
2 20 3.6 0.060 (%)
20.0 51.8 622.1
2 2 2 20 7.2 0.120 40.0 103.7 1,244.2
3 3 2 20 10.8 0.180 60.0 155.5 1,866.2 KAPORIT
4 4 2 20 14.4 0.240 80.0 207.4 2,488.3
5 5 2 20 18.0 0.300 100.0 259.2 3,110.4
Dosis Kons Debit pembubuhan bahan kimia Stroke Kebutuhan bahan kimia
No. (ppm) . Lar. (L/dtk) L/jam L/menit pompa kg/bln kg/thn Keterangan
21 85 (%)
40 20 15.3 0.255 (%)
85.0 4,406.4 52,875.8
22 90 40 20 16.2 0.270 90.0 4,665.6 55,987.2 ALUMINIUM
23 95 40 20 17.1 0.285 95.0 4,924.8 59,097.6 DAN
24 100 40 20 18.0 0.300 100.0 5,184.0 62,208.0
SODA ASH
Keterangan:
Kapasitas pompa Alum : 18 L/jam
Kapasitas pompa Kaporit : 18 L/jam
D. Latihan
E. Rangkuman
PENUTUP
B. Umpan Balik
Cocokan jawaban anda dengan Kunci Jawaban, untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Modul.
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi pada Modul ini.
Untuk latihan soal, setiap soal memiliki bobot nilai yang sama, yaitu 20/soal.
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 – 100 % = Baik Sekali
80 – 89 % = Baik
70 – 79 % = Cukup
< 70 % = Kurang
Bila anda dapat menjawab salah dua dari pertanyaan di atas, Anda dapat meneruskan
ke materi selanjutnya. Tetapi apabila belum bisa menjawab soal di atas, Anda harus
mengulangi materi modul, terutama bagian yang belum anda kuasai.
C. Tindak Lanjut
Tujuan dari Pelatihan Komisioning Instalasi Pengolahan Air (IPA) adalah peserta mampu
melakukan penilaian keandalan kinerja IPA yang baru dibangun pada setiap proses, unit
operasi, dan mekanikal elektrikal sesuai dengan perencanaan, serta memberikan
rekomendasi perbaikan yang diperlukan.
Pentingnya kompetensi ini dimiliki agar para ASN memiliki kualitas dan komitmen yang
tinggi dalam bekerja sesuai dengan bidang dan unit organisasinya. Uraian dari materi
pokok 11, baru menjelaskan pelaksanaan jar test dan penentuan bahan kimia.
Masih terdapat hal-hal yang tidak disampaikan dalam modul ini, ada pula yang menjadi
mata pelatihan pada program pelatihan jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu untuk
lebih memahami mengenai Pelaksanaan Jar Test dan Penentuan Bahan Kimia, peserta
dianjurkan untuk mempelajari, antara lain:
1. Bahan bacaan yang telah digunakan untuk menulis modul ini, sebagaimana
tersebut dalam daftar pustaka.
2. Modul mata pelajaran lain yang terkait.
D. Kunci Jawaban
Latihan Materi 1
1. Alat yang digunakan dalam penentuan dosis yaitu: Alat Jar Tester; Pipet ukur atau
spuilt (alat suntik); Beaker glass (Jar) 1000, 250, 100 ml; Gelas Ukur, 1000, 100 ml;
Komparator pH (pH – meter); dan Turbidimeter.
2. Semua Jar Tester seharusnya mempunyai bagian-bagian berikut:
a. Sebuah motor yang dapat diatur
b. Batang-batang pengaduk dengan impeler, atau rotor, kecepatan rotasi rotor
dapat diatur
c. Sebuah gelas beaker atau tabung dibawah setiap rotor
d. Sebuah pengatur waktu (otomatis dan manual)
e. Perlengkapan sebagai tambahan
3. Perlengkapan sebagai tambahan adalah :
a. Stator pada setiap tabung
b. Tabung pembubuh bahan kimia satu atau dua buah untuk setiap jar, yang
dipasang pada sebuah bar/papan
c. Siphon untuk mengambil sampel air (alat ini bisa diganti dengan slang plastik
kecil)
d. Tempat sampel (sebuah untuk setiap jar) dan satu buah untuk membuang sample
awal (isi pertama di dalam siang)
Latihan Materi 2
Latihan Materi 3
c. Siapkan dosis alum optimum untuk setiap jar, sebesar nilai yang diperoleh
percobaan 4.3., misalnya X mg/L dengan memasukkan larutan alum, kedalam
tabung pembubuh.
d. Siapkan larutan basa (yang sesuai dengan bahan kimia yang digunakan di
instalasi, atau dengan menggunakan NaOH) dengan konsentrasi 1% (1 ml – 1
mg, dimana cara pembuatannya sama dengan yang telah diterangkan
sebelumnya).
e. Buat variasi dosis bahan basa (yang diperkirakan akan menetralisasi 0; 20 ; 50
dan 100% dari produksi keasaman dari dosis alum, masukkan masing-masing
kedalam tabung pembubuh.
f. Langkah seterusnya yang diperoleh sama dengan percobaan 4.3
g. Catat hasil yang diperoleh pada form 2 (pada lampiran)
h. Buat grafik hubungan antara pH dengan turbidity. Kemudian tentukan pH
optimum.
Latihan Materi 4
Latihan Materi 5
1. Frekuensi jar testing sangat tergantung pada variasi dan fluktuasi kualitas air baku
(kekeruhan, jenis zat-zat tersuspensi dan koloidal).
2. Jika hasil penjernihan tidak memuaskan, frekuensi jar testing harus diperbesar,
dalam rangka penetapan kondisi yang tepat untuk menghasilkan air dengan kualitas
air yang dapat diterima.
Latihan Materi 6
1. Untuk mendapatkan pembubuhan yang tepat, data berikut harus ditentukan secara
reguler:
a. Debit air baku , Q (l/dt) diukur memakai alat ukur air baku pada aliran masuk
(inlet), “weir” pelimpah, dll.
b. Konsentrasi larutan yang dibuat, S (% berat) atau C (mg/ml)
c. Dosis optimum, X (mg/l)
d. Densitas larutan , d (kg/l atau gr/ml)
2. Formula debit pembubuhan adalah:
Latihan Materi 7
Latihan Materi 8
PUSBANGKOM SDA DAN PERMUKIMAN 50
Modul 8: Pelaksanaan Jar test dan Penentuan Bahan Kimia
Latihan Materi 8
Latihan Materi 9
Latihan Materi 10
mp 11
PUSBANGKOM SDA DAN PERMUKIMAN 51
Modul 8: Pelaksanaan Jar test dan Penentuan Bahan Kimia
Latihan Materi 11
DAFTAR PUSTAKA
1. Perka LAN No 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penulisan Modul Pendidikan dan
Pelatihan
2. Perka LAN No 8 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengembangan
Kompetensi Pegawai Negeri Sipil melalui E-Learning
3. Perka LAN No 10 Tahun 2018 tentang Pengembangan Kompetensi Pegawai
Negeri Sipil
PERISTILAHAN
Air Baku : Air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber
air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air
hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai
air baku untuk air minum.
Unit Air Baku : Unit air baku adalah sarana untuk mengambil air
minum langsung oleh masyarakat yang terdiri dari
sambungan rumah, hidran umum, dan hidran
kebakaran.