Anda di halaman 1dari 12

BAB II

URAIAN PROSES

2.1 Bahan Baku Utama dan Penunjang


Bahan baku utama yang digunakan di PT. Bakti Nugraha Yuda Energy
PLTU Baturaja 2×10 MW adalah air, udara, dan batubara. Air digunakan sebagai
bahan baku utama untuk menghasilkan uap atau steam. Uap tersebut berfungsi
untuk memutar sudu-sudu turbin sehingga dapat memutar generator untuk
menghasilkan listrik. Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap terdapat proses yang
berlangsung secara terus menerus atau continue. Adapun pada proses tersebut
adalah air dipanaskan hingga menjadi uap kemudian uap dikondensasikan menjadi
air oleh kondenser.
Air yang digunakan adalah air demineralized, yaitu air yang bebas dari
garam dan unsur mineral serta memiliki konduktivitas (kemampuan untuk
menghantarkan listrik) sebesar ≤0,2 µs/cm (mikrosiemen per sentimeter). Sebagai
perbandingan, air mineral yang diminum sehari-hari mempunyai kadar
konduktivitas sekitar 100-200 µs/cm.
Untuk mendapatkan air yang sesuai dengan spesifikasi air umpan boiler,
PT. Bakti Nugraha Yuda Energy PLTU Baturaja 2×10 MW dilengkapi dengan
Water Treatment Plant (WTP), Disana terjadi proses penjernihan air dengan
standar kualitas PDAM (air bersih layak guna).
Pada proses produksi uap diperlukan bahan bakar. Bahan bakar yang
digunakan pada PT. Bakti Nugraha Yuda Energy PLTU Baturaja 2×10 MW
adalah batubara dan solar. Solar hanya digunakan pada start up untuk
memanaskan boiler. Sedangkan batubara yang digunakan adalah batubara yang
ditambang langsung dari tambang milik PT. Bakti Nugraha Yuda tambang di
sekitar kawasan PT. Bakti Nugraha Yuda Energy PLTU Baturaja 2×10 MW.
Bahan baku utama yang digunakan di PT. Bakti Nugraha Yuda Energy
PLTU Baturaja 2x10 MW yaitu :

7
8

2.1.1 Air
PT. Bakti Nugraha Yuda Energy PLTU Baturaja 2×10 MW memanfaatkan
air Sungai Ogan sebagai sumber air untuk segala keperluan pembangkit.Air
merupakan bahan baku utama yang digunakan untuk keperluan domestik dan
proses pembangkit. Air yang digunakan harus diolah terlebih dahulu, agar air
tersebut dapat memenuhi standar kualitas baku mutu. Proses pengolahan air pada
PLTU Baturaja 2×10 MW terdiri atas dua proses, yaitu raw water treatment untuk
memenuhi air domestik dan cooling tower serta demin water treatment yang akan
menghasilkan air demin sebagai air umpan boiler. Adapun persyaratan air umpan
boiler pada PLTU Baturaja 2×10 MW dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan Air Umpan Boiler PT. Bakti Nugraha Yuda
Energy PLTU Baturaja 2×10 MW
Parameter Batasan

pH 9 - 10

Konduktivitas ≤ 8 µs/cm

Total Iron (Fe) ≤5µg/l

Total Na+ ≤0,15 µg/l

Silica (SiO2) ≤0,2 mg/l


(Sumber :Manajemen PT. Bakti Nugraha Yuda Energy PLTU Baturaja 2x10 MW, 2020)

Persyaratan air umpan boiler secara umum air yang akan digunakan
sebagai air umpan boiler adalah air yang tidak mengandung unsur yang dapat
menyebabkan terjadinya endapan yang dapat membentuk kerak pada boiler, air
yang tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan korosi terhadap boiler
dan system penunjangnya dan juga tidak mengandung unsure yang dapat
menyebabkan terjadinya pembusaan terhadap air boiler. Oleh karena itu untuk
dapat digunakan sebagai air umpan boiler maka air baku dari sumber air harus
dilakukan pengolahan terlebih dahulu, karena harus memenuhi persyaratan
tertentu seperti yang diuraikan dibawah ini:
9

a. Air tidak boleh membentuk kerak / endapan yang membahayakan


Kerak/deposit pada air umpan disebabkan oleh terbentuknya endapan dari
air langsung pada permukaan perpindahan panas atau oleh suspensi air
yang menempel pada permukaan logam menjadi keras atau lengket.
Pembentukan kerak menyebabkan kesadahan dan suhu tinggi, yang
biasanya berupa garam-garam karbonat dan silikat.
b. Air bebas dari zat-zat yang dapat menyebabkan korosi
Korosi adalah kerusakan–kerusakan yang timbul pada logam yang
disebabkan karena terjadinya reaksi kimia antara permukaan logam
dengan media sekelilingnya. Korosi di dalam peralatan air pengisi
dapat diterangkan dengan theory electrochemical. Hal ke-2 yang
mempercepat terjadinya korosi di dalam ketel uap terutama:
 Oxygen yang terlarut
 Asam-asam
 Endapan yang dipermukaan, terutama yang mempunyai sifat
electronegative terhadap baja.
 Gabungan logam yang tak disukai, seperti tembaga dan baja.
 Adanya electrolytes, seperti larutan garam-garan kuat.

Ada 4 cara yang digunakan untuk mencegah korosi, ialah:


 Menghilangkan gas-gas yang terlarut di dalam air pengisi,
terutama oxygen dan carbon dioxide yang terlarut dalam air. Hal
ini dapat diatasi dengan proses aerasi.
 Penetralan asam-asam dan mempertahankan alkalinity yang
diinginkan dan pH di dalam air pengisi serta air ketel.
 Pembersihan mesin secara berkala.
 Meniadakan konsentrasi garam yang berlebihan.
c. Carry over yang besar dihasilkan dari priming dan foaming.
Faoming dapat digambarkan sebagai pembentukan sejumlah buih di
dalam ketel, yang disebabkan oleh kesalahan gelembung-gelembung
10

uap untuk bersatu dan pecah. Hal ini disertai oleh kenaikan kandungan uap
air yang agak banyak di dalam uap yang dikeluarkan oleh ketel.
Priming adalah ditandai oleh sejumlah besar air yang keluar dari ketel
bersama-sama dengan uap, umumnya dalam letupan-letupan yang tidak
continue (intermittent) yang membahayakan pipa-pipa uap, turbin dan mesin-
mesin. Hal ini dapat terjadi secara bersama-sama dengan foaming.
Permukaan air ketel yang tinggi membantu terjadinya priming. Foaming
dan priming umumnya disebabkan oleh konsentrasi bahan-bahan padat
yang terlarut dan bahan-bahan padat yang mengendap tinggi, mungkin diiringi
adanya minyak dan sabun di dalam air, dan mendadak kapasitas di dalam ketel
berubah. Keadaan ini dapat dicegah dengan mereduksi konsentrasi ait ketel
dengan blowdown, menghilangkan sumber-sumber kontaminasi sumber air
pengisi, pembersihan ketel secara berkala dan pengaturan batas permukaan air.
Untuk menghilangkan gangguan-gangguan ini penting untuk menyelidiki
setiap air yang akan digunakan sebagai pengisi ketel dan menentukan setiap sifat
dari air dan menentukan cara terbaik untuk mengelolanya.

2.1.2 Udara
Udara merupakan salah satu dari tiga elemen penting dalam proses
pembakaran selain bahan bakar dan sumber panas. Udara yang digunakan dalam
proses di PLTU ini diperoleh dari udara atmosfer di lingkungan PT. Bakti
Nugraha Yuda Energy PLTU Baturaja 2×10 MW. Udara yang pada PLTU ini
digunakan untuk proses pembakaran batubara.
Pada proses ini, udara di lingkungan dimasukkan ke sistem dengan bantuan
PAF (Primary Air Fan), dan SAF (Secondary Air Fan). PAF berfungsi untuk
menekan udara yang ada dilingkungan sehinga dapat dialirkan ke sistem
pembakaran, sedangkan SAF berfungsi sebagai pemberi udara bantu pada proses
pembakaran. Udara yang akan digunakan ini dipanaskan terlebih dahulu dengan
bantuan air heater hingga mencapai temperatur sekitar 113oC. Adapun sifat-sifat
dari udara dapat dilihat pada tabel 2.
11

Tabel 2. Sifat-Sifat Udara

Sifat Nilai

Densitas pada 0°C 1292,8 kg/m3

Temperatur kritis -140,7 oC

Tekanan kritis 37,2 atm

Densitas kritis 350 kg/m3

Panas jenis pada 1000oC, 281,650K dan 0,89876 bar 0,28 kal/gr oC

Faktor kompresibilitas 1000

Berat molekul 28,964

Viskositas 1,76 E-5 poise

Koefisien perpindahan panas 1,76 E-5 W/m.K

Entalpi pada 12000 ̊C 1278 kj/kg


(Sumber : Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book, 1996)

2.1.3 Batubara

Batubara merupakan bahan bakar utama untuk proses pembakaran di PLTU


Baturaja 2×10 MW. Batubara yang digunakan di PLTU Baturaja 2×10 MW
adalah jenis batubara Lignite yang didapat dari tambang PT. Bakti Nugraha Yuda.
Batubara tersebut juga akan menentukan kualitas daya yang dihasilkan karena
semakin bagus komposisi batubara maka panas yang dihasilkan semakin besar
dan akibatnya proses pembentukan uap akan semakin cepat. Namun terdapat
batasan dalam penentuan komposisi bahan bakar karena harus menyesuaikan
dengan spesifikasi boiler dan furnace yang digunakan. Adapun spesifikasi
batubara yang digunakan, dapat dilihat pada tabel 3.
12

Tabel 3. Spesifikasi Batubara PT. Bakti Nugraha Yuda Energy PLTU


Baturaja 2×10 MW

Parameter Unit Nilai

Analisa Proksimat

Volatile Matter (VM) % 35,32

Fixed Carbon (FC) % 31,47

Moisture Content (M) % 26,87

Ash Content (A) % 6,51

Analisa Ultimate

Carbon % 46,92

Hidrogen % 3,39

Nitrogen % 0,76

Oksigen % 15,41

Sulfur % 0,14

Analisa Refuse

Abu % 98,15

Carbon % 1,85

High Heating Value (HHV)

High Heating Value (GHV) kkal/kg 3230

(Sumber: Manajemen PT. Bakti Nugraha Yuda Energ PLTU Baturaja 2×10 MW,2020)
13

2.1.4 Bahan Bakar Tambahan

Selain batubara, terdapat bahan bakar tambahan yang digunakan saat start-
up atau penyalaan awal. Bahan bakar tambahan yang digunakan adalah tiny oil
atau solar HSD (High Speed Diesel). Bahan bakar solar adalah bahan bakar
minyak hasil sulingan dari minyak bumi yang berwarna cokelat jernih. Bahan
bakar solar mempuyai sifat– sifat, yaitu:

a. Tidak mempunyai warna atau hanya sedikit kekuningan dan berbau.


b. Encer dan tidak mudah menguap pada suhu normal.
c. Terbakar secara spontan pada suhu 350°C.
d. Mempunyai berat jenis sekitar 0,82 – 0,86 gr/ml.

Bahan bakar solar yang digunakan untuk start up atau penyalaan awal harus
memiliki spesifikasi agar hasilnya lebih optimal. Mengenai spesifikasi dari bahan
bakar solar dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Spesifikasi Bahan Bakar Solar PT. Bakti Nugraha Yuda Energy PLTU
Baturaja 2×10 MW

Component Unit Value

Specified gravity - 0,847 or more


Viscosity at 30 oC Cst 5,2 or more
Viscosity at 100 oC Cst 1,0 or more
o
Pour Point C -5 or-0,5
lessor less
o
Flash Point C 50 or more
Shulpur Content % wt max 1,2%
Water Content % wt 0.0%
Sodium Ppm 1,90
Vanadium Cst <0,5 ppm
Lead Ppm -
Low Heating Value Kcal/kg 10,140
Ash Content % wt Trac
(Sumber: Manajemen PT. Bakti Nugraha Yuda Energy PLTU Baturaja 2×10 MW, 2020)
14

2.2 Deskripsi Proses


Siklus kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan siklus
Rankine yang terdiri dari empat unit utama yaitu pompa, boiler, turbin, dan
kondensor.
Proses produksi listrik di PT. Bakti Nugraha Yuda Energy PLTU Baturaja
2×10 MW dimulai dari pengambilan air di Sungai Ogan yang dipompakan
melalui water intake pump. Kemudian air sungai dialirkan ke bak penampung air
sekaligus tempat pengendapan lumpur tahap awal sebelum menuju Water
treatment yang disebut sebagai Water pond (kolam air). Kolam tersebut memiliki
kapasitas sekitar 4000 m³ dengan kedalaman sekitar 6 meter. Untuk dilakukan
proses penjernihan air dan selanjutnya air masuk ke dalam Clarifier, tetapi
sebelum air masuk ke dalam Clarifier diinjeksikan secara bersamaan dengan
ketiga bahan kimia yaitu N3276 (Coagulant), N8507 Alkalin control, N8173
(Floculant) dan Trichloroisocyanuric Acid 90% (TCCA) untuk mengoksidasi
polutan dalam proses pengolahan air serta sebagai disinfektan dan mencegah
tumbuhnya lumut dalam pipa. Proses pada Clarifier terdiri dari proses Koagulasi
dan Flokulasi. Pada Clarifier terjadi proses koagulasi dan flokulasi, dimana
partikel-partikel kecil yang terdapat di zat akan saling menempel dan
menggumpal menyebabkan terbentuknya partikel yang besar sehingga akan
membentuk flok-flok dan berdasarkan perbedaan densitas flok-flok tersebut akan
mengendap turun ke bawah sedangkan air yang jernih akan naik ke atas.Air yang
telah diolah di Clarifier selanjutnya ditampung di dalam raw watertank yang
berkapasitas 250 m3. Air pada raw water tank kemudian didistribusikan
menggunakan 2 buah pompa yaitu domestic pump, dan service pump. Domestic
pump digunakan untuk memompakan air untuk kebutuhan domestik, dan service
pump digunakan untuk memompakan air menuju proses unit Demin Water
Treatment, sealing water (air pendingin bearing pompa), dan make up cooling
tower.
Pada Demin Treatment Plant (WTP) dilakukan proses pemurnian dan
penghilangan kandungan mineral terlarut dalam air. Proses tersebut meliputi
proses pada unit Ultra fiterisasion (UF), Reserve Osmosis (RO), dan Mixed bed.
Tahap awal proses pemurnian air dariservice pump dialirkan menuju proses Ultra
15

Filterisasion (UF), sebelum menuju RO (Reserve Osmosis), Selanjutnya keluaran


UF dialirkan menuju Reserve Osmosis unit 1 (RO1) yang sebelumnya dilewatkan
melalui catridge filter yang digunakan untuk menyaring partikel-partikel yang
berukuran 5 mikron. Pada RO terdapat membran-membran yang berfungsi untuk
menurunkan konductivity pada air dengan cara menangkap ion-ion yang
berukuran 10-4 mikron. Pada RO terdapat 2 keluaran yaitu aliran reject dan aliran
produk. Aliran reject air akan dialirkan ke reject tank dan aliran produk air akan
dialirkan menuju RO unit 2 untuk disaring atau diturunkan nilai conductivity
menjadi < 2 ppm dan setelah itu penyaringan kembali menuju Mixed Bed.
Unit yang terakhir dari proses persiapan air yaitu unit Mixed Bed yang
prosesnya menggunakan Resin Anion & Kation. Pada proses ini dilakukan
pengolahan berdasarkan pemisahan ion Positif & Negatif dan menurunkan Nilai
Silica pada air tersebut (SiO2) < 0.02 ppm. Ditampung di penyimpan
demineralized water tank dan selanjutnya air tersebut siap untuk dialirkan menuju
deaerator yang disalurkan melalui demineralized water pump. Pada deaerator
juga diinjeksikan Oxygen Schavanger jenis chemical nya (N1250) yang berfungsi
untuk menjaga membantu Proses kerja Dearator menghilangkan oxygen yang
terlarut dalam air dengan temperature 104°C dan tekanan 0,118 MPa. Kemudian
dari deaerator, air dipompakan oleh Boiler Feed Water Pump (BFWP) menuju
high pressure heater yang berfungsi sebagai media pemanas awal air umpan
masuk ke dalam boiler agar mengurangi beban kerja boiler. Temperatur air
umpan setelah melewati high pressure heater 255°C dan tekanan 0,475 MPa.
Selanjutnya air umpan boiler dialirkan ke economizer untuk dipanaskan kembali
hingga mencapai temperatur sebesar ±480°C menggunakan flue gas hasil
pembakaran bahan bakar dengan udara suplai. Selanjutnya air umpan mengalir
menuju steam drum untuk mengubah air umpan menjadi uap jenuh. Air dari steam
drum akan dialirkan melalui pipa downcomer dan dilewatkan pada pipa water
walltube yang terdapat pada dinding furnace.
Setelah melewati waterwall tube, kemudian dikembalikan lagi ke steam
drum dan menghasilkan uap yang masih berupa uap jenuh (saturated steam).
Selanjutnya uap jenuh tersebut dipanaskan kembali didalam superheater dengan
memanfaatkan panas dari hasil pembakaran bahan bakar dengan udara suplai
16

hingga menghasilkan uap kering (superheated steam) dengan temperatur ±490°C,


tekanan ± 5 MPa dan laju alir ± 55 t/h. Selanjutnya, superheated steam dialirkan
menuju high pressure turbine dan memutar sudu-sudu turbin dengan kecepatan
3000 rpm, poros pada turbin terkopel dengan generator sehingga menghasilkan
putaran generator 3000 rpm dengan frekuensi 50 Hz dan menghasilkan daya atau
beban listrik sebesar 12.5 MW. Kemudian panas yang masih tersisa dari high
pressure turbine langsung dialirkan menuju high pressure heater dengan
temperatur 255°C - 300°C, tekanan 0,831 MPa untuk memanaskan air umpan
boiler. Selanjutnya, panas yang masih tersisa juga dialirkan menuju low pressure
turbine untuk memutar sudu-sudu turbin dan panas sisa dari low pressure turbine
langsung dialirkan menuju low pressure heater dengan temperatur 155°C, tekanan
0,071 Mpa kedearator.
Uap basah yang meninggalkan turbin akan menuju ke kondensor untuk
dilakukan proses kondensasidari fase uap basah menjadi fase cair dengan
tekanan vakum sebesar -0,09 MPa. Kondensor yang digunakan tipe shell and
tube dimana air berada pada tube, sedangkan uap berada pada shell. Untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang terdapat pada tube digunakan rubber ball
untuk membersihkan apabila terjadi blocking.
Air pendingin dari cooling tower dipompakan oleh circulating water pump
(CWP) masuk kondensor untuk menyerap kalor dari uap keluaran turbin dengan
temperatur ±33°C. Kemudian air keluar kondensor disirkulasikan kembali ke
cooling tower untuk didinginkan. Kondensat hasil kondensasi ditampung pada
hotwell dan kemudian dipompakan oleh condensate pump menuju LPH (Low
Pressure Heater) untuk dipanaskan kembali sebelum dialirkan ke deaerator. Pada
deaerator dihilangkan kandungan oksigen yang terlarut dalam air dan selanjutnya
dipompakan kembali oleh BFWP menuju HPH (High Pressure Heater) untuk
dilakukan pemanasan awal dan kemudian dialirkan menuju economizer dan akan
kembali lagi ke boiler.
Oil cooler untuk mendinginkan oli turbine, sumber pendinginnya yaitu air
dari cooling tower. Temperature yang harus didinginkan yaitu 60 °C. diturunkan
menjadi 35°C. dengan media air cooling tower yang temp 28°C.
17

2.3 Diagram Alir Proses

Dari uraian diatas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.
18

Anda mungkin juga menyukai