Dalam kehidupan kita bahan bakar adalah dibutuhkan yang sangat urgen bagi
semua lapisan masyarakat dalam menjalani kehidupannya sehari -hari. Namun
akhir-akhir ini bahan bakar semakin mahal dan sulit diperoleh, terutama untuk
keperluan memasak sehari-hari. Energi dari BBM sangat mendominasi
penggunaan energi di masyarakat pada hal BBM adalah disubsidi oleh
pemerintah, cadangannya semakin menipis, dan tidak ramah lingkungan. Energi
dari kayu bakar yang lebih banyak digunakan masyarakat desa na mun
menimbulkan pengrusakan hutan yang mengakibatkan banjir, longsor dan
pemanasan global (global warming), hal ini menuntut kita harus mencari energi
alternatif.
Berdasarkan hal tersebut di atas, pemerintah telah serius mengupayakan solusi
untuk mengatasi kekurangan energi, dengan menerbitkan Instruksi Presiden, No. 1
tahun 2006 dan Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006, yang menegaskan supaya
semua jajaran pemerintah termasuk Bupati mendukung program nasional dalam
mengantisipasi kelangkaan energi, yaitu “Pemanfaatan Bahan Bakar Alternatif” yaitu
Biofuel seperti Biogas, Biodiesel dan lain-lain
Di kota makassar, terdapat pasar Ayam, tempat transaksi jual beli ayam pada hari
pasar mencapai sekitar 500 ekor ayam dan hari biasa sekitar 200 ekor ayam yang
kotorannya sampai sekarang ini belum di kelolah dengan baik.
2
Masalah yang dihadapi pemerintah dan masyarakat di pasar traditional dan sekitarnya
adalah adanya kotoran dari hasil pemotongan ayam yang sudah bertumpuk begitu saja
di alam bebas, dalam keadaan basah maupun kering. Kotoran ternak ini dikerumuni
lalat, menghasilkan bauh tidak sedap yang menyengat, mengotori halaman pasar,
mengambil tempat, yang lama kelamaan akan menjadi tumpukan yang besar sehingga
lokasi pasar semakin sempit ,seperti pada gambar 2 berikut.
Tumpukan kotoran pemotongan hewan tradisional yang dapat saja dijadikan bahan
bakar untuk memasak, namun mereka tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan
untuk mengolah kotoran hewan menjadi bahan bakar yang bernilai ekonomis tinggi
untuk menopang usaha mereka dalam hal penyediaan bahan bakar secara mandiri.
Penulis melihat kondisi tersebut, maka merasa terpanggil untuk segerah
menerapkan teknologi pengolahan kotoran hewan menjadi bahan bakar.. Berdasarkan
hasil penelitian bahwa bahan bakar sangat baik dibuat dari berbagai bahan organik
yakni kotoran ternak, sisa-sisa makanan, tanaman seperti limbah tanaman, jerami,
daun, dan potongan rumput.
Untuk memasak biasanya mereka menggunakan 2 tabung 12 kg/minggu dengan
harga Rp.95.000 atau Rp. 760.000/bulan sedangkan minyak tanah 10 liter perhari,
jadi ada 70 liter per minggu kali Rp.3000 sama dengan Rp.210.000,- per minggu atau
Rp.840.000/bulan . Melalui perhitungan sederhana ini, sangat mencengangkan kita
dan dibutuhkan solusi untuk mengurangi pengeluaran yang terlalu besar itu untuk
memajuhkan usaha mereka.
Teknologi biogas merupakan teknologi yang relatif sangat murah dan sederhana
untuk diterapkan dan dikembangkan. Teknologi ini mudah diaplikasikan dan di
operasikan tidak perlu pendidikan yang tinggi, teknologinya super sederhana, dapat
digunakan mulai skala rumah tangga, pedagang kaki lima sampai skala industri .
Teknologi ini sangat tepat diterapkan di pasar ayam, mengingat tempat pemotongan
hewan ini merupakan salah satu tempat yang memiliki potensi tumpukan kotoran
hewan untuk di olah sebagai bahan bakar.
Kondisi mitra saat ini sebagai pemotongan hewan berada yang di kelurahan Tamangapa Raya,
kecamatan Manggala, Kota Madya Makassar, di lokasi ini ada sekitar 20 km dari kota Makassar
sebagai salah satu penyuplai daging kerbau dan sapi di Kota Makassar. Kelompok Pemotongan
Hewan ini di pimpin oleh seorang pengelolah atau juragan, memiliki tenaga kerja sebanyak 20
orang dengan pendidikan rata-rata tammatan SMP dan SMA, mereka bekerja sebagai
pemotong hewan, penjaga ternak yang masih dikandangkan.
4
Pemotongan Hewan tempat ini dilakukan setiap hari, mereka memotong hewan rata-rata 50
ekor dan pada hari raya keagamaan seperti Idulfitri, Natal dan Tahun baru rata-rata 100 ekor.
Pada saat pemotongan hewan setiap ekor menghasilkan kotoran hewan yang dikeluarkan dari
usus besar dan usus halus rata-rata 50 kg. Untuk hewan yang masih dikandangkan setiap hari
rata-rata 100 ekor dan menghasilkan kotoran feses (Feases) 5 kg/ekor.
Sampai saat ini tempat pemotongan hewan, kotoran sudah bertumpuk begitu saja di alam
bebas dalam keadaan basah maupun kering. Kotoran hewan ini dikerumuni lalat, menghasilkan
bauh tidak sedap yang menyengat, mengotori halaman pemotongan hewan, mengambil
tempat, yang lama kelamaan akan menjadi tumpukan yang besar sehingga lokasi kerja
semakin sempit.
Tempat pemotongan hewan ini belum tertata dengan baik, halaman yang kurang bersih yang
diakibatkan oleh kotoran hewan belum dikelolah dengan baik. Halaman yang juga masih
gersang karena halaman belum ditanami tanaman hias maupun tanaman produktif, padahal
tersedia pupuk dari kotoran hewan sebagai pupuk organik. Pemotongan hewan ini berada di
pemukiman penduduk yang mayoritas adalah Peternak dengan pendidikan rata-rata SD, SMP
dan SMA.
Pengelolah, pekerja dan masyarakat sekitar belum mempunyai pengetahuan dan ketrampilan
untuk mengolah kotoran hewan menjadi bahan yang bernilai ekonomis serta dapat
mensejatrakan mereka . Penulis melihat kondisi di Pemotongan Hewan bahwa kotoran hewan
tersebut dapat diolah menjadi bahan bakar. Berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman Tim
bahwa bahan bakar dapat dibuat dari berbagai bahan organik yakni kotoran dan air seni
hewan, kotoran dan air seni manusia, sisa-sisa makanan seperti daging, tulang, sayuran,
materi tanaman seperti limbah tanaman, jerami, daun, ranting, dan potongan rumput.
Kelompok pemotongan hewan ini pada hari biasa mereka memotong kerbau dan Sapi 50 ekor,
pada hari raya keagamaan seperti Idulfitri ,natal, tahun baru sekitar 120 ekor. Limbah hewan
yang dihasilkan ada dua yaitu
Setiap hari ada sekitar 50 ekor kerbau dipotong dan kotoran dari usus 50
Berdassarkan hasil survei awal di lapangan kotoran hewan atau feses yang dihasilkan 1
ekor kerbau adalah 5 kg, dan rata rata persiapan kerbau setiap hari 100 ekor jadi, dalam
satu hari ada 500 kg feses .
Kotoran hewan dengan kadar air 65 – 75 % dengan temperatur 30- 45 oC, kotoran ini hanya
menghasilkan bau tidak sedap, pemandangan yang kurang indah, tempat bersarangnya lalat
yang jika hingap pada daging yang baru dipotong menyebabkan daging gampang saja
terkontaminasi bakteri dan jika orang mengkonsumsi daging itu dapat menyebabkan jatuh
sakit.
Selain potensi aplikasinya yang memadai, mudah di buat, produksi biogas juga memberikan
nilai tambah ekonomis bagi masyarakat sebagai sarana penyedia energi siap pakai. Dasar
perhitungan sederhana tentang pemanfaatan kotoran 2 ekor kerbau atau sapi, maka dapat
memproduksi biogas dapat mencapai 1m3 perhari, dan 1 m3 Biogas setara dengan:
Dengan data tersebut dapat memberikan informasi kepada kita bahwa dalam satu hari kotoran
hewan yang dipotong dan yang masih dikandangkan dihasilkan 759 kg feses/ hari. Dengan
jumlah ini, maka biogas yang dihasilkan setiap hari sebanyak 75 m3/hari atau sebesar
1.168.125 kkal/hari.
6
Pengolahan kotoran hewan menjadi biogas selain sebagai sumber energi adalah untuk
mengatasai masalah sampah organik terutama di pemotongan hewan seperti feses, urine, sisa
makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan
sebagainya. Sampah ini akan semakin menjadi masalah ketika adanya pengembangan usaha di
perkotaan dan pedesaan karena semakin berkembang usaha peternakan, maka semakin
meningkat limbah yang dihasilkan .
Selain bermanfaat sebagai energi biogas, Lumpur sisa pengolahan dari biodigester tersebut
ternyata kaya akan nutrisi NPK (nitrogen, fosfor, dan kalium), sehingga bisa dimanfaatkan
sebagai penyubur tanaman. Tentunya setelah diperkaya terlebih dulu dengan sejumlah materi,
seperti tepung tulang, tepung darah, dan tepung cangkang telur. "Pupuk hasil olahan biogas
merupakan pupuk organik, sehingga sangat cocok untuk pertanian organik
B. PERUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Program kreativitas ini bertujuan untuk :
1. Menerapkan teknologi pengolahan limbah/kotoran hewan di pemotongan hewan
tradisional.
2. Membantu warung kaki lima untuk memperoleh bahan bakar murah,
ramah lingkungan dan berkelanjutan (sustainable)
E. KEGUNAAN
. G. METODE PELAKSANAAN
3).Pipa 1 inci
4). Socket ulir dalam 1 inci
5).Socket ulir luar 1 inici
6).Elbow 1 inci
7). Sambungan T 1 inci
8).Pipa 3 inci,
10).Knee 3 inci,
11).Socket ulir dalam 3 inci,
12).Socket ulir dalam 3 inci
13).Pipa PVC, D= 12 inci= 30cm,
14).Dov Pipa PVC 12 inci,
15)Besi Siku 3 cm x 4 cm,
16) Cat , Catridge Hp.21
17).Hitam, Catridge Hp.22 ,warna
18). Slang gas ,
19).Gas Holder
20).Kertas A4
21). Kertas HVS 14"x11"
22). Flash/Casset Disk
b.Peralatan penunjang
1).Termokopel
2).Leack Detektor
3).Multimeter digital
4). PH mete
5). Kompor Biogas
6). Tang penusuk
7). Tang penjepit
9). Flaring
10
6
4
2
3
8
7
Keterangan :
Prinsip kerja dan pengopersiannya alat pengolahan ini adalah sangat sederhana
yakni limba ternak yang masih segar atau hijau dicampur air 1:2, kemudian
dimasukkan kedalam tangki permentasi atau Digester (Reaktor) yang mampu
beroperasi pada kondisi kedap udara. Kotoran hewan ini didiamkan dalam
Digester selama 12 hari baru menghasilkan biogas atau metan (CH4). Biogas
yang dihasilkan ini di alirkan ke penampung gas, kemudian disalurkan ke kompor
gas untuk menyalahkan kompor atau pemanen gas yang dihasilkan.
Untuk tahap selanjutnya sisa diisi terus kotoran baru maka akan menghasilkan
gas terus- menerus sambil di keluar limba reaktor . Limba reaktor ini tidak
berbau lagi, tidak dikerumini lalat lagi dan sangat baik sebagai pupuk organik
bagi tanaman dan pakan ikan.
H. JADWAL KEGIATAN
Bulan ke
No Tahapan Kegiatan 1 2 3 4 5 Tempat
I. RANCANGAN BIAYA
Perincian rancangan biaya Rancangan yang didanai Depdiknas adalah mengacu pada
Metode Pelaksanaan Program dengan Rekapitulasi biaya yang terdiri atas:
Sub.Total II Rp 2,555,000
III Perjalanan
1 Transportasi lokal 4 kali Rp 100,000 Rp 400,000
2 Transportasi ke lokasi 4 kali Rp 200,000 Rp 800,000
Mitra
Sub.Total III Rp 1,200,000
Pembuatan Laporan
IV dan Seminar
14