Anda di halaman 1dari 3

Nama : Masyhur Abrari Natuah

Nim : 2105903010003
Mk : Mesin Konversi Energi

RESUME MOTOR PEMBAKARAN LUAR


1. Analisis Program Boiler Water Treatment Di Kapal
Pada ketel pipa air memerlukan kualitas air pengisi yang lebih baik jika
dibandingkan dengan ketel pipa api karena penguapan pada ketel pipa air terjadi dalam
waktu yang cepat, sehingga apabila kualitas air pengisi kurang baik, maka kadar kotoran
kotoran yang terkandung pada air akan mengendap dibagian bawah drum air dan dapat
memperlambat waktu pembentukan uap. Dari hasil penelitian macam-macam air yang
dapat digunakan Sebagai air pengisi ketel adalah air sumur dan air Kondensat. Air
kondensat sudah murni sehingga Tidak perlu mengalami pengolahan yang khusus,
Sedangkan untuk air yang berasal dari sumur atau sungai Perlu mendapat pengolahan-
pengolahan lebih Dahulu, biasanya air tersebut terdapat pengotor pengotor, antara lain:
1. Zat tersuspensi, seperti lumpur dan tanah Liat. Biasanya dihilangkan dengan
penyaringan.
2. Zat terlarut, seperti garam-garam mineral (garam magnesium, kalsium dan lain-
lain).
Kesimpulan dari penelitian Usaha pencegahan batu ketel dapat dilakukan
dengan cara menjaga kandungan klorin dan pH agar air yang nantinya masuk ke ketel
uap sudah memenuhi persyaratan yaitu mengandung klorin kisaran antara2,5~4,0ppm
dan pH kisaran antara 7,0~9,0 ppm sebelum air itu masuk ke keteluap.

2. Analisis Pengaruh Perbandingan Bahan Bakar Ketel Uap Berbahan Bakar


Cangkang Dan Serabut Dengan Kapasitas 20 Ton Uap/jam
Bahan bakar adalah segala sesuatu yang dapat dibakar. Banyak terdapat bahan
yang dapat Dibakar, misalnya kertas, kain, minyak tanah, minyak makan, dan
sebagainya. Cangkang adalah sejenis bahan bakar padat berwarna hitam berbentuk
seperti batok kelapa dan agak bulat, terdapat pada bagian dalam pada buah kelapa
saawit yang diselubungi oleh Serabut. Dari Analisis pengaruh bahan bakar ketel uap
tipe N-600 SA dengan perbandingan 1 (cangkang): 3 (serabut) dan 3 (cangkang): 1
(serabut) berkapasitas 20 ton uap/jam di Pabrik Kelapa Sawit Pagar Merbau PT
Perkebunan Nusantara II maka penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Jumlah kebutuhan bahan bakar ketel uap dengan perbandingan bahan bakar 1
(cangkang): 3 (serabut).
2. Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses pembakaran 1 kg cangkang dan
serabut adalah 1,22 kg O2.
3. Besar efisiensi ketel uap tidak mencapai 100 %. Pada perbandingan bahan bakar
1 (cangkang): 3 (serabut) .
4. Efisiensi termal ketel uap sangat dipengaruhi oleh nilai kalor dari bahan bakar.

3. Pencegahan Kerak Dan Korosi Umpan Ketel Uap Di Pg Mojo Sragen


Pabrik gula Mojo Sragen terletak di jantung kota Sragen. Pabrik gula Mojo
adalah salah satu Pabrik gula yang pernah berdiri di Kabupaten Sragen selain Pabrik
Gula Kedungbanteng. Penyebab sistem ketel uap pada pg mojoSragen membentukan
kerak dikarenakan terutama oleh kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) pada dinding pipa
yang dimana itu dapat menghambat proses penghantaran panas.
Terjadinya korosi terhadap logam ketel, sepanjang aliran air umpan dan aliran
kondensat Yang disebabkan terutama oleh gas oksigen yang terlarut dalam air. Ada
beberapa cara yang Dilakukan pada pencegahan eksternal, diantaranya pelunakan kapur,
dearasi yang berfungsi Menghilangkan gas secara mekanikal dengan dearator dan secara
kimiawi.
Kesimpulan dari penelitian adalah:
1. Permasalahan yang ditimbulkan oleh air umpan dalam ketel yaitu terjadinya
pembentukan kerak dan korosi pada dinding ketel.
2. Pemecahan dari masalah terhadap air umpan ketel uap adalah perawatan
External water treatment dan Internal water treatment.

4. Analisa Pemakaian Bahan Bakar Ampas Tebu Dan Tempurung Kelapa Dengan
Menguji Variasi Rasio Yang Paling Efisien Terhadap Ketel Uap Sebagai Bahan
Bakar Alternatif
Untuk memproduksi uap pada suatu jumlah tertentu pada Setiap jamnya dengan
suatu tekanan dan suhu yang telah ditentukan. Proses Pendidihan memerlukan energi
panas yang diperoleh dari sumber panas misalnya dari Pembakaran bahan bakar berupa
bahan bakar padat, cair dan gas. Salah satu bahan bakar yang dapat di gunakan adalah
Ampas Tebu Dan Tempurung Kelapa yang akan di analisa efisiensi nya. Kesimpulan
dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi tertinggi dihasilkan pada variasi rasio 80% AT (Ampas tebu) : 20%
TK (Tempurung Kelapa) sebesar 78,88%, Dan efisiensi terendah dihasilkan
pada variasi rasio 70% AT : 30% TK sebesar 75,05%
2. Variasi rasio yang paling efisien direkomendasikan sebagai bahan bakar
alternatif Untuk ketel uap merk Yoshieme Japan, dengan suhu uap 325°C,
kapasitas uap 60 T/jam, dan tekanan 29 kg/cm2 Adalah variasi 90% AT :
10% TK, dengan alasan Dilihat dari :
 Nilai efisiensi yang berbeda hanya 0,13 antara variasi rasio 80% AT :
20% TK Dengan 90% AT : 10% TK
 Panas yang dihasilkan oleh variasi 90% AT : 10% TK sebesar
7813767,251 Kkal/jam lebih besar dibandingkan variasi 80% AT : 20%
TK sebesar 7813660,057 kkal/jam, dengan perbedaan panas sebesar
107,194 kkal/jam
 Biaya yang dibutuhkan untuk setiap pembakaran per jam pada variasi
rasio 90% AT : 10% TK sebesar Rp 70.092,124, sementara variasi rasio
80% AT : 20% TK sebesar Rp 123.353,284, memiliki perbedaan sebesar
Rp 53.261,16

5. Penerapan Prinsip Eko-Efisiensi dengan Memanfaatkan Limbah Ampas Tebu


Sebagai Bahan Bakar Ketel Uap
Industrialisasi dan kemajuan kehidupan menurut Singgih (2012) dihadapkan
Pada masalah produksi sampah/ limbah yang tidak terkira. Laju industrialisasi untuk
Memenuhi kebutuhan masyarakat membawa dampak pada kelangkaan sumber daya
Alam. Masalah lingkungan merupakan idaman bagi semua orang tetapi seringkali
Kelestarian lingkungan dikaitkan dengan biaya dalam arti memperbaiki kinerja
Lingkungan berarti meningkatkan biaya. Akhir-akhir ini timbul pemikiran untuk
Mengendalikan masalah lingkungan tetapi juga menguntungkan secara finansial
Sehingga timbullah istilah green productivity. Green productivity merupakan strategi
Untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja lingkungan secara bersamaan.
Pada pabrik gula Madukismo, ampas tebu dimanfaatkan untuk menggerakan
ketel uap sebagai pengganti solar. Semakin banyak ampas tebu yang dapat
dimaanfaatkan sebagai bahan bakar maka akan semakin lama timing production Yang
dapat dicapai sehingga akan semakin mengurangi penggunaan solar sebagai Bahan
bakar ketel uap dan menghemat pengeluaran.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Limbah ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan bakar ketel uap pengganti
Solar selama 3.266,18 jam atau 165,44 hari.
2. Penghematan biaya yang dapat dicapai dengan memanfaatkan limbah ampas
Tebu sebagai bahan bakar ketel uap sebagai pengganti solar sebesar Rp
614.354.330,80.

Anda mungkin juga menyukai