Anda di halaman 1dari 23

A.

JUDUL
ANALISIS PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN, BURNING DURATION, DAN
OPERATING COST DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATUBARA
DAN CAMPURAN BATUBARA DENGAN BIOMASSA DALAM INDUSTRI
PENGOLAHAN SEMEN DI PT. SEMEN PADANG

B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL


Industri semen merupakan proses produksi high energy karena membutuhkan
banyak bahan bakar pada saat proses pembakaran raw material di Kalsiner dan Kiln. Di
pabrik semen modern, kebutuhan konsumsi energi rata rata sekitar 3.000 3.300 MJ
per ton klinker (Reff. CSI GHD, 2009). Sekitar 30 40 % dari total production
cost hanya digunakan untuk membiayai kebutuhan bahan bakar. Pada umumnya industri
semen hanya menggunakan batubara sebagai bahan bakar untuk pengolahannya. Padahal
dalam pelaksanaannya, penggunaan batubara sebagai bahan bakar pada industri semen
mengakibatkan tingginya pencemar Nox, CO2, dan SO2. Rata-rata kebutuhan energi
untuk menghasilkan 1 ton semen adalah 3,3 GJ yang memerlukan 120 KG batubara
dengan nilai kalor rata-rata 27,5 MJ/KG (Feng dalam Asthana, 2006). Emisi CO2 dari
produksi semen dihasilkan melalui dua proses. Pertama, CO2 dihasilkan dari proses
dekarbonisasi batukapur saat material bahan baku dibakar:
CaCO3

> CaO + CO2

Proses diatas menghasilkan hampir 0,5 ton CO 2 per ton semen. Sumber kedua
berasal dari pembakaran sejumlah besar bahan bakar diatas temperatur 2000 0C. Habibie
et all (1999) menyatakan bahwa CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan
bakar untuk mengoperasikan tanur mencapai 0,75 ton CO 2. Emisi gas karbondioksida ini
memicu terjadinya pemanasan global dan efek rumah kaca.

Penggunaan batubara seutuhnya untuk proses pembakaran juga membutuhkan


banyak biaya apabila dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar batubara yang
dicampur dengan biomassa.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas (peningkatan production cost,
pemborosan energi dan kenaikan emisi gas CO2) maka perlu dilakukan tindakan nyata
yang efektif dan efisien. Inovasi ini tidak menghasilkan produk baru tetapi
mengembangkan teknologi proses yang ramah lingkungan sehingga akan memberikan
nilai tambah bagi Perseroan.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui kualitas dan lama pembakaran semen yang dibakar hanya dengan
menggunakan batubara di PT. Semen Padang
2. Untuk mengetahui kualitas dan lama pembakaran semen yang dibakar menggunakan
batubara dicampur dengan biomassa di PT. Semen Padang
3. Untuk mengetahui perbandingan biaya masing-masing bahan bakar tersebut.
D. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kualitas semen yang dibakar hanya dengan menggunakan batubara di PT.
Semen Padang dan berapa lama waktu pembakarannya?
2. Bagaimana kualitas semen yang dibakar menggunakan batubara dicampur dengan
biomassa di PT. Semen Padang berapa lama waktu pembakarannya?
3. Bagaimanakah perbandingan biaya untuk masing-masing bahan bakar tersebut?

E. DASAR TEORI
1. Definisi Semen
Semen berasal dari bahasa latin caementum yang berarti bahan perekat. Secara
sederhana, definisi semen adalah bahan perekat atau lem, yang bisa merekatkan
bahan bahan material lain seperti batu bata dan batu koral hingga bisa membentuk
sebuah bangunan. Sedangkan dalam pengertian secara umum semen diartikan
sebagai bahan perekat yang memiliki sifat mampu mengikat bahan bahan padat
menjadi satu kesatuan yang kompak dan kuat. (Bonardo Pangaribuan, Holcim)
Adapun pengertian semen portland Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
(SNI) nomor 15-2049-2004 adalah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak (Clinker) portland terutama yang terdiri dari kalsium silikat
(xCaO.SiO2) yang bersifat hidrolis dan digiling bersama sama dengan bahan
tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat (CaSO 4.xH2O)
dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain (Mineral in component).
Hidrolis berarti sangat senang bereaksi dengan air, senyawa yang bersifat
hirolis akan bereaksi dengan air secara cepat. Semen portland bersifat hidrolis karena
di dalamnya terkandung kalsium silikat (xCaO.SiO2) dan kalsium sulfat
(CaSO4.xH2O) yang bersifat hidrolis dan sangat cepat bereaksi dengan air. Reaksi
semen dengan air berlangsung secara irreversibel, artinya hanya dapat terjadi satu
kali dan tidak bisa kembali lagi ke kondisi semula.
2. Komposisi Kimia Semen
Bahan kimia utama penyusun semen adalah kalsium silikat (xCaO.SiO 2),
kalsium sulfat (CaSO4.xH2O) dan bahan tambahan lain (Mineral in component) yang
akan berperan sebagai cement filler. Dimana mineral kalsium silikat (xCaO.SiO2)
bersifat sangat hidrolis, di dalam industri semen mineral mineral penyusun semen
diistilahkan sebagai C3S, C2S, C3A dan C4AF yang berarti :
C3S

3CaO.SiO2

C2S

2CaO.SiO2

C3A

3CaO.Al2O3

C4AF

4CaO.Al2O3.Fe2O3

Inilah yang membuat industri semen berbeda dengan industri kimia pada
umumnya, dimana pada industri kimia lain C dipakai untuk Carbon, S untuk Sulfur,
dan F untuk Fluoro sedangkan pada industri semen dipakai hanya untuk kemudahan
dalam pelafalan. Setiap mineral penyusun semen tersebut, memiliki peran dan fungsi
masing masing terhadap sifat semen. Berikut fungsi dari masing masing
material,

Persentase untuk tiap material tersebut akan berbeda tergantung dari jenis semen yang di
produksi dan kondisi operasi tiap tiap pabrik semen yang berbeda beda, tetapi secara
umum range persentase untuk tiap material diberikan sebagai berikut,

3. Poses Produksi Semen

Gambar 4. Diagram Alir Proses Produksi PT. Semen Padang

Proses utama di pabrik semen terdiri dari tiga tahapan proses:


a. Proses produksi campuran bahan baku
Proses produksi campuran bahan bakumemerlukan mill tegak atau mill jenis
tabung sebagai mesin utama untuk grinding dan pengeringan. Bahan baku yang
dimasukkan terdiri dari batu kapur, batu silika, tanah liat, slag (kerak) tembaga
dengan komposisinya masing-masing dan produknya adalah campuran bahan
baku. Energi listrik digunakan untuk grinding dan gas panas (gas buang kiln)
digunakan untuk pengeringan. Proses ini menghasilkan debu yang ditampung
dengan electrostatic precipitator.
b. Proses produksi klinker
Alat utama untuk produksi klinker adalah kiln. Proses ini terdiri dari
kalsinasi, pembentukan klinker pada temperatur 14000C dan pendinginan. Bahan
yang dimasukkan adalahcampuran bahan baku dan batubara sebagai bahan bakar.
Proses ini mengeluarkan debu klinker yang ditampung dalam electrostatic
precipitator dan udara panas dibuang. Dari udara panas yang dibuang ini tentunya
menghasilkan gas CO2 yang berlebihan apabila bahan bakar yang digunakan
adalah batubara. Hal ini akan berdampak pada emisi gas rumah kaca yang sangat
mencemari lingkungan.
c. Proses produksi semen
Alat utama untuk produksi semen adalah mill bentuk tabung untuk
menghaluskan klinker dan gypsum. Sistem ini menggunakan listrik untuk
menjalankan alat.
Secara umum proses produksi semen terdiri dari beberapa tahapan :
a. Tahap penambangan bahan mentah (quarry). Bahan dasar semen adalah batu
kapur, tanah liat, pasir besi dan pasir silica. Bahan-bahan ini ditambang dengan
menggunakan alat-alat berat kemudian dikirim ke pabrik semen.

b. Bahan mentah ini diteliti di laboratorium, kemudian dicampur dengan proporsi


yang tepat dan dimulai tahap penggilingan awal bahan mentah dengan mesin
penghancur sehingga berbentuk serbuk.
c. Bahan kemudian dipanaskan di preheater
d. Pemanasan dilanjutkan di dalam kiln sehingga bereaksi membentuk kristal
klinker
e. Kristal klinker ini kemudian didinginkan di cooler dengan bantuan angin. Panas
dari proses pendinginan ini di alirkan lagi ke preheater untuk menghemat energi
f. Klinker ini kemudian dihaluskan lagi dalam tabung yang berputar yang bersisi
bola-bola baja sehingga menjadi serbuk semen yang halus.
g. Klinker yang telah halus ini disimpan dalam silo (tempat penampungan semen
mirip tangki minyak pertamina)
h. Dari silo ini semen dipak dan dijual ke konsumen

4. Jenis - Jenis Bahan Bakar yang Digunakan di Industri Semen


Pabrik semen merupakan pabrik yang intensif dalam pemakaian energi panas
dari bahan bakar. Oleh sebab itu masalah bahan bakar dan teknologi pembakaran
merupakan hal yang sangat penting untuk dikuasai baik oleh engineers proses
maupun para operator kiln. Selain itu apabila pabrik semen dapat memakai bahan
bakar dengan konsumsi panas spesifik yang cukup rendah, maka keuntungan biaya
produksi dapat diperoleh dengan pasti karena sekitar 30% biaya produksi berasal dari
biaya bahan bakar ini.

Tujuan pembakaran bahan bakar baik di kiln maupun di kalsiner adalah untuk
mengubah panas latent yang dimiliki bahan bakar menjadi panas hasil pembakaran
yang langsung dapat digunakan untuk mengubah atau mereaksikan material baku
menjadi klinker. Selain itu proses pembakaran tidak cukup hanya bertujuan
menghasilkan sejumlah energi atau kalor yang dapat segera dimanfaatkan oleh bahan
baku, tetapi masih diperlukan untuk menghasilkan temperatur gas hasil pembakaran
yang tinggi agar proses perubahan dari material baku menjadi klinker dapat berjalan
dengan baik serta menghasilkan klinker dengan kualitas baik. Di kiln, temperatur gas
di atas 1400oC sangat diperlukan untuk proses klinkerisasi.
Secara umum dan berdasarkan wujudnya, jenis-jenis bahan bakar dapat
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu bahan bakar padat, cair dan gas. Contoh
bahan bakar padat adalah batu bara, arang, kayu, pet coke, dan lain-lain. Untuk bahan
bakar cair misalnya IDO, minyak solar, bensin, minyak tanah, bahan bakar sintetik,
dan lain-lainnya. Sedangkan yang wujudnya gas antara lain LPG, gas alam, dan
lainnya.
a. Batubara
Batubara diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan pada sifatsifat dan umur terbentuknya antara lain lignit, bituminous, anthracite, dan lainlain. Beberapa sifat yang membedakan antara beberapa jenis batubara tersebut
antara lain diperlihatkan pada tabel 1.
Klasifikasi di atas didasarkan pada umur terbentuknya batubara mulai dari
yang termuda dengan kadar volatile yang tinggi, berumur menengah seperti
bituminous hingga yang paling tua yaitu anthracite dengan kadar volatile yang
rendah. Kandungan volatile ini mempunyai pola kecenderungan yang sama
dengan kadar air. Dengan umur batubara yang lebih tua maka kandungan airnya
akan semakin sedikit dan unsur padatan lainnya semakin kompak. Namun untuk

kandungan ash (debu) dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa kadarnya
bukan merupakan fungsi dari umur batubara. Oleh sebab itu kandungan debu
perlu diketahui melalui uji laboratorium. Dari tabel 1 tersebut terlihat bahwa
semakin tua umur batubara kadar elemen yang berbentuk gas seperti hidrogen,
nitrogen, dan oksigen mengecil dan sebaliknya kadar karbonnya akan meningkat.
Apabila dibandingkan dengan bahan bakar minyak dan gas, kadar hidrogen
pada batubara relatif lebih rendah (hanya berkisar antara 2 5% H), sehingga gas
hasil pembakarannya akan mengandung uap air yang lebih sedikit dan perbedaan
antara gross dan net heating value adalah kecil (berkisar antara 200 300
kkal/kg). Nilai kalor batubara sangat tergantung pada kandungan air dan debu.
Akan tetapi kadar volatile juga berpengaruh secara kompleks pada nilai kalor ini.
Karena rangkaian hidrokarbon pada batubara menghasilkan nilai kalor yang lebih
tinggi dibanding karbon bebas, maka pada umumnya untuk batubara dengan
umur menengah hingga tua kenaikan kadar volatile akan meningkatkan nilai
kalornya. Namun untuk lignite yang memiliki kadar gas tinggi, hal sebaliknya
justru yang diperoleh karena proporsi unsur nitrogen dan oksigen dalam volatile
matter meningkat dan kedua unsur ini tidak menghasilkan kalor pada proses
pembakaran bahkan justru menurunkan temperatur adiabatiknya.
9

Kadar belerang dalam batubara bervariasi tergantung pada asal tambang


batubara tersebut. Beberapa tempat mengandung kadar sulphur rendah, namun di
lain tempat bisa tinggi. Kandungan sulphur ini sangat berpengaruh pada operasi
pembakaran di kiln, mengingat sifat-sifatnya yang kurang menguntungkan antara
lain dapat mempengaruhi fluiditas rawmix dan lainnya. Oleh karena itu biasanya
diinginkan batubara dengan kadar belerang yang rendah untuk operasi kiln.
Untuk mengetahui beberapa sifat penting yang dimiliki oleh bahan bakar padat,
khususnya batubara, perlu dilakukan beberapa pengujian laboratorium antara lain:
1) Proximate analysis untuk menentukan kadar volatile matter, moisture dan
debu.
2) Ultimate analysis untuk menentukan kadar karbon, hidrogen, belerang,
nitrogen, dan oksigen. Dari hasil ultimate test ini akan dapat diperkirakan nilai
kalor dari bahan bakar.
3) Analisis kimia untuk menentukan element apa saja yang terkandung didalam
ash (debu). Apabila elemen dan kadarnya dapat diketahui akan lebih
meningkatkan presisi kita dalam melakukan raw mix desain (akan dibahas
dalam modul lain).
4) Analisis fisika untuk menentukan nilai kalor gross yang diikuti dengan
perhitungan nilaikalor netto berdasarkan kadar air yang ada di dalam bahan
bakar serta H2O yang akan dihasilkan dalam proses pembakaran.
5) Test lainnya yang biasanya dilakukan antara lain untuk mengetahui indeks
kekerasan yang berguna pada untuk proses grinding bahan bakar, indeks abrasi
untuk keperluan perkiraan material peralatan grinding dan transport serta
perkiraan keausannya, serta kehalusan butir hasil coal mill untuk keperluan
kemudahan bahan bakar tersebut saat dibakar.

Untuk memperoleh proses pembakaran yang baik dan api yang cocok dengan
proses pembentukan klinker di dalam kiln, kehalusan butir batubara merupakan
10

parameter yang penting. Pada umumnya untuk batubara dengan kadar volatile
rendah, semakin lembut ukuran butir proses pembakaran akan berjalan lebih
cepat. Namun untuk batubara dengan kadar volatile tinggi, sebaiknya ukuran butir
dibuat lebih kasar untuk mengatur laju keluarnya gas dari padatan sehingga tidak
terlalu membahayakan proses pembakaran dan dapat dikontrol dengan lebih baik.
Jika keluarnya gas dari padatan terlalu cepat, percampurannya dengan udara akan
menyulitkan pengaturan proses pembakaran seperti terjadi pada proses
pembakaran bahan bakar gas.

b. Bahan bakar minyak


Bahan bakar minyak masih banyak digunakan di pabrik semen di Indonesia
walaupun bukan merupakan bahan bakar utama. Pada umumnya bahan bakar
minyak digunakan saat heating up karena sifatnya yang mudah dibakar dan
kestabilan apinya walaupun proses pembakaran berlangsung pada kondisi
lingkungan yang masih dingin atau pada kondisi dimana terdapat problem dengan
batubara. Banyak sekali jenis bahan bakar minyak ini, misalnya IDO, HFO, dan
lain-lain. Contoh beberapa sifat yang dimiliki oleh bahan bakar minyak diberikan
pada tabel 2.

11

Kadar belerang bahan bakar minyak tergantung pada asal sumber minyak
tersebut. Kadar belerang ini bisa mencapai sekitar 4,5%. Sifat specific gravity
penting untuk minyak ini karena terkorelasi dengan nilai kalor bahan bakar. Pada
umumnya semakin tinggi nilai specific gravity semakin rendah nilai kalornya.

c. Bahan bakar Gas


Bahan bakar gas, diperoleh dari berbagai sumber dalam bentuk gas. Gas alam
merupakan bahan bakar yang baik untuk proses produksi semen karena
memerlukan instalasi yang tidak rumit dan mudah dikontrol kaena biasanya
memiliki komposisi kimia yang relatif stabil serta bersih. Problem utama dalam
pembakaran bahan bakar gas adalah ledakan (explosion) sehingga memerlukan
penanganan khusus untuk keamanan instalasinya. Hasil analisis komposisi kimia
gas alam secara umum diberikan pada tabel 3.

12

Dari tabel 3 tersebut, tampak bahwa kadar CH4 merupakan tertinggi dan
metana merupakan komponen utama gas alam dengan kadar 80% - 95%.
Biasanya dalam gas alam ini tercampur nitrogen yang tidak menghasilkan kalor
pada proses pembakaran. Pada umumnya kandungan belerang pada gas alam
sangat rendah. Selain itu volume gas hasil pembakaran relativ tinggi karena
kandungan hidrogen yang tinggi, sehingga padas terbuang bersama exhaust gas
lebih tinggi dibanding hasil pembakaran bahan bakar lainnya. Titik nyala gas
alam cukup tinggi yaitu sekitar 600oC, sehingga memerlukan perlakuan khusus
bila digunakan untuk heating up kiln karena temperatur dinding kiln belum tinggi
sehingga radiasi dari dinding untuk memanaskan bahan bakar dan udara belum
cukup. Pada umumnya kiln dengan bahan bakar gas memiliki konsumsi panas
spesifik yang relatif rendah dibanding dengan kiln berbahan bakar selain gas
karena untuk bahan bakar gas ini udara primer dapat dijaga pada persentase yang
rendah sehingga panas rekuperasi pada cooler tinggi. Walaupun demikian udara
primer tetap diperlukan khususnya untuk mendinginkan burner. Biasanya tekanan
gas yang datang ke pabrik kita cukup tinggi sehingga perlu diturunkan sebelum
dibakar. Pada umumnya tekanan gas alam cukup untuk menghasilkan momentum
percampuran

dengan

udara.

Di

indonesia

tidak

banyak

pabrik

yang

memanfaatkan gas alam sebagai bahan bakar utamannya. Hal ini barangkali lebih
13

dikarenakan harganya yang relatif mahal dibanding batubara selain tidak semua
sumber gas alam berdekatan dengan lokasi pabrik.
d. Bahan bakar alternatif
Bahan bakar alternatif adalah bahan bakar yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar alternatif di pabrik semen untuk mengurangi konsumsi bahan bakar
utama dalam rangka program penghematan energi. Beberapa contoh bahan bakar
alternatif ini antara lain pet coke, karet, kayu, sekam padi, serbuk gergaji,
cocopeat dan kertas. Bahan bakar alternatif ini banyak digunakan oleh pabrik
semen di luar negeri. Penggunaan bahan bakar alternatif diharapkan dapat
memberikan solusi ramah lingkungan terhadap permasalahan limbah, mengurangi
ketergantungan pada sumber daya alam tak terbarukan, mengurangi emisi, dan
peluang kegiatan ekonomi untuk masyarakat.
5. Biaya Operasional Untuk Bahan Bakar Semen
Biaya yang dikeluarkan untuk perolehan bahan bakar semen adalah biaya yang cukup
signifikan. Apabila pembakaran dilakukan dengan menggunakan bahan bakar
batubara semata, maka hal ini tentunya akan menghabiskan biaya yang lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar batubara yang dicampur
dengan biomassa. Selain dapat mengurangi emisi gas CO2 dalam artian ramah
lingkungan bahan bakar ini mudah didapatkan dan tentunya dengan harga yang jauh
lebih murah.
6. Pengujian Kualitas Semen
Pengujian merupakan syarat utama pada pembuatan semen agar diperoleh
hasil yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Pengujian semen biasanya
dilakukan dilaboratorium yang suhu dan kelembaban ruangannya dikontrol dengan
baik. Suhu ruang dijaga antara 20 20,75 0C dengan kelembaban relatif tidak boleh
kurang dari 50%.
Tabel 4. Komposisi Kimia Semen Portland Tipe 1 Produksi PT. Semen Padang

14

Pengujian semen yang dilakukan antara lain:


a. Kehalusan (Blaine)
Kehalusan sangat mempengaruhi pengerasan semen portland dan juga
kekuatannya. Makin halus semen maka makin cepat dan lebih efektif terjadinya
interaksi dengan air serta kuat tekannya pun makin tinggi. Nilai kehalusan
(blaine) dihitung dengan permeability udara terhadap sampel semen yang
dipadatkan pada kondisi tertentu. Alat (blaine) pada dasarnya menarik sejumlah
udara melalui suatu alas semen yang disiapkan dengan porositas tertentu
merupakan fungsi dari ukuran-ukuran butir semen dan menentukan kecepatan alir
udara melalui alasnya.
S=

Ss T
Ts

Keterangan :
S = blaine/ luas permukaan spesifik semen (cm2/gr)
Ss = blaine semen standar (3818 cm2/gr)
Ts = Waktu alir semen standar (82,13 = 9,06 s)
T = waktu alir semen uji (s)

b. Kebutuhan air semen

15

Normal consistence (NC) merupakan suatu nilai perbandingan antara masa


air yang digunakan dan masa semen yang dinyatakan dalam persen. Kebutuhan
air dipenngaruhi oleh kandungan alluminate. Dan untuk pengujian sifat fisis
semen, jumlah air campuran yang digunakan mengacu pada kondisi normal
konsistensi.
Metode pengujian ini meliputi pemeriksaan konsentrasi normal dari semen
hidrolisis. Metode ini juga merupakan perbandingan antara jumlah air yang
digunakan dengan semen pada pembuatan pasta semen
B
NC(%) =
x 100%
A
Keterangan:
B = berat semen (gr)
A = Jumlah air (ml)

c. Waktu Pengikatan Semen (Setting Time)


Waktu ikat merupakan penentu awal dan akhir pengikatan pasta semen,
disamping kehalusan. Waktu ikat dipengaruhi oleh komposisi mineral dan air
yang dipakai. Selain untuk menghidrasikan semen, air juga berfungsi untuk
memberi mobilitas bagi pasta semen.
Pada saat bercampur dengan air, semen mengalami pengikatan dan
mengeras. Lamanya pengikatan juga dipengaruhi oleh suhu udar sekitarnya. Ada
dua macam waktu pengikat pada semen, yaitu waktu ikat awal dan waktu ikat
akhir.Waktu ikat awal adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur
dengan air dari kondisi plastis menjadi tidak plastis, sedangkan waktu ikat akhir
adalah waktu yang dibutuhkan semen sejak bercampur dengan air dari kondisi
plastis menjadi keras. Waktu ikat awal menurut standar SNI minimum 45 menit,
sedangkan waktu ikat akhir maksimum 360 menit.
d. Pemuaian (Autoclave)
16

Autoclave bertujuan untuk menentukan tingkat perkembangan pasta semen


atau menetapkan semen tersebut memenuhi batas spesifikasi cepat kaku. Sebelum
pengujian kekekalan bentuk dilakukan terlebih dahulu ditentukan jumlah air dan
mengetahui pengikatan awal yang akan digunakan untuk pembuatan semen.
Pengujian kekekalan bentuk

dilakukan dua percobaan dengan tujuan untuk

mengetahui peristiwa kerja (retak, pecah, atau perubahan bentuk lainnya) yang
diperlihatkan setelah pengujian. Adapun rentang waktu yang sudah ditentukan
diruang lembab dengan kelembaban relatif 90 %, yaitu:
1) Percobaan cepat
Percobaan cepat dapat dilakukan dengan cara merebus benda uji yang
telah disimpan 3 x 24 jam diruang lembab selama 3 jam.
2) Percobaan lambat
Benda uji yang telah disimpan selama 3 x 24 jam didalam ruang lembab
direndam dalam bak air yang berisi air dingin selama 25 hari. Pengujian
dengan autoclave meliputi pemuaian dari semen portland, dengan melakukan
pengujian terhadap benda uji. Adanya hidrasi CaO bebas, MgO atau keduanya
menyebabkan index potensial lambat berkembang.
L( ak)L(aw)
Persentase pemuaian (%) =
x 100%
L(aw)
Keterangan:
L(ak) = Panjang akhir benda uji (cm)
L(aw) = Panjang awal benda uji (cm)
e. Pengujian Komposisi Kimia Semen
Pengujian komposisi kimia dapat dilakukan dengan menggunakan XRF.
Pengujian komposisi kimia bertujuan untuk mengetahui komposisi yang
terkandung didalam semen. Komposisi yang terkandung didalam semen akan
mempengaruhi kualitas semen yang akan dibuat.
f. Kuat Tekan Mortar
Kuat tekan merupakan sifat yang paling penting bagi mortar ataupun beton.
Kuat tekan mortar pada dasarnya adalah sebuah fungsi dari volume pori/rongga
dari mortar itu sendiri. Pengujian kuat tekan mortar dilakukan untuk mengetahui
17

kuat tekan hancur dari benda uji. Kuat tekan dipengaruhi oleh komposisi mineral
utama. Umumnya kuat tekan diukur pada hari ke 28. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kuat tekan ialah:
1) Kualitas semen
2) Kualitas selain semen (kualitas air, kualitas agregat halus dan kualitas
additive)
Kuat tekan mortar dapat diperoleh dengan persamaan:
Fc = F/A
Dimana:
Fc= Kuat tekan (Kg/cm2)
F = Beban maksimum (Kg)
A = Luas bidang Permukaan (cm2)
g. Kuat Tarik
Kuat tarik mortar pada dasarnya adalah sebuah fungsi dari volume
pori/rongga dari mortar itu sendiri. Pengujian kuat tarik mortar dilakukan untuk
mengetahui kuat tarik hancur dari benda uji. Kuat tarik benda uji dapat diperoleh
dengan persamaan:
Dimana:
= kuat tarik (N/m2)
F = beban maksimum (N)
A = luas bidang pergerakan (m2)
h. Penyerapan Air
Penyerapan air yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan
benda uji mortar menyerap air. Semakin banyak penyerapan air yang terdapat
pada mortar maka semakin rendah kekuatannya, begitu pula sebaliknya. Adapun
besarnya penyerapan air dapat diperoleh dengan persamaan:
mbmk
Penyerapan Air (%) =
x 100 %
mk
Dimana:
mb = berat benda uji dalam keadaan keadaan basah (g)
mk = berat benda uji dalam keadaan kering (g)
i. Porositas

18

Porositas yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jumlah porositas


yang terbentuk dalam benda uji mortar. Semakin banyak porositas yang terdapat
pada mortar maka semakin rendah kekuatannya, begitu pula sebaliknya. Besarnya
porositas dapat diperoleh dengan persamaan:
mbmk
1
Porositas =
x
Vb
air
Dimana:
Mb
= berat benda uji dalam keadaan basah (g)
Mk
= berat benda uji dalam keadaan kering (g)
Vb
= volume benda uji (cm3)
air
= massa jenis air (1 gr/cm3)

F.

x 100%

PENYELESAIAN MASALAH
Untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya emisi gas CO 2, maka dapat diatasi
dengan pencampuran biomassa dan batubara sebagai bahan bakar untuk industri
pengolahan semen. Tujuannya adalah untuk mengurangi pemakaian batubara yang
berdampak buruk terhadap lingkungan yang dapat menimbulkan berbagai macam polusi.
Selain itu, dengan pemakaian biomassa sebagai bahan bakar juga dapat menambah nilai
guna sampah disamping menghemat biaya produksi untuk perolehan bahan bakar.
Permasalahan yang ada dilapangan selanjutnya dipelajari dan dikaji berdasarkan
data yang ada dan ditunjang dengan berbagai teori dari literatur kemudian dicari
alternatif penyelesaiannya.

G.

METODOLOGI PENELITIAN

19

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Dikarenakan menurut
Sugiono (2008:14) metode penelitian kuantitatif adalah: Metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu. Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
Penelitian ini menggunakan data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif atau
dapat

dikuantitatifkan.

Selain

metode

penelitian

kuantitaif

penulis

juga

menggunakan metode penelitian terapan. Dikarenakan menurut A. Muri Yusuf


(2005:102) metode penelitian terapan adalah Suatu kegiatan yang sistematis dan
logis dalam rangka menemukan sesuatu yang baru atau aplikasi baru dari penelitianpenelitian yang telah pernah dilakukan selama ini.

2. Variabel Penelitian
Menurut Sugiono (2008:61), Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau
sifat dari atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah analisis kualitas semen yang
dibakar dengan menggunakan batubara dan campuran batubara dengan biomassa
untuk semen portland tipe 1 di PT. Semen Padang.
3. Instrumentasi Penelitian
Adapun instrumen (peralatan) yang dibutuhkan selama penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Bahan bakar alternatif (sekam padi dan ampas tebu)
b. Stopwatch
c. Peralatan laboratorium untuk uji kualitas semen
d. Komputer / laptop
4. Teknik Pengumpulan Data

20

Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah pengambilan secara


langsung kelapangan / perusahaan tambang. Urutan pengumpulan data adalah
sebagai berikut:
a. Studi literatur, berupa data perusahaan perpustakaan dan laporan penelitian
terlebih dahulu.
b. Pengambilan data primer
Data primer yaitu data yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan,
dan pengukuran langsung dilapangan. Pengamatan dan pengukuran dilakukan
dengan cara:
1) Melakukan pembakaran semen menggunakan batubara dan campuran
batubara dengan biomassa.
2) Membandingkan kualitas dan durasi pembakaran terhadap kedua semen yang
dihasilkan dari bahan bakar yang berbeda tersebut.
3) Mengambil data tentang biaya operasi untuk pembakaran per satu ton semen.
c. Pengambilan data sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan berdasarkan literature dari
berbagai referensi seperti:
1) Peta lokasi dan kesampaian daerah
2) Peta geologi
3) Peta statigrafi daerah penambangan
4) Data-data yang berhubungan dengan pengolahan semen.
d. Keakuratan akuisisi data
Akuisisi data ini bertujuan untuk:
1) Mengumpulkan dan mengelompokkan data untuk memudahkan analisis
nantinya.
2) Mengolah nilai karakteristik data-data yang mewakili subjek pengamatan
5. Teknik Analisis Data
Teknik yang dilakukan dalam analisa data yaitu dengan menggabungkan
antara teori dengan data-data lapangan, baik itu data primer maupun data sekunder.
Sehingga dari keduanya didapat penyelesaian masalah. Pengolahan data (data primer
dan data sekunder), diolah dengan melakukan analisis laboratorium, kemudian
perbandingan waktu yang direkam oleh stopwatch, termasuk perbandingan biaya
untuk perolehan kedua bahan bakar tersebut. Data-data aktual ini kemudian
dibandingkan untuk memilih bahan bakar terbaik untuk pabrik pengolahan semen.

21

H. DIAGRAM ALIR PENELITIAN

MULAI

ORIENTASI LAPANGAN
PENGUMPULAN DATA

DATA SKUNDER

DATA PRIMER

1. Perbandingan biaya kedua

1.

Kualitas semen
dengan bahan bakar
yang berbeda
2. Perbandingan lama
waktu pembakaran.

bahan bakar

Menentukan perbedaan
kualitas, lama waktu
pembakaran dan kebutuhan
biaya

Melakukan analisis
laboratorium
Membandingkan
lamanya waktu
pembakaran dan biaya
yang dibutuhkan

PEMBAHASAN

Kesimpulan dan Saran

Gambar 5. Diagram Alir Penelitian


22

I.

TEMPAT PENELITIAN
Tempat penelitian tugas akhir adalah di PT. Semen Padang, Kelurahan Indarung,
Kecamatan Lubuk Kilangan , Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.

J.

WAKTU PELAKSANAAN
Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada tanggal 7 April 2016 sampai 7 Juni
2016.
Tabel 4. Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan
1
2
3

Orientasi Lapangan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Penyusunan
Laporan

dan Presentasi

Minggu ke3
2
4

23

Anda mungkin juga menyukai