Anda di halaman 1dari 36

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Dekspripsi Perusahaan
1. Sejarah perusahaan
PT. Inti Bara Perdana (PT. IBP) adalah salah satu perusahaan
di Indonesia yang bergerak dalam bidang pertambangan yaitu
pertambangan batubara. Lokasi PT. Inti Bara Perdana di Desa Lubuk
Sini, Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Tengah,
Provinsi Bengkulu. PT. Inti Bara Perdana mulai berdiri pada akhir
tahun 2004, saat itu kegiatan eksplorasi baru dimulai dari akhir tahun
2004-2006.
Kegiatan eksplorasi dilakukan untuk mengetahui data geologi
dan endapan batubara yang terdapat di area Kuasa Pertambangan (KP)
PT. Inti Bara Perdana. Kegiatan penyelidikan atau eksplorasi di PT.
Ianti Bara Perdana ini dilakukan oleh PT. Mineserve Citra Teknik,
dengan cara melakukan pemboran dilanjutkan dengan logging untuk
melengkapi data-data yang telah ada sebelumnya, sehingga semakin
akurat akan keberadaan sumberdaya batubara. Dari data-data yang
telah diperoleh akan dibuat model geologi, selanjutnya dari model
tersebut

akan

diperoleh

gambaran

untuk

penambangan

dan

pengembangan selanjutnya.
Tahun 2012 PT. Inti Bara Perdana telah memiliki perizinan
sebagai berikut:
8

a) Keputusan Bupati Bengkulu Tengah Nomor 103 A Tahun 2010


tentang Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi KW.BT.010012.
b) Keputusan Bupati Bengkulu Tengah

Nomor 140 Tahun 2011

tentang Perubahan Peta dan Koordinat Izin Usaha Pertambangan


tertanggal 10 April 2012 untuk Izin Usaha Pertambangan Operasi
Produksi di Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu
Tengah, Propinsi Bengkulu.
c) Keputusan Bupati Bengkulu Tengah Nomor 135 Tahun 2012
tentang Perubahan Peta dan Koordinat Izin Usaha Pertambangan
tertanggal 10 April 2012 untuk Izin Usaha Pertambangan Operasi
Produksi di Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu
Tengah, Propinsi Bengkulu.
d) Keputusan Bupati Bengkulu Utara Nomor 78 tahun 2005 tentang
Persetujuan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana
Pengelolaan

Lingkungan

(RKL),

dan

Rencana

Pemantauan

Lingkungan (RPL) Kuasa Pertambangan Batubara.


e) Persetujuan Kepala BAPEDALDA Kabupaten Bengkulu Utara
No. 6601/21/Bapedalda/2005 tentang Ka-ANDAL.
f) Keputusan Kepala Dinas/Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang
Provinsi Bengkulu No. 540.1/3681/ESDM/21.540.2 tentang Izin
Penyimpanan/Penimbunan Penggunaan Bahan Peledak.

10

g) Keputusan Bupati Bengkulu Tengah No. 503/98/B.3/2009 tentang


Pemberian Izin Tempat Usaha.
h) Keputusan Bupati Bengkulu Tengah No. 503/038/B.4/2011 tentang
Pemberian Izin Gangguan (stockpile).
i) Surat Izin Kapolri No. SI/3250/VI/2011 tentang Pemilikan,
Penggunaan dan Penyimpanan Bahan Peledak.
j) Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bengkulu
Tengah nomor 27/SK/BLH/2011 tentang Izin Pembuangan Air
Limbah ke Air atau Sumber Air.
k) Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bengkulu
Tengah nomor 28/SK/BLH/2011 tentang Izin Penyimpanan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (LB-3).
2. Struktur Organisasi Perusahaan
Susunan organisasi dalam sebuah perusahaan merupakan suatu
hal yang sangat penting. Tanpa adanya struktur organisasi yang baik dari
sebuah perusahaan maka apa yang telah menjadi visi dan misi
perusahaan akan sulit tercapai. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut,
PT. Inti Bara Perdana menyusun struktur organisasi perusahaan, ini
dimaksudkan agar perusahaan maju dan berkembang.
Struktur organisasi PT. Inti Bara Perdana telah disusun melalui
spesifikasi yang lengkap dengan fungsi yang melekat agar mampu
mendukung pencapaian target yang optimal serta dapat dipertanggung
jawabkan.

11

Sumber: Departemen Engineering PT. IBP


Gambar 1. Struktur Organisasi Perusahaan
B. Tinjauan Umum Daerah Penelitian
1. Lokasi Dan Kesampaian Daerah
Secara administratif wilayah IUP Operasi Produksi PT. Inti
Bara Perdana terletak dalam wilayah Kecamatan Taba Penanjung,
Kabupaten Bengkulu Tengah, Propinsi Bengkulu dengan luas wilayah
892.04 Ha. Secara geografis lokasi IUP Operasi Produksi PT. Inti Bara
Perdana terletak antara 1020 31 46,80 sampai dengan 102029 55,00
Bujur Timur dan antara 03044 12,88 sampai dengan 03046 14,57
Lintang Selatan. Secara rinci, IUP Operasi Produksi PT. Inti Bara
Perdana mempunyai titik-titik koordinat seperti tercantum dalam
(Lampiran 1). Lokasi IUP Operasi Produksi PT. Inti Bara Perdana
sebelah Timur, Barat dan Selatan berbatasan dengan IUP PT. Danau
MasHitam.

12

Sumber: Wikipedia Indonesia


Gambar 2. Peta Administratif Kab. Bengkulu Tengah
Lokasi Kuasa Pertambangan PT. Inti Bara Perdana terletak
kurang lebih 50 km di sebelah timur kota Bengkulu, atau +/- 60 Km
dari pelabuhan Pulau Baai Bengkulu. Lokasi tambang PT. Inti Bara
Perdana dapat dicapai dari kota Bengkulu dengan menggunakan
kendaraan roda empat melalui jalan negara Bengkulu-Curup ke desa
Bajak (Kecamatan Taba Penanjung) sejauh 34 Km dengan jalan
beraspal baik memerlukan waktu tempuh kurang lebih selama 1 jam.
Selanjutnya dari desa Bajak menuju lokasi tambang melalui jalan
tambang dengan kondisi jalan perkerasan dengan batu sejauh 7 Km,
dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dalam waktu 30 menit.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3 di halaman 13 .

13

Sumber: Google eart


Gambar 3. Lokasi PT. Inti Bara Perdana
2. Kondisi Umum
a. Morfologi
Wilayah IUP Operasi Produksi PT Inti Bara Perdana secara
umum termasuk dalam satuan morfologi perbukitan bergelombang
sedang sampai curam dengan ketinggian antara 210 meter sampai
450 meter dari permukaan laut (dpl). Satuan morfologi ini terbentuk
oleh litelogi batu lempung, batu lanau, batu pasir dan batubara
dengan intrusi batu andesite merupakan penyusun format formasi
Simpang Aur.

14

Tabel 1. Keadaan Topografi Wilayah IUP PT. Inti Bara Perdana


No
1
2
3
4
5

Kelerengan
(%)
0 -5
5 15
15 30
30 45
45
Jumlah

Formasi

Simpang

Luas
(Ha)
25,04
251
560
45
11
892,04

Aur

Penyebaran
(%)
2,90 %
28,23 %
62,37%
5,14%
1,33
100

terdiri

dari

breksi

sisipan

konglomerat, batupasir dan batubara. Bagian atas formasi terdiri


dari batu lanau dan batu lempung mengandung fosil molusca air
tawar. Formasi ini terendapkan pada lingkungan fluviatil dan
berumur Miosen AkhirPliosen Awal.
Pada satuan morfologi perbukitan bergelombang curam,
erosi vertikal lebih dominan dibandingkan dengan erosi horizontal.
Hal ini terlihat bahwa pada umumnya lembahlembah berbentuk
V, tidak berbentuk huruf U. Di beberapa lokasi ditemukan
kelokan-kelokan sungai yang berupa aluvial sungai. Sungai yang
mengalir pada wilayah IUP PT Inti Bara Perdana adalah sungai
Manggus Besar dengan lebar antara 2,13,5 meter, Manggus Kecil
dengan lebar 1,752,5 meter dan anak-anak sungai dengan lebar 12 meter. Orde sungai dan tingkat percabanganya semuanya
bermuara ke Sungai Kemumu,

kemudian bermuara ke sungai

Rindu Hati dan selanjutnya ke Sungai Bangka Hulu.

15

b. Keadaan Geologi
Posisi endapan batubara di Bengkulu umumnya dijumpai
berupa sisipan dalam satuan batuan yang terdiri dari batu pasir,
konglomerat, breksi, tuff, batu pasir kuarsa dan batu lanau. Pada
umunya proses pembentukan batubara di Sumatera sangat
dipengaruhi oleh proses tektonik pembentukan pulau Sumatera,
mengakibatkan lapisan batubara yang terbentuk tidak terlalu tebal
dan banyak terpotong oleh adanya sesar-sesar sehingga penyebaran
lapisan batubaranya banyak terputus/tidak menerus, sebagian
mempunyai kemiringan yang besar, sehingga hal ini akan
mempengaruhi penambangan terhadap batubaranya.

Sumber: Departemen Engineering PT. Inti Bara Perdana


Gambar 4. Peta Geologi Regional

16

c. Keadaan Cadangan
1). Karakteristik Sumberdaya Batubara
Endapan batubara yang terdapat dalam wilayah IUP PT
Inti Bara Perdana terdapat dalam Formasi Simpang aur, Breksi
gunung api epiklastik, batupasir gunung api epiklastik
bersusunan dasit, batu pasir dengan sisipan batubara, batu pasir
mengandung moluska, batu lempung dan batu gamping. yang
terdiri dari 3 lapisan:
-

Upper seam dengan ketebalan 0,301,70 meter

Main seam dengan ketebalan 4,507,20 meter

Lower seam dengan ketebalan 0,702,50 meter


Endapan batubara di lokasi PT Inti Bara Perdana pada

umumnya berwarna hitam, blockybritle, bright dull, resine,


cleat intensif. Tanah penutup lapisan batubara umumnya adalah
soil, batu lempung pasiran dan batu lempung karbonan serta
sebagian andesite. Batuan di bawah lapisan batubara terdiri dari
batu pasir tufuan mengandung karbonan, batu lempung dan batu
lempung karbonan.
Kualitas batubara pada wilayah IUP PT Inti Bara
Perdana

tergolong

dalam

kelas

Subbitominus

dengan

spesifikasi secara umum dapat dilihat pada tabel 2 dihalaman


17:

17

Tabel 2. Kualitas batubara PT Inti Bara Perdana.


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Parameter
Total Moisture
Inherent Moisture
Ash Content
Volatile Matter
Fix carbon
Total Sulfur
Calorific value
Calorifix Value
Hardgrove Grindability Index

Satuan
%, ar
%, adb
%, adb
%, adb
%, adb
%, adb
Kcal / Kg, adb
Kcal / Kg, ar
%, ar

Rata-rata
12 22
8 12
12 24
16 -41
36 44
0,4 0,6
4800 6500
4500 5600
48 - 55

Sumber : Revisi Studi Kelayakan PT Inti Bara Perdana , 2012

2). Cadangan Batubara


Perhitungan cadangan batubara PT Inti Bara Perdana
didasarkan kepada keadaan cadangan sisa saat dokumen ini
disusun, batasan batasan sebagai berikut :
a) Batas perhitungan adalah 100 meter ke arah kemiringan
lapisan batubara (down dip) dengan asumsi kedalaman dari
permukaan 50 meter.
b) Penyebaran batubara menerus ke arah down dip dan lateral
cropline.
c) Ketebalan batubara yang digunakan adalah ketebalan ratarata dari ketebalan pada log bor dan singkapan.
d) Densitas relatif batubara adalah 1,3
e) Ketebalan lapisan batubara yang ditambang minimum 1,0
meter.
Dari hasil perhitungan cadangan batubara yang masih
tersisa pada wilayah IUP Operasi Produksi PT Inti Bara

18

Perdana didapatkan hasil perhitungan cadangan batubara


terbesar 5,715,045.63 ton.
Keaadaan

cadangan

batubara

tersebut

masih

memungkinkan untuk meningkat seiring dengan penambahan


data melalui aktifitas ekplorasi yang terus dilakukan melalui
penambahan

data

bor.

Kendati

demikian

berdasarkan

pertimbangan teknis dan ekonomi saat ini, tidak keseluruhan


cadangan dapat ditambang.
Tabel 3.Tabel Cadangan
Nama
Cadangan Tertambang (Ton)
Block
Blok 3
606,314.00
Blok 4
2,439,332.88
Blok 5
1,732,039.00
Blok 7
145,555.00
Blok 8
290,475.00
Blok 9
174,395.00
Blok 10
181,702.00
Blok 11
142,229.00
Total
5,712,041.88
Sumber : Divisi Mine Plan PT Inti Bara Perdana,2013

Dengan cadangan batubara sebesar 5,712,041.88 ton, dan


tingkat produksi batubara direncanakan rata-rata 720.000 ton per
tahun, maka umur tambang diperkirakan 8 Tahun, atau atau
melebihi masa akhir berlakunya IUP Produksi PT Inti Bara
Perdana sampai pada tahun 2019.

19

Tabel 4. Rencana Produksi


Tahun ke
Produksi Batubara
1
720,000.00
2
720,000.00
3
720,000.00
4
720,000.00
5
720,000.00
6
720,000.00
7
720,000.00
8
672,041.88
Total
5,712,041.88
Sumber : Divisi Mine Plan PT Inti Bara Perdana,2013

C. Kegiatan Penambangan Secara Umum


Sesuai karakteristik endapan batubara dan teknologi peralatan
utama tambang yang ada pada saat ini, metoda penambangan akan
dilakukan dengan open pit. Penambangan open pit di wilayah PT. Inti
Bara Perdana

akan menggunakan kombinasi alat alat berat, seperti:

exavator, buldozer dan dumptruck. Untuk pembongkaran lapisan tanah


atau batuan penutup yang keras dilakukan dengan menggunakan
peledakan, Selanjutnya metoda penambangan di wilayah PT. Inti Bara
Perdana adalah dengan pola Back fill, sehingga hal ini akan mengurangi
jumlah

pembukaan lahan. Untuk peta kemajuan penambangan dapat

dilihat pada (lampiran 2).


1. Jadwal Penambangan
Jadwal penambangan PT. Inti Bara Perdana berdasarkan pada
blok penambangan disajikan pada tabel 5 dihalaman 20.

20

Tabel 5.Jadwal Penambangan Tahun 2015 2019


Tahun Pengerjaan
No

Nama Blok
2015 2016 2017 2018 2019

1
2
3
4
5
6
7
8

Blok 3
Blok 4
Blok 5
Blok 7
Blok 8
Blok 9
Blok 10
Blok 11

2. Tahap Operasi Penambangan


Kegiatan pada tahap operasi penambangan adalah didahului
dengan pembebasan lahan pada laha-lahan yang dimiliki oleh
masyarakat. Selanjutnya lahan yang telah dibebaskan dilakukan
pembersihan lahan (landclearing), pengolahan tanah pucuk (top soil
management), pengupasan tanah penutup (overburden removal), serta
penambangan dan pengangkutan batubara (coal mining and coal
handling).
3. Pembebasan Lahan
Pembebasan lahan yang berupa tanam tumbuh dilakukan
pada seluruh areal rencana penambangan dan areal prasarana
penunjangnya. Pembebasan lahan dilakukan berdasarkan kesepakatan
dan musyawarah antara penduduk pemilik lahan tumbuhan dengan
perusahaan.

21

4. Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan dilakukan dengan buldozer komatsu D 85
SS yang dilengkapi dengan sling (wirerope) untuk menumbangkan
pohon kecil, untuk pepohonan berdiameter sedang sampai besar
dipergunakan masen gergaji (Chainsaw).
5. Pengolahan Tanah Pucuk
Kegiatan selanjutnya adalah pengupasan tanah pucuk atau
zona pengakaran (Top Soil) yang mengandung unsur hara dengan
ketebalan 2550 Cm. Tanah pucuk tersebut harus dilakukan
pengolahan khusus yang baik, sehingga tidak hilang terbawa aliran air
hujan dan tingkat kesuburannya tidak menurun.
Kegiatan pengupasan tanah pucuk tersebut merupakan bagian
dari pengolahan tanah pucuk yang mencakup:

pengumpulan,

pengangkutan ke lokasi khusus, perlidungan tanah pucuk dan


penyebaran kembali pada saat akan dilakukan regevetasi.
Pengupasan tanah pucuk ini juga menggunakan buldozer
sebagai alat gali, kemudian dengan alat berat excavator tanah pucuk
dimuat kedalam dump truck, selanjutnya tanah pucuk diangkut dan
ditimbun pada tempat khusus.
Supaya timbunan tanah pucuk tidak tererosi pada saat hujan,
maka timbunan tanah pucuk ditanami dengan cover crop.
Selanjutnya tanah pucuk akan digunakan kembali apabila
sudah ada lahan yang siap ditata lahannya untuk reklamasi.

22

6. Pengupasan tanah / batuan penutup


Dalam tahapan pengupasan tanah penutup ini meliputi
kegiatan pemberaian (loosening), penggalian dan pemuatan (digging
and loading), pengangkuta. (hauling) dan penimbunan (dumping).
Pemberaian dilakukan dengan menggunakan kombinasi ripping dan
dozing, alat yang dipakai untuk ripping dan dozing adalah buldozer
D9. Pada lapisan tanah/batuan keras dilakukan dengan teknik
peledakan.
7. Penambangan Batubara.
Dalam pelaksanaan penambangan batubara akan menggunakan
alat tambang utama yaitu excavator sebagai alat gali dan muat serta
alat angkut dump truck. Jenis excavator yang dipilih adalah back hoe
dan jenis dump truck yang akan digunakan jenis articulated dump
truck, yang dapat mengatasi kondisi medan (front kerja) yang relatif
sempit jalanan yang lebek dan becek.

Sumber: Dokumentasi Penulis


Gambar 5. Penggalian Batubara

23

8. Pengangkutan Batubara.
Pengangkutan batubara dari front penambangan ke tempat
stockpile yang terletak di lokasi tambang dengan jarak rata-rata 500
1000 meter dari masing masing blok tambang menggunakan dump
truck tronton berkapasitas 16 Ton.
Selanjutnya batubara di stockpile diangkut ke stockpile
pelabuhan di Pulau Baai Bengkulu yang berjarak 65 Km. Batubara
yang telah terkumpul pada stocpile Pulau Baai dilakukan pengolahan
melalui unit peremuk (crusher) untuk memperoleh ukuran yang di
kehendaki selanjutnya siap dikapalkan untuk dipasarkan sesuai
dengan kebutuhan pasaran.

Sumber : Dokumentasi Penulis


Gambar 6. Pengangkutan Batubara
D. Perubahan Bentang Alam Pasca Penambangan
Pada kegiatan penambangan yang dilakukan dengan sistem
tambang terbuka (open pit mining), untuk mendapatkan batubara
diperlukan pembongkaran bukit-bukit dan penggalian berpuluh-puluh

24

meter dari permukaan tanah sehingga menimbulkan perubahan bentang


alam di sekitar area penambangan. Untuk menghindarkan kerusakan yang
lebih besar maka lahan yang telah selesai ditambang harus dilakukan
penataan sekian rupa, sehingga dengan jalan reklamasi diharapkan lahan
tersebut dapat dikembalikan fungsinya seperti rona awal lagi.
E. Pengertian Reklamasi
Menurut UU No. 4/ 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara disebutkan bahwa reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan
sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan
memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi
kembali sesuai peruntukanya.
Menurut Suhartanto (2007), reklamasi adalah suatu upaya
pemanfaatan, perbaikan, dan peningkatan kesuburan lahan yang rusak
secara alami maupun pengaruh manusia melaui penerapan teknologi
maupun pemberdayaan masyarakat.
Sedangkan menurut Young (2004), reklamasi berasal dari kata to
recalaim yakni bermakna to bring back to paper state, artinya adalah
membuat kondisi menjadi lebih baik untuk pembudidayaan atau membuat
sesuatu yang sudah baik menjadi lebih baik, serta tidak mengandung
implikasi pemulihan ke kondisi asal tetapi lebih mengutamakan fungsi dan
azas pemanfaatan lahan.
Jadi pengertian reklamasi itu adalah suatu kegiatan yang bertujuan
untuk mengembalikan atau mengalih fungsikan lahan yang terganggu

25

sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan umum agar dapat berfungsi


kembali sesuai peruntukanya.
Terganggunya lahan karena kegiatan penambangan harus segera
dilakukan reklamasi untuk membuat lahan terganggu tersebut menjadi
aman, stabil, produktif, dan lestari fungsinya sesuai dengan tata guna lahan
yang telah ditentukan. Reklamasi bukan suatu kegiatan yang dilakukan
hanya pada masa setelah kegiatan penambangan selesai, melainkan harus
dianggap sebagai kesatuan yang utuh dari kegiatan pertambangan secara
keseluruhan mulai dari eksplorasi sampai dengan penutupan tambang.
F. Dasar Hukum Pelaksanaan Reklamasi
Kebijakan mengenai kegiatan reklamasi diatur dalam:
1.

UU No. 04 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara


dijelaskan dalam pasal berikut:
a. Pasal 99
1). Setiap pemegang IUP dan IUPK wajib menyerahkan rencana
reklamasi dan rencana pasca tambang pada saat mengajukan
permohonan IUP Operasi Produksi.
2). Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pasca tambang dilakukan
sesuai dengan peruntukan lahan pasca tambang.

2.

Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2010 tentang Jaminan


Reklamasi dan Pasca Tambang.

3.

Peraturan

Pemerintah

Lingkungan.

Nomor

27

Tahun

2012

tentang

Izin

26

4.

menteri Pertambangan dan Energi Nomor 115/008/M.PE/1989 tentang


ketentuan Pelaksanaan Analisis Dampak Lingkungan.

5.

Keputusan

Menteri

Pertambangan

dan

Energi

Nomor

1158.K/M.PE/1989 tentang ketentuan Pelaksanaan Analisis Mengenai


Dampak Lingkungan Dalam Usaha Pertambangan dan Energi.
6.

Keputusan

Menteri

Pertambangan

dan

Energi

Nomor

103K/008/M.PE/1994 tentang Pengawasan dan Pelaksanaan Rencana


Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan
Dalam Bidang Pertambangan dan Energi.
7.

Keputusan

Menteri

Pertambangan

dan

Energi

Nomor

555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pertambangan Umum.
8.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 146/KPTS-II tanggal 22 Maret


1999 tentang Pedoman Reklamasi Bekas Tambang Dalam.

9.

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor


1457/K/28/MEM/2000

tentang

Pedoman

Teknis

Pengelolaan

Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi.


G. Perencanaan Reklamasi
Urutan kegiatan reklamasi lahan bekas tambang sebagaimana
dijelaskan Direktorat Jenderal Pertambangan Umum dalam materi kursus
perencanaan tambang mengenai lingkungan dan reklamasi secara garis
besar adalah sebagai berikut:

27

1. Mempersiapkan rencana daerah yang akan direklamasi dan pentahapan


kegiatanya.
2. Memindahkan dan menetapkan lapisan penutup dan tanah pucuk pada
tempat tertentu yang aman dari erosi dan tidak terganggu oleh perluasan
kegiatan penambangan.
3. Menata pola penirisan (drainase) yang rusak.
4. Mencegah terjadinya perlumpuran dan asam tambang yang berasal dari
lapisan penutup dan batuan yang terkupas.
5. Menata bentuk lereng bekas tambang meliputi ketinggian dn sudut
kemiringan agar tetap dalam kondisi stabil.
6. Mengembalikan lapisan tanah penutup dan tanah oucuk sesuai dengan
perencanaan reklamasi.
7. Penanaman kembali dengan tumbuhan yang sesuai dengan sifat fisik
dan kimia tanah.
8. Melakukan pemeliharaan secara kontinu terhadap tumbuhan yang
ditanam.
H. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Reklamasi
1. Pengaturan Bentuk Lahan
Kondisi lahan yang akan dilakukan reklamasi merupakan area
bekas disposal yang sebagian kondisinya masih berupa gundukangundukan hasil dumpingan, yang membuat kondisi fisik lahan berupa
lereng lumayan terjal dengan kemiringan > 300 , untuk lebih jelasnya

28

mengenai kondisi fisik lahan penelitian dapat dilihat pada gambar 7 di


bawah ini.

Sumber: Dokumentasi Penulis


Gambar 7. Kondisi Lahan Yang Akan Direklmasi

Sumber: Dokumentasi Penulis


Gambar 8. Kondisi Lahan Yang Akan Direklmasi

29

Sumber: Dokumentasi Penulis


Gambar 9. Kondisi Lahan Yang Akan Direklmasi

Sumber: Dokumentasi Penulis


Gambar 10. Kondisi Lahan Yang Akan Direklmasi

Sumber: Dokumentasi Penulis


Gambar 11. Kondisi Lahan Yang Akan Direklmasi

30

Sumber : Dokumentasi Penulis


Gambar 12. Pengukuran Kemiringan Lereng
Tindakan

selanjutnya

adalah

Tindakan

selanjutnya

dilakukan penataan lahan Dengan membuat sistem jenjang pada


bagian yang memiliki kelerengan dengan sudut kelerengan 10
300. Penataan jenjang dimaksudkan untuk menjaga kestabilan
lereng, mengatur penirisan dan mencegah terjadinya erosi.
2. Pengaturan Saluran Drainase
Pengaturan drainase ini sangat diperlukan untuk mencegah
terjadinya erosi pada lereng, sehingga akan menyebabkan
terganggunya kestabilan lereng. Seperti yang terjadi pada pit 11
yang telah dilakukan upaya reklamasi tetapi karena pengaturan
saluran drainase yang tidak baik sehingga menyebabkan kondisi
seperti gambar 13 di halaman 31.

31

Sumber : Dokumentasi Penulis


Gambar 13. Erosi Pada Lereng Yang Telah Direklamasi
Tanaman yang telah ditanam pada lahan yang kondisinya
lebih rendah akan rawan tergenang air dan memyebabkan tanaman
tersebut menjadi mati dan hilang akibat tergerus air seperti pada
gambar 13 berikut.

Sumber: Dokumentasi Penulis


Gambar 14. Tanaman Reklamasi Yang Hilang Akibat
Tergerus Air
Saluran Drainase yang dibuat harus diperhitungkan agar
tidak terjadi permasalahan seperti adanya aliran air yang mengalir
keluar dari saluran drainase karena terjadi penyumbatan dan

32

penyempitan saluran oleh material yang tererosi. Sehingga aliran


air dan endapan sedimen mengalami hambatan untuk sampai ke
kolam pengendapan.
a. Perhitungan Dimensi Saluran
Parameter penentu rencana dimensi saluran adalah sebagai
berikut:
1). Waktu Konsentrasi (Tc)
Adalah waktu yang diperlukan aliran permukaan untuk
mengalir. Dapat dihitung dengan rumus:
,

= 0,871

Sumber: (Tamrin kasim 2012: Bahan Ajar Kuliah Penyaliran


Tambang)
Keterangan:
L : Panjang saluran yang direncanakan (m)
H: Perbedaan elevasi tertinggi dan terendah (m)
A: Luas catchmant area (ha)
Tc: Waktu konsentrasi (jam)
2). Intensitas Hujan
Untuk menghitung intensitas hujan untuk rencana dimensi
saluran dapat digunakan rumus:
24
=

24

24

3). Debit aliran air yang masuk ke dalam tiap saluran


=



360

33

Keterangan:
: Debit aliran air ( m3/detik)
: koefisien pengaliran (run-off)
: Intensitas hujan(mm/jam)
: Luas cacthment area (ha)

Qa
C
I
A

Penentuan rencana perhitungan dimensi saluran dapat


dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
a). F

= (B + ( m x h )) x h

b). O = (2 x (( m x h )2 + h2))1/2 + B
c). Va = 1/n x (F/O)2/3 x S
d). Qa = F x Va

Keterangan:
F
B
m
h
Va
n
F
O
S
Qs

: Luas penampang saluran (m2)


: lebar bawah saluran
: perbandingan kemiringan saluran
: Tinggi saluran
: kecepatan aliran ( m/detik)
: koefisien jenis material saluran
: luas penampang saluran (m2)
: keliling basah saluran ( m)
: kemiringan saluran
: Debit aliran permukaan di saluran (m3/detik)

3. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi


Merupakan bagian dalam perencanaan reklamasi lahan
dimana

untuk

pengedalian

erosi

dan

sedimentasi

harus

diperhitungkan. Besarnya erosi dan sedimentasi tergantung dari


banyaknya intensitas curah hujan yang masuk kedalam suatu
lokasi. Untuk itu penanganan erosi dan sedimentasi menjadi hal

34

yang mutlak yang harus dilakukan. Sebaiknya pada daerah yang


akan di reklamasi nantinya dibuat kolam pengendapan, dimana
kolam pengendapan lumpur yang dibuat harus dapat menampung
aliran air hujan serta laju sedimentasi.
4. Penanaman Tanaman (revegetasi)
a. Penebaran tanah pucuk dan penanaman tanaman penutup
Setelah tahapan penataan lahan selesai dilakukan, tanah
pucuk (top soil) ditebarkan keseluruh lahan dengan ketebalan
antara 2030 cm. Lahan yang telah digemburkan ditaburi
dengan kompos sebanyak 1520 ton / ha untuk memperbaiki
sifat fisik dan kimia tanah agar kondusif untuk pertumbuhan
tanaman penutup tanah.
Tahapan reklamasi selanjutnya adalah penanaman
tanaman penutup tanah dan pohon-pohon jenis pioner. Jenis
tanaman penutup yang dipergunakan antara lain: jenis rumputrumputan atau (Cynodon Dactylon) dan padi-padian atau
(Oryzae sp ) serta jenis kacang-kacangan (Defrozia atau
Defrozia sp ) dan orok-orok atau (Chrotalaria sp ).
Benih tanaman penutup tanah ditanam dengan cara
disebar di atas tanah dengan jumlah 50 kg / ha yang telah diberi
kompos. Adapun benih tanaman penutup tanah merupakan
campuran dari jenis rumput-rumputan dan kacang-kacangan.

35

b. Penanaman Tanaman Inti


Untuk tanaman yang akan ditanam untuk reklamasi
disesuaikan dengan kondisi tanah pada daerah penelitian. Ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur pH tanah
salah satunya adalah dengan menggunakan kertas lakmus atau
pH Indikator, caranya adalah sebagai berikut:
Alat dan Bahan:
1) Kertas lakmus atau pH indikator
2)

Air bening

3)

Gelas

4)

Sendok teh

5) Sampel tanah (cara mengambil sampel tanah: ambil tanah


kering dari empat ujung dan tengah-tengah lahan,
campurkan secara merata, jemur beberapa jam supaya
kering. Ini bertujuan agar tanah yang akan diukur pHnya
merupakan bagian yang rata dari lahan kita).
Cara pengukuran:
1)

Ambil sedikit sampel tanah dan air bening dengan


perbandingan 1 : 1

2)

Masukkan dalam gelas

3)

Aduk-aduk hingga benar-benar homogen (merata)

4)

Biarkan beberapa menit hingga campuran air dan tanah tadi


memisah (tanahnya mengendap)

36

5)

Setelah airnya terlihat agak jernih masukkan ujung kertas


lakmus atau pH Indikator kedalam campuran tadi (sekitar 1
menit) tetapi jangan sampai mengenai tanahnya.

6)

Tunggu beberapa saat sampai kertas lakmus atau pH


indikator berubah warnanya.

7)

Setelah warnanya stabil, cocokkan warna yang diperoleh


oleh kertas lakmus atau pH indikator tadi dengan bagan
warna petunjuknya.
Setelah diketahui pH tanah dilokasi yang akan direklamasi

maka dapat dipilih tanaman yang sesuai dengan kondisi tanah dan
setelah itu dilakukan pembibitan. Untuk pembibitan tanaman yanag
akan direklamasi dilakukan sendiri oleh PT. Inti Bara Perdana
seperti pada gambar 15 di halaman 37.

Sumber: Dokumentasi Penulis


Gambar 15. Kegiatan Pembibitan

37

c. Perawatan
Perawatan merupakan usaha yang dilakukan untuk
memelihara tanaman agar pertumbuhanya lebih baik.
Kegiatan merawat vegetasi meliputi pemupukan, serta
pemeliharaan dari gulma, seperti terlihat pada gambar 16
di bawah ini.

Sumber: dokumentasi Penulis


Gambar 16. Perawatan Tanaman

I. Produktivitas Alat Berat


Pada kegiatan penataan lahan dan penghamparan top soil alat-alat
yang digunakan adalah excavator sebagai alat gali muat, dumptruck
sebagai alat angkut dan dumping serta bulldozer sebagai alat yang
membantu proses penimbunan serta penyebaran.
1. Produktivitas Excavator
Excavator sebagai alat untuk memuat galian ke dalam dumptruck.
Rumus untuk perhitungan produksi excavtor dapat dilihat pada rumus
dihalaman 38.

38

q = q1 x k

Q=qx

xE

Sumber: cat performance handbook edition 43


Keterangan:
Q
q
k
q1
E
Ctm

: Produksi perjam excavator (m3/jam)


: Kapasitas produksi persiklus (m3)
: faktor bucket
: kapasitas bucket munjung (m3)
: efisiensi kerja (%)
: waktu siklus (menit)

2. Produktivitas Dumptruck
Dumptruck merupakan alat angkut yang digunakan untuk
mengangkut material overburden maupun material top soil.
Cmt dumptruck = ( n x cms ) +

+ t1 +

Sumber : cat performance handbook edition 43


Keterangan:
n x Cms
t1
t2
D
v1
v1

: waktu muat excavator (min)


: waktu angkut
: waktu dumping
: waktu kembali
: waktu manuver
: jarak angkut DT (m)
: kecepatan isi (m/min)
: kecepatan kosong (m/min)
Q= C x

xE

Sumber: cat performance handbook edition 43

+ t2

39

Keterangan:
Q
c
E

: peoduktivitas alat ( Bcm/jam)


: produksi per cycle
: efisiensi kerja (%)

3. Produktivitas buldozer
Buldozer berfungsi sebagai alat untuk perataan lahan di
area reklamasi.
Q= q x

xexE

Sumber: cat performance handbook edition 43


Keterangan:
Q
q
k
e
Cm
E

: peoduktivitas perjam ( Bcm/jam)


: kapaitas blade (m3)
: blade factor
: faktor konversi (1)
: cycle time (detik)
: efisiensi kerja (%)

J. Estimasi Biaya Reklamasi


Dalam melakukan perhitungan biaya pelaksanaan kegiatan
reklamasi ada dua komponen biaya yang diuraikan dalam permen ESDM
No. 07 Tahun 2014 yakni sebagai berikut:
1. Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang langsung berkaitan dengan
kegiatan/pekerjaan reklamasi. Secaragaris besar biaya langsung yakni
sebagai berikut:
a. Biaya penatagunaan lahan
1). Pengaturan permukaan lahan

40

2). Penebaran tanah pucuk


3). Pengendalian erosi dan pengelolaan air
a). Pembuatan saluran
b). Pembatuan pada saluran
c). Perawatan saluran
d). Pembuatan KPL
e). Pengurasan lumpur pada KPL
b. Biaya revegetasi (Luas)
1). Analisis kualitas tanah
2) pemupukan dasar
3). Pengadaan bibit
4). Penanaman LCC (legume Cover Crop)
5). Pemeliharaan tanaman
c. Pencegahan dan penanggulangan AAT
d. Biaya untuk pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pasca tambang
e. Biaya lain-lain
2. Biaya Tidak Langsung
a. Biaya mobilasasi dan demobilisasi alat ( 2,5 %)
b. Biaya perencanaan reklamasi (2%)
c. Biaya adm dan keuntungan kontraktor(3%)
d. Biaya supervisi (2%)

41

K. Konseptual Pemikiran
Studi dan perencanaan reklamasi lahan eks disposal pit 9 PT. Inti
Bara Perdana dimaksudkan untuk memberikan solusi pemecahan masalah
serta masukan bagi perusahaan, agar permasalahan-permasalahan yang
kemungkinan timbul pada lahan yang telah direklamasi, seperti pada pit 11
dimana tanaman banyak yang mati dan tanaman yang lainya pun tidak
berkembang dengan baik akibat hilangnya unsur hara yang dibutuhkan
tanaman, serta penataan lahan yang kurang baik sehingga pada beberapa
bagian masih terlihat material batuan yang berukuran sedang hingga
lumayan besar, hal ini tentu saja dapat mengganggu proses tumbuhnya
tanaman yang ditanam sebagai upaya reklamasi, semua itu dapat
diminimalisir dengan cara mempelajari tentang kondisi lahan serta
merencanakan terlebih dahulu semua hal yang menyangkut dengan
pekerjaan reklamasi nantinya, seperti penentuan tanaman yang sesuai
dengan Ph tanah pada lahan yang akan direklamasi, rencana kebutuhan top
soil, pengaturan saluran, kebutuhan alat berat serta biaya yang akan
dikeluarkan utuk pekerjaan reklamasi, diharapkan dengan merencanakan
beberapa poin tersebut diharapkan hasilnya dapat membantu pekerjaan
reklamasi pada lahan eks disposal pit 9 PT. Inti Bara Perdana.

42

Berdasarkan uraian di atas kerangka berpikir dan hubungan antara


masalah, solusi, serta hasil yang diharapkan dapat dijelaskan seperti
gambar berikut ini.

Masalah

Solusi

Hasil

Dampak negatif
terhadap lingkungan
akibat kegiatan
penambangan

Studi dan
Perencanaan
Reklamasi

UU No. 4/ 2009
Dan Perpu No. 78
tahun 2010, tentang
reklamasi pasca
tambang

1. Penentuan tanaman untuk


reklamasi
2. Kebutuhan top soil
3. Saluran pada lokasi
4. Kebutuhan alat berat
5. Biaya langsung dan
tidak langsung untuk pekerjaan
reklamasi

Dokumen hasil studi dan


perencanan reklamasi

Gambar 17. Kerangka Konseptual Pemikiran


Berdasarkan kerangka konseptual tersebut, permasalahan yang
terjadi akibat dampak negatif terhadap lingkungan akibat kegiatan
penambangan dan dengan ketentuan dalam UU No.4 tahun 2009 dan

43

Perpu N0.78 tahun 2010 tentang reklamasi dan pasca tambang yang harus
dilaksanakan oleh PT. Inti Bara Perdana, solusi pemecahan masalahnya
adalah dengan melakukan studi dan perencanaan reklamasi, selanjutnya
dihasilkan suatu dokumen hasil studi dan perencanaan reklamasi lahan eks
disposal pit 9 PT Inti Bara Perdana, Kabupaten Bengkulu Tengah, Propinsi
Bengkulu. Dokumen tersebut berisikan tentang jenis tanaman dan metode
penanaman, jumlah kebutuhan tanah pucuk (Top Soil), saluran dilokasi
penelitian, penggunaan peralatan sesuai dengan kondisi topografi lahan
penelitian, dan jumlah biaya yang diperlukan untuk kegiatan reklamasi.

Anda mungkin juga menyukai