Anda di halaman 1dari 3

Nama : Adam Dzaky Rahman

NRP : 25-2016-067
Mata Kuliah : Pengendalian Pencemaran Udara
Kelas : B
Studi Kasus : Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara
1. Proses Produksi
PEMBANGKIT Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara adalah sebuah instalasi pembangkit
tenaga listrik menggunakan mesin turbin yang diputar oleh uap yang dihasilkan melalui
pembakaran batubara. PLTU batubara adalah sumber utama dari listrik dunia saat ini. Sekitar
60% listrik dunia bergantung pada batubara karena biaya PLTU batubara.
Cara kerja PLTU batubara, mula-mula batubara dari luar dialirkan ke penampung
batubara dengan conveyor,kemudian dihancurkan menggunakan pulverized fuel coal. Tepung
batubara halus kemudian dicampur dengan udara panas oleh forced draught. Dengan tekanan
yang tinggi, campuran tersebut disemprotkan ke dalam boiler sehingga akan terbakar dengan
cepat seperti semburan api. Kemudian air dialirkan ke atas melalui pipa yang ada di dinding
boiler. Air dimasak menjadi uap kemudian uap dialirkan ke tabung boiler untuk memisahkan
uap dari air yang terbawa. Selanjutnya uap dialirkan ke superheater untuk melipatgandakan
suhu dan tekanan uap hingga mencapai suhu 570° C dan tekanan sekitar 200 bar yang
meyebabkan pipa akan ikut berpijar menjadi merah.Untuk mengatur turbin agar mencapai set
point, dilakukan dengan men-setting steam governor valve secara manual maupun otomatis.
Uap keluaran dari turbin mempunyai suhu sedikit di atas titik didih, sehingga perlu dialirkan
ke condenser agar menjadi air yang siap untuk dimasak ulang. Sedangkan air pendingin dari
condenser akan di semprotkan kedalam cooling tower sehingga menimbulkan asap air pada
cooling tower. Air yang sudah agak dingin dipompa balik ke condenser sebagai air pendingin
ulang. Sedangkan gas buang dari boiler diisap oleh kipas pengisap agar melewati electrostatic
precipitator untuk mengurangi polusi dan gas yang sudah disaring dibuang melalui cerobong.
2. Pencemar Udara
TEKNOLOGI gasifikasi diklaim sebagai teknologi batubara yang bersih dan efisien.
Diperkirakan di awal abad ke-21, PLTU-batubara dengan teknologi gasifikasi akan
mengeluarkan 99 % lebih sedikit sulfur dioksida (SO2) dan abu terbang, serta 90 % kurang
nitrogen oksida (NOx) dari PLTU-batubara masa kini. PLTU-batubara gasifikasi juga
diperkirakan dapat menurunkan emisi karbon dioksida (CO2) dengan 35 – 40 %, menurunkan
buangan padat dengan 40 – 50 % dan menghasilkan penghematan biaya daya 10 – 20 %.
Karena memiliki cadangan batubara yang cukup besar, terutama yang berupa lignit,
teknologi gasifikasi di masa mendatang menjadi sangat penting bagi Indonesia.
Teknologi pencairan batubara masih banyak terganggu oleh biaya yang tinggi. Negara yang
paling maju dalam bidang ini adalah Afrika Selatan yang memiliki beberapa pabrik batubara
cair yakni “Sasol One” di Sasolburg, yang berproduksi sejak pertengahan 1950an, ‘Sasol Two’
di kota Secunde yang berproduksi sejak tahun 1980, dan ‘Sasol Three’, berproduksi sejak
tahun 1982.
Sayang, pembangkit listrik ini membuang energi dua kali lipat dari energi yang
dihasilkan. Setiap 1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara
akan mengemisikan 5,6 juta ton CO2 per tahun. CO2 merupakan salah satu penyebab utama
global warming atau efek rumah kaca.
Pakar energi Kadek Fendy Sutrisna menilai proses gasifikasi / batubara cair ‘belum’
bisa mengurangi emisi gas karbondioksida dan ‘belum’ bisa meningkatkan efisiensi bahan
bakar. Walaupun PLTU dengan teknologi batubara bersih mampu mengurangi 90 % gas
buangan dan abu terbangnya pada saat beroperasi, namun polutan selama proses pembuatan
batubara cair /gas yang dihasilkan masih cukup tinggi.
3. Perancangan Alat Pengendaliannya
Dari gas pencemar yang mungkin terdapat di udara hasil dari Pembangkit Listrik Tenaga
Batubara, maka dapat direncanakan desain alat pengendalian pencemaran udara seperti ESP
(Electrostatic Precipitator). Berikut contoh perhitungan desain dari ESP :

Asumsi : tinggi pelat 10 meter, panjang pelat 5 meter, dan ESP ini terdiri dari 6 field.

Pertanyaan : Hitung luas area pengumpulan total untuk ESP dengan efisiensi 98% yang
mengolah 25.000 m3/min gas buang ! Drift velocity efektif adalah 10 m/min. Dan hitung
jumlah pelat yang dibutuhkan!

Diketahui: ƞ = 98% ;L = 5 m ;Q = 25.000 m3/min ;H = 10 m ;ω = 10 m/min ; Ns = 6.

Jawab :

ωA
(− )
 Dari persamaan ƞ = 1 − 𝑒 Q maka dapat dihitung;

− ωA
ln(1 − ƞ) =
Q

𝑄
𝐴= ln(1 − ƞ)
−ω
25.000 m3/min
𝐴= − 10 m/min
ln(1 − 0,98) = 9.780 m2

 Dari persamaan 𝐴 = Ap (N − Ns) maka dapat dihitung;


𝐴
𝑁= + Ns
Ap
9.780 m2
𝑁 = 6×(5m×10m) + 6 = 38,6 ≈ 39 pelat

Jadi, Total area pemgumpulan yang diperlukan adalah sebesar 9.780 m2 dan jumlah pelat yang
dibutuhkan didalam desain ESP adalah sebanyak 39 pelat atau 7 pelat per field. Dengan desain
tersebut diharapkan dapat mengatasi masalah gas pencemar hasil dari Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) Batubara.

Anda mungkin juga menyukai