Anda di halaman 1dari 11

KEBISINGAN

Bising adalah bunyi yang tidak dikehedaki, jadi bersifat subjektif. Kebisingan
dapat mengganggu orang bekerja, istirahat, tidur dan berkomunikasi. Serta dapat pula
merusak alat pendengaran dan menimbulkan reaksi, psikologis, fisiologis, dan mungkin
patologis. Karena sifatnya komplek dan bervariasi serta berinteraksi dengan faktor-faktor
lingkungan lainnya, efeknya terhadap kesehatan tidak mudah di analisis secara langsung.
Masalah kebisingan di daerah pemukiman/perumahan tidak kalah pentingnya
dengan masalah kebisingan industri yang telah mendapat perhatian besar. Pemerintah
juga telah menetapkan peraturan terkait dengan kebisingan yaitu Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No: Kep-48/MENLH/11/1996 tentang kebisingan lingkungan hidup
dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No: Kep-51/MEN/1999 tentang kebisingan di
tempat kerja.

A. AKUSTIK DAN BUNYI


Akustik adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang bunyi, termasuk di
dalamnya penyebab, penjalaran dan efeknya. Ada 3 komponen utama yang saling
berkaitan dalam ilmu akustik
1. Adanya sumber
2. Adanya medium
3. Adanya penerima
Apabila salah satu komponen di atas tidak ada, maka akustik tidak akan terjadi
Bunyi

adalah energi yang menjalar dengan berfluktuasi sangat cepat melalui

suatu medium, baik gas, cair ataupun padat, hal ini akibat dari perubahan tekanan (dalam
udara, air atau media penghantar lain) yang dapat ditangkap oleh telinga manusia.
Apapun yang kita dengar disebut dengan bunyi. Bunyi dihasilkan oleh getaran atau
molekul udara dan ditransmisikan sebagai gerakan gelombang longitudinal.

B. KARAKTERISTIK BUNYI
Karakteristik bunyi terdiri dari 3 kuantitas, yaitu :
a. Pitch
b. Quality
c. Loudness
1. Pitch
a. Pitch adalah tinggi rendahnya frekuensi bunyi yang dirasakan oleh telinga
manusia
b. Pada frekuensi tinggi akan menghasilkan nada (pitch) yang tinggi sedangkan
pada frekuensi rendah dapat menghasilkan nada (pitch) yang rendah.
c. Gambar 3, menunjukan frekuensi bunyi yang dikeluarkan oleh berbagai
macam sumber bunyi

2. Quality
a. Pure tone adalah bunyi yang hanya memiliki frekuensi tunggal. Contohnya
adalah bunyi yang dihasilkan oleh signal generator
b. Dilihat dari spektrum frekuensi, nada dasar adalah frekuensi bunyi yang
memiliki amplitudo terbesar sehingga bunyi pada frekuensi tersebut akan
terdengar sangat dominan karena nada dasar memiliki intensitas bunyi terbesar.
Frekuensi bunyi yang lain dinotasikan sebagai 2fo, 3fo, 4fo dan seterusnya
dinamakan overtones atau harmonics dan frekuensi-frekuensi harmonik
tersebut dapat menentukan kualitas bunyi (sound quality)
3. Loudness
Loudness adalah peningkatan kekerasan bunyi yang dirasakan oleh telinga
manusia.

C. TEKANAN BUNYI (SOUND PRESSURE)


Tekanan bunyi adalah kuwantitas fluktuasi tekanan sehingga dapat
menghasilkan bunyi. Jika sebuah drum ditabuh (lihat Gambar 1) dengan pukulan
pelas, permukaan drum akan bergetar lemah, fluktuasi tekanan di udara akan sangat
lemah, sehingga bunyi yang dihasilkan akan lemah. Jika drum di tabuh lebih keras
lagi, permukaan drum akan bergetar dengan kencang. Hal tersebut dapat menghasilkan
fluktuasi tekanan diudara yang tinggi akibatnya bunyi yang terdengar akan lebih keras.

D. TINGKAT TEKANAN BUNYI (SOUND PRESSURE LEVEL)


Tekanan bunyi dalam satua Pascal (Pa) bila di konversi pada skala desibel,
disebut sebagai Tingkat Tekanan Bunyi (Sound Pressur level, Lp). Gambar 5
menunjukan perbandingan antara tekanan bunyi dalam satuan Pascal (Pa) dan tingkat
tekanan bunyi dalam satuan decibels (dB).

Skala terendah pada tingkat tekanan bunyi = 0 dB, identik dengan 0, 00002 Pa pada
skala tekanan bunyi. Sehingga dalam pengukuran akustik nilai tekanan bunyi sebesar
0,00002 Pa dijadikan sebagai referensi terhadap nilai desibel, misalnya 70 dB re
0,00002 Pa.

E. FREKUENSI
Frekuensi adalah jumlah gelombang/getaran) per detik, yang diukur dalam
satuan Hertz (Hz). 1 Hz = 1 Gel/detik. Frekuensi suara adalah jumlah putaran atau
fluktuasi tekanan suara dalam waktu satu detik. Frekuensi suara terendah yang dapat
didengar oleh telinga manusia adalah 20 Hz, sedangkan frekuensi tertinggi yang dapat
didengar oleh telinga manusia adalah 20.000Hz. frekuensi demikian disebut audible
(dapat didengar). Frekuensi di bawah 20 Hz disebut infrasound, sedangkan frekuensi
di atas 20.000 Hz disebut ultrasound. Sensitivitas telinga tidak sama terhadap
frekuensi. Umur tua dan pajanan yang berlebihan terhadap bunyi keras berpengaruh
terhadap sensitivitas terdengar.
F. PEMBOBOTAN FREKUENSI (FREQUENCY WEIGTHING)
Pengukuran kebisingan, pada prinsipnya melakukan pengukuran tingkat
tekanan suara (sound pressure level), dengan satuan dB (A). Satuan dB(A) adalah nilai
tingkat tekanan suara yang menggunakan pembobotan filter frekuensi A. Telinga
manusia tidak bisa merespon dengan baik terhadap suara pada segala frekuensi.
Kepekaan terbaik telinga manusia hanya pada daerah frekuensi medium, yaitu : 500
Hz 8000 Hz. Sehingga pembobotan filter frekuensi yang sesuai dengan kepekaan
telinga manusia adalah pembobotan A (A Weighted). Tingkat tekanan suara yang diset pada pembobotan A (A-weighted), dalam alat ukur sound leve; meter dikenal
sebagai skala dB (A)
G. PENJALARAN BUNYI
1. SUMBER TITIK
a. Penjalaran bunyi di udara gelombang menyebar secara merata ke semua arah,
dan berkurang amplitudonya ketika menjauhi sumber. Di udara jika jarak
menjadi dua kali lebih besar maka amplitudo turun setengahnya yaitu
penurunan sebesar 6 dB.
b. Jadi jika bergerak dari satu meter ke dua meter tekanan bunyi akan turun
sebesar 6 dB, jika bergerak sejauh 4 meter tekanan bunyi akan turun sebesar 12
dB dan jika bergerak sejauh 8 meter menjadi 18 dB dan seterusnya.

r1

r2

L 20 log

2. SUMBER GARIS

Pada sumber garis, hubungan antara tingkat tekanan bunyi dengan jarak sumber
dirumuskan dengan:

r1

r2

L 10 log

Pelipat-duaan jarak akan menurunkan tingkat tekanan bunyi sebesar 3 dB.


Tetapi hal ini hanya benar bila tidak ada benda yang memantulkan atau menghalangi
penjalaran bunyi. Jika ada, maka sebagian bunyi akan dipantulkan, sebahagian akan
diserap, dan sisanya akan diteruskan melalui benda tersebut.

H. KEBISINGAN
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan, bahkan, dapat mengganggu
atau merusak telinga. Mengganggu: Tidak hanya bergantung kepada kualitasnya,
akan tetapi juga kepada sikap kita terhadap bunyi tersebut. Merusak: Merusak
instrumen halus penerima bunyi, yaitu telinga manusia,

ketulian baik permanen

ataupun sementera.
I. JENIS KEBISINGAN
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas :
1. Bising yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap
dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut. Misalnya
mesin, kipas angin, lampu pijar.
2. Bising yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga
relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada
frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji, serkuler, katup gas.
3. Bising terputus-putus (intermitten). Bising di sini tidak terjadi secara terus
menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Mislanya kebisingan lalu lintas,
kebisingan di lapangan terbang.
4. Bising implusif. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB
dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya
tembakan, suara ledakan mercon, meriam.
5. Bising impulsif berulang. Sama dengan bising impulsif, hanya saja di sini terjadi
secara berulang-ulang. Misalnya mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas :
1. Bising yang menggangu (Irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras, misalnya
mendengkur.
2. Bising yang menutupi (masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi
pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan

kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya
tenggelam dalam bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise) adalah bunyi yang intensitasnya
melampaui nilai ambang batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurukan
fungsi pendengaran.
J. ALAT UKUR KEBISINGAN
Sound Level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila
ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara
yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk.
Rangkaian kerja sound level meter dapat di lihat pada blok diagram berikut :

Prinsip kerja sound level meter


-

Mikrophone sebagai transducer suara, akan merubah sinyal akustik menjadi sinyal

listrik.
Sinyal listrik keluaran dari mikrophone diperkuat oleh penguat awal Pre-Amp dan

power Amplifier
Sinyal listrik diteruskan kepada rangkaian pembobotan filter frekuensi (weighting : A,

B, C)
Untuk sound analyzer dilengkapi dengan rangkaian filter (1/1 octave dan 1/3 octave)
band filter. Setelah melewati rangkaian filter, sinyal listrik dimasukan pada rangkaian

pengendali penguatan input (gain adjustment)


Setelah melewati rangkaian time averaging, sinyal listrik diterukan pada meter
indicator. Dan hasilnya ditampilkan pada output indicator.

K. KEBISINGAN LINGKUNGAN

Menurut

KEP-48/MENLH/11/1996

ukuran

energi

bunyi

kebisingan

lingkungan dinyatakan dalam satuan Desibel atau disingkat dB(A). Baku tingkat
kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbo-lehkan dibuang ke
lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gang-guan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Pengukuran kebisingan lingkungan
paling umum digunakan adalah dengan tingkat tekanan bunyi sinambung setara (Leq)
dengan referensi waktu 24 jam (T = 24). Kebisingan siang hari (Ls) yaitu dari jam
06.00 pagi hingga jam 10.00 sedangkan kebisingan malam hari (Lm) dari jam 10.00
malam hingga jam 06.00 pagi.
Metode Pengukuran Pengambilan sampel kebisingan ada dua cara, yaitu :
- Cara sederhana (10 menit per 5 detik manual)
- Cara Langsung (10 menit dengan sampel per 5 detik langsung)
Waktu Pengukuran Kebisingan untuk 24 jam :
L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 09.00
L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 14.00
L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 17.00
L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 22.00
L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 24.00
L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 03.00
L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 06.00
-

Baku Tingkat Kebisingan (KEP-MENLH 48/1996)

L. KEBISINGAN DI TEMPAT KERJA


Kebisingan di tempat kerja yang diukur adalah kebisingan di lingkungan kerja
untuk melihat sejauh mana kebisingan dapat merusak pendengaran para pekerja pada
lingkungan tersebut. Potensi bising yang merusak pendengaran bergantung pada
tingkatnya dan juga lamanya paparan kebisingan tersebut berlangsung.
Tingkat kebisingan harus diukur berulang-ulang dengan cara sampling selama
suatu waktu sampling tertentu. Berdasarkan kepada sample-sample tingkat kebisingan
ini, maka dapat dihitung suatu angka tunggal (disebut Leq) yang merupakan tingkat
kebisingan kontinu ekivalen dalam dB(A) yang setara dengan tingkat kebisingan yang
berubah-ubah.
Dasar Hukum Kebisingan Di Tempat Kerja
a. Keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor: KEP-51/MEN/1999 tentang nilai
ambang batas faktor fisika di tempat kerja, yang salah satunya nilai ambang
batas (NAB) kebisingan di tempat kerja.
b. Nilai ambang batas (NAB) kebisingan adalah standar faktor tempat kerja yang
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu.
Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan
a. NAB Kebisingan adalah 85 dB(A) (pasal 3 ayat 1).

b. Bunyi adalah sensasi pendengaran telinga yang disebabkan adanya


penyimpangan tekanan udara, sedangkan kebisingan adalah bunyi yang tidak
diinginkan. Alat-alat produksi dan atau alat-alat kerja mengeluarkan bising,
maka tidak dapat dihindarkan banyak orang bekerja di tempat-tempat bising
yang mungkin dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
c. Jika kebisingan melewati NAB (85 dB(A) ) maka waktu pemajanan ditetapkan
sebagaimana tercantum pada lampiran II (pasal 3 ayat 2). (KepMenaKer 51/99)
KepMenaker no 51 / 1999: Lampiran II

M. GANGGUAN PENDENGARAN
Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang
berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal
memahami pembicaraan. Secara kasar, gradasi gangguan pendengaran karena bising
itu sendiri dapat ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari sebagai
berikut:
Gradasi
Parameter
Normal
: Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa (6m)
Sedang
: Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak >1,5 m
Menengah
: Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak >1,5 m
Berat
: Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak >1,5 m
Sangat berat : Kesulitan dalam percakapan keras / berteriak pada jarak <1,5 m
Tuli Total
: Kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasi

Menurut ISO derajat ketulian adalah sebagai berikut:


Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB, masih normal
Jika peningkatan ambang dengar antara 26 - 40 dB, disebut tuli ringan
Jika peningkatan ambang dengar antara 41 - 60 dB, disebut tuli sedang
Jika peningkatan ambang dengar antara 61 - 90 dB, disebut tuli berat
Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 disebut tuli sangat berat
N. CARA PENGENDALIAN KEBISINGAN
Pengendalian kebisingan mutlak diperlukan untuk memperkecil pengaruhnya
pada kesehatan kita. Usaha pengendalian kebisingan harus dimulai dengan melihat
komponen kebisingan, yaitu Sumber, penjalaran, serta Penerima (telinga). Antisipasi
kebisingan dapat dilakukan dengan intervensi terhadap ketiga komponen ini.
a. Penyebab (Sumber Bunyi) : disain akustik alat (mengurangi vibrasi, mengubah
struktur, dan lainnya), melakukan maintenance alat, modifikasi tempat mesin
b. Penjalaran (Medium) : jarak diperjauh, akustik ruangan (mengisolasi dengan
melakukan peredaman akustik (acoustic barrier))
c. Efek (Penerima) : menggunakan pelindung telinga telinga ear plugs (80 95 dB)
& ear muff (>95 dB)

(Berbagai Sumber)
Selvya Mulyani

Anda mungkin juga menyukai