Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

KUNJUNGAN KE PLTU BUNTON ADIPALA (PT. INDONESIA POWER)

TENTANG PENGELOLAAN PENCEMARAN DI PLTU

DISUSUN OLEH :

SOFIANA MARJONO

17.01.07.017

SARJANA TERAPAN

TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK NEGERI CILACAP

2019

i
LEMBAR PERNYATAN KEASLIAN LAPORAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Laporan


Praktik Pengendalian Pencemaran Udara ini berdasarkan hasil kunjungan industry
ke PLTU Adipala , pemikiran dan pemaparan asli dari saya, baik untuk naskah
laporan maupun kegiatan praktikum yang tercantum sebagai bagian dari Laporan
Praktik Pengendalian Pencemaran Udara ini. Jika terdapat kaya orang lain, saya
akan mencantumkan sumber yang jelas.
Atas pernyataan ini saya bersedia sanksi yang diberikan kepada saya,
apabila dikemudian hari adanya pelanggaran atas etika akademik dalam
pembuatan Laporan Praktik Pengendalian Pencemaran Udara saya ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa ada
paksaan dari siapapun.

Cilacap, 30 Oktober 2019


Yang membuat pernyataan,

Penyusun

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Pengendalian Pencemaran Udara


Angkatan Tahun 2019 / 2020
Disusun Oleh :

SOFIANA MARJONO (17.01.07.017)

Laporan ini telah dilaksanakan dan diselesaikan oleh :


SOFIANA MARJONO
Tanggal Pelaksanaan : 23 Oktober 2019

Menyetujui, Mengetahui,
Ketua Jurusan TRPPL Dosen Pembimbing

Taufan Ratri Harjanto S.T., M.Eng Saipul Bahri S.T., M.Eng


NPAK 04.17.8029 NPAK 04.17.8031

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah serta
petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Pengendalian Pencemaran Udara dengan baik dan lancar. Tujuan dari penulisan
Laporan Praktik Pengendalian Pencemaran Udara ini dalah sebagai dasar
penilaian dosen pengampu mata kuliah Praktik Teknik Pengendalian Pencemaran
Lingkungan
Laporan ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh selama mengikuti
Praktik Pengendalian Pencemaran Udara dalam kunjungan ke PLTU Bunton
Adipala dan buku-buku yang membahas Perancangan Alat Olah Limbah serta
referensi lain yang sangat menunjang dalam penyusunan laporan ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak yang telah membantu
dalam pelaksanaan Praktikum dan penyelesaian laporan Praktikum ini kepada:
1. Bapak Taufan Ratri Harjanto ST. Eng., selaku Ketua Program Studi Teknik
Pengendalian Pencemaran Lingkungan (TPPL)
2. Bapak Saipul Bahri ST. Eng., selaku dosen mata kuliah praktek Pengendalian
Pencemaran Udara.
3. Serta pihak-pihak lain yang membantu dan mendukung, sehingga dapat
berlangsungnya Laporan Praktik praktek Pengendalian Pencemaran Udara.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Praktikum ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran guna
menyempurnakan laporan Praktikum ini sangat penulis harapkan. Semoga
Laporan Praktikum ini bermanfaat bagi semua pihak.

Cilacap, 30 Oktober 2019

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAN KEASLIAN LAPORAN .................................................................ii


LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. v
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Tujuan.......................................................................................................................... 1
1.3. Manfaat........................................................................................................................ 2
1.4. Waktu dan Tempat Kunjungan ................................................................................... 2
1.5. Metode Pustaka ........................................................................................................... 2
1.6. Sistematika Penulisan.................................................................................................. 2
2.1 Tinjauan Umum PLTU Bunton Adipala (PT. Indonesia Power) ..................................... 4
2.2 Sejarah PLTU Bunton Adipala (PT. Indonesia Power) ................................................... 5
2.3 Profil Perusahaan.............................................................................................................. 6
2.4 Visi dan Misi Perusahaan ................................................................................................. 6
BAB III ...................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 7
BAB IV .................................................................................................................................... 16
PENUTUP................................................................................................................................ 16
4.1. Kesimpulan................................................................................................................ 16
4.2. Daftar Pustaka ........................................................................................................... 17
4.3. Lampiran ................................................................................................................... 17

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit listrik yang memanfaatkan
energi panas dari steam yang digunakan untuk memutar turbin agar dapat membangkitkan
energi listrik melalui generator. Steam yang diperoleh berasal dari perubahan fase air
yang berada pada boiler akibat mendapatkan energi panas dari hasil pembakaran bahan
bakar. Seraca garis besar sistem pembangkit tenaga uap terdiri dari beberapa peralatan
utama diantaranya : Boiler, Turbin dan Generator.
Dewasa ini, pembangunan yang terjadi di Kabupaten Cilacap lebih mengoptimalkan
pada industri energi, yakni berupa pembangunan dan pengembangan Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU). Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No. 71 Tahun
2006 mengenai penugasan kepada PT. PLN (Persero) untuk melakukan percepatan
pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara, maka PT. PLN
(Persero) membangun satu unit pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar
batubara. Pembangunan dalam bidang sumber daya energi ini berada di Kecamatan
Adipala. Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap di Kecamatan Adipala memiliki
daya yang lebih besar dibandingkan dengan pembangkit listrik di Kecamatan Kesugihan
yakni sebesar 660 Mw. Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (pltu) ini bertujuan
untuk menambah suplai dan meningkatkan kualitas, kuantitas, dan keandalan tenaga
listrik di sistem Jawa, Madura, dan Bali.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Kecamatan Adipala, lebih
tepatnya berada di Desa Bunton. Desa Bunton merupakan salah satu desa yang berada di
kawasan pesisir Kecamatan Adipala. Masuknya proyek pembangunan besar seperti
pembangkit listrik tenaga uap di Desa Bunton memengaruhi kehidupan masyarakat, baik
secara langsung maupun tidak langsung.

1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari kunjungan industri ini antara lain

a. Sebagai syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Diploma IV pada program


studi Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan Politeknik Negeri Cilacap.

1
b. Sebagai penerapan disiplin ilmu (teori dan praktek) maupun pengalaman selama
dibangku kuliah dan praktek industri.
c. Sebagai perbandingan ilmu yang didapat di kampus dengan di industri secara nyata.
d. Untuk mengetahui cara memproduksi energi listri dari sumber tenaga uap dan cara
pengendalian pencemaran udara yang ada di PLTU.

1.3.Manfaat
Dengan kunjungan ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
berfikir secara objektif dan ilmiah dalam menerapkan disiplin ilmu yang telah diperoleh
selama menempuh perkuliahan untuk dapat diterapkan di lapangan sebagai implementasi
teori dan penunjang dalam dunia kerja sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja sama
antara tempat yang didatangi (PLTU Adipala) dan pihak kampus (Prodi)..

1.4.Waktu dan Tempat Kunjungan

Waktu dan tempat pelaksanaan kunjungan ini adalah:


Waktu : Rabu, 23 Oktober 2019
Tempat : PLTU Bunton Adipala (PT. Indonesia Power) Area Sawah/Ladang Desa
Bunton, Kecamatan Adipala - Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kode Pos: 53271.

1.5.Metode Pustaka
Metode Literatur

Dalam hal ini penyusun mengambil referensi dari berbagai sumber untuk mendukung
pembuatan laporan ini yang berkaitan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap baik
jurnal, buku-buku dan dari internet.

1.6.Sistematika Penulisan
Untuk memecahkan masalah dalam kunjungan ini, maka disusunlah sistematika laporan
sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, tujuan, metode penulisan, sistematika penulisan, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Umum Perusahaan
Berisi tentang, tinjauan umum perusahaan, sejarah perusahaan, profi dan visi misi
perusahaan.

2
BAB III : Pembahasan
Berisi tentang pembahasan hasil kunjungan.
BAB V : Penutup
Berisi tentang kesimpulan, daftar pustaka dan lampiran.

3
BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Tinjauan Umum PLTU Bunton Adipala (PT. Indonesia Power)


PLTU 2 Jateng Adipala merupakans pembangkit listrik PPDE 1 yang terakhir
dibangun di Pulau Jawa dikelola (O&M) oleh PT. Indonesia Power dengan kapasitas
1×660 MW. Berbeda dengan PPDE lainnya, pembangkit ini menggunakan Supercritical
Boiler dengan tekanan uap mencapai 25,4 MPa. Pembangkit ini saat ini masih dalam
masa konstruksi dan komisioning.

Indonesia Power telah melakukan restrukturisasi organisasi yang selaras serta fokus
pada eksekusi ekselen dan dapat memenuhi tantangan pengembangan Perusahaan yang
berkelanjutan dengan dikeluarkannya Keputusan Direksi 57/K/010/IP/2019 tentang
Struktur Organisasi Indonesia Power tanggal 28 Mei 2019 sebagai berikut:

4
Berikut adalah struktur grup Indonesia Power yang terdiri dari 5 Anak Perusahaan, 2
Perusahaan Patungan (Joint Venture Company), 1 Perusahaan Asosiasi, 3 Cucu
Perusahaan (Afiliasi dari Anak Peruasahaan) , sebagaimana tergambar dalam struktur
dibawah ini :

2.2 Sejarah PLTU Bunton Adipala (PT. Indonesia Power)


Indonesia Power merupakan salah satu anak Perusahaan PT. PLN (Persero) yang
didirikan pada tanggal 3 Oktober 1995 dengan nama PT. PLN Pembangkitan Jawa Bali I
(PT PJB I). Pada tanggal 8 Oktober 2000, PT PJB I berganti nama menjadi Indonesia
Power sebagai penegasan atas tujuan Perusahaan untuk menjadi Perusahaan pembangkit
tenaga listrik independen yang berorientasi bisnis murni. Kegiatan utama bisnis Indonesia
Power saat ini yakni fokus sebagai penyedia tenaga listrik melalui pembangkitan tenaga
listrik dan sebagai penyedia jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit listrik yang
mengoperasikan pembangkit yang tersebar di Indonesia. Selain mengelola Unit
Pembangkit, Indonesia Power memiliki 5 Anak Perusahaan, 2 Perusahaan Patungan
(Joint Venture Company), 1 Perusahaan Asosiasi, 3 Cucu Perusahaan (Afiliasi dari Anak
Perusahaan) untuk mendukung strategi dan proses Bisnis Perusahaan.

5
2.3 Profil Perusahaan
Nama Instansi : PTLU Bunton Adipala (PT. Indonesia Power)

Alamat : Jl. Hansip No. 6, RT 003, RW 02, Penggalang Kecamatan Adipala


Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Telepon : (02-82) 5264130

Fax : (0282) 5264037

Website : www.indonesiapower.co.id

2.4 Visi dan Misi Perusahaan


Visi : Menjadi perusahaan energi tepercaya yang tumbuh berkelanjutan

Misi : Menyelenggarakan bisnis pembangkitan tenaga listrik dan jasa terkait


yang bersahabat dengan lingkungan

Kompetisi Inti : Operasi pemeliharaan pembangkit dan pengembangan pembangkit.

6
BAB III
PEMBAHASAN

PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan, karena
efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU merupakan
mesin konversi energi yang mengubah energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi
listrik. Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu:
1. Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam bentuk
uap bertekanan dan temperatur tinggi.
2. Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
3. Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik.

Bahan bakar yang dipakai PLTU Adipala adalah jenis Lignite. Dapat diketahui, terdapat
4 jenis batu bara (coal rank) yaitu batu bara Anthracite (batu bara yang mempunyai nilai
kalori paling tinggi dan kualitasnya paling tinggi), batu bara Bituminous (batu bara yang
mempunyai nilai kalori tinggi dan kualitasnya tinggi/bagus), batu bara Sub-bituminous (batu
bara yang mempunyai nilai kalori dan kualitas sedang) dan batu bara Lignite (batu bara yang
mempunyai nilai kalori rendah dan kualitasnya paling rendah). Sedangkan PLTU Adipala
menggunakan jenis batu bara yang mempunyai nilai kalori dan kualitasnya paling rendah
yaitu Lignite, sehingga limbah yang dihasilkan banyak. Jika menggunakan jenis batu bara
yang bagus, maka limbah yang dihasilkan semakin sedikit. Semakin bagus/tinggi kualitas
batu bara, maka semakin mahal harga batu bara tersebut. Untuk menghasilkan steam (uap air)
dibutuhkan alat penghasil steam yaitu Boiler. Boiler adalah bejana tertutup dimana panas
pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam

7
pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air
adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air
dididihkan sampai menjadi steam, volumenya akan meningkat sekitar 1.600 kali,
menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler
merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik. (UNEP, 2008). Air
yang disuplai ke boiler untuk diubah menjadi steam disebut air umpan. Dua sumber air
umpan adalah kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses dan air
makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang boiler dan plant
proses.
Boiler yang dirancang untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap, uap yang dihasilkan
harus mempunyai kemampuan untuk menggerakkan generator sehingga menghasilkan listrik
yang bertegangan tinggi. Peralatan yang paling penting pada mesin tenaga uap berbentuk
bejana tekan berisi fluida air yang dipanasi lansung oleh energi kalor dari proses pembakaran,
atau dengan elemen listrik atau energi nuklir. Air pada boiler akan terus menyerap kalor
sehingga temperaturnya naik sampai temperatur didih, sehingga terjadi penguapan. Untuk
menghasilkan kapasitas uap yang besar, dibutuhkan jumlah kalor yang besar sehingga
sirkulasi air harus bagus sehingga tidak terjadi overheating pada pipa-pipa airnya. Urutan
energi yang dirubah adalah uap mempunyai panas dan mempunyai energi potensial. Energi
potensial dirubah menjadi energi kinetik dan selanjutnya dirubah lagi menjadi energi
mekanik dan yang di hasilkan adalah energi listrik.
Terdapat dua jenis boiler berdasarkan tipe pipa yaitu jenis Fire Tube Boiler dan Water
Tube Boiler. Di PLTU Adipala menggunakan jenis boiler tipe water tube boiler. Boiler ini
dipilih karena kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi. Water tube boiler yang
sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara 4.500 – 12.000 kg/jam, dengan
tekanan sangat tinggi. Adapun keuntungan dan kerugian menggunakan boiler jenis water tube
boiler adalah sebagai berikut :
Jenis Boiler Keuntungan Kerugian

- Kapasitas steam besar - Proses konstruksi lebih


sampai 450 TPH detail
Water Tube Boiler - Tekanan operasi - Investasi awal relatif lebih
mencapai 100 bar mahal
- Nilai efisiensinya relatif - Penanganan air yang
lebih tinggi dari fire tube masuk ke dalam boiler
boiler perlu dijaga, karena lebih

8
- Tungku mudah dijangkau sensitif untuk sistem ini,
untuk melakukan perlu komponen
pemeriksaan, pendukung untuk hal ini
pembersihan dan
perbaikan

Boiler tipe Water Tube Boiler

9
Advance Tool di PLTU Adipala

Boiler Tube Scanner OMD-


Infra Red Thermography Olympus Omniscan MX II
200
Tibology Analysis Spectro
Vibration Analyser CSI 2140 General Electric DMSE
LNF Q230
Dissolved Gas Analysis MSCA SKF Baker
Olympus PMI Vanta
Morgan Schaffer EXP.4000
Parameter yang dimonitor di PLTU Bunton - Adipala

- Flue gas analysis


1. Percentage of CO2 or O2 in flue gas
2. Percentage of CO in flue gas
3. Temperature of flue gas
- Pengukuran Flow Meter
1. Fuel
2. Steam
3. Feed water
4. Condensate water
5. Combustion air
- Pengukuran Temperature
1. Flue gas
2. Steam
3. Makeup water
4. Condensate return
5. Combustion air
6. Fuel
7. Boiler feed water
- Pengukuran Pressure
1. Steam
2. Fuel
3. Combustion air, both primary and secondary
4. Draft
- Water Condition

10
1. Total Dissolved Solids (TDS)
2. pH
3. Blow down rate and quantity

Abu adalah material padat yang tersisa setelah terjadinya proses pembakaran. Dalam
jumlah banyak, abu menjadi salah satu polutan yang sangat berbahaya jika bercampur dengan
atmosfer. Salah satu penghasil polusi abu yang cukup tinggi adalah boiler. Setiap boiler yang
menggunakan bahan bakar fosil (kecuali gas alam) pasti menghasilkan emisi abu. Bahan
bakar fosil yang paling banyak mengandung abu adalah batu bara. Kandungan abu di dalam
batu bara berkisar antara 5-30% tergantung dari jenisnya serta proses penambangannya. Ada
dua jenis abu yang dihasilkan dari pembakaran batubara di dalam boiler, yakni fly
ash dan bottom ash. Fly ash adalah abu yang berukuran cukup kecil, sehingga ia bercampur
dengan gas-gas hasil pembakaran (flue gas) dan akan keluar melalui cerobong asap boiler.
Sebagian dari abu yang dihasilkan dari proses pembakaran akan menempel pada dinding-
dinding pipa boiler, terakumulasi, memadat, dan suatu saat ia akan jatuh ke bagian bawah
boiler. Abu yang jatuh ini dikenal dengan sebutan bottom ash. Kuantitas terbentuknya kedua
jenis abu ini tergantung dari jenis batu bara yang digunakan, serta jenis boiler itu sendiri.

Dari teori diatas untuk menangkap debu-debu yang dihasilkan, PLTU Adipala
menggunakan alat yang disebut dengan Electrostatic Precipitator (ESP). Electrostatic
Precipitator (ESP) adalah sebuah teknologi untuk menangkap abu hasil proses pembakaran
dengan jalan memberi muatan listrik padanya. Jumlah limbah debu yang keluar dari cerobong
PLTU Adipala diharapkan hanya sekitar 0,16% dimana efektivitas penangkapan debu
mencapai 99,84%. Prinsip kerja ESP yaitu dengan melewatkan gas buang (flue gas) melalui
suatu medan listrik yang terbentuk antara discharge electrode dengan collector plate. Flue
gas yang mengandung partikel debu pada awalnya bermuatan netral dan pada saat melewati
medan listrik, partikel debu tersebut akan terionisasi sehingga partikel debu tersebut menjadi
bermuatan negatif (-). Partikel debu yang bermuatan negatif (-) selanjutnya menempel pada
plat-plat pengumpul (collector plate). Debu yang dikumpulkan di collector plate dipindahkan
kembali secara periodik dari collector plate melalui suatu getaran (rapping). Debu ini
kemudian jatuh ke bak penampung, dan dipindahkan (transport) ke ash silo.

11
Ilustrasi Sistem ESP

Alat Electrostatic Precipitator (ESP)

Electrostatic Precipitator yang di pasangkan pada sistem cerobong asap digunakan


untuk menangkap abu terbang (fly ash) sisa pembakaran yang ikut terbawa dalam asap yang
berasal dari boiler. Teknik yang digunakan adalah dengan menjebak partikel halus
menggunakan listrik bertegangan tinggi. Potensial tinggi adalah suatu keadaan dimana
didaerah tersebut kaya dengan elektron, sedangkan potensial rendah adalah suatu keadaan
dimana di daerah tersebut miskin dengan elektron. Batubara yang dibakar akan menghasilkan
burning carbon dioxide, sulphur dioxide dan nitrogen oxides. Gas-gas ini dikeluarkan dari
boiler. Bottom ash atau abu yang lebih tebal atau berat dijatuhkan ke bawah boiler dan masuk
ke silo untuk dibuang. Fly ash atau abu yang sangat ringan terbawa oleh gas panas di dalam

12
boiler. Fly Ash ini ditangkap oleh electrostatic precipitator sebelum gas buang terbang ke
udara melalui cerobong asap (Stack). ESP berfungsi sebagai filter udara yang menyaring atau
menangkap 99.4% fly ash.
Electrostatic Precipitator (ESP) bertugas sebagai penangkap debu halus yang berada
di saluran buang hasil pembakaran batubara. ESP terdiri dari beberapa sirip elektroda positif
dan negatif yang diberi sumber tegangan DC maksimal 90 kV DC dengan arusnya 500 mA.
Dengan dialiri listrik pada sirip-sirip elektrodanya maka akan terjadi korona yang
memberikan muatan negatif pada abu. Secara sederhananya dapat dikatakan abu yang
memiliki ion negatif akan ditarik dan menempel di plat bermuatan positif. Abu yang
menempel pada elektroda-elektroda secara berkala akan dijatuhkan dengan digetarkan oleh
vibrator yang terdapat dalam ruang ESP tersebut. Abu yang telah dijatuhkan akan ditampung
dalam hopper dan akan di pindahkan ke tempat penampungan yang lebih besar melewati
pipa-pipa dengan cara di beri tekanan. Selanjutnya abu akan di di buang ketempat
pembuangan abu menggunakan truk pengangkut.
Selain Electrostatic Precipitator (ESP), di PLTU Adipala menggunakan program
CEMS (Contious Emission Monitoring System) untuk mengendalikan pencemaran udara di
lingkungan PLTU Adipala. CEMS (Contious Emission Monitoring System) adalah
seperangkat peralatan yang berfungsi untuk menganalisa seberapa besar konsentrasi polutan
yang diemisikan ke udara ambient oleh sebuah power plant atau industri. Selain itu fungsi
lainnya adalah sebagai indikator kualitas proses pembakaran oleh boiler. CEMS terdiri dari
beberapa buah Gas Analyzer yang terintegrasi kesebuah controller. Controller ini bisa berupa
Data Logger atau sistem PLC. Fungsi utama dari controller ini ialah untuk Me-Record
(merekam) hasil pemantauan emisi dan melakukan auto kalibrasi Gas Analyzer. Biasanya
controller ini dihubungkan lagi dengan sebuah PC agar user / operator bisa melihat hasil
pemantauan dalam bentuk grafik atau mencetak hasil nya tentunya dengan bantuan software
khusus. Jenis gas analyzer yang dipasang di PLTU Adipala ialah NOx, SOx dan CO. Jenis-
jenis metode sampling gas analyzer, ada 3 macam metode yaitu :

1. Metode In-Situ
Pada metode ini Sensor dan Analyzer diletakan langsung di titik sampling, jadi pada
metode ini tidak diperlukan pompa sample untuk mengisap sampel. Kelebihan dari
metode ini ialah tidak memiliki time delay dan memiliki ke tingkat keakuratan yang
baik karena proses pengukuran dilakukan secara langsung.

13
2. Ekstraksi
Pada metode ini sample tidak langsung di ukur di titik sampling, sampel hanya
dihisap dengan menggunakan sample pump lalu di alirkan ke Analyzer setelah di
analisa gas dibuang lagi ke atmosfer.
3. Diluted-Extraction
Metode ini hampir mirip dengan metode ekstraksi bedanya ialah untuk proses
penarikan sampel gas dari titik sampling ke Analyzer dibantu oleh instrument air /
Dry air dengan prinsip ejector. Alat yang digunakan untuk menarik sampel gas ini
bernama Dillution Probe .

Sampel gas disini mengalami pengenceran terlebih dahulu sebelum diukur oleh Gas
Analyzer. Metode ini sangat cocok digunakan untuk CEMS karena titik sampling nya berada
di cerobong dengan ketinggian yang sangat tinggi. Ukuran cerobong harus tinggi karena jika
terlalu rendah, maka udara di dalam cerobong masih bersifat turbulence sedangkan yang
diinginkan adalah yang laminer untuk keakuratan hasil pengukuran.

Peralatan lain yang harus terdapat dalam boiler adalah burner. Burner adalah
peralatan yang memberi atau mengatur bahan bakar dan udara untuk terbakar. Salah satu
kegunaannya adalah untuk melakukan mixing antara udara dan bahan bakar sehingga
dihasilkan pembakaran yang bagus dan meningkatkan efisiensi pembakaran. Jenis-jenis
burner yang dipelajari di PLTU Adipala yaitu Low Nox Burner dan Burner and Air Register.
Burner Nox rendah dirancang untuk mengontrol pencampuran bahan bakar dan udara di
setiap burner untuk menciptakan api yang lebih besar dan lebih bercabang. Dengan
mengurani suhu nyala tinggi, secara signifikan maka dapat mengurangi terbentuknya Nox
dalam proses pembakaran. Jenis burner yang dipakai pada PLTU Adipala adalah jenis burner
and air register, fungsi dari Burner and Air Register yaitu untuk menentukan bentuk Flame
menjadi panjang, pendek, atau melebar sehingga flame tidak langsung menjilat dinding tube
sekitar burner maupun burner Throught. Burner and air register sangat menentukan
sempurna tidaknya suatu pembakaran, menentukan bentuk flame, serta menentukan emisi
Nox pada Fly Ash keluar Boiler.

14
Jenis-jenis Burner

Burner and Air Register

15
BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Dari kunjungan industri yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu:
Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam bentuk
uap bertekanan dan temperatur tinggi.
Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik.
2. PLTU Adipala menggunakan jenis Water Tube Boiler dimana air berada
di dalam pipa sedangkan api berada di luar pipa.
3. Dalam mengandalikan pencemaran udara, PLTU Bunton-Adipala
memasang Electostatic Precipitator (ESP) dan Contious Emission
Monitoring System (CEMS).
4. Prinsip kerja Electostatic Precipitator (ESP) yaitu dengan melewatkan gas buang
(flue gas) melalui suatu medan listrik yang terbentuk antara discharge electrode
dengan collector plate. Flue gas yang mengandung partikel debu pada awalnya
bermuatan netral dan pada saat melewati medan listrik, partikel debu tersebut akan
terionisasi sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan negatif (-). Partikel
debu yang bermuatan negatif (-) selanjutnya menempel pada plat-plat pengumpul
(collector plate). Debu yang dikumpulkan di collector plate dipindahkan kembali
secara periodik dari collector plate melalui suatu getaran (rapping). Debu ini
kemudian jatuh ke bak penampung, dan dipindahkan (transport) ke ash silo.
5. CEMS (Contious Emission Monitoring System) adalah seperangkat peralatan yang
berfungsi untuk menganalisa seberapa besar konsentrasi polutan yang diemisikan ke
udara ambient oleh sebuah power plant atau industri. Selain itu fungsi lainnya adalah
sebagai indikator kualitas proses pembakaran oleh boiler.
6. Salah satu alat yang sangat penting adalah Burner. Di PLTU Adipala
menggunakan jenis Burner and Air Register. Fungsi dari Burner and Air Register
yaitu untuk menentukan bentuk Flame menjadi panjang, pendek, atau melebar
sehingga flame tidak langsung menjilat dinding tube sekitar burner maupun burner

16
Throught. Burner and air register sangat menentukan sempurna tidaknya suatu
pembakaran, menentukan bentuk flame, serta menentukan emisi Nox pada Fly Ash
keluar Boiler.

4.2.Daftar Pustaka
https://shareonetenel.blogspot.com/2016/09/burner.html. diakses pada tanggal 30
Oktober 2019.

http://littleaboutpltu.blogspot.com/2014.01/html. diakses pada tanggal 29 Oktober 2019.

https://indonesiapower.co.id/id/profil/pages/sekilas-Indonesia-Power.aspx. diakses pada


tanggal 29 Oktober 2019.
https://www.google.com/repository.umy.ac.id. diakses pada tanggal 30 Oktober 2019.
https://www.google.com/repository.unissula.ac.id. diakses pada tanggal 30 Oktober
2019.

4.3. Lampiran

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai