Anda di halaman 1dari 23

PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH

DOMESTIK DAN RUMAH SAKIT


1. Judul Praktikum/Project : Pengolahan Limbah Organik di PLTU
Adipala Menjadi Pupuk Kompos
2. Nama Lengkap : Sofiana Marjono
3. NIM : 17.01.07.017
4. Jurusan : D-IV Teknik Pengendalian
Pencemaran Lingkungan
5. Perguruan Tinggi : Politeknik Negeri Cilacap
6. Email : sofiana.m99@gmail.com
7. Anggota Praktikan :
a. Nama Anggota 1 : Ita Irawati
b. Nama Anggota 2 : Muhammad Ryan Wahyudi
c. Nama Anggota 3 : Meta Aprilia Saputri
8. Dosen Pengampuh Mata Kuliah
a. Nama Lengkap : Nurlinda Ayu Triwuri,S.T.,M.Eng
b. NIDN/NIDK : 1004128601
c. Nama Lengkap : Ayu Pramita, S.T., M.M., M.Eng
d. NIDN/NIDK : 0620098603
9. Tanggal Pelaksanaan Praktikum : 11 Oktober 2019

Cilacap, 11 November 2019


Menyetujui,
Dosen Pengampu Mata Kuliah Dosen Pengampu Mata Kuliah

Nurlinda Ayu Triwuri,S.T.,M.Eng Ayu Pramita, S.T., M.M., M.Eng


NPAK : 04.17.8032 NPAK : 08.17.8040

Praktikan Anggota 1

Sofiana Marjono Ita Irawati


NIM : 17.01.07.017 NIM : 17.01.07.021

Anggota 2 Anggota 3

Muhammad Ryan Wahyudi Meta Aprilia Saputri


NIM : 17.01.07.022 NIM : 17.01.07.024

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit ii


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
DAFTAR ISI

PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH


DOMESTIK DAN RUMAH SAKIT ...................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I .......................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...................................................................................................1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Permasalahan yang diteliti ........................................................................ 2

1.3. Tujuan Praktikum ..................................................................................... 2

1.4. Manfaat Praktikum ................................................................................... 3

BAB II ......................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................4

BAB III ....................................................................................................................6

METODE PRAKTIKUM ........................................................................................6

3.1. Alat dan Bahan Praktikum ....................................................................... 6

3.2. Metode Praktikum .................................................................................... 7

3.3. Prosedur Pembuatan ................................................................................. 7

3.4. Indikator Capaian ..................................................................................... 8

3.5. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 8

3.6. Analisis Data ............................................................................................ 8

3.7. Cara Penafsiran ......................................................................................... 8

3.8. Ukuran Desain .......................................................................................... 8

3.9. Gambar Alat ............................................................................................. 9

3.10. Penyimpulan Hasil Data Praktikum ...................................................... 9

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit iii


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
BAB IV ..................................................................................................................10

HASIL DATA PRAKTIKUM ...............................................................................10

BAB V....................................................................................................................11

PEMBAHASAN ....................................................................................................11

BAB VI ..................................................................................................................14

KESIMPULAN DAN KENDALA PRAKTIKUM ...............................................14

6.1. Kesimpulan ............................................................................................. 14

6.2. Kendala Praktikum ................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15

LAMPIRAN - LAMPIRAN...................................................................................16

Laporan Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit iv


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas makhluk hidup yang indentik
dengan bahan buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau.
Sampah organik seperti dedaunan yang berasal dari taman, jerami,
rerumputan, dan sisa-sisa sayur, buah, yang berasal dari aktivitas rumah
tangga (sampah domestik) memang sering menimbulkan berbagai masalah.
Baik itu masalah keindahan dan kenyamanan maupun masalah kesehatan
manusia, baik dalam lingkup individu, keluarga, maupun masyarakat.
Masalah-masalah seperti timbulnya bau tak sedap maupun berbagai penyakit
tentu membawa kerugian bagi manusia maupun lingkungan di sekitarnya, baik
meteri maupun psikis. Melihat fakta tersebut, tentu perlu adanya suatu
tindakan guna meminimalkan dampak negatif yang timbul dan berupaya
meningkatkan semaksimal mungkin dampak positifnya.
Pupuk organik umumnya dihasilkan dari proses pengomposan sehingga
sering disebut juga dengan kompos. Pengomposan merupakan proses dimana
bahan-bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang dapat memanfaatkan bahan organic sebagai sumber
energy. Menurut J.H.Crawford (2003), kompos adalah hasil penguraian tidak
lengkap dan dapat dipercepat secara artificial oleh populasi berbagai macam
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan dalam keadaan
aerobik atau anaerobik (Nyoman P. Aryantha.dkk,2010).
Secara alami bahan-bahan organik yang berada di alam akan mengalami
proses penguraian (dekomposisi) dengan bantuan mikroba maupun biota yang
ada didalam tanah. Namun proses pengomposan yang terjadi
secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses
pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi
pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang dan
teknologi tinggi (canggih). Pada prinsipnya pengembangan teknologi
pengomposan ini meniru berdasarkan pada proses penguraian yang terjadi
secara alami. Hanya saja pada saat proses penguraianya dioptimalkan dengan
sedemikian rupa sehingga proses pengomposan dapat berjalan dengan lebih
cepat dan efesien.
PLTU 2 Jateng Adipala merupakan pembangkit listrik PPDE 1 yang
terakhir dibangun di Pulau Jawa dikelola (O&M) oleh PT. Indonesia Power
dengan kapasitas 1×660 MW. Berbeda dengan PPDE lainnya, pembangkit ini
menggunakan Supercritical Boiler dengan tekanan uap mencapai 25,4 MPa.

Laporan Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
2

Pembangkit ini saat ini masih dalam masa konstruksi dan komisioning.
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kecamatan
Adipala, lebih tepatnya berada di Desa Bunton. Desa Bunton merupakan salah
satu desa yang berada di kawasan pesisir Kecamatan Adipala. Masuknya
proyek pembangunan besar seperti pembangkit listrik tenaga uap di Desa
Bunton memengaruhi kehidupan masyarakat, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Di setiap kegiatan manusia, sudah pasti menghasilkan
limbah/sampah maupun itu di lingkungan rumah atau lingkungan kerja apalagi
pada lingkungan industri, lebih banyak limbah yang dihasilkan. Limbah yang
dihasilkan oleh PLTU Bunton Adipala bersumber pada Proses Utama
(Primary Procces) untuk menghasilkan listrik. Selain limbah yang bersumber
pada primary procces, limbah lainnya bersumber diluar proses utama yaitu
salah satunya limbah organik daun-daun yang terjatuh dari pohon disekitar
wilayah PLTU Bunton Adipala. Limbah organik yang dihasilkan dapat
dijadikan pupuk kompos untuk mengubah sampah yang bernilai rendah
menjadi produk yang bernilai lebih tinggi.
Teknologi pengomposan pada saat ini menjadi sangat penting terutama
dalam mengatasi permasalahan limbah organk, seperti sampah di kota-kota
besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian dan perkebunan.
Pemanfaatan pupuk organik merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
kelangkaan dan kenaikan harga pupuk anorganik yang terus melambung.
Disamping itu pemakaian pupuk kimia yang terus menerus membuat tanah
menjadi keras dan tandus, sehingga keseimbangan ekosistem mikroorganisme
dan cacing tanah terganggu bahkan akan menyebabkan mati (punah).
Penggunakan pupuk organik (berupa kompos) mendapat perhatian dari semua
kalangan karena bahan baku pembuatan kompos ini selalu tersedia secara
berlimpah di alam. Selain itu pupuk kompos mampu memperbaiki sifat fisik,
kimiawi, dan biologi tanah.

1.2. Permasalahan yang diteliti


- Bagaimana mahasiswa dapat mengolah sampah organik di PLTU Bunton
Adipala.
- Bagaimana mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan pupuk
kompos organik secara langsung di PLTU Bunton Adipala.
- Bagaimana mahasiswa dapat membuat sendiri pupuk kompos organik
pada sampah organik di PLTU Bunton Adipala.
- Bagaimana mahasiswa dapat mengaplikasikan secara langsung produk
kompos organik yang sudah jadi pada tanaman hidup.

1.3. Tujuan Praktikum


- .Mahasiswa dapat mengelola secara langsung limbah organik yang ada di
PLTU Bunton Adipala

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
3

- Mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah dasar pembuatan kompos


- Mahasiswa dapat membuat sendiri pupuk kompos organik.
- Mahasiswa dapat mengaplikasikan pupuk kompos organik yang sudah
jadi pada tanaman hidup.

1.4. Manfaat Praktikum


- Memberikan informasi kepada mahasiswa cara mengolah sampah organik
menjadi pupuk kompos di PLTU Bunton Adipala.
- Memberikan pengalaman kepada mahasiswa membuat komposter pupuk
organik.
- Memberikan pengalaman kepada mahasiswa membuat pupuk organik
padat dan pupuk organik cair.

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kompos adalah hasil akhir suatu proses dekomposisi tumpukan


sampah/serasah tanaman dan bahan organik lainnya. Keberlangsungan proses
dekomposisi ditandai dengan nisbah C/N bahan yang menurun sejalan dengan
waktu. Bahan mentah yang biasa digunakan seperti : daun, sampah dapur, sampah
kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai nisbah C/N yang melebihi 30
(Sutedjo, 2002). Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang
masih mentah apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak
bisa diserap haranya oleh tanaman. Apalagi sisa tanaman yang masih segar bugar
juga tidak dapat diserap haranya oleh tanaman. Melihat besarnya sampah organik
yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik
menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat
(Rohendi, 2005).

Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian


secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan
organik sebagai sumber energi. Proses pengomposan akan segera terjadi dan
berlangsung setelah bahan-bahan mentah tercampur. Proses
pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif
dan tahap pematangan. Selama tahap awal, oksigen dan senyawa-senyawa lainnya
yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba Mesofik,
sehingga suhu pada tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat, diikuti
dengan meningakatnya pH pada kompos. Pada saat proses dekomposisi
berlangsung maka suhu akan meningkat diatas 50°-70°C. Suhu ini
akan tetap tinggi selama waktu tertentu, dan mikroba yang aktif pada kondisi suhu
tinggi ini adalah mikroba Termofik. Pada saat inilah terjadi proses
dekomposisi/penguraian bahan-bahan organik sangat aktif oleh mikroba. Dengan
bantuan oksigen mikroba-mikroba yang berada didalam tumpukan kompos
menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air sehingga tumpukan kompos
menjadi panas. Setelah sebagian besar bahan terurai, maka suhu secara berangsur-
angsur akan mengalami penurunan, dan pada saat inilah terjadi
proses pematangan kompos. Pematangan kompos tingkat lanjut akan membentuk
kompleks liat humus.

Selama proses pengomposan, bahan-bahan organik yang digunakan dalam


pembuatan kompos akan mengalami penyusutan volume maupun biomassa bahan.
Penyusutan volume ini bisa mencapai 30-40% dari volume bobot awal bahan.

Laporan Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
5

Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan,


misalnya : limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota,
kertas, dan limbah-limbah pabrik/industri. Proses pengomposan yang terjadi
secara alami berlangsung lama hingga 3 bulan. Sehingga di akhir-akhir ini banyak
dikembangkan pupuk organik yang dibuat secara cepat dengan sengaja
menambahkan mikroba decomposer yang telah diketahui sifat-sifatnya. Mikroba
tanah juga berperan penting dalam proses pelarutan mineral-mineral yang tadinya
berada dalam bentuk senyawa kompleks menjadi bentuk ion, maupun garam-
garam yang dapat diserap oleh akar. Sebagai contoh unsur fosfor dalam senyawa
kompleks batuan akan terlarutkan oleh kelompok pelarut fosfat sehingga menjadi
tersedia bagi tanaman (Nyoman P. Aryantha.dkk,2010).

Penggunakan EM4 dalam pengomposan memiliki keunggulan antara lain


mempercepat masa fermentasinya, irit biaya dan kompos yang dihasilkan
memiliki karakter kompos yang baik misalnya bau, warna dan C/N ratio kompos.
Dari hasil percobaan kompos yang menggunakan bahan baku limbah tumbuhan
kacang tanah menghasilkan kompos dengan mutu yang baik, jika dilihat dari
tekstur, warna, bau, C/N ratio dan hasil uji coba pada tanaman (Siti Umniyatie,
1999). Manfaat dari pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara makro
dan mikro, mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan
kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas bahan mikroorganisme tanah,
pada tanah masam penambahan bahan organik dapat membantu meningkatkan pH
tanah, dan penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi
air (Novizan, 2007).

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
6

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan Praktikum


ALAT
1. Drum 80 Liter
2. Dop pipa 2 ½ inch
3. Pipa paralon ½ inch
4. Kawat
5. Elbow plastik ½ inch
6. Pipa T ½ inch
7. Kran ½ inch
8. Selang
9. Jaring
10. Kanopi
11. Lem pipa
12. Lem China
13. Ember 10 Liter
14. Sealtip
15. Alat perkakas

BAHAN
1. Sampah organik sisa sayuran, kulit buah-buahan (dari pasar)
2. Air gula merah
3. Air bersih
4. EM4

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
7

3.2. Metode Praktikum


Kompos dibuat dengan penambahan activator EM4 dan sedikit air gula
merah dengan bahan baku cacahan sisa sayuran, buah-buahan dan bahan
lainnya. Data yang dicatat secara berkala adalah TDS, pH, kelembaban tanah
dan suhu kompos. Pengukuran setiap variabel diulang tiga kali setiap
pengamatan. Pada minggu ke tiga kompos dipanen dan diambil sampel untuk
pengamatan fisik, penyusutan, analisis kadar air, pH, dan C/N rasio serta
pengujian terhadap tanaman.
Agar proses pengomposan berlangsung dengan baik, dibutuhkan
komposisi bahan organik yang ideal serta suhu lingkungan yang sesuai untuk
mikroorganisme pengurai. Indikasi bekerjanya mikroorganisme pengurai
bisa dilihat melalui peningkatan dan penurunan suhu selama proses
fermentasi, serta stabilnya kelembaban dan pH bahan selama proses
pengomposan. Menurut Unus (2002), syarat ideal proses pengomposan adalah
jika rasion C/N bahan berkisar antara 30-35, suhu pada kisaran 40°C -70°C,
kelembaban /kadar air bahan 50-60 % dan pH 5-8. Bakteri yang terdapat
dalam EM4 diketahui mempunyai suhu pertumbuhan optimal pada kisaran
40°C (Indriani 2007), sehingga peningkatan suhu pada kompos yang
menggunakan EM4 mengindikasikan bakteri pengurai bekerja dengan baik.
Data % penyusutan bahan dan penurunan C/N rasio pada kompos dengan
aktivator EM4 memperkuat indikasi tersebut. Pada suhu mendekati 40℃,
kerja mikroorganisme dalam cacahan limbah organik pasar dan EM 4 makin
baik. Hal ini dikarenakan berpotensi mengandung bakteri pengurai lebih
bervariasi, dalam EM4 diketahui mengandung bakteri fotosintetik,
Lactobacillus sp, Saccharomyces sp, Actinomycetes sp, dan jamur fermentasi.

3.3. Prosedur Pembuatan


1) Menyiapkan alat dan bahan. Lubangi drum 80L dengan bor pada sisi
badan drum sesuai dengan dop pipa berukuran 2 ½ inch untuk outlet
POP, lubangi juga pada bagian bawah untuk outlet POC dengan kran dan
selang kecil.
2) Lubangi tengah tutup drum untuk tempat pipa pengaduk kompos.
3) Potong kanopi sesuai diameter drum, lalu lubangi dengan solder.
4) Potong pipa menyesuaikan bagian dalam pipa (gunanya untuk
menyangga kanopi dan kawat), lalu susun pipa berbentuk seperti kubus.
5) Pasang pipa dan dop 2 ½ inch pada sisi drum, dilanjutkan memasang
kran dan selang kecil (lem bagian yang di butuhkan).
6) Masukan kerangka kubus tadi kedalam drum, dilanjutkan dengan kawat
dan kanopi (gunanya untuk memisahkan/menyaring antara pupuk basah
dan kering agar tidak tercampur).
7) Pasang pipa pengaduk dalam tutup drum.

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
8

8) Siapkan EM4, air bersih, cacahan sampah organik pasar, dan air gula
merah.
9) Campurkan semua bahan dan masukan kedalam drum yang sudah jadi.
10) Sebelum ditutup, beri kasa pada bagian atas permukaan drum supaya
udara luar tidak masuk ke dalam. Tutup drum, ikat dengan kawat hingga
rapat.
11) Lakukan pengecekan secara berkala.

3.4. Indikator Capaian


- Temperature dalam suhu ruang (normal)
- TDS (Total Dissolved Solid) pupuk organik cair
- Kelembaban pupuk organik padat
- pH pupuk organik padat dan pupuk organik cair netral
- Pemanfaatan pupuk pada tanaman percobaan

3.5.Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik secara
langsung, maksud dari teknik ini adalah mahasiswa dalam mempraktikan dan
mengambil data secara langsung. Semua data yang diperoleh didapatkan
langsung mahasiswa dari hasil praktikum.

3.6. Analisis Data


Jenis data yang dihasilkan adalah data kuantitatif. Dimana data-data
tersebut merupakan hasil dari pengukuran POP (Pupuk Organik Padat) dan
POC (Pupuk Organik Cair). Pengukuran dilakukan setelah 6 minggu sejak
sampah organik dimasukkan. Parameter-parameter yang diukur pada POP
diantaranya adalah pH pupuk organik padat, suhu pupuk organik padat dan
kelembaban pupuk organik padat sedangkan pada POC parameter yang
diukur adalah pH pupuk organik cair, suhu pupuk organik cair dan TDS
(Total Dissolved Solid) pupuk organik cair.

3.7. Cara Penafsiran


Dari data-data yang dihasilkan pada minggu terakhir, pupuk kompos organik
padat maupun pupuk organik cair dalam kondisi belum terlalu matang yang
ditunjukkan dengan pH yang belum netral, tekstur yang
masih kasar dan berbentuk serasah dan suhunya belum sama dengan suhu
lingkungan.

3.8. Ukuran Desain


- Diameter dalam drum = 49 cm
- Diameter luar drum = 51 cm
- Tinggi drum = 72 cm
- Panjang blackhole = 9,5 cm
- Diameter blackhole = 6 cm
Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit
D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
9

- Panjang pengaduk bawah = 35 cm


- Panjang pengaduk tengah = 55 cm
- Panjang pegangan pengaduk = 29 cm
- Panjang output pipa = 16 cm

3.9. Gambar Alat

51 cm
49 cm

29 cm

55 cm
72 cm

12 cm

16 cm

35 cm

3.10. Penyimpulan Hasil Data Praktikum


Dari data-data yang dihasilkan pada minggu terakhir, pupuk kompos
organik padat maupun pupuk organik cair dalam kondisi belum terlalu
matang yang ditunjukkan dengan pH yang belum netral, tekstur yang
masih kasar dan berbentuk serasah dan suhunya belum sama dengan suhu
lingkungan.

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
10

BAB IV

HASIL DATA PRAKTIKUM

4.1. Data POP (Pupuk Organik Padat)

Tanggal : 18 Oktober 2019

No. Lokasi pH Suhu Kelembaban

1. Titik 1 6,0 38°C Wet

2. Titik 2 6,5 36°C Wet

3. Titik 3 6,0 36°C Wet

Tanggal : 25 Oktober 2019

No. Lokasi pH Suhu Kelembaban

1. Titik 1 7,0 33°C Dry

2. Titik 2 7,5 34°C Dry

3. Titik 3 7,0 33°C Dry

4.2. Data POC (Pupuk Organik Cair)

Tanggal : 18 Oktober 2019

No. Lokasi pH Suhu TDS

1. Titik 1 5,9 35°C 227×10 ppm

2. Titik 2 6,3 35°C 216×10 ppm

3. Titik 3 6,4 36°C 211×10 ppm

Tanggal : 25 Oktober 2019

No. Lokasi pH Suhu TDS

1. Titik 1 6,2 33°C 208×10 ppm

2. Titik 2 6,4 33°C 212×10 ppm

3. Titik 3 6,9 33°C 214×10 ppm

Laporan Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
11

BAB V

PEMBAHASAN

Praktikum kali ini adalah bagaimana cara mengolah sampah organik yang ada
di PLTU Bunton Adipala dengan teknik pengomposan. Mahasiswa telah membuat
komposter dengan bahan baku sisa tanaman (serasah) yang ada di PLTU Bunton
Adipala, kami juga membawa sendiri dari rumah kulit buah-buahan dan sisa-sisa
sayuran di pasar. Salah satu cara mengatasi sampah organik dalam hal ini
serasah yaitu dengan cara mengubahnya menjadi sesuatu yang lebih berguna
seperti kompos. Serasah mengandung bahan organik dan jika dikembalikan ke
dalam tanah akan dapat membantu memulihkan atau meningkatkan kesuburan
tanah. Pengembalian limbah serasah yang merupakan limbah organik ke dalam
tanah dapat berupa pupuk organik. Serasah pada umumnya dapat
terdekomposisi dengan baik di alam namun apabila diikuti dengan campur tangan
manusia dalam pembuatannya akan menghasilkan kompos yang lebih
bermutu, terbentuk lebih cepat, dan bernilai ekonomis tinggi.

Kandungan hara beberapa tanaman pertanian ternyata cukup tinggi dan


bermanfaat sebagai sumber energi utama mokroorganisme di dalam tanah.
Apabila digunakan sebagai mulsa, maka akan mengontrol kehilangan air melalui
evaporasi dari permukaan tanah dan pada saat yang bersamaan dapat mencegah
erosi tanah. Hara dalam tanaman dapat dimanfaatkan setelah tanaman mengalami
dekomposisi. Kandungan haranya sangat bervariasi tergantung dari jenis bahan
tanaman. Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan
organik hingga sama dengan C/N tanah (<20). Rasio C/N tanah berkisar 10-12.
Rasio C/N merupakan perbandingan antara karbohidrat (C) dan nitrogen (N).
Semakin tinggi rasio C/N bahan organik, maka proses pengomposan bahan
semakin lama. Waktu yang dibutuhkan dalam pengomposan/perombakan bahan
organik di PLTU Bunton Adipala adalah 6 minggu. Dari waktu yang seharusnya
bervariasi dari beberapa bulan hingga tahun tergantung bahan dasar. Proses
perombakan bahan organik terjadi secara biofisika-kimia, melibatkan aktivitas
biologi mikroba dan mesofik. Secara alami proses peruraian tersebut kelompok
kami menggunakan keadaan anaerob (tanpa O2). Anaerob artinya tertutup, tidak
ada udara dari luar yang masuk. Proses penguraian anaerob secara garis besar
sebagai berikut :
𝑀𝑖𝑘𝑟𝑜𝑏𝑎 𝑎𝑛𝑎𝑒𝑟𝑜𝑏
Bahan Organik → CH4 + Hara + Humus

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
12

Pemotongan serasah dilakukan agar proses pendegradasian bahan lebih cepat


oleh bantuan mikroorganisme (bakteri pengurai), apabila menggunakan
bahan yang lebih besar ukurannya proses pengomposan akan berlangsung lebih
lama. Proses pemotongan serasah dibuat dengan ukuran yang seragam dan sekecil
mungkin karena akan mempengaruhi proses anaerob. Dalam praktikum membuat
pupuk kompos kali ini membutuhkan waktu yang sangat lama dikarenakan
pemotongan bahan baku kompos tidak seragam dan sekecil mungkin. Proses
pengomposan yang dilakukan kelompok kami menggunakan proses anaerob.
Proses pengomposan anaerob adalah proses penguraian bahan organik terjadi
pada kondisi anaerob (tanpa oksigen). Tahap pertama, bakteri fakultatif penghasil
asam menguraikan bahan organik menjadi asam lemak, aldehida dan lain-lain.
Proses selanjutnya, bakteri dari kelompok lain akan mengubah asam lemak
menjadi gas metan, amoniak, CO2 dan hidrogen. Pada proses ini energi yang
dilepaskan sangat sedikit yaitu 25 kcal/mol.glukosa berbeda dengan proses aerob
yang mengeluarkan energi lebih besar yaitu 674 - 484 kcal/mol.glukosa (Sutanto,
2002).

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, pembuatan kompos dilakukan


dengan sistem anarobik. Pengamatan yang dilakukan tidak selalu setiap minggu
tetapi kompos didiamkan selama 6 minggu. Komposter yang sudah jadi
menghasilkan 2 produk yaitu Pupuk Organik Padat (POP) dan Pupuk Organik
Cair (POC). Parameter yang diamati pada 4 minggu pertama dan 2 minggu
terakhir yaitu pH POP dan POC, suhu POP dan POC, kelembaban POC dan TDS
(Total Dissolved Solid) POC masing-masing diukur pada 3 titik yang berbeda
dalam waktu 10 menit. Berdasarkan hasil yang didapatkan, pada minggu ke-
4 POP masih kasar, warnanya coklat tua, baunya seperti daun kering biasa
dan tinggi serasah yang semakin menyusut. Penurunan tinggi serasah tidak terlalu
signifikan. Pada minggu ke-4 ini belum terdapat perubahan secara menyeluruh,
masih terlihat mikroba yang menempel pada dinding komposter hal ini
menandakan proses penguraian oleh mikroba belum selesai. Pada minggu ke-4
inipun dilakukan pengukuran terhadap POC. POC yang diamati berwana hitam
pekat, berbau dan terdapat partikel-partikel yang terikut dari proses yang terdapat
diatasnya yaitu proses penguraian bahan organik oleh mikroba menjadi POP.

Hasil pengukuran seluruh parameter untuk POP yaitu : pH di titik 1 (6,0),


titik 2 (6,5) dan titik 3 (6,0). Suhu di titik 1 (38°C), titik 2 (36°C), titik 3 (36°C).
Selanjutnya tingkat kelembaban yang dimiliki pada semua titik adalah wet
(lembab). Sedangkan untuk POC hasil pengukuran untuk semua parameter yaitu :
pH di titik 1 (5,9), titik 2 (6,3) dan titik 3 (6,4). Suhu di titik 1 (35°C), titik 2
(35°C), titik 3 (36°C). Parameter terakhir yaitu TDS di titik 1 (227×10 ppm), titik
2 (216×10 ppm) dan titik 3 (211×10 ppm). Berdasarkan hasil pengukuran diatas,
kematangan produk POP dan POC belum matang. Hal ini dapat dilihat dari

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
13

kompos belum berwana coklat tua hingga hitam dan mirip dengan warna tanah,
suhunya masih terlalu tinggi dan masih berbau berbau.

Pada minggu ke-6, tekstur kompos masih sedikit kasar, warnanya sudah
mengalami perubahan menjadi coklat kehitaman dan masih sedikit berbau. Pada
minggu ke-6 ini mulai terlihat perubahan akibat aktivitas dekomposisi yang
dilakukan bakteri. Bau kompos dari hasil pengomposan masih sedikit berbau. Hal
ini karena proses penguraian oleh mikroba berlangsung dengan lebih baik
dibandingkan pada minggu ke-4. Praktikum kali ini mengukur parameter pH POP
dan POC, suhu POP dan POC, kelembaban POC dan TDS (Total Dissolved Solid)
POC. Pada saat pengadukan kompos terasa hangat. Hasil pengukuran seluruh
parameter untuk POP pada minggu ke-6 yaitu : pH di titik 1 (7,0), titik 2 (7,5)
dan titik 3 (7,0). Suhu di titik 1 (33°C), titik 2 (34°C), titik 3 (33°C). Selanjutnya
tingkat kelembaban yang dimiliki pada semua titik berubah menjadi dry (kering).
Sedangkan untuk POC hasil pengukuran untuk semua parameter yaitu : pH di
titik 1 (6,2), titik 2 (6,4) dan titik 3 (6,9). Suhu di semua titik adalah 33°C.
Parameter terakhir yaitu TDS di titik 1 (208×10 ppm), titik 2 (212×10 ppm) dan
titik 3 (214×10 ppm). Berdasarkan dari hasil pengukuran, pada minggu ke-6 ini
kematangan POP dan POC sedikit lebih matang dibandingkan pada minggu ke-4,
ditandai dengan mulai terlihatnya perubahan akibat aktivitas dekomposisi yang
dilakukan bakteri. Bau kompos dari hasil pengomposan tidak terlalu berbau. Hal
ini karena proses penguraian oleh mikroba berlangsung dengan lebih baik
dibandingkan minggu ke-4.

Pada minggu ke-6 inilah hasil akhir kompos organik yaitu POP dan POC
yang dimanfaatkan pada tanaman. Kadar POP dan POC yang dimanfaatkan untuk
tanaman tidak sembarangan, yaitu POC dibuat dengan konsentrasi 5% dengan
cara ambil 5 ml POC biang dan tambahkan 95 ml air, lalu ambil 25 ml POC
dengan konsentrasi 5%. Selanjutnya masukkan POC + tanah yang sudah ditakar
ke dalam poly bag yang sudah diberi label bertuliskan POC. Cara pengukuran
kadar POP yaitu dengan perbandingan berat POP : berat tanah (1 : 3) contohnya
900 gram : 2700 gram. Setelah berat POP dan tanah ditimbang, campurkan kedua
bahan tersebut sampai rata dan masukkan POP + tanah yang sudah ditimbang ke
dalam poly bag yang sudah diberi label bertuliskan POP. Poly bag yang ketiga
diberi label betuliskan tanah dan diisi hanya dengan tanah tanpa campuran POP
dan POC. Tanaman yang digunakan oleh kelompok kami adalah tanaman krokot.
Pengaplikasian pada tanaman supaya kita dapat mengetahui apakah POP dan POC
yang dibuat berhasil atau tidak, dengan memonitoring tanaman tersebut dalam 3
hari. Apabila tanaman krokot tersebut mati, maka POP dan POC yang dibuat
gagal (tidak berhasil) dan begitu pula sebaliknya. Pada hari pertama, kedua dan
ketiga pengaplikasian Pupuk Organik Padat (POP) dan Pupuk Organik Cair
(POC) pada 3 poly bag tanaman krokot, ketiga tanaman tersebut masih dalam
keadaan hidup, segar dan tidak layu.

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
14

BAB VI

KESIMPULAN DAN KENDALA PRAKTIKUM

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, berikut kesimpulan yang dapat
diambil :

1. Pembuatan kompos dari serasah berfungsi untuk mengurangi


penumpukan daun-daun kering yang sudah tua, selain serasah tambahan
sampah organik lainnya yaitu kulit buah-buahan dan sisa-sisa sayuran
yang ada di pasar. Memanfaatkan sampah organik menjadi sesuatu yang
lebih berguna lagi.
2. Pembuatan kompos kali ini menggunakan sistem anaerobik. Pembuatan
kompos secara anaerobik dipengaruhi oleh kelembaban, pH,
temperature, dan TDS (Total Dissolved Solid).
3. Kompos yang dibuat pada praktikum kali ini belum memenuhi
standar yang ada karena kurangnya waktu pembentukan
kompos. Kompos dapat memperbaiki struktur tanah dengan
meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan
kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.
4. Pupuk kompos mengasilkan Pupuk Organik Padat (POP) dan Pupuk
Organik Cair (POC). Pemanfaatan POP dan POC pada 3 poly bag
tanaman krokot dalam waktu 3 hari, dinilai sudah berhasil karena
tanaman krokot tidak mati, masih segar dan tidak layu.

6.2. Kendala Praktikum


Selama praktikum yang telah dilakukan terdapat kendala-kendala yang
dialami, yaitu :

1. Tempat pembuatan komposter yang terlalu jauh dari kampus yaitu di


PLTU Bunton Adipala dan jadwal praktikum di hari Jumat yang
merupakan hari pendek dinilai cukup menghambat kegiatan praktikum.
2. Waktu pengecekan pupuk kompos organik sangat jarang yaitu 4 minggu
sekali dan 2 minggu sekali. Sedangkan yang seharusnya, pupuk kompos
harus dilakukan pengecekan dan pengadukan secara berkala minimal 1
minggu sekali untuk mendapatkan pupuk organik padat dan pupuk
organik cair yang bagus untuk tanaman.
3. Pengambilan pupuk organik padat dan pupuk organik cair yang terlalu
cepat sehingga pupuk kompos yang dihasilkan belum terlalu matang
secara maksimal dan penguraian mikroba pada bahan organik belum
terselesaikan.

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
15

DAFTAR PUSTAKA

Endang Setyaningsih, Dwi Setyo Astuti, Rina Astuti, dan Dian Nugroho. 2017.
Pengelolaan Sampah Daun Menjadi Kompos Sebagai Solusi Kreatif
Pengendali Limbah Di Kampus UMS. Seminar Nasional Pendidikan
Biologi dan Saintek II. ISSN: 2527-533X.

Diah Setyorini, Rasti Saraswati dan Ea Kosman Anwar. 2008. Pupuk Organik dan
Pupuk Hayati.

Pembuatan Kompos.
http://aprianiika.blogspot.com/2015/04/pembuatankompos.html.

Pembuatan Kompos Semi Anaerobik.

http://lingkungan50.blogspot.com/2016/11/pembuatan-kompos-semi-
anaerobik.html.

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
16

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Drum tempat pupuk kompos Pengukuran penyaring pupuk kompos

Blackhole tempat pengambilan pupuk Alat yang dibutuhkan


organik padat

Alat yang dibutuhkan Alat yang dibutuhkan

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
17

Alat yang dibutuhkan


Alat yang dibutuhkan

Alat yang dibutuhkan Alat yang dibutuhkan

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
18

Hasil akhir pembuatan komposter Hasil akhir pembuatan komposter

Hasil akhir pupuk organik padat

Pengambilan pupuk organik padat

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
19

Pengambilan pupuk organik cair Pengambilan pupuk organik cair

Proses penimbangan pupuk kompos Proses penimbangan pupuk kompos

Hari kedua pengaplikasian pupuk kompos


Tanggal 4 November 2019
Hari pertama pengaplikasian pupuk
kompos
Tanggal 3 November 2019

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan
20

Hari ketiga pengaplikasian pupuk kompos


Tanggal 5 November 2019

Laporan Praktikum Pengelolaan Limbah Domestik dan Rumah Sakit


D-IV Teknik Pengendalian Pencemaran Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai