Anda di halaman 1dari 29

FISIKA

KEDOKTERAN
BIOAKUSTIK
1. BUNYI
1.1. Pendahuluan
- Suatu perubahan mekanik terhadap zat gas, cair atau
padat menimbulkan gelombang bunyi.
- Suatu penelitian mengenai terjadinya penjalaran bunyi
mendeteksi dan penggunaan bunyi sangat penting untuk
mengetahui lebih lanjut akan pengalihan energi mekanik.

1.2. Gelombang bunyi dan kecepatan


- Gelombang bunyi menjalar secara transversal dan
longitudinal
- Vibrasi bunyi menyebabkan peningkatan dan
penurunantekanan pada tekanan atmosfir

1.3. Sumber Bunyi


- Berasal dari alam
- Berasal dari perbuatan manusia
1.4. Mendeteksi Bunyi
Mendeteksi bunyi dapat dianalisa dari
frekuensi dan interaksinya. Untuk itu
diperlukan alat mikrofon dan telinga
manusia.

1.5. Pembagian Frekuensi Bunyi


a. 0 – 16 Hz (20 Hz)
Daerah infrasonik, seperti getaran tanah,
gempa bumi, dll.
b. 16 – 20.000 Hz
Daerah sonik, frekuensi yang dapat didengar
c. Di atas 20.000
Daerah ultrasonik
1.6. Intensitas Bunyi
Adalah energi yang melewati medium
1m2/detik atau watt/m2, rumusnya:
I = ½ рvA2(2πf)2 = ½ Z (Aw)2
Atau
I = Po2/2Z

1.7. Skala Desibel (Nineau bunyi)


A. G. Bell (1847 – 1922), melakukan
penelitian terhadap suara dan
pendengaran, satu bell (nineau suara) =
10Log 1. perbandingan antara tekanan dari

dua bunyi dinyatakan sebagai berikut:


1010Log P22/P12 = 2010 Log P2/P1
1.8. Kekerasan Bunyi/Nyaring Bunyi
Merupakan bagian dari ukuran bunyi yang
merupakan perbandingan kasar dari logaritma.
Intensitas efektifnya jarak penekanan bunyi
yang mengakibatkan respon pendengaran.
Kenyaringan bunyi tidak berkaitan dengan
frekuensi.

1.9. Sifat Gelombang bunyi


Mempunyai sifat memantul, diteruskan dan
diserap oleh benda. Pantulan tersebut
tergantung akan impedansi akustik:

Gelombang bunyi sebagian akan dteruskan (T):


.
.
1.10. Azas Doppler
Pada Tahun 1800 ahli fisika
membuktikan bahwa bergeraknya
sumber bunyi atau bergeraknya
pendengar akan menimbulkan
sebuah efek yang disebut Efek
Doppler.
2. ULTRASONIK DALAM BIDANG
KEDOKTERAN
2.1. Pendahuluan
Ultrasonik/bunyi ultra dihasilkan oleh mgnet
listrik dan “kristal piezo electric” dengan
frekuensi di atas 20.000 Hz.

2.2. Daya Ultrasonik


- Untuk diagnostik digunakan frekuensi 1 MHz
sampai 5 MHz dengan daya 0,01 W/cm 2.
- Untuk pengobatan daya ditingkatkan sampai
1 W/cm2.
- Untuk merusakkan jaringan kanker dipakai
daya 103 W/cm2.
2.3. Prinsip Penggunaan Ultrasonik
Efek doppler merupakan dasar penggunaan ultrasonik
yaitu terjadi perubahan frekuensi akibat adanya
pergerakkan pendengar atau sebaliknya; dan
getaran bunyi yang dikirim ke tempat tertentu (ke
objek) akan terefleksi oleh objek itu sendiri.
Efek gelombang ultrasonik
a. Mekanik; membentuk emulusi asap/awan dan
disintegrasi beberapa benda padat, dipakai untuk
menentukan lokasi batu empedu.
b. Panas; pada jaringan bisa terjadi pembentukan
rongga dengan intensitas yang tinggi.
c. Kimia; menyebabkan proses oksidasi dan terjadi
hidrolisis pada ikatan polyester.
d. Biologis; merupakan gabungan dari berbagai efek
misalnya akibat pemanasan menimbulkan
pelebaran pembuluh darah.
2.4. Penggunaan dalam bidang kedokteran.
2.4.1. Ultrasonik sebagai pelengkap diagnosis.
Ada 3 macam metoda dalam memperoleh
gambaran yaitu:
1. A Skaning
2. B Skaning
3. M Skaning

2.4.2. Hal-hal yang didiagnosis dengan


ultrasonik
Sesuai dengan metode skaning yang
dipakai maka ultrasonik dapat
dipergunakan untuk diagnosis:
A. A Skaning
B. B Skaning
C. M Skaning
2.4.3. Penggunaan ultrasonik dalam
pengobatan
- Ultrasonik dapat dipakai untuk
menghancurkan jaringan ganas (kanker).
- Pada penderita parkinson, penggunaan
ultrasonik sangat berhasil namun sangat
disayangkan untuk memfokuskan bunyi ke
arah otak sangat sulit.
- Pada penderita penyakit maniere
(maniere’s disease) di mana keadaan
penderita kehilangan pendengaran dan
kesetimbangan, apabila diobati dengan
ultrasonik dikatakan 95% berhasil baik,
ultrasonik menghancurkan jaringan dekat
telinga.
3. SUARA
3.1. Pendahuluan
Suara pada hakekatnya sama dengan bunyi.
Hanya saja kata suara dipakai untuk makhluk
hidup atau benda yang dimakhlukan,
sedangkan kata bunyi dipakai untuk benda
mati. Contohnya:
- Suara burung
- Suara si Slamet
- Suara mobil; di sini mobil dimakhlukkan
- Bunyi gaduh
- Bunyi daun gemerisik
- Bunyi alarm
3.2. Mekanisme Pembentukan Suara/Ucapan
Mekanisme pembentukan suara secara ringkas
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
4. ALAT PENDENGARAN
4.1. Pendahuluan
Alat pendengaran yang dimaksudkan di sini
adalah telinga.

4.2. Pembagian Alat Pendengaran


Telinga dibagi dalam 3 bagian:
1. Telinga luar : terdiri dari daun telinga dan
kanal telinga; batas telinga luar yaitu7 dari
daun telinga sampai dengan membran tympani.
2. Telinga tengah : terdiri dari 3 buah tulang
kecil yaitu os malleulus, os incus dan os stapes:
batasnya mulai dari membran tympani sampai
dengan tuba eustachii.
3. Telinga tengah : berada di belakang tulang
tengkorak kepala terdiri dari cochlea dan oval
window.
4.3. Spesialisasi Dalam Pendengaran Telinga
1. Otologist : seorang dokter yang ahli dalam
hal telinga dan pendengaran.
2. Otolaryngologist : seorang dokter yang ahli
dalam bidang penyakit telinga dan operasi
telinga.
3. ENT Spesialist : dokter ahli THT yaitu
seorang dokter yang ahli dalam hal telinga,
hidung dan tenggorokan.
4. Audiologist : seseorang yang bukan dokter,
tetapi ahli dalam mengukur respon
pendengaran, diagnosis kelainan pendengaran
melalui test pendengaran, rehabilitasi yang
berkaitan dengan hilangnya pendengaran.
4.4. Test Pendengaran dan Hilang Pendengaran
4.4.1. Hilang pendengaran
Ada 2 macam, yaitu:
1. Tuli konduksi.

2. Tuli persepsi.

4.4.2. Tes Pendengaran


Untuk mengetahui tuli konduksi atau tuli syaraf
dapat dilakukan dengan menggunakan:
a. Tes suara berbisik/noise box.

b. Tes garputala

c. Audiometer
5. BISING
5.1. Pendahuluan
Bising didefinisikan sebagai bunyi yang
tidak dikehendaki yang merupakan
aktivitas alam (bicara, pidato) dan
buatan manusia (bunyi mesin).
Prof. Phoan Way On (Singapura 1975),
mengatakan bahwa di negara industri
misalnya Amerika Serikat, peningkatan
kebisingan setiap tahunnya
diperkirakan 1 dB. Pada tahun 1990
diperkirakan akan mencapai 100 kali
lebih besar dari tahun 1975.
5.2. Pembagian Kebisingan
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi , tingkat
bunyi dan tenaga bunyi, dibagi dalam 3 kategori:
1. Audible noise (bising pendengaran), bising ini disebabkan
oleh frekuensi bunyi antara 31,5 – 8.000 Hz.
2. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan
pekerjaan), disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja,
bising dari mesin ketik.
3. Impuls noise (Impact noise = bising impulsif), akibat
adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan palu,
ledakan meriam, tembakan bedil.
Beradsarkan waktu terjadinya, maka dibagi dalam beberapa
jenis:
A.1. Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya bising
karena mesin, kipas angin.
2. bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya
bunyi gergaji.
3. bising terputus-putus, misalnya lalu lintas, bunyi kapal
terbang.
B. 1. Bising sehari penuh (full time noise)
2. Bising setengah hari (part time noise)

C. 1. Bising terus menerus (Steady noise)


2. Bising impulsif (impuls noise) ataupun
bising sesaat (letupan).
Berdasarkan skala intensitas maka tingkat
kebisingan dibagi dalam : sangat tenang,
tenang, kuat, sangat hiruk pikuk dan menulikan.

5.3. Pengaruh Bising Terhadap Kesehatan


Pengaruh utama dari kebisingan adalah kerusakan
pada indera pendengar dan akibat ini telah
diketahui secara umum.
Kerusakan atau gangguan sistem pendengaran dibagi atas:
1. Hilangnya pendengaran secara temporer/sementara dan
dapat pulih kembali apabila bising tersebut dapat
dihindarkan.
2. Orang menjadi kebal atau imun terhadap bising.
3. Telinga berdengung.
4. Kehilangan pendengaran secara menetap dan tidak
pulih kembali.

5.4. Pencegahan Ketulian Dari Proses Bising


Prinsip pencegahan ketulian dari proses bising adalah
menjauhi dari sumber bising. Dapat dilakukan dengan
cara:
1. Mesin atau alat-alat yang menghasilkan bising diberikan
cairan pelumas.
2. Membuat tembok pemisah antara sumber bising dengan
tempat kerja.
3. Pekerja-pekerja diharapkan memakai pelindung telinga
seperti ear muff.
5.5. Parameter Kebisingan
1. Parameter dasar:
a. Frekuensi, dinyatakan dalam hertz yaitu siklus
perdetik.
b. Tenaga bunyi dinyatakan dalam watt yaitu
energi pancaran bunyi total.
c. tekanan bunyi, dinyatakan dalam mikropaskal
(µPa), yaitu intensitas sebagai akar dari kwadrat
amplitudo.
2. Parameter turunan:
a. Tingkat tekanan bunyi (sound preasure level)
dinyatakan dalam dB, menyatakan tingkat dalam
frekuensi yang berkaitan dengan bunyi.
Rumusnya:
dB = 2010log P1/P2
b. Tingkat bunyi
sama dengan dB yang mana menunjukkan
tingkat linieritas.
5.6. Takaran Bising
Yang dimaksud dengan takaran bising
adalah ekivalensi tingkat dB (dB
equivalent = dB (A) Leq) berkaitan
dengan tingkat dB (A) tetap yang
dapat menghasilkan energi bunyi “A”
lebih dari suatu periode waktu
Secara matematika tingkat bunyi
dapat dinyatakan sebagai berikut:
5.7. Peralatan Dan Metodologi Dalam
Mendeteksi Bising
5.7.1. Peralatan Penggunaan
Peralatan
-Sound level -dB(L) ;
dB© ;and dB(A) instantaneous
meter Fast (200mm-1) or slow (500-1)
-As above with octave analysis 31,5
-Sound level – 16 KHz
meter and octave
band analysis -Peak level as instantaneous or
-Impuls noise average
meter -Average noise for time specifield
-Noise average
-Noise dose relative to
meter predetermined leq dB(A)
-Noise dose
-Recording of noise prior to analysis
meter
-Detailed analysis from meter or
-Tape recorder
tape
5.7.2. Metodologi Pengukuran Bising
Maksud mengukur kebisingan adalah:
a. Memperoleh data kebisingan di mana saja maupun
di perusahaan-perusahaan.
b. Untuk mengurangi tingkat kebisingan agar tidak
menimbulkan gangguan.
Sejalan dengan tujuan pengukuran maka perlu
menggunakan metodologi serta peralatan yang
tepat.
Alat utama dalam mengukur kebisingan adalah
sound level meter. Alat ini untuk mengukur
kebisingan antara 30 – 130 dB dan frekuensi 20 –
20.000 Hz.
Kadangkala data dari sound level meter tidak dapat
diukur, untuk itu perlu dipikirkan suatu tehnik
atau metode tertentu. Contohnya pengukuran
kebisingan impulsif; pengukuran bising ini sangat
sulit karena waktu kejadian sangat singkat.
6. VIBRASI
6.1. Bentuk Vibrasi
Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan
oleh getaran udara atau getaran mekanis,
misalnya mesin atau alat-alat mekanis
lainnya. Oleh sebab itu dapat dibedakan
dalam 2 bentuk:
a. Vibrasi karena getaran udara yang
pengaruhnya terutama pada akustik.
b. Vibrasi karena getaran mekanis
mengakibatkan timbulnya resonansi/turut
bergetarnya alat-alat tubuh yang sifatnya
mekanis.
6.1.a. Penjalaran Vibrasi Udara Dan Efek yang Timbul.
Vibrasi udara karena benda bergetar dan diteruskan
melalui udara akan mencapai telinga. Getaran
dengan frekuensi 1 – 30 Hz tidak akan terjadi
gangguan pengurangan pendengaran tetapi pada
intensitas lebih dari 140 dB akan terjadi gangguan
vestibuler yaitu gangguan orientasi, kehilangan
keseimbangan dan mual-mual. Akan timbul nyeri
telinga, nyeri dada dan bisa terjadi getaran seluruh
tubuh (Gierke dan Nixon, 1976).
6.1.b. Penjalaran Vibrasi Mekanik Dan Efek Yang
Timbul
Penjalaran vibrasi mekanik melalui sentuhan/kontak
dengan permukaan benda yang bergerak; sentuhan
ini melalui daerah terlukalisasi (tool-hand vibration)
atau mengenai seluruh tubuh (whole body vibration).
Efek vibrasi terhadap tubuh tergantung besar kecilnya
frekuensi yang mengenai tubuh.
a. 3 – 9 Hz, akan timbul resonansi pada dada dan perut.
b. 6 – 10 Hz, dengan intensitas 0,6 g, tekanan darah,
denyut jantung, pemakaian O2 dan volume perdenyut
sedikit berubah. Pada intensitas 1,2 g terlihat banyak
perubahan sistem peredaran darah.
c. 10 Hz, leher, kepala, pinggul, kesatuan otot, dan
tulang akan beresonansi.
d. 13 – 15 Hz, tenggorokkan akan mengalami resonansi
e. Pada frekuensi kurang dari 20 Hz, tonus otot akan
meningkat; akibatnya otot menjadi lemah, rasa tidak
enak dan kurang perhatian.
f. Pada frekuensi di atas 20 Hz, otot-otot menjadi
kendor.
g. Frekuensi 30 – 50 Hz digunakan dalam kedokteran
olahraga untuk memulihkan otot-otot sesudah
kontraksi luar biasa
6.2. Efek Vibrasi Terhadap Tangan
A. Kelainan pada persyarafan dan peredaran darah.
Gejala kelainan ini mirip dengan phenomena Raynoud
yaitu keadaan pucat dan biru dari anggota badan,
pada saat anggota badan kedinginan, tanpa ada
penyumbatan pembuluh darah tepi dan tanpa
kelainan-kelainan gizi. Phenomena Raynoud ini terjadi
pada frekuensi sekitar 30 – 40 Hz.
B. Kerusakan-kerusakan pada persendian tulang.

6.3. Sikap Tubuh Terhadap Getaran Mekanis


Badan nerupakan susunan elastis yang kompleks
dengan tulang sebagai penyokong alat-alat dan
landasan kekuatan serta kerja otot. Kerangka, alat-
alat, urat dan otot memiliki sifat elastis yang bekerja
secara serentak sebagai peredam dan penghantar
getaran. Pengaruh getaran terhadap tubuh ditentukan
sekali oleh posisi tubuh dan penghantar getaran.
6.4. Mencegah Getaran Mekanis
Getaran suatu benda dapat dihindari
dengan meltakkan bahan peredam di
bawah benda yang bergetar. Bahan
peredam harus jauh lebih rendah
frekuensinya dari frekuensi getaran
benda. Frekuensi dari bahan peredam
sebaiknya sekitar 1 Hz.
Selain itu tempat duduk atau alas kaki
diletakkan bahan peredam. Tebal tempat
duduk dan alas kaki sangat menentukan
besar redaman.
contoh
1. Gelombang bunyi melewati medium air dengan
kecepatan 10 m/s, yang memiliki frkuensi 2 Hz
dan amplitudo maksimum 2m. Berapakah
intensitas bunyi yang melewati medium air
tersebut!
2. Suatu sumber bunyi dengan frekuensi 700 Hz,
kecepatan pendengar 20m/s bergerak menjauhi
sumber bunyi, ternyata frekuensi yang
didengar 620 Hz. Jika kecepatan rambat bunyi
di udara 330m/s, berapakah kecepatan sumber
bunyi jika sumber menjauhi pendengar?

Anda mungkin juga menyukai