Instruktur :
Prof. dr. Vennetia R. Danes, M.Sc, Ph.D
dr. Jimmy F. Rumampuk, M.Kes, AIFO
dr. Fransiska Lintong, M.Kes
dr. Maya Moningka, M.Sc
Disusun oleh:
Ridel Gabriel Janevandro Lala
210111010014
B. Dasar Teori
Suara merupakan sensasi yang sewaktu vibrasi longitudinal dari molekul-molekul
udara, yang berupa gelombang mencapai membrana timpani dari telinga. bunyi atau suara
didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengaran dalam telinga oleh gelombang
longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang
tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya, dan manakala bunyi atau
suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul diluar kemauan
orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai
kebisingan.
Bunyi merambat dalam bentuk gelombang. Gelombang bunyi merupakan salah
satu contoh gelombang mekanis longitudinal. Pada saat gelombang merambat di udara,
elem-elemen di udara bergetar sehingga menimbulkan perubahan kerapatan dan tekanan
disepanjang arah perambatan gelombang. Bunyi merambat dari sumber bunyi melalui
medium dan membutuhkan waktu. Serta bunyi juga memiliki kecepatan merambat. Bunyi
termasuk gelombang mekanik sehinggi diperlukan medium untuk merambat.
Cepat rambat bunyi disamping gelombang longitudinal dan gelombang transversal,
dikenal juga gelombang mekanik dan elektromagnetik. Besar fisis yang merupakan
karakteristik dari peristiwa gelombang adalah Panjang gelombang (λ). Hubungan antara
Panjang gelombang (λ), frekuensi (f) dan cepat rambat gelombang (v) adalah v = λ .f
Cepat rambat (laju) gelombang bunyi dengan gelombang bunyi dalam fluida seperti
𝐵
udara atau air maka cepat rambat v didapar dari 𝑣 = √ dengan keterangan ρ adalah rapat
𝜌
Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Dari definisi ini
menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantung dari masing-
masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara audiologi, bising
adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekuensi.
Tabel dibawah ini merupakan intensitas bunyi dan waktu pemaparan yang
diperkenankan sesuai dengan departemen tenaga kerja 1994-1995.
D. Cara Kerja
1) Siapkan lah alat dan bahan yang akan dipakai.
2) Aktifkan Sound level meter yang telah di download, lalu ukurlah tingkat kebisingan
pada ruangan tertutup, ruangan tertutup dengan musik, dan ruang terbuka (umum).
3) Pengukuran kebisingan di masing-masing tempat dilaksanakan selama 1-2 menit.
4) Catatlah hasil dengan pengukuran tertinggi, lalu amati serta bandingkan hasil
tersebut.
E. Hasil Pratikum
F. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapati hasil untuk pengukuran
diruangan tertutup rata-ratanya yaitu 20 dB dan intensitas bising tertingginya yaitu 45
dBdimana hasilnya jauh berbeda dibandingkan dengan ruang tertutup dengan musik dan
diruang terbuka umum. Dimana ruang tertutup dengan musik hasil rata-ratanya yaitu 73
dB dengan indensitas bising tertingginya 85 dB dan untuk ruangan terbuka umum rata-
ratanya yaitu 75 dB dengan indensitas bising tertingginya 89 dB dan dengan itu hanya
selisih yang kecil.
Mengacu pada hasil diatas yang dihubungkan dengan kebisingan maka dampak
kebisingannya tidak terlalu tinggi, namun harus diperhatikan karena indensitas bising 85
dB bagi manusia sebisanya hanya 8 jam per hari dan untuk indensitas 89-90 dB sebisanya
hanya 4 jam per hari karena berpengaru pada dampak fisiologis. Dimana tingkat kebisingan
yang tinggi dapat menganggu efisiensi, produktivitas kerja, konsentrasi, dan meningkatkan
stres. Selain itu tingkat kebisingan yang tinggi dapat menyebabkan timbulnya penyakit
pada manusia baik secara kontemporer maupun permanen.
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang ada maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Untuk ruangan tertutup dalam hal ini kamar tidur, tidak memiliki indensitas bising yang
tinggi sehingga baik untuk pendengaran.
2. Untuk ruangan tertutup dalam hal ini kamar tidur yang dipasangkan music volume
tinggi, memiliki indensitas bising yang lumayan tinggi sehingga tidak baik untuk
pendengaran
3. Untuk ruangan terbuka umum dalam hal ini pinggiran jalan raya, memiliki indensitas
bising yang sangat tinggi sehingga sangat tidak bagus bagi manusia jika terus menerus
menetap disebelah jalan raya karena dapat mengganggu konsentrasi dan menurunkan
produktivitas kerja.
H. Referensi
1. Soetirto I. Tuli akibat bising ( Noise induced hearing loss ). Dalam : Soepardi EA,
Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FK
UI, 1990. h. 37-9.
2. Ishafit. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pmbelajaran Fisika:
Komputerisasi Eksperimen Bunyi Berbasis Soundcard Laptop. Final Prosiding
Seminar Nasional Fisika, 2012.No. 201219.
3. Young and Freedman, Roger A. Fisika Universitas edisi sepuluh julid 1, 2002.
Jakarta; Erlangga.
4. Tippler, P. A. Fisika Untuk Sains dan Teknik jilid 1. 2001. Jakarta; Erlangga. Venier.
(20012)
5. Velasco, S. Roman, F. L. Gonzales, A & white, J. A. A Computer-Assisted
Experiment For The Measurement of The Temperature Dependence of The Speed of
Sound In Air. 2004. American jurnal of physics, 72(2), 276-279.
6. Lintong, F. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. 2009;1(2):81-86
I. Lampiran Dokumentasi
Dokumentasi diruangan tertutup