VIII PEMBAHASAN
Pengambilan sampel pada praktikum ini dilakukan di depan pintu kongres, Kampus A,
Universitas Trisakti. Pengambilan sampel dilakukan selama 10 menit, dengan pembacaan
dilakukan setiap 5 detik. Ketika dilakukan pengukuran data meteorologi, didapatkan suhu
udara sebesar 30,3 °C; kecepatan angin sebesar 1,23 m/s; tekanan udara sebesar 777 mmHg;
kelembapan udara sebesar 63%; dan angin berhembus dari timur ke barat.
Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat sound level meter.
Prinsip kerja dari sound level meter yaitu tekanan bunyi menyentuh membran mikrofon pada
alat, kemudian sinyal bunyi diubah menjadi sinyal listrik yang dilewatkan pad filter
pembobotan. Sinyal dikuatkan oleh amplifier dan diteruskan pada layar hingga dapat terbaca
tingkat intensitas bunyi yang terukur.
Berdasarkan penelitian, respon telinga manusia berada dalam grafik A yaitu kurang
sensitif pada frekuensi < 400 Hz dan > 10000 Hz. Oleh karena itulah pada praktikum ini
pengukuran dilakukan pada filter pembobotan frekuensi A (A-weighting) sehingga hasil yang
didapatkan dalam satuan dB(A). Respon pembobotan diatur pada mode fast atau sebesar 125
milisekon.
Pengukuran pada praktikum ini dilakukan pada pukul 09:40 sampai 09:50 sehingga
dianggap mewakili L3 dalam pengukuran 24 jam. Dari hasil pengukuran, didapatkan nilai L(10
menit) pada pengukuran pertama sebesar 74,0 dB(A) dan nilai L(10 menit) pada pengukuran kedua
sebesar 64,2 dB (A). Dari hasil kedua pengukuran tersebut, didapatkan nilai L2 sebesar 71,4
dB (A). Pada praktikum ini, dianggap data L1 hingga L7 sudah diketahui sehingga dapat
dihitung LS, LM, dan LSM-nya. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai LS sebesar 70,5 dB(A)
dan LM sebesar 66,6 dB(A). Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat kebisingan pada
malam hari lebih rendah dari tingkat kebisingan di siang hari. Hal ini disebabakan karena di
area kampus, aktivitas pada malam hari jauh lebih sedikit dibandingkan dengan akrivitas pada
siang hari.
Dari hasil LS dan LM, maka didapatkan nilai Level Siang-Malam (LSM) sebesar 70,8
dB(A). Nilai ini sudah melampaui baku mutu tingkat kebisingan, baik berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor KEP-48/MENLH/11/1996 maupun berdasarkan
Keputusa Gubernur Provinsi Daerah DKI Jakarta No. 551 Tahun 2001, dimana keduanya
menetapkan baku tingkat kebisingan sebesar 55 dB (A) untuk kawasan sekolah dan sejenisnya.
Hal ini dapat diakibatkan karena fungsi Koperasi Mahasiswa sebagai tempat berkumpul dan
mengobrol.
Tingkat kebisingan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penurunan fungsi indra
pendengaran, penurunan konsentrasi, dan menyebabkan perasaan terganggu. Pengendalian
kebisingan dapat dilakukan dengan cara membangun dinding kedap suara di tempat penghasil
kebisingan. Untuk menghindari gangguan diatas, dapat dilakukan beberapa hal. Untuk
mengendalikan kebisingan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat direncanakan
pembuatan Barrier yang berfungsi untuk menghalangi paparan bising dari sumber ke penerima
dan dibangun di jalur propagasi antara sumber dan penerima dengan penggunaan material yang
memiliki daya serap suara. Salah satu usaha untuk mereduksi kebisingan pada daerah
permukiman, dilakukan dengan Green Barrier yang membatasi daerah sumber kebisingan
dengan daerah pemukiman masyarakat. Usaha lain yang dapat dilakukan semisal sudah
terjadinya penurunan daya dengar, maka dapat dipulihkan kembali dengan memberikan
istirahat yang cukup pada telinga atau proteksi dengan sumbat atau tutup telinga.
VII KESIMPULAN
Dari percobaan praktikum kebisingan lingkungan yang telah dilakukan dapat
diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Hasil pengukuran kebisingan Leq 10 menit dengan perlakuan duplo, yaitu
masing-masing sebesar 74,0 dB(A) dan 64,2 dB(A) sehingga nilai L2 sebesar
71,4 dB(A), nilai Ls sebesar 70,5 dB(A) dan nilai Lm sebesar 66,6 dB(A).
Dengan ini nilai Lsm yang diperoleh sebesar 70,8 dB(A).
2. Berdasarkan hasil praktikum penetapan tingkat kebisingan maka bila
dibandingkan dengan baku mutu dari KepMen LH Nomor 48 Tahun 1996
Tentang Baku Tingkat Kebisingan yang memiliki standar baku tingkat
kebisingan untuk kategori sekolah dan sejenisnya sebesar 55 dB(A) dapat
disimpulkan bahwa tingkat kebisingan di lokasi sampling tersebut tidak
memenuhi standar baku mutu.
3. Dampak kesehatan yang akan dialami oleh manusia bila tingkat kebisingan
melebihi atau tidak memenuhi standar baku, yaitu kerusakan pada sistem
pendengaran, gangguan fisiologis, psikologis, dan gangguan komunikasi.
4. Cara pengendalian yang baik untuk mengurangi tingkat kebisingan adalah
pembuatan Barrier yang berfungsi untuk menghalangi paparan bising dari
sumber ke penerima dan dibangun di jalur propagasi antara sumber dan
penerima. Usaha lain dapat dilakukan misal dilakukan dengan pembangunan
Green Barrier yang membatasi daerah sumber kebisingan dengan daerah
pemukiman masyarakat. Selain itu, jika sudah terjadi penurunan fungsi
pendengaran, telinga dapat dipulihkan dengan mengistirahatkan telinga.
DAFTAR PUSTAKA
Suma’mur, P.K. 1992. Higine Perusahaan dan Keselamatan Kerja.Jakarta : CV Haji Mas
Agung
Arifiani N, 2004. Pengaruh Kebisingan terhadap Kesehatan Tenaga Kerja. Cermi Dunia
Kedokteran N0 144; 24-28.
Octavia A, dkk. 2013. Pengaruh Intensitas Kebisingan Lingkungan Kerja Terhadap
Waktu Reaksi Karyawan PT. PLN (Persero) Sektor Barito PLTD Trisakti
Banjarmasin. Berkala Kedokteran, Volume 9 No. 2, Tahun 2013. FK
Universitas Lampung
Nasri, Syahrul M. Teknik Pengukuran dan pemantauan Kebisingan di Tempat Kerja, K3 FKM
UI, 1997