Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebisingan merupakan hal yang sangat susah dihindari di zaman modern ini.

Hal ini dikarenakan sumber kebisingan yang paling utama antara lain bersumber dari transportasi, mesin, dan hiruk pikuk perkotaan. Tentunya ketiga hal yang telah disebutkan tadi adalah sesuatu yang sulit dipisahkan dari kehidupan modernisasi dan masyarakat perkotaan. Di dalam industry, kebisingan biasanya dianggap sebagai sesuatu yang biasa karena ditemui setiap hari oleh pekerja, terutama pada bagian produksi. Tanpa disadari, kebisingan ini perlahan mengganggu kesehatan pekerja seperti gangguan pendengaran, tekanan darah tinggi dan gangguan psikologis. Meskipun sudah ada aturan yang mengatur megenai Nilai Ambang Batas (NAB) dan baku mutu lingkungan, namun dalam realisasinya masih banyak industry yang menyalahi aturan tersebut tanpa usaha pengendalian. Olehnya penulis menganggap penting untuk membahas mengenai kebisingan di tempat kerja khususnya dalam industry.

B. Rumusan Masalah 1. Apa efek dari kebisingan terhadap kesehatan? 2. Apa efek dari kebisingan terhadap produktivitas? 3. Apa alat yang digunakan untuuk mengukur kebisingan dan bagaimana metode pengukurannya? 4. Bagaimana hukum di Indonesia mengatur tentang kebisingan? 5. Bagaimana cara mengendalika kebisingan? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui efek dari kebisingan terhadap kesehatan 2. Untuk mengetahui efek dari kebisingan terhadap produktivitas 3. Untuk mengetahui alat yang digunakan untuuk mengukur kebisingan dan bagaimana metode pengukurannya 4. Untuk mengetahui bagaimana hukum di Indonesia mengatur tentang kebisingan 5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengendalika kebisingan

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Menurut Kepmenker No. 51 tahun 1999, kebisisngan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Kepmenkes RI No. 1405/ Menkes/SK/XI/2002 menyatakan bahwa kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan. Menurut Dr. Budiman Chandra, kebisingan atau polusi suara (noise pollution) adalah suara atau bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki atau dapat diartikan pula sebagai suara yang salah pada tempat dan waktu yang salah. Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah segala jenis suara yang tidak dikehendaki yang berpotensi untuk membahayakan kesehatan. B. Jenis jenis Kebisingan Secara umum jenis kebisingan dikelompokkan berdasarkan kontinuitas, intensitas dan spectrum frekuensi suara antara lain:

1. Steady state and narrow band noise, yaitu kebisingan yang terus menerus dengan spectrum suara yang sempit seperti suara mesin dan kipas angin. 2. Non steady state and narrow band noise, yaitu kebisingan yang tidak terus menerus dengan spectrum suara yang sempit seperti mesin gergaji dan katup uap. 3. Kebisingan intermitten, yaitu kebisingan yang terjadi sewaktu-waktu dan terputus seperti suara pesawat terbang dan kereta api. 4. Kebisingan impulsive, yaitu kebisingan yang berintensitas tinggi seperti ledakan bom dapt menyebabkan kerusakan pada alat pendengar. Kerusakan dapat terjadi pada gendang telinga atau tulangtulang halus di telinga tengah. Getaran-getaran yang menyebabkan kerusakan ini dapat melalui udara, maupun melalui tulang. (Budiman Chandra: 2006) C. Alat Pengukur Kebisingan dan Metode Pengukuran 1. Alat Pengukur Kebisingan Alat yang biasa digunakan untuk mengukur kebisingan adalah sound level meter. Alat ini memiliki fungsi mengukur kebisingan yang berada dalam kisaran 30 sampai 130 dB dengan frekuensi 20 sampai 20.000 Hz. Untuk keperluan mengnalisis frekuensi suatu kebisingan digunakan alat octave band analyzer. Alat ini memiliki filter-filter yang 4

telah disusun menurut tingkatan oktafnya. Jika spektrumnya sangat curam dan berbeda banyak, skala 1/3 oktaf dapat digunakan. Untuk filter-filter oktaf disukai frekuensi-frekuensi tengah yang berukuran 31,5; 63; 125; 250; 500; 1.000; 2.000; 4.000; 8.000; 16.000; dan 31.500 Hz. (Budiman Chandra, 2005) Untuk keperluan analisis lebih lanjut, alat yang dapat digunakan adalah narrow band analyzer (alat analisi spectrum sempit), baik dengan latar spectrum yang tetap, misalnya 2-200 Hz, atau spectrum yang melebar dengan frekuensi yang lebih tinggi. Alat ini lebih disukai di lapangan mengingat komponen kebisingan mungkin berbeda bergantung pada muatan mesin. (Budiman Chandra: 2005) 2. Metode Pengukuran Dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan diatur mengenai cara pengukuran kebisingan yaitu sebagai berikut: a. Cara sederhana Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi dB (A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik.

b. Cara langsung pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit. Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam (L SM) dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (LS) pada selang waktu 06.00 22.00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 06.00. Setiap pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai contoh : L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 09.00 L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 11.00 L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 17.00 L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00 22.00 L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 24.00 L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 03.00 L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 06.00 LTM5 = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik LS = Leq selama siang hari

LM = Leq selama malam hari LSM = Leq selama siang dan malam hari

Keterangan: Leq (Equivalement Continuos Noise Level atau Tingkat Kebisingan Sinambung Setara) adalah nilai tingkat kebisingan dari kebisingan yang berubah-ubah

(fluktuatif) selama waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan dari kebisingan ajeg (steady) pada selang waktu yang sama. Adapun metode perhitungannya adalh sebagai berikut (sesuai contoh di atas): LS dihitung sebagai berikut :
0.1.L1

LS = 10 log 1/16 {T1.10

+ + T4.10

0.1.L4

} dB (A)

LM dihitung sebagai berikut :


0.1.L5

LM = 10 log 1/8 {T5.10

+ + T7.10

0.1.L7

} dB (A)

Untuk mengetahui apakah kebisingan sudah melampaui tingkat kebisingan maka perlu dicari nilai LSM dari pengukuran lapangan. LSM dihitung dengan rumus :

0.1.L

LSM = 10 log 1/24 {16.10 D. Kebisingan dan Kesehatan

+ + 8.10 S

0.1(L +5) M

} dB (A)

Efek negative kesehatan biasanya jelas terlihat pada indera pendengaran yaitu telinga. Gangguan yang paling umum terjadi adalah ketulian, baik itu ketulian permanen maupun yang bersifat sementara. Ketulian biasanya dimulai pada frekuensi suara sekitar 4.000 Hz yang kemudian meningkat dan meluas ke frekuensi sekitarya dan akhirnya mengenai frekuensi yang digunakan untuk percakapan.

(Budiman Chandra: 2005) Begitu banyak penelitian yang telah menemukan dampak

kebisingan terhadap kesehatan, diantaranya sebagai berikut: No JUDUL Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Aktivitas Penerbangan Di Bandara Adi Sucipto Dengan Nilai Ambang Pendengaran Pada Anak Stress Akibat Kerja pada Tenaga Kerja yang Terpapar TAHUN PENELITI HASIL Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara intensitas kebisingan akibat aktivitas penerbangan di Bandara Adi Sucipto dengan nilai ambang pendengaran anak SDN. Kali Ajir Lor dan SDN. Perumnas Condong Catur berdasarkan lama terpapar (lama tinggal di wilayah BKK II). Kebisingan menimbulkan stress pada responden. Gejala stress akibat kerja karena paparan bising yang timbul pada

2007

Mieng Nova Sutopo, B.U. Djoko Rianto, Nawi Ng

2007

Erwin Dyah Nawawinetu dan Retno Adriyani

Bising

responden adalah gejala fisik meliputi: sakit kepala dan tekanan darah tinggi, sedangkan gejala emosi yang dialami responden berupa perasan mudah marah dan mudah lupa. Semakin merasa terganggu terhadap bising yang ada, semakin banyak yang mengalami gejala fisik tersebut. Gejala fisik yang paling kuat hubungannnya dengan persepsi bising adalah rasa sakit kepala, sedangkan gejala fisik lain (tekanan darah tinggi) bersifat lemah. Dari data perhitungan yang di lakukan peneliti, di dapatkan hasil perhitungan korelasi manual sebesar 0,555, dari perhitungan SPSS di dapatkan hasil sebesar 0,555. Jadi antara kebisingan dan Herwiansyah produktivitas kerja Mardan menunjukkan hubungan yang kuat, arah hubungannya negative artinya apabila variable kebisingan (X) ditingkatkan maka variable produktivitas kerja (Y) cenderung menurun dan target tidak akan tercapai Ada hubungan kebisingan (p-value = 0,0001) dan

Analisa Kebisingan Tempat Kerja terhadap Produktivitas Kerja Mekanik Di P.T Umc Pucang Surabaya

2013

Hubungan

2013

Nidya

Beban Kerja Fisik, Kebisingan Dan Faktor Individu Dengan Kelelahan Pekerja Bagian Weaving Pt. X Batang

Triyunita, Ekawati SKM, M.Sc, dr. Daru Lestantyo, M.Si

umur (p-value = 0,0001) dengan kelelahan. Tidak ada hubungan beban kerja fisik (p-value = 0,356) dan status gizi (pvalue = 0,129) dengan kelelahan.

Analisis Tingkat Kebisingan Peralatan Produksi Terhadap Kinerja Karyawan

2012

Heri Mujayin Kholik dan Dimas Adji Khrisna

Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukkan bahwa kebisingan di area kerja Power Plant II berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengujian analisis regresi linier sederhana melalui uji t, diperoleh t hitung sebesar 10,227 lebih besar dibandingkan t tabel sebesar 2,013 atau angka sig. sebesar 0 lebih kecil dibandingkan a sebesar 0,05 Gangguan psikologis yang dialami pekerja hanya dirasakan oleh pekerja yang bekerja di lingkungan kerja yang bising (diatas NAB) yaitu 28 orang (57%) dan yang tidak mengalami gangguan kebisingan sebanyak 21 orang (43%) Dari hasil uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa: 10

Hubungan Tingkat Kebisingan Dengan Gangguan Psikologis Pekerja Di Bagian Weaving Di Pt. X Batang, Jawa Tengah

2013

Yuniastri Ayu Permatasari

Efek Bising Mesin Elektronika Terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran Pada Pekerja Di Kecamatan Sario Kota Manado, Sulawesi Utara

2013

Hardini Tjan, Fransiska Lintong dan Wenny Supit

a. ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan psikologis pekerja b. ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan konsentrasi pekerja c. ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan tidur pekerja d. ada hubungan antara tingkat kebisingan dengan gangguan emosi pekerja Terdapat gangguan pendengaran pada pekerja. Gangguan pendengaran yang paling banyak diderita oleh para pekerja ini adalah tuli sensorineural (persepsi) yang pada umumnya terjadi pada kedua telinga. Dari hasil analisis bivariat data yang diperoleh melalui uji fisher exact menunjukkan nilai p=0,032 (p<0,05) yang berarti data ini signifikan. Hal ini membuktikan bahwa adanya hubungan antara efek bising terhadap gangguan fungsi pendengaran

Dari penelitian ini


8 Pengaruh Kebisingan Mesin Las Disel Listrik Terhadap Ivana Anggelia Koagouw, Wenny Supit dan Jimmy F

menunjukkan hasil signifikan (p = < 0,05), yang menyatakan

11

Fungsi Pendengaran Pada Pekerja Bengkel Las Di Kecamatan Mapanget Kota Manado

Rumampuk

adanya pengaruh dalam hubungan intensitas kebisingan dengan fungsi pendengaran.

Pengaruh Kebisingan Di Lingkungan Kerja Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pekerja Di Area Ring Frame Unit Spinning 5 Pt. Apac Inti Corpora Bawen Kabupaten Semarang

Dian Pratiwi, Ir. Irawan Wisnu Wardhana, MS dan Sri Sumiyati, ST, MSi.

10

Hubungan Antara Persepsi Terhadap

Juliana Sari Pratiwi, Hemy Heryati

Besarnya intensitas kebisingan berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah. Responden dilajur ketiga di area Ring Frame Unit Spinning 5 PT. APAC INTI CORPORA mengalami perubahan tekanan darah terbesar dibanding dua lajur Ring Frame yang lainnya karena dilajur ketiga tersebut memiliki intensitas kebisingan yang paling tinggi dengan tingkat kebisingan ratarata adalah sebesar 97,27 dB dan perubahan tekanan darah sebesar 8,72 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan 6,34 mmHg untuk tekanan darah diastolik. Berdasrkan hasil analisis korelasi ditemukan bahwa ada hubungan positif antara persepsi terhadap

12

Kebisingan dengan Stres Karyawan

Anward, dan Silvia Kristanti Tri Febriana

kebisingan dengan stress karyawan PT. PLN (Persero) PLTU sector Asam Asam. Hal ini dapat diketahui dari hasil koefisien korelasi sebesar r = 0.482 engan p = 0.003 (p<0.01). nilai r menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yan menyatakan ada hubungan positif antara persepsi terhadap kebisingan dengan sres karyawan PT. PLN (Persero) PLTU sector Asam Asam. Nilai positif pada r hitung menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi terhadap kebisingan, maka semakin tinggi pula tingkat stress, dan semakin rendah persepsi terhadap kebisingan maka semakin rendah pula tingkat stress.

Dari tabel di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa efek kebisingan terhadap kesehatan antara lain: 1. Ketulian adapun jenis-jenis ketulian adalah sebagai berikut: a. Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift=TTS); diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara

13

dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali. b. Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS); diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktorfaktor seperti :tingginya level suara,lama paparan, spektrum suara, temporal patternbila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar, kepekaan individu, pengaruh obatobatanbeberapa obat-obatan dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obat lainnya, dan keadaan kesehatan. c. Trauma Akustik; Trauma akustik adalah setiap perlukaan yang merusak sebagian atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran. d. Prebycusis; Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya dengar pada nada 14

tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja. e. Tinitus; Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998). 2. tekanan darah tinggi 3. gangguan tidur 4. gangguan konsentrasi 5. gangguan emosi 6. stress E. Peraturan Mengenai Kebisingan Di Indonesia, terdapat dua aturan yang mengatur mengenai kebisingan. Kedua aturan tersebut adalah Baku Mutu Lingkungan sebagaimna yang tertuang dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan dan Nilai Ambang Batas yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja. 1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP

48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan 15

PERUNTUKAN KAWASAN/LINGKUNGAN KEGIATAN Perumahan dan pemukiman Perdagangan dan Jasa Perkantoran dan Perdagangan Ruang terbuka hijau Industry Pemerintahan dan fasilitas umum rekreasi Khusus: 1. Bandar udara 2. Stasiun kereta api 3. Pelabuhan laut 4. Cagar budaya Rumah Sakit atau sejenisnya Sekolah atau sejenisnya Tempat ibadah atau sejenisnya

TINGKAT KEBISINGAN DB (A) 55 70 65 50 70 60 70

Peruntukan kawasan

70 60 55 55 55

Lingkungan kegiatan

16

2. Nilai Ambang Batas yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja WAKTU PEMAPARAN PER HARI 8 4 2 30 15 7.5 3.75 1.88 0.94 28.12 14.06 7.03 3.52 1.76 0.88 0.44 0.22 0.11 jam INTENSITAS KEBISINGAN (dBA) 85 88 94 97 100 103 106 109 112 115 118 121 124 127 130 133 136 139

menit

detik

F. Kebisingan dan Produktivitas Kerja Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kebisingan akan mempengaruhi psikologi dan fisiologi pekerja. Gangguan psikologi seperti gangguan emosi (cepat marah), adanya perasaan kurang nyaman, dan kurangnya konsentrasi tentunya akan mempengaruhi kinerja karyawan.

17

Kurangnya konsentrasi mengakibatkan karyawan rentan untuk terkena kecelakaan sehingga perusahaan harus mengeluarkan dana pengobatan yang sebenarnya bisa dicegah. Selain gangguan psikologi, yang tidak kalah berbahyanya adalah gangguan komunikasi karena danya gangguan pendengaran oleh pekerja. Gangguan komunikasi dapat mengganggu proses produksi karyawan karena dapat menyebabkan miss communication yang juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja. G. Pengendalian Kebisingan Kebisingan sudah seharusnya dikendalikan di tempat kerja apalgi di sebuah industry. Adapun pengendalian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Engineering Sumber kebisingan biasanya berasal dari mesin-mesin yang digunakan pada proses produksi. Mesin-mesin ini dapat dipasangkan alat peredam suara atau alat peredam ini juga bisa dipasang pada ruangan produksi yang bising sehingga dapat mengurangi kebisingan. 2. Administrasi Jika engineering tidak dapat dilakukan atau hasil

pelaksanaannya belum maksimal maka kebisingan dapat dikendalikan dengan administrasi. Caranya bisa dilakukan dengan rotasi kerja (menggunakan system shift). 18

3. APD (Alat Pelindung Diri) Meskipun APD tidak mampu melindungi pekerja 100%, namun setidaknya APD ini dapat meminimalisir paparan bahaya kebisingan. Adapun APD yang dapat digunakan adalah ear muff dan ear plug. Cara untuk menentukan APD mana yang cocok untuk digunakan adalah dengan melihat jenis kebutuhan dan nilai NRR (Noise Reduction Rating). Biasanya produsen hearing protection (pelindung pendengaran) pada produknya. Secara khusus, NIOSH merekomendasikan bahwa label NRRs akan de-rated sebagai berikut: a. Ear Muff Kurangi 25% dari label NRR produsen b. Semua jenis ear plug yang lain Kurangi 70% dari label NRR produsen Actual Noise Reduction Rating (NRR) juga dapat dihitung dengan rumus : Actual NRR = (NRR 7) / 2 Contoh: NRR = 29dB (dari label manufaktur) Actual NRR Actual NRR = (NRR 7) / 2 = (29 7)/ 2 = 11 dB

Maka actual NRR dari alat pelindung tersebut adalah 11 dB.

19

20

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dan disukai yang dapat membahayakan kesehatan. Gangguan yang dapat ditimbulkan oleh kebisingan adalah gangguan psikologis, gangguan fisiologis, dan gangguan komunikasi karena ketulian. Aturan yang mengatur mengenai kebisingan di Indonesia adalah Baku Mutu Lingkungan sebagaimna yang tertuang dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/1996 tentang baku tingkat kebisingan dan Nilai Ambang Batas yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.

13/MEN/X/2011 Tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja. Untuk mengendalikan kebisingan dapat dilakukan dengan metode engineering (rekayasa tekhnik), administrasi dan penggunaan APD. B. Saran 1. Kepada mahasiswa, agar berperan aktif dalam melakukan kegiatankegiatan inovatif agar masyarakat khususnya pekerja di industry mengetahui bahaya kebisingan dan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah efeknya.

21

2. Kepada pengusaha, agar serius memperhatikan masalah bahayabahaya lingkungan kerja seperti lingkungan fisik khususnya

kebisingan. 3. Kepada pemerintah, hendaknya lebih tegas kepada pengusahapengusaha agar mereka serius menjalankan aturan-aturan yang ada mengenai lingkungan kerja yang aman dan sehat. 4. Kepada masyarakat khususnya pekerja agar lebih aktif untuk mencari informasi mengenai kesehatannya di lingkungan kerja dan bekerja sesuai dengan Standard Operatio Prosedure (SOP).

22

DAFTAR PUSTAKA Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Cetakan Pertama. EGC. Jakarta. Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. EGC. Jakarta. Harrington, J.M dan F.S. Gill. 1992. Pocket Consultant Occupational Health, 3/E. Edisi 3. Oxford. London. Sudjoko Kuswadi. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja, E/3. Cetakan 1. EGC. Jakarta. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/2002. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. 19 Nopember 2002. Jakarta. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP48/MENLH/11/1996. Baku Tingkat Kebisinga Menteri Negara Lingkungan Hidup. 25 Nopember 1996. Jakarta. Kholik, H.M dan Dimas A.K. 2012. Analisis Tingkat Kebisingan Peralatan Produksi Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Tekhnik Industri. 13 (2): 194-200.

23

Mardan, Herwiansyah. 2013. Analisa Kebisingan Tempat Kerja terhadap Produktivitas Kerja Mekanik Di PT. UMC Pucang Surabaya. JTM. 01 (02): 52-61 Nawawinetu, E.D. dkk. 2007. Stress Akibat Kerja pada Tenaga Kerja yang Terpapar Bising. The Indonesian Journal of Public Heath. 4 (2): 59-63 Peraturan Menteri Tenaga Kerjja dan Transmigrasi Nomor Per. 13/MEN/X/2011. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja. 28 Oktober 2011. Jakarta. Permatasari, Y.A. 2013. Hubungan Tingkat Kebisingan dengan Gangguan Psikologis Pekerja Di Bagian Weaving Di PT. X Batang, Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2 (1). http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm Sutopo, M.N. dkk. 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Aktivitas Penerbangan Di Bandara Adi Sucipto dengan Nilai Ambang Batas Pendengaran Pada Anak. Berita Kesehatan Masyarakat. 23 (1): 12-20 Triyunita, Nidya dkk. 2013. Hubungan Beban Kerja Fisik, Kebisingan, dan Faktor Individu dengan Kelelahan Pekerja Bagian Weaving PT. X Batang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2 (2). http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

24

25

Anda mungkin juga menyukai