Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN

Disusun Oleh :

Kelompok

1. Ravena Hardiyanti T 1605035022


2. Nisa 1605035025
3. Nur Sa’adah 1605035031

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2018
A. PENGERTIAN KEBISINGAN
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang
bersifat mengganggu pendengaran dan dapat menurunkan daya
dengar seseorang yang terpapar (WHS, 1993). Dari segi kualitas, bunyi
dapat dibedakan menjadi dua yaitu frekuensi yang dinyatakan dalam
jumlah getaran per detik (hertz) yaitu jumlah getaran dalam satu detik
yang sampai ke telinga dan intensitas atau arus energi yang
dinyatakan dalam desibel (DB) yaitu perbandingan antara
kekuatan dasar bunyi dengan frekuensi yang dapat diterima oleh telinga
normal (Suma’mur, 1995). Menurut Wilson (1989), bunyi atau suara
didefinisikan sebagai serangkaian gelombang yang merambat dari suatu
sumber getar akibat perubahan kerapatan dan tekanan udara. Kebisingan
merupakan terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki termasuk bunyi yang
tidak beraturan dan bunyi yang dikeluarkan oleh transportasi dan industri,
sehingga dalam jangka waktu yang panjang akan dapat
mengganggu dan membahayakan konsentrasi kerja, merusak
pendengaran (kesehatan) dan mengurangi efektifitas kerja.
Bising dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang
dapat menurunkan frekuensi pendengaram baik secara kuantitatif
(peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kualitatif
(penyempitan spektrum pendengaran) berkaitan dengan faktor intensitas,
frekuensi, durasi dan pola waktu.
Kebisingan didefinisikan sebagai “suara yang tak dikehendaki “,
misalnya yang yang merintangi terdengarnya suara – suara, musik dsb,
atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang
tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan serta
dapat menmbulkan ketulian.
B. SUMBER KEBISINGAN
Sumber bising adalah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap
mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak
bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan
industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga,alat
pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di industri, sumber kebisingan
dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Mesin
Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktivitas mesin.
b. Vibrasi
Kebisingan yang dittimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan
akibat gesekan, benturan, atau ketidakseimbangan gerakan bagian
mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan,
bearing, dan lain – lain.
c. Pergerakan udara, gas dan cairan
Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan
dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur
cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet. Flare boom, dan lain – lain.
C. KATEGORI KEBISINGAN
Berdasarkan frekuensi tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga
bunyi maka bising dibagi dalam tiga kategori yaitu audible noise,
occupational noise, dan impuls noise (Gabriel JF, 1996)
1. Audible noise (bising pendengaran), bising ini disebabkan oleh frekuensi
bunyi atau 31,5 – 8.000 Hz.
2. Occupational noie (bising berhubungan dengan pekerjaan), bising yang
disebabkan oleh bunyi mesin ditempat kerja.
3. Impuls Noise (impact noise = bising impulsive), bising yang terjadi akibat
adanya bunyi yang menyentak. Misalnya pukulan palu, ledakan, mriam,
tambakan bedil dan lain –lain.
D. JENIS KEBISINGAN
Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas:
a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini
relatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut
– turut. Misalnya mesin, kipas angin, dan dapur pijar.
b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini
juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja
(pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 hz). Misalnya gergaji serkuler, katup
gas.
c. Bising terputus – putus (Intermitten). Bising ini tidak terjadi secara terus –
menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas,
kebisingan di lapangan terbang.
d. Bising Impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam
waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya
tembakan, suara ledakan mercon, meriam.
e. Bising Impulsif Berulang
Sama dengan bising impulsif, hanya saja disini terjadi secara berulang –
ulang. Misalnya mesin tempa.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas :

a. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras.


Misalnya mendengkur.

b. Bising yang menutupi (Masking Noise) . Merupakan bunyi yang menutupi


pendengarn yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda
bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.

c. Bising yang merusak (damaging/ injurious noise)

bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau
menurunkan fungsi pendengaran.

E. PENGERTIAN SOUND LEVEL METER METER


Sebuah alat ukur kebisingan disebut Sound Meter. Sound Level Meter
merupakan suatu perangkat alat uji untuk mengukur tingkat kebisingan
suara (noise pollution), dimana hal tersebut sangat diperlukan terutama
untuk lingkungan industri, contoh pada industri penerbangan dimana
lingkungan sekitar harus diuji tingkat kebisingan suara atau tekanan suara
yang ditimbulkannya untuk mengetahui pengaruhnya terhadap lingkungan
sekitar. Selain itu pengukuran tingkat kebisingan juga merupakan dasar
untuk perancangan akustik suatu ruangan yang ditujukan untuk aktivitas
tertentu dengan parameter tertentu, misal sebuah concert hall, teater,
ruang kuliah, laboratorium dan lain-lain. Alat ini didesign memberikan
respon seperti telinga manusia dengan memasukkan sebuah penguat dalam
rangkaian elektroniknya yang memberikan penguatan tegangan yang lebih
kecil pada frekuensi rendah dan tinggi. Alat ukur ini ditandai dalam
satuan desibel(disingkat dB). Desibel (Lambang Internasional = dB)
adalah satuan untuk mengukur intensitas suara. Huruf "B" pada dB ditulis
dengan huruf besar karena merupakan bagian dari nama penemunya, yaitu
"Bell" (Alexander Graham Bell).
F. MACAM-MACAM SOUND LEVEL METER
a. Sound meter analog, pada instrumen ini disusun dari rangkaian listrik
yang didesign khusus akan mengkonversi sinyal listrik dari mikropon
menjadi suatu bacaan angka pada skala.
b. Sound meter digital, pada instrument ini disusun dari rangkaian listrik
yang didesign khusus akan mengkonversi sinyal listrik dari mikropon
menjadi bacaan angka yang terdisplai pada layar.

Beberapa sound meter digital mengatur rentang pengukuran sendiri. Ia


mampu memilih pengukuran yang terbaik, lalu memperlihatkan pada
display.Ketepatan alat jenis ini jauh lebih baik daripada jenis analog pada
umumnya, yaitu lebih kecil daripada 1% dan sering hanya 0,1 %.
Kesalahan penunjukan akan dihilang oleh display digital.Walaupun
instrumen digital pasti lebih mudah dan jelas dibaca oleh semua orang,
tetapi itu hanya benar kalau besaran yang diukur bersifat statis. Untuk
mengukur besaran secara relatif berubah pelan-pelan, sound meter analog
lebih sesuai. Karena itulah, sound meter analog lebih cocok untuk
memperlihatkan trend ( kecendrungan ) jenjang ukuran.

G. BAGIAN-BAGIAN SOUND LEVEL METER


Keterangan:
-Microphone : penangkap suara
-Meter Scale : skala penunjuk hasil pengukuran
-Range Switch : batas ukur maksimal (yang digunakan)
-Power Switch : tombol mengaktif dan nonaktif kan alat

H. PRINSIP KERJA SOUND LEVEL METER


Dalam setiap alat ukur pastilah memiliki prinsip kerja yang harus
dipahami oleh orang atau praktikan yang akan menggunakan alat ukur
yang akan digunakan. Prinsip kerja SLM yaitu apabila ada benda bergetar,
maka akan menyebabkan perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap
oleh alat ini dan selanjutnya akan menggerakkan meter petunjuk. Pada
gambar di bawah ini menunjukkan prinsip dasar alat meteran kebisingan
suara (Sound Meter).
I. DATA DAN PEMBAHSAN PENGUKURAN
Adapun dari hasil pengukuran kebisingan kami di daerah ramai lalu
lintas, yakni di depan Masjid Islamic Center Tepian pada saat pagi, siang,
sore dan malam.
 Data Pagi
J. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BAHAYA
KEBISINGAN

Bahaya bising dihubungkan dengan beberapa faktor :

1. Intensitas
Intensitas bunyi yang ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan
logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang
yang dapat didengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi diukur dengan skala
logaritma dalam desibel (dB)
2. Frekuensi
Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 16
hingga 20.000 Hz. Frekuensi bicara terdapat dalm rentang 250 – 4.000 Hz.
Bunyi frekuensi tinggi adalah yang paling berbahaya
3. Durasi
Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan, dan
kelihatannya berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai
telinga dalam. Jadi perlu untuk mengukur semua elemen lingkungan
akustik. Untuk tujuan ini digunakan pengukur bising yang dapat merekam
dan memadukan bunyi.
4. Sifat
Mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap waktu (stabil, berfluktuasi,
intermiten). Bising impulsif (satu atau lebih lonjakan energi bunyi dengan
durasi kurang 1 detik) sangat berbahaya.

G. GANGGUAN PENDENGARAN

Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang


berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal
memahami pembicaraan. Menurut ISO derajat ketulian sebagai berikut :

 Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB, masih normal


 Jika peningkatan ambang dengar antara 26 – 40 dB, disebut tuli ringan
 Jika peningkatan ambang dengar antara 41 – 60 dB, disebut tuli sedang
 Jika peningkatan ambang dengar antara 61 – 90 dB, disebut tuli berat
 Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 dB disebut tuli sangat berat
Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan
fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang
menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan
terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu,
ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan dan
stress.

1. Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi,
basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian
kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
susah tidur, emosi dan lain –lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat
menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung
koroner, dan lain –lain.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan
mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum
berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan
mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja,
karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya
akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja
4. Gangguan Keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti
kepala pusing, mual dan lain –lain.
5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising,
gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling seirus
karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian
ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila
bekerja terus menerus di tempat bising tersebut maka daya dengar akan
menghilang secara menetap atau tuli.
Tuli dibagi menjadi beberapa yaitu sebagai berikut :
a. Tuli Sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi,
tenaga kerja akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya
sementara. Biasanya waktu pemaparannya terlalu singkat. Apabila
kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup. Daya
dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar semula
dengar semula.
b. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)
Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS
dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut :
 Tingginya level suara
 Lama pemaparan
 Spektrum suara
 Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka
kemungkinan terjadinya TTS akan lebih besar.
 Kepekaan individu
 Pengaruh Obat – Obatan
Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh sinergestik)
ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara.
Misalnya quinine, aspirin, streptomycin, dan beberapa obat
lainnya.
 Keadaan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai