Anda di halaman 1dari 6

Bunyi dan Kebisingan

Bunyi
Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi oleh telinga atau kompresi mekanikal atau
gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat
berupa zat cair, padat, gas.

Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis
dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz)
dan amplitude atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Manusia mendengar
bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran udara atau medium lain, sampai kegendang telinga
manusia. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz
sampai 20 kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responya. Suara
diatas 20 kHz disebut ultrasonic dan dibawah 20 Hz disebut infrasonik.
Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan
dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Kebisingan juga dapat
didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang
menjengkelkan. Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan kesehatan dan pendengaran.
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar. Getaran
sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya sehingga molekul-
molekul udara ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang rambatan
energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan longitudinal. Rambatan gelombang
diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan konteks ruang dan waktu
sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan kesehatan

Sumber kebisingan
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik
dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari
kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan
kegiatan rumah tangga. Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam,
yaitu

 Mesin; kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.


 Vibrasi; kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan,
benturan atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila,
batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
 Pergerakan udara, gas dan cairan; kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas,
dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas,
outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
Jenis Kebisingan
Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum bunyi dapat dibagi sebagai berikut:
1. Bising yang kontinyu: bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan
tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
 Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. bising ini relatif
tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut, seperti suara
kipas angin, suara mesin tenun.
 Norrow Spectrumadalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai
frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler, katup gas.
2. Bising terputus-putus: bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu bising
yang berlangsung secar tidak terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya
lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api.
3. Bising impulsif: bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam
waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan, suara
ledakan mercon, meriam.
4. Bising impulsif berulang: sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-
ulang, misalnya mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi atas :

1. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Merupakan bising yang mempunyai intensitas
tidak terlalu keras, misalnya mendengkur.
2. Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang
jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja , karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise). Merupakan bunyi yang intensitasnya
melampui Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi
pendengaran.
Penyebab kebisingan
Beberapa faktor terkait kebisingan yaitu:

1. Frekuensi. Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik) dengan
satuan Hz. Frekuensi yang dapat didengar manusia 20-20.000 Hz. Frekuensi dibawah 20 Hz
disebut Infra Sound sedangkan frekuensi diatas 20.000 Hz disebut Ultra Sound. Suara
percakapan manusia mempunyai rentang frekuensi 250 – 4.000 Hz. Umumnya suara
percakapan manusia punya frekuensi sekitar 1.000 Hz.
2. Intensitas suara. Intensitas didefinisikan sebagai energi suara rata-rata yang ditransmisikan
melalui gelombang suara menuju arah perambatan dalam media.
3. Amplitudo. Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber suara pada
arah tertentu.
4. Kecepatan suara. Kecepatan suara adalah suatu kecepatan perpindahan perambatan udara per
satuan waktu.
5. Panjang gelombang. Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan suara
untuk satu siklus.
6. Periode. Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitudo, satuan periode
adalah detik.
7. Oktave band. Oktave band adalah kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara yang
dapat di dengar dengan baik oleh manusia. Distribusi frekuensi-frekuensi puncak suara
meliputi Frekuensi : 31,5 Hz – 63 Hz – 125 Hz – 250 Hz – 500 Hz – 1000 Hz – 2 kHz – 4
kHz – 8 kHz – 16 kHz.
8. Frekuensi bandwidth. Frekuensi bandwidth dipergunakan untuk pengukuran suara di
Indonesia.
9. Pure tune.Pure tone adalah gelombang suara yang terdiri yang terdiri hanya satu jenis
amplitudo dan satu jenis frekuensi.
10. Loudness.Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitudo tertentu
satuannya Phon. 1 Phon setara 40 dB pada frekuensi 1000 Hz
11. Kekuatan suara. Kekuatan suara satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per
satuan waktu.
12. Tekanan suara. Tekanan suara adalah satuan daya tekanan suara per satuan
Pengukuran Kebisingan
Setelah mengetahui pengertian kebisingan serta jenis dan penyebab bising maka, untuk
mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sound
Level Meter. Ada tiga cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja.

 Pengukuran dengan titik sampling Pengukuran ini dilakukan bila


kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja.
Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh
suatu peralatan sederhana, misalnya Kompresor/generator. Jarak pengukuran dari sumber
harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan
arah mikrofon alat pengukur yang digunakan.
 Pengukuran dengan peta konturPengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat
dalam mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi
kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat gambar isoplet
pada kertas berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat kode
pewarnaan untuk menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau untuk kebisingan dengan
intensitas dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan yang tinggi diatas 90
dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85 – 90 dBA.
 Pengukuran dengan GridUntuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh data
kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titik–titik sampling harus dibuat dengan jarak
interval yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberpa
kotak yang berukuran dan jarak yang sama, misalnya : 10 x 10 m. kotak tersebut ditandai
dengan baris dan kolom untuk memudahkan identitas.
Nilai Ambang Batas Kebisingan
Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian besar
tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk kebisingan
di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus-menerus
tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah
sebagai berikut

No. TINGKAT KEBISINGAN (dBA) PEMAPARAN HARIAN


1. 85 8 jam

2. 88 4 jam

3. 91 2 jam

. 94 1 jam

5. 97 30 menit

6. 100 15 menit

Zona Kebisingan
Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan

Zona A : Intensitas 35 – 45 dB. Zona yang diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat
perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya.
Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan
dan rekreasi.
Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, Perdagangan dan
pasar.
Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA,
terminal bis dan sejenisnya.

Zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association)


Zona A: intensitas > 150 dB → daerah berbahaya dan harus dihindari
Zona B: intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar perlu memakai pelindung telinga
(earmuff dan earplug)
Zona C: 115-135 dB → perlu memakai earmuff
Zona D: 100-115 dB → perlu memakai earplug
Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan
Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat menyebabkan berbagai
gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian.
Ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya gangguan terhadap
pendengaran dan gangguan non Auditory seperti gangguan komunikasi, ancaman bahaya
keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan kelelahan. Lebih rinci dampak kebisingan
terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut:
1. Gangguan Fisiologis; Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan
darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada
tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan
bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan
menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh
rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan
darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
2. Gangguan Psikologis; Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi; Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi
yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan
terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak
mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung
membahayakan keselamatan seseorang.
4. Gangguan Keseimbangan; Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di
ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala
pusing (vertigo) atau mual-mual.
5. Efek pada pendengaran; Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada
indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan
diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah
sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan.
Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan
tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin
meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan
untuk percakapan. Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :
 Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift=TTS); diakibatkan pemaparan terhadap
bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar
yang sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila
tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih
kembali.
 Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS); diakibatkan waktu paparan yang
lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor seperti :tingginya level
suara,lama paparan, spektrum suara, temporal pattern–bila kebisingan yang kontinyu
maka kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar, kepekaan individu, pengaruh obat-
obatan–beberapa obat-obatan dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian
apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan
beberapa obat lainnya, dan keadaan kesehatan.
 Trauma Akustik; Trauma akustik adalah setiap perlukaan yang merusak sebagian
atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau
beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan
atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan
gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
 Prebycusis; Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan
gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal
dengan prebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus
diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat pajanan bising ditempat
kerja.
 Tinitus; Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan
pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat
merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti
saat tidur malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).
Sumber:

 Kepmenkes Nomor 1405 /2002


 Kepmenaker Nomor 51/1999
 Nasri, Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat Kerja, 1997
 Sastrowinoto, Penanggulangan Dampak Pencemaran Udara Dan Bising Dari Sarana
Transportasi, 1985
 Widya Ambar,Pencemaran Udara, 1999

Anda mungkin juga menyukai