Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pulau Gapi (kini Ternate) mulai ramai di awal abad ke-13. Penduduk Ternate awal
merupakan warga eksodus dari Halmahera. Awalnya di Ternate terdapat 4 kampung yang
masing-masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga). Merekalah yang pertama–tama
mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah–
rempah. Penduduk Ternate semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa,
Melayu dan Tionghoa. Oleh karena aktivitas perdagangan yang semakin ramai ditambah
ancaman yang sering datang dari para perompak maka atas prakarsa Momole Guna pemimpin
Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan
mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.

Ternate sebagai sebuah kota memiliki keunikan tersendiri, karena nama Ternate juga
melekat pada nama Pulau dan nama Kesultanan. Ketiga elemen ini menggunakan nama yang
sama, memberi kekuatan karakter tersendiri bagi sebuah kota pulau kecil yang masih kuat peran
kesultanan. Kesultanan Ternate yang bermula pada 1257 memberi peran penting dalam struktur
dan tata ruang kota Ternate hingga saat ini. Bangunan, ruang terbuka, jalan, titik simpul dan
penanda kawasan menjadi penentu karakteristik suatu area atau bagian kota, penanda kita berada
dimana.(Paper, Ibrahim, Arsitektur, Teknik, & Khairun, 2018)

Bangunan peninggalan Belanda di kota Ternate masih terlihat luas dan masih berdiri
kokoh meski sudah berusia ratusan tahun. Dengan desain arsitektur bergaya kolonial, kekuatan
konstruksi bangunan cukup kuat dan secara teknologi pada masanya. Bahkan jika dibandingkan
dengan bangunan modern, keberadaan bangunan ini tampaknya menjadi maha karya. Saya
sangat kokoh, jenis bangunan di era modern ini sepertinya dikalahkan oleh konstruksi yang
sudah berusia ratusan tahun. Misalnya, banyak bangunan, jembatan, dan rumah-rumah di era
modern seperti saat ini cenderung mudah runtuh dan tampaknya bertahan lama. Berbeda dengan
bangunan kolonial Belanda yang jauh lebih tahan lama dan kokoh dari waktu ke waktu. Seperti
bangsawan Ternate. Bangunan bergaya kolonial Belanda di abad ke-19 masih berdiri kokoh dan
masih menampilkan sisa-sisa keagungan bangunan ini di masa lalu.

Fala seng (rumah yang beratap seng) ini adalah penamaan bagi rumah bangsawan
Ternate, sebelumnya adalah rumah sultan sebelum menjabat, terletak di kelurahan soa sio,
sebelum timur mesjid Sultan (Sigi Lamo). Di sebut Fala Seng karena inilah rumah pertama yang
menggunakan atap berbahan seng, pada penjajahan Jepang (1942-1945). Rumah ini juga
memiliki nama lain, yaitu Kadato Ici (Istana Kecil).

Rumah ini adalah kediaman Pangeran Muhammad (saudara Sultan Ternate, Iskandar
Muhammad DjabirSyah) yang dikunjungi oleh Alfred Russel Wallace, seorang peneliti Inggris
(Lamo, Tinggalan, Islam, & Ternate, n.d.). Beberapa studi sebelumnya tentang ketahanan adalah
Arsitektur Kolonial di Rumah Gubernur Jenderal VOC di Fort Oranje Ternate. Penelitian ini
menceritakan tentang tipologi bangunan di kastil oranye dalam hal bentuk, bahan dan komposisi
yang menghasilkan kesimpulan tentang konstruksi bangunan yang sedang dibangun (Harisun &
Quraisy, 2017) . Studi lain yang diteliti adalahSigi Lamo dan Sisa-sisa Sejarah Islam di Ternate
di mana penelitian ini terkait erat dengan objek penelitian. Selain sangat dekat dengan objek
penelitian sekitar 50 meter, bentuk dan bahan bangunannya masih dipertahankan dari aslinya

Gambar 1. Rumah adat Fala Seng


(dokumentasi kelompok)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Denah dan Tata Ruang

Rumah ini adalah kediaman Pangeran Muhammad (saudara Sultan Ternate, Iskandar
Muhammad DjabirSyah)ini disebut dengan nama Kadato Ici (Istana Kecil) dan nama lainnya
adalah Fala Seng (Rumah Seng), karena rumah ini adalah rumah pertama yang menggunakan
atap berbahan Seng di jamannya, tetapi hanya di teras-nya saja yang menggunakan atap
berbahan seng .
Rumah yang terletak di Jl. Sultan Baabullah, Soa Sio ini dibangun dengan kunstruksi
dinding pemukul berbahan Batu dan Kapur/Kalero pada abad ke-19.

denah ruang di rumah Belanda ini sama dengan denah lain di mana terdapat ruang tamu, ruang
keluarga, kamar tidur, ruang makan dan jasa. ruang makan atau ruang tamu menjadi pusat
ruangan. Dari pengamatan dan pengukuran di lapangan, dapat dilihat bahwa denah rumah
Belanda ini sangat simetris di mana e ukurannya masing-masing 20m x 14m. Ada juga penataan
ruang yang jelas, seperti penataan teras, ruang tamu, kamar tidur, dan kamar pembantu yang
mengikuti penataan ruang tempat tinggal kolonial.menurut soekiman .
struktur tempat tinggal di abad ke-19 terdiri dari teras atau teras depan (voorgalerij), ruang
tengah, ruang keluarga dan ruang makan, dan ruang layanan yang digunakan oleh pelayan. salah
satu ciri bangunan Belanda adalah lantai simetris dan ada ruang tamu yang terdiri dari kamar
tidur utama dan kamar tidur lain.
Bentuk denah simetris yang memberi kesan terbuka yang merupakan karakteristik bangunan
yang menerapkan arsitektur kekaisaran di Indonesia.
B.Struktur dan Konstruksi

Struktur dan Konstruksi rumah fala seng terdiri dari :


Tabel 1. Struktur dan konstruksi rumah fala seng
No Struktur Letak fungsi dan Material Ket
1. Atap

hdfhdshfdashdgash

Anda mungkin juga menyukai