PENGUKURAN KEBISINGAN
Oleh:
141000613 – Kelompok IV
Medan
2017
Bab II. Bagian Awal
kebisingan.
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Kebisingan
diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertuntu yang
gendang telinga.”
bentuk suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya.”Menurut Prabu,
Menurut Ikron I Made Djaja, Ririn A.W, (2005) bising adalah bunyi
kesehatan.
besarnya arus energi yang diterima oleh telinga manusia.Sifat dari kebisingan
gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola ramatan
longitudinal.Rambatan gelombang diudara ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan
dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan kenyamanan dan
kesehatan.
Jika dilihat di sekitar kita sumber bising sangatlah banyak.Sumber bising ialah
sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber
bergerak maupun tidak bergerak.Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan
industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan
yaitu:
akibat gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi
pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya
pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-
lain
1. Jenis Kebisingan
Jenis-jenis kebisingan menurut Suma’mur (1994) dapat dibedakan menjadi 5 bagian yaitu:
gergaji sirkuler
b. Kebisingan kontinyu dengan spectrum frekuensi luas seperti mesin, kipas angin.
dibandara.
ledakan.
TIPE URAIAN
kebisingan tertentu.
2. Pengukuran Kebisingan
Suara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda, contohnya jika kita berteriak
suara kita lebih kuat dari pada berbisik, sehingga teriakan itu memiliki energi lebih besar
untuk mencapai jarak yang lebih jauh. Unit untuk mengukur intensitas bunyi adalah desibel
(dB). Skala desibel merupakan skala yang bersifat logaritmik.Penambahan tingkat desibel
berarti kenaikan tingkat kebisingan yang cukup besar.Contoh, jika bunyi bertambah 3 dB,
suara berfrekuensi tinggi lebih menggangu dari suara berfrekuensi rendah. Untuk
menentukan tingkat bahaya dari kebisingan, maka perlu dilakukan monitoring dengan
bantuan alat: Noise Level Meter dan Noise Analyzer, untuk mengidentifikasi
paparanPeralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama paparan dan untuk
Ada tiga cara atau metode yang digunakan dalam pengukuran akibat kebisingan
dilingkungan kerja.
pada satu atau beberapa lokasi saja.Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk
orange untuk tingkat kebisingan diatas 90dBA, warna kuning untuk kebisingan
dengan jarak interfal yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran lokasi
dibagi menjadi beberapa kotak yang berukuran dan jarak yang sama, misalnya:
identitas.
Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain sound survey
meter, sound level meter, octave band analyzer, narrow band analyzer, dan lain-lain. Untuk
permasalahan bising kebanyakan sound level meter dan octave band analyzer sudah cukup
Bunyi yang diukur bersifat komplek, terdiri atas tone yang berbeda-
beda, oktaf yang berbeda-beda, maka nilai yang dihasilkan di SLM tetap berupa
nilai tunggal. Hal ini tentu saja tidak representatif.Untuk kondisi pengukuran
OBA.Pengukuran dapat dilakukan dalam satu oktaf dengan satu OBA. Untuk
pengukuran lebih dari satu oktaf, dapat digunakan OBA dengan tipe lain. Oktaf
sebagaian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai ambang batas
untuk kebisingan ditempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang
masih dapat diterima tenega kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap
untuk waktu teus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Setelah
pengukuran kebisingan dilakukan, maka perlu dianalisis apakah kebisingan tersebut dapat
diterima oleh telinga. Berikut ini standar atau kriteria kebisingan yang ditetapkan oleh
Maksimum Minimun yg
NO ZONA
yang dianjurkan
dianjurkan
1 A= penelitian,rumah sakit, 45 dB 35 dB
tempat perawatankesehatan
2 B= perumahan, tempat 55 dB 45 dB
pendidikan, rekreasi
3 C= perkantoran, pertokoan, 60 dB 50 dB
sambungan
4 D= industri, pabrik, stasiun 70 dB 60 Db
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, yang dimaksud dengan NAB adalah
standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit
atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari
8 Jam 85
4 Jam 88
2 Jam 91
1 Jam 94
30 Menit 97
15 Menit 100
Bersambung
Sambungan
Catatan : tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBa walaupun sesaat.
Besar NAB = 85 dB untuk pemajanan 8 jam per hari atau 40 jam per minggu.
Menurut Suma’mur P. K. (1996 : 58) Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan adalah
intensitas kebisingan dimana manusia masih sanggup menerima tanpa menunjukkan gejala
sakit akibat bising, atau seseorang tidak menunjukkan kelainan pada pemaparan atau
pemajanan kebisingan tersebut dalam waktu 8 jam per hari atau 40 jam per minggu.
Bersambung
Sambungan
a. Peruntukan kawasan 55
1. Perumahan dan 70
pemukiman 65
3. Perkantoran dan 70
Perdagangan 60
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan 60
Fasilitas Umum
7. Rekreasi
8. Khusus:
*)
- Bandar udara
*)
- Stasiun Kereta Api
- Pelabuhan Laut
- Cagar Budaya
4. Pengaruh Kebisingan
Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan kepada indera-
kebisingan adalah ukuran energy bunyi yang dinyatakan dalam satuan desiBell
(dB).Pemantauan tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan alat Sound Level Meter.
stress, denyut jantung bertambah dan gangguan-gangguan lainnya. Secara umum pengaruh
kebisingan terhadapa masyarakat dapat dibagi menjadi 2, yaitu: Gangguan fisiologi, dan
Gangguan psikologis Pengaruh bising terhadap masyarakat dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu:
a. Ganguan Fisiologis
Ganguan fisiologis yang diakibatkan oleh kebisingan yakni gangguan yang langsung
1) Perederan darah terganggu oleh kerena permukaan darah yang dekat dengan
3) Gangguan tidur
4) Gangguan pendengaran, oleh karena bunyi yang terlalu keras dapat merusak gendang
telinga.
1) Trauma Akustik
Trauma akustik adalah efek dari pemaparan yang singkat terhadap suara
yang keras seperti sebuah letusan.Dalam kasus ini energi yang masuk ke telinga
dapat mencapai struktur telinga dalam dan bila melampaui batas fisiologis dapat
atau rusak organ spirale (Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar, 2003). Trauma akustik
adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat pendengaran yang
disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising
dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras,
2009).
berakhirnya pemaparan bising, akan kembali pada kondisi semula. TTS adalah
kelelahan fungsi pada reseptor pendengaran yang disebabkan oleh energi suara
dengan tetap dan tidak melampui batas tertentu.Maka apabila akhir pemaparan
dapat terjadi pemulihan yang sempurna. Akan tetapi jika kelelahan melampaui
batas tertentu dan pemaparan terus berlangsung setiap hari, maka TTS secara
Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan
biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu
istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali (Prabu,Putra, 2009).
a) Gangguan pencernaan
b. Gangguan Psikologis
Gangguan yang secara tidak langsung terhadap manusia dan sukar untuk diukur.
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, dan cepat marah..
Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik
1) Kuantitas hasil kerja sama, kualitas berbeda bila dalam keadaan bising
Selain sisi negative berupa gangguan fisiologis dan psikologis bising juga
Tempat Kerja.
”Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar/radiasi, suara dan getaran”.
”Barang siapa akan memasuki tempat kerja diwajibkan menaati semua petunjuk
ayat 1.
“Bila ada penyakit akibat kerja harus dilaporkan ke Depnaker dalam waktu 2 x 24 jam dan
Sound Level Meter ialah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan, suara yang tak
dikehendaki, atau yang dapat menyebabkan rasa sakit ditelinga. Sound level meter biasanya
Sound Level Meter berfungsi untuk mengukur kebisingan antara 30-130 dB dalam satuan dBA
a. Prosedur Pengukuran
8) Lakukan langkah pada poin c - g untuk jarak 2 meter, 3 meter, 4 meter, 5 meter,
1) Pemakaian Alat
b) Jika telah menyala, tekan tombol MODE untuk memilih jenis operasi yang
dikehendaki.
c) Untuk operasi Sound Level Meter (SLM) maka display tampil dBA
2) Kalibrasi
d) Nyalakan kalibrator pada 94 dB, lalu stel crew kalibrasi hingga penunjukkan di
94 dB
3) Data Logging
4) Operasi Dosimeter
c) Pasang alat di ikat pinggang atau saku, letakkan mic di dekat telinga
d) Tekan tombol RUN dan akan tampil icon JAM pada display
e) Jika akan melakukan jeda pada saat pengukuran tekan tombol PAUSE dan untuk
disertakan
DAFTAR PUSTAKA
Suma’mur, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.
Tim penyusun, 2010. Buku Pedoman Praktikum Semester III. Surakarta : Program D.IV
Kesehatan Kerja.
Suma’mur, 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV Haji Masagung.
Tim Penyusun.2009. Buku Pedoman Praktikum Semester III. Surakarta: Program D.IV Kesehatan
Kerja FK UNS.
BAB III. BAGIAN AKHIR
3.1 Kesimpulan
1. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebisingan yaitu suara yang tidak disukai atau tidak
diharapkan yang sifat getarannya selalu berubah-ubah dan dapat mengganggu seseorang.
2. Cara mengendalikan kebisingan yaitu dengan cara eliminasi, substitusi, engineering
control, administrative control, dan pemakaaian alat pelindung diri (APD).
3. Alat untuk mengukur tingkat kebisingan yaitu dengan menggunakan sound level meter
(SLM).
4.