Analisis Intensitas Kebisingan Lingkungan Kerja pada Area Utilities Unit PLTD dan Boiler
di PT.Pertamina RU II Dumai
Oleh
Della Khoirunnisa
1753022005
PT. Pertamina RU II Dumai adalah perusahaan pengolahan minyak terbesar yang terdapat
di daerah Riau Dumai. Banyaknya frekuensi mesin-mesin atau alatalat yang digunakan
dengan intensitas bising yang cukup tinggi di PT.Pertamina RU II Dumai, menyebabkan
resiko terpapar bising bagi pekerja sangatlah besar. Pada PT.Pertamina terdapat beberapa
area yang memiliki intensitas yang cukup tinggi, area utilities merupakan area yang
memiliki intensitas bising yang sangat tinggi. Dimana banyak mesin-mesin yang
beroperasi 24 jam tanpa henti dan sangat berpengaruh pada pendengaran tenaga kerja di
PT.Pertamina RU II Dumai. Intensitas kebisingan di area PLTD, PLTG, PLTU,
Compressor, Boilerdan Turbin Generator berada pada tingkat 85 dBA (minimum)-114
dBA (maksimum).
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 51/Men/1999 tentang kebisingan,
tingkat kebisingan pada area uitilities berada di atas nilai batas ambang kebisingan yaitu
85 dBA selama 8 jam kerja (1 shift). Hal ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran
bagi pekerja sangatlah besar karena suara mesin mesin besar.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, didapat permasalahan tentang bagaimana
intensitas kebisingan yang terjadi pada lingkungan kerja PT.Pertamina RU II Dumai
dengan tingkat paparan yang tinggi, serta mengetahui dampakyang terjadi akibat
kebisingan itu.
Tinjau Pustaka
Kebisingan. Kebisingan adalah bunyi yang tidak di inginkan karena tidak sesuai
dengankonteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan
terhadapkenyamanan dan kesehatan manusia
Dampak Kebisingan
Dampak kebisingan ada dua jenis menurut Fahmi, 1997. Yaitu Pengaruh kebisingan
terhadap fisiologis, dan Pengaruh kebisingan terhadap psikologis. Pada fisiologis
dibagi menjadi dua yaitu kerusakan pendengaran dan penurunan pendengaran. Pada
psikologis dibagi menjadi 3 pengaruh yaitu, gangguan tidur, perasaan terganggu dan
stres.
Penentuan Kriteria Kebisingan
Pada penentuan kriteria kebisingan dibagi menjadi 4, yaitu:
a. Tingkat Kebisingan Ekivalen (Leq)
b. Tingkat Kebisingan pada Siang Hari (Ls)
c. Tingkat Kebisingan pada Malam Hari (Lm)
d. Tingkat Kebisingan Siang Malam (Lsm)
Metode Penelitian
Objek Penelitian
Objek penelitian ini yaitu lingkungan kerja area utilities unit PLTD dan Boiler.
Metode Pengumpulan Data
Menggunakan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder
Metode Pengumpulan Data
Pengolahan data diawali dengan proses rekapitulasi. Kemudian dengan
menggunakan Toolfishbone diagram.
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian tingkat kebisingan tiap-tiap unit melebihi nilai
ambang batas kebisingan yaitu 85 dBA. Intensitas kebisingan tertinggi terjadi di
area kerja PLTD lantai 1 sebesar 108,62. Salah satu dampak yang dirasakan
pekerja akibat terpapar bising yaitu penurunan pendengaran. Penurunan
pendengaran disebabkan jarak kerja operator dengan mesin yang sangat dekat.
Tingkat kebisingan pada unit PLTD dan Boiler rata-rata melampaui nilai ambang
batas kebisingan. Dimana tingkat kebisingan yang terjadi diatas 100 dBA
sedangkan nilai ambang batas kebisingan yang diperbolehkan yaitu 85 dBA.
Dampak yang terjadi dari kebisingan tersebut berupa gangguan komunikasi,
gangguan pendengaran (Auditory) dan gangguan psikologis.
Kesimpulan
Tingkat kebisingan yang paling tinggi terdapat pada unit PLTD lantai 1. Hal ini
dikarenakan pada area tersebut terdapat jenis-jenis mesin yang bertekanan tinggi
seperti compressor, turbin dan pompa. Selain itu, tidak terdapat peredam bising
hingga menyebabkan dampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan pekerja.
Kemudian, dampak dari kebisingan tersebut berupa gangguan komunikasi,
gangguan pendengaran dan gangguan psikologis. Hal ini disebabkan karena
intensitas kebisingan di lingkungan kerja sangat tinnggi.