1. KENYAMANAN AKUSTIK
Kenyamanan akustik adalah kondisi yang stabil dimana nilai-nilai standar kenyamanan
suara untuk manusia dipenuhi. Batas rasa sakit pada telinga manusia adalah 130 dB jadi, suara
tidak boleh melewati batas itu jika meleawti batas maka ruangan itu tidak memenuhi ilmu
akustik. Namun, standar bising dimasing-masing tempat berbada. Misalnya bising pada restoran
lebih rendah di banding dengan bising di tempat seperti di club malam. Ilmu akustik juga
digunakan untuk mengkondisikan sebuah ruangan agar suara yang dihasilkan optimal meskipun
tanpa pengeras suara elektrik, contoh: pada ruangan concert hall atau teater.
Frekuensi suara bising biasanya terdiri dari campuran sejumlah gelombang suara dengan
berbagai frekuensi atau disebut juga spektrum frekuensi suara
Bising dibedakan menjadi
bising kontinu : bising ini relatif tetap dalam batas amplitudo kurang lebih 5 dB untuk periode
0.5 detik berturut-turut dan hanya pada frekuensi tertentu saja (misal 500 Hz, 1000 Hz atau 4.000
Hz). Misal, suara generator set, suara turbin gas
bising terputus-putus : bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu kebisingan
tidak berlangsung terus menerus, melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya, kebisingan
suara lalu lintas, kebisingan di lapangan terbang,
bising impulsive : adalah jenis bising yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB
dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. misalnya suara ledakan,
tembakan, dll
Bising impulsif berulang, sama seperti bising impulsif, tetapi terjadi berulang-ulang misalnya
pada mesin tempa. Bising yang dianggap lebih sering merusak pendengaran adalah bising yang
bersifat kontinu, terutama yang memiliki spektrum frekuensi lebar dan intensitas yang tinggi.
2. DESAIN DAN STANDAR AKUSTIK
Sumber kebisingan dalam suatu tempat berbeda-beda. Sumber kebisingan paling
banyak adalah dari kendaraan bermotor/alat transfortasi dengan presentasi 55%.
Kebisingan juga berpengaruh pad akesehatan fisiologis, psikologis, komunikasi,
keseimbangan, dan pendengaran. Oleh karena itu, dlam mendesain sebuah bangunan kita
juga harus memperhatikan unsur kebisingan yang ada dalam lingkungan itu tersendiri,
agar tercapainya prinsip kenyamanan akustik.
Desain dan standar akustik memiliki formasi elemen yang dalam sebuah ruangan
akan menentukan kinerja akustik ruang tersebut sesuai dengan fungsi nya. Beberapa
catatan berikut dapat digunakan sebagai acuan perancangan formasi penempatan elemen
akustik pada ruang dengan fungsi tertentu.
Ruang Kelas: Elemen Pemantul atau Penyebar pada dinding depan, samping
serta langit-langit depan. Elemen penyerap atau penyebar pada dinding belakang
serta langit-langit belakang. Lantai bisa keramik atau parket atau karpet.
Kamar Tidur, Living Room, Ruang rawat inap: kombinasi 3 elemen sesuai
kondisi bising dan kenyamanan individu.
Cara sederhana, dilakukan dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat
tekanan bunyi dB(A) selama 10 menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan
dilakukan setiap 5 detik.
Cara langsung, dilakuakan dengan sebuah integrating sound level meter yang
mempunyai fasilitas pengukuran LTM5, yaitu leq dengan waktu ukur setiap 5
detik, dilakukan pengukuran selama 10 menit .