Anda di halaman 1dari 8

PERANCANGAN RUANGAN KEDAP SUARA (SOUNDPROOF ROOM DESIGN)

PERANCANGAN RUANGAN KEDAP SUARA


SOUNDPROOF ROOM DESIGN
Sabtu, 22 November 2008
LEAN WIJAYA M.0205033

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008

PERANCANGAN RUANGAN KEDAP SUARA


SOUND PROOF ROOM DESIGN
Created by LEAN WIJAYA

Abstrak
Dirancang suatu ruang kedap suara untuk mengurangi kebisingan yang ditimbulkan oleh lingkungan
sekitar. Rancangan ruang kedap suara berdinding busa dengan ukuran ruang 5 x 5 meter. Parameter -
parameter akustik yang akan dianalisa guna mencapai kondisi akustik ruang tertutup yang nyaman
adalah : TL (Transmisi Loss), NR (Pengurangan derau), IL (Penyisipan Loss). Dari hasil pembahasan nanti
akan diketahui sebelum diberi peredam (busa) tingkat kebisingan yaitu maksimum dan berada pada
frekuensi tertentu, jika setelah diberi peredam (busa) maka kebisingan akan minimum dan berada pada
frekuensi tertentu.
Kata kunci: Kedap suara, TL (Transmisi Loss), NR (Pengurangan derau), IL (Penyisipan Loss)
Abstract
Designed a soundproof room to lessen noise that generated by environment around. Soundproof room
Design spume of the size room 5 x 5 metres. Parameter of acoustics parameter pin-cushion that will be
analysed to reach condition of room acoustics is closed balmy is : TL (Transmission Loss), NR (Noise
Reduction), IL (Insertion Loss). From discussion result later will known before given silencer (spume)
noise level that is maximum and it is at certain frequency, if after given silencer (spume) then noise of
minimum and it is at certain frequency.
Keyword: Soundproof, TL (Transmission Loss), NR (Noise Reduction), IL (Insertion Loss)

A. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari polusi suara atau kebisingan. Dalam penelitian ini
nantinya akan dibuat sebuah desain / perancangan ruangan kedap suara. Ide awal dari perancangan
ruangan kedap suara ini yaitu kebisingan yang sudah melampaui ambang batas. Dalam penelitian ini
bahan yang digunakan yaitu busa. Busa ini akan diteliti apakah dapat menyerap suara dan tentunya
mengurangi kebisingan. Pola dari pemotongan busa juga diperhatikan yaitu dipotong dengan pola
segitiga. Busa tersebut dipasang pada dinding-dinding ruang tersebut. Selanjutnya setelah semua
ruangan telah terpasang busa maka diukur tingkat kebisingannya, apakah tingkat kebisingan sesudah
dipasang busa akan menjadi lebih kecil.

B. Dasar Teori
Setiap permukaan yang didatangi oleh gelombang suara akan memantulkan, menyerap dan meneruskan
energi suara yang datang. Perbedaan besarnya porsi energi suara yang dipantulkan dan yang diserap
terhadap energi suara yang datang akan menentukan sifat material tersebut. Apabila porsi yang
dipantulkan lebih banyak daripada yang diserap, maka material akan disebut sebagai pemantul
(reflector), dan sebaliknya apabila porsi yang diserap lebih banyak, maka material cenderung akan
disebut sebagai material penyerap suara. Porsi energi inilah yang kemudian digunakan sebagai cara
untuk menyatakan koefisien serap (absorption coefficient). Koefisien serap per definisi adalah
perbandingan energi suara yang diserap oleh material terhadap energi suara yang datang padanya. Bila
harga koefisien ini besar (katakan lebih dari 0.2), maka material akan disebut sebagai bahan penyerap
suara. Sebaliknya bila koefisien ini kecil (kurang dr 0.2), maka akan disebut bahan pemantul.
Cara pengukuran koefisien serap (absorption coefficient) ada beberapa macam. Yang paling sederhana
adalah menggunakan apa yang disebut Tabung Impedansi. Pada cara ini, bahan diletakkan di salah satu
ujung tabung, dan sumber suara di ujung yang lain. Dua microphone yang diletakkan diantaranya (dalam
konfigurasi 1 garis atau berhadapan) kemudian digunakan untuk mengukur perbedaan impedansi
akustik medan suara yang dihasilkan. Dari perbedaan itu kemudian diturunkan harga koefisien serap
bahan. Koefisien serap yang diukur dalam hal ini adalah koefisien serap arah tegak lurus bahan. Biasanya
cara tersebut digunakan untuk mengukur harga koefisien serap dari material-material baru.
Cara kedua adalah menggunakan pengukuran perbedaan waktu dengung (reverberation time, RT) di
dalam ruang dengung (reverberation chamber). Ruang dengung adalah ruang Lab khusus yang seluruh
permukaannya bersifat sangat reflektif dan diffuse, serta tidak ada satupun permukaannya yang sejajar,
untuk menciptakan medan diffuse pada seluruh titik dalam ruang. Dalam cara ini, dilakukan 2 kali
pengukuran RT: dalam kondisi ruang dengung kosong dan setelah bahan yang diukur dipasangkan pada
salah satu permukaan ruang dengung (biasanya di lantai). Dari perbedaan RT ini kemudian dihitung
harga koefisien serap (koefisien absorpsi). Koefisien yang terukur tentu saja bukan hanya arah tegak
lurus, tetapi arah datang suara secara keseluruhan (random). Harga koefisien serap yang diukur dengan
cara inilah yang biasanya digunakan sebagai standard koefisien absorbsi bahan akustik. Cara lain yang
juga digunakan adalah dengan mengukur kecepatan akustik pada permukaan bahan dengan
menggunakan metode pengukuran Intensitas (2 microphone berhadapan) atau dengan bantuan Sinar
Laser.
Harga Koefisien serap (absorpsi) tentu saja merupakan fungsi frekuensi. Penyerapan pada frekuensi
tinggi lebih banyak ditentukan oleh pori-pori (bukaan) pada bahan, sedangkan pada frekuensi rendah
ditentukan oleh rapat massa (densitas) bahan.
Peran porsi pemantulan (juga penyerapan) dalam ruang tentu saja akan sangat bergantung pada fungsi
ruangan itu secara akustik. Jika porsi pemantulan lebih banyak maka tentu saja jumlah pemantulan akan
lebih banyak dan energi suara akan lebih lama terdengar dalam ruang, sebaliknya jika porsi penyerapan
dalam ruang lebih banyak, maka pemantulan lebih sedikit dan energi suara lebih cepat hilang (tidak
terdengar). Kondisi ekstrem untuk tingkat pantulan adalah ruang dengung, sedangkan kondisi ekstrem
untuk tingkat penyerapan adalah ruang anti dengung (an echoic chamber). Ruang-ruang di dunia
terletak diantara kedua ekstrem tersebut. Dengan memperhatikan ini, maka dalam penentuan porsi
penyerapan dan pemantulan dalam ruangan tentunya harus memperhatikan ruang tersebut akan
difungsikan untuk apa.
Pada ruang besar, apabila tidak diinginkan ada amplifikasi electronik (seperti pada ruang konser
symphoni) maka sebisa mungkin dihindari pemakaian bahan penyerap, karena memang diinginkan
energi suara terdengar cukup lama di dalam ruangan tersebut. Sedangkan apabila ruangan memang
lebih ingin menonjolkan suara dari sistem tata suara (sound system) atau amplifikasi electronic, maka
tentu saja harus digunakan sebanyak mungkin bahan penyerap.
Pada ruang kecil, secara prinsip sama dengan ruang besar. Pada kasus home theater, karena medan
suara yang dihasilkan sebenarnya sudah terintegrasi dalam sistem tata suara, maka sebenarnya semakn
banyak bahan penyerap akan semakin baik. Akan tetapi, secara psikologis, orang tidak akan nyaman jika
berada di dalam ruangan yang terlalu besar porsi penyerapannya (mati, atau death room), terutama
dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu biasanya digunakan kombinasi penyerapan dan
pemantulan, dan terkadang mengaplikasikan bahan diffusor untuk menjaga porsi penyerapan dan
pemantulan yang tidak terlalu besar.
Pada intinya, bila memang diinginkan untuk mendengarkan murni dari sistem tata suara yang terpasang
saja (contohnya pada ruang kontrol studio) maka gunakan porsi penyerap suara sebanyak mungkin,
tetapi bila diinginkan ada interaksi dari ruangan, dengan demikian jumlah komponen tata suara bisa
minimal, maka gunakan kombinasi dari pemantul dan penyerap dalam ruangan.
Bahan penyerap suara pada umumnya dibagi dalam 3 jenis: bahan berpori, panel absorber, dan
resonator rongga. Pengelompokan ini didasarkan pada proses perubahan energi suara yang menumbuk
permukaan bahan menjadi energi termal. Karakteristik suatu bahan penyerap suara dinyatakan dengan
besarnya nilai koefisien absorbsi untuk tiap frekuensi eksitasi. Pada umumnya bahan penyerap suara
memiliki tingkat penyerapan pada rentang frekuensi tertentu saja.
Dalam penelitian ini, akan diteliti kinerja akustik dari busa untuk menggantikan serat sintetis seperti
rockwool dan glasswool yang selama ini telah digunakan sebagai bahan penyerap suara secara meluas.
Penggunaan busa memiliki banyak keuntungan. beberapa diantaranya adalah mudah untuk
mendapatkan bahan baku, rendahnya biaya produksi dan yang terpenting adalah untuk pelestarian
lingkungan.
Tidak semua bunyi menimbulkan gangguan pada pendengar. Hal ini tergantung dari tingkat tinggi
rendahnya ukuran kebisingan yang dihasilkan; dan diukur dalam desibel. Semakin tinggi desibelnya
semakin banyak pengaruh yang ditimbulkan. Beberapa catatan pengukuran tingkat desibel yang pernah
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Rocket dan sejenisnya menghasilkan kebisingan : 170 desibel.
2. Sirine menghasilkan kebisingan: 150 desibel.
3. Sepeda motor : 110 desibel.
4. K. A. dan stasiun Kereta api bawah tanah di Paris: 90 desibel

Keduanya berada dalam batas limit ekstrim toleransi pendengaran manusia yang berukuran : 140
desibel. Batas tekanan suara yang menyulitkan telinga: 120 desibel.
Kesemuanya masih dalam perimbangan intensitas range yang bisa membahayakan pendengaran
manusia. Pada tingkat dibawahnya adalah tingkat kebisingan yang dihasilkan di dalam rumah seperti:
Bunyi bel jam dinding kira-kira: 80 desibel, bel tilpon: 70 desibel, suara pembicaraan / kelakar yang
keras: 60 desibel, seperti dipasar-pasar, super market, tempat-tempat umum. Suara sonometer
penghantar tidur tidak lebih dari: 30 desibel.
Ambang batas kebisingan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. Kep-48/MENLH/11/ 1996
menetapkan baku. Tingkat kebisingan untuk kawasan tertentu. Baku tingkat kebisingan ini diukur
berdasarkan rata-rata pengukuran tingkat kebisingan ekivalen (Leq).
Baku tingkat kebisingan
No. Peruntukan Kawasan/ Lingkungan Kegiatan Tingkat Kebisingan dB(A)

1. Perumahan dan Permukiman 55


2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan perdagangan 65
4. Ruangan Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Bandar Udara, Stasiun Kereta Api, Pelabuhan Laut 70
9. Cagar Budaya 60
10. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
11. Sekolah atau sejenisnya 55
12. Tempat Ibadah atau sejenisnya 55

C. Alat dan Prosedur Penelitian


Penetapan tingkat kebisingan menggunakan pengukuran langsung dengan sound level meter.
Pengukuran tingkat kebisingan secara langsung harus menggunakan Sound Level Meter yang memenuhi
persyaratan standard IEC (International Electrotechnical Commission) 651 kelas 2. Pengukuran dilakukan
untuk mendapatkan indeks kebisingan rata-rata ekivalen (Leq). Penggunaan Sound Level Meter yang
tidak memiliki perangkat penghitungan Leq diperbolehkan, namun hasil akhir harus dikonversi sehingga
didapatkan nilai Leq yang bersesuaian.
Terlebih dahulu membuat potongan-potongan berbentuk segitiga dari busa dan memotong berbentuk
kotak. Disediakan ruangan yang sama luasnya misalnya saja kamar ukuran 5 x 5 meter, diusahakan
kamar tersebut berdekatan dan terletak pada pusat aktivitas manusia atau daerah dengan tingkat
kebisingan tinggi. Kemudian kamar 1 dipasang busa dengan pola segitiga dan kamar 2 dipasang pola
kotak selanjutnya diukur dengan menggunakan Sound Level Meter sehingga nantinya akan didapatkan
nilai tingkat kebisingan yang minimum. Selanjutnya parameter-parameter TL (Transmisi Loss), NR
(Pengurangan derau), IL (Penyisipan Loss) dapat dianalisa juga

D. Referensi
Abdul Kadir M. (1999), IBD, Fajar Agung, Jakarta.
Abdullah Aly & Eny Rahma (1999), IAD, Bumi Aksara, Jakarta.
M.A. Regnault (1990) The Decibel Inferno, WHO.
Munandar S. (2000), ISD (Revisi), Retika Aditama, Bandung.
Aat Suriatmadja (1999), Ilmu Lingkungan, ITB, Bandung.

Diposkan oleh LEAN_WIJAYA di 04.29

http://leanwijaya.blogspot.com/2008/11/perancangan-ruangan-kedap-suara.html?
zx=f13e423a63c57309

 Curriculum Vitae

 Kabar dari Manchester, UK

 Professional Experiences

 Publications

 Tentang Saya

5 Prinsip Dasar Insulasi Suara (Soundproofing)

Posted on April 5, 2008. http://dosen.tf.itb.ac.id/jsarwono/2008/04/05/lima-prinsip-dasar-insulasi-


suara-soundproofing/

Bila anda membangun sebuah ruangan yang digunakan untuk aktifitas yang berkaitan dengan suara,
misalnya Home Theater dan studio ataupun ruang rapat/konferensi dan ruang konser, ada 2 hal yang
harus diperhatikan, yang pertama adalah bagaimana membuat ruangan terisolasi secara akustik dari
lingkungan sekitarnya dan yang kedua bagaimana mengkondisikan ruangan agar berkinerja sesuai
dengan fungsinya. Hal pertama sering disebut sebagai insulasi (membuat ruangan kedap suara atau
soundproof), sedangkan yang kedua adalah pengendalian medan akustik ruangan. Kedua hal ini
seringkali tertukar balik bahkan tercampur-campur dalam penyebutannya, sehingga tidak jarang orang
menyebut mineral wool atau glasswool misalnya sebagai bahan kedap suara, dimana seharusnya adalah
bahan penyerap suara. Bila pernyataan mineral wool/glaswool adalah bahan kedap suara benar, bisa
dibayangkan apa yang terjadi bila dinding ruang hanya terbuat dari bahan mineral wool/glasswool saja.
Alih-alih ingin menghalangi suara tidak keluar ruangan, yang terjadi adalah suara keluar ruangan dengan
bebasnya.

Apa yang harus kita lakukan apabila kita ingin membuat ruangan yang terisolasi secara akustik dari
lingkungannya atau dalam bahasa sehari-hari ruangan yang kedap suara. Ada lima prinsip yang harus
diperhatikan.agar suara system tata suara kita (yang terkadang dibeli dengan dana yang tidak sedikit)
dapat dibunyikan sesuai dengan keinginan kita tanpa harus mendapatkan response (dari tetangga
ataupun keluarga kita sendiri) “ berisik, tolong kecilkan donk” atau bahkan dilempari batu…:)..

Lima prinsip dasar itu adalah :

1. Massa
2. Dekopling Mekanik atau isolasi mekanik
3. Absorpsi atau penyerapan suara
4. Resonansi
5. Konduksi
 
Prinsip  1: Massa

Prinsip massa ini berkaitan dengan perilaku suara sebagai gelombang. Apabila gelombang suara
menumbuk suatu permukaan, maka dia akan menggetarkan permukaan ini. Semakin ringan permukaan,
tentu saja semakin mudah digetarkan oleh gelombang suara dan sebaliknya, seperti halnya kalo anda
mendorong troley kosong akan lebih ringan dibandingkan mendorong troley yang terisi penuh dengan
batu bata. Tentu saja untuk membuat perubahan besar pada kinerja insulasi, perlu perubahan massa
yang besar pula. Secara teoritis, dengan menggandakan massa dinding kita (tanpa rongga udara), akan
meningkatkan kinerja insulasi sebesar 6 dB. Misalnya anda punya dinding drywall gypsum dengan single
stud, maka setiap penambahan layer gypsum akan memberikan tambahan insulasi 4-5 dB.

Prinsip 2: Dekopling Mekanik

Prinsip dekopling ini adalah prinsip yang paling umum dikenal dalam konsep insulasi. Sound clips,
resilient channel, staggered stud, dan double stud adalah beberap contoh aplikasinya. Pada prinsipnya
dekopling mekanik dilakukan untuk menghalangi suara merambat dalam dinding, atau menghalangi
getaran merambat dari permukaan dinding ke permukaan yang lain. Energi suara/getaran akan “hilang”
oleh material lain atau udara yang ada diantara 2 permukaan. Yang seringkali dilupakan, dekopling
mekanik ini merupakan fungsi dari frekuensi suara, karena pada saat kita membuat dekopling, kita
menciptakan system resonansi., sehingga system dinding hanya akan bekerja jauh diatas frekuensi
resonansi itu. Insulasi akan buruk kinerjanya pada frekuensi dibawah ½ oktaf frekuensi resonansi. Jika
anda bisa mengendalikan resonansi ini dengan benar, maka insulasi frekuensi rendah (yang merupakan
problem utama dalam proses insulasi) akan dapat dicapai dengan baik.

Prinsip 3: Absorpsi atau penyerapan energi suara

Penggunaan bahan penyerap suara dengan cara disisipkan dalam system dinding insulasi akan
meningkatkan kinerja insulasi, karena energi suara yang merambat melewati bahan penyerap akan
diubah menjadi energi panas (utk menggetarkan partikel udara yang terperangkap dalam pori2 bahan
penyerap. Bahan penyerap ini juga akan menurunkan frekuensi resonansi system partisi/dinding yang di
dekopling. (Pernahkah anda mencoba meletakkan mineral wool/glasswool didepan center loudspeaker
system Home Theater anda? Coba bandingkan bila anda letakkan di depan subwoofer anda?)

Setelah anda mencoba, maka anda akan memahami, bahwa insulasi atau soundproofing tidak
ditentukan semata oleh bahan penyerap apa yang diisikan dalam dinding anda. Jika anda menggunakan
dinding sandwich konvensional (kedua permukaan dihubungkan oleh stud dan anda isi celah
diantaranya dengan bahan penyerap suara, suara akan tetap dapat lewat melalui stud tanpa harus
melalui bahan penyerap suara. Jadi bahan penyerap hanya akan efektif bila ada dekopling.

Prinsip 4: Resonansi

Prinsip ini bekerja bertentangan dengan prinsip 1, 2, dan 3, karena resonansi bersifat memudahkan
terjadinya getaran. Bila getaran terjadi pada frekuensi yang sama dengan frekuensi resonansi system
dinding anda, maka energi suara akan dengan mudah menembus dinding anda (seberapa tebal dan
beratpun dinding anda). Ada 2 cara untuk mengendalikan resonansi ini:

 Redam resonansinya, sehingga amplituda energi yang sampai sisi lain dinding akan sangat
berkurang. Anda dapat menggunakan visco-elastic damping compund, tapi jangan gunakan
Mass Loaded Vinyl.       

 Tekan frekuensi resonansi serendah mungkin dengan prinsip 1, 2 dan 3.

Prinsip 5: Konduksi

Ingat bahwa suara adalah gelombang mekanik, sehingga apabila dinding anda terhubung secara
mekanik kedua sisinya, maka suara akan dengan mudah merambat dari satu sisi ke sisi lainnya. Untuk
mengendalikannya tentu saja ada harus memotong hubungan mekanis antara sisi satu dengan sisi yang
lain, misalnya dengan dilatasi antar sisi, menyisipkan bahan lain yang memiliki karakter isolasi lebih
tinggi (beda Impedansi Akustik atau tahanan akustik), menggunakan studs dengan cara zigzag, dsb.
Konduksi ini juga yang seringkali menyumbangkan problem flangking suara antar ruang. (Itu sebabnya
pemberian dekopling/dilatasi pada lantai dan langit-langit juga penting.

Sudahkan ruangan theater atau studio anda mempertimbangkan hal diatas?

Jika belum maka anda dapat melakukan hal ini untuk meningkatkan kinerja insulasi partisi atau dinding
anda:

 Tambahkan massa partisi anda

 Berikan dekopling mekanik pada partisi/dinding anda bila belum ada

 Tambahkan bahan penyerap suara

 Tambahkan damping mekanik pada sistem partisi/dinding anda

Anda mungkin juga menyukai